🌹🌹🌹 Hai teman-teman ini novel pertama ku, mohon dukungannya ya, semoga senang dengan kisahnya... 🌹🌹🌹
🍀 Selamat membaca 🍀
Di sebuah ruangan seorang gadis terus menangis di atas tempat tidurnya, hingga suara ketukan pintu menghentikan tangisannya.
Tok tok tok... Suara pintu kamar terus di ketuk
" Ana... Buka pintunya nak, Mama mohon dengarkan Mama sama papa bicara sayang..."
Tok tok tok...
" Hiks hiks hiks... Pergi Ma, Ana mau sendiri dulu, Ana tidak mau di ganggu... Hiks hiks hiks..."
Mendengar jawaban sang putri mau tidak mau Rima ibunya Ana pergi dan membiarkan anaknya sendiri dulu.
Wanita paruh baya itu kembali ke ruang tamu dan kembali duduk bersama suaminya.
" Haah... Bagaimana ini Pah, sepertinya Ana tidak mau menerima perjodohan ini " kata Rima yang langsung duduk bersandar di sebelah suaminya.
" Pelan - pelan saja Mah, nanti juga Ana mengerti karena kita sudah tidak bisa mundur lagi perjodohan ini " meskipun berat bagi lelaki paruh baya itu untuk melepas putri semata wayangnya.
Ya, Ana terpaksa di jodohkan oleh orang tuanya pada seorang pria, karena pria itu sudah berjasa menyuntik dana ke perusahaan orang tua Ana, sehingga perusahaan keluarga Ana tidak jadi gulung tikar.
🍀🍀🍀🍀🍀🍀
Ke esok paginya, Anandita yang akrab di panggil Ana, masih dengan mata sembabnya akibat menangis semalam, duduk di meja makan untuk sarapan bersama kedua orang tuanya.
Melihat sang putri hanya diam saja membuat kedua paruh baya itu merasa bersalah.
" Maafkan Papa Ana, sudah memaksa kamu menerima perjodohan ini. " Pak Arman berhenti sejenak melihat reaksi sang putri
" Mamah juga minta maaf sayang, kami mohon terima perjodohan ini ya " sambil mengelus kepala sang putri Rima memberi pengertian.
Tidak menyahut sepatah kata pun, dan dengan berat hati Ana terpaksa menerima perjodohan ini dengan hanya mengangguk pada kedua orang tuanya.
Melihat anggukan sang putri kedua paruh baya itu tersenyum bahagia.
" Terimakasih sayang, terimakasih sudah mengerti dan menerima ini... " kata Arman sambil tersenyum bahagia pada putrinya.
Sedangkan Rima juga menampilkan senyum paksanya karena ia tau sang putri juga terpaksa menerima perjodohan ini.
Ana sudah selesai dengan sarapan nya yang hanya beberapa sendok karena tidak napsu makan.
" Ana sudah selesai, Pah Mah, Ana pergi dulu " tanpa persetujuan orang tuanya Ana langsung meninggalkan meja makan dan langsung menuju keluar rumahnya.
Arman dan Rima hanya mengangguk mengiyakan, karena mereka masih merasa bersalah pada putri mereka itu.
Dengan langkah gontai Ana melangkahkan kakinya menyusuri jalan raya menuju taman hanya dengan berjalan kaki.
Sambil menguatkan hatinya menerima ketentuan dalam hidupnya yang tidak sesuai dengan keinginannya.
" Haah... Ya Tuhan berikanlah kelapangan pada hatiku untuk menerima semua ini, kalau memang ini jodoh yang sudah engkau tentukan " sambil menatap luasnya danau Ana berdiri sendirian.
🍀🍀🍀🍀
Seminggu kemudian hari pernikahan Ana telah tiba, semua tamu sudah berdatangan, kedua orang tua Ana juga sibuk menyambut tamu undangan sambil menunggu kedatangan pengantin prianya.
Sedangkan Ana juga sudah siap dengan gaun pengantin putih yang sangat cantik di kenakan nya.
" Senyum dong, masa pengantin diam aja begini.. " kata tukang rias sambil merapikan rambut dan gaun Ana
" Gimana mau senyum coba, ketemu pengantin prianya saja tidak pernah" kata Ana sambil cemberut di depan cermin besarnya
" Masa sama calon suami sendiri tidak pernah ketemu, ko bisa " heran tukang rias itu mendengar penuturan sang pengantin.
" Nyatanya seperti itu Miss, setiap di ajak bertemu alasannya selalu sibuk. Coba saja pernikahan ini bisa di batalkan, aku tidak mau menikah dengan pria itu. " kata Ana lagi dengan kemarahan dalam hatinya.
Setelah Ana mengatakan itu terdengar suara SAh Yang terdengar sangat keras dari para tamu undangan
🍀🍀🍀🍀🍀
Penasaran lajut...
SAH...
Suara yang menyebutkan kata sah sangat keras di sebutkan semua tamu undangan, mendengar itu Ana langsung terduduk lemas di depan meja riasnya.
" Haah... " sambil menekuk wajahnya Ana lemas setelah mendengar suara itu sampai tiba-tiba.
Tok tok tok...
Suara ketukan pintu mengagetkannya.
" Ana... Ayo keluar nak, cepat buka pintunya " suara sang Mama terus memanggil Ana
" Iya " dengan gontai Ana menuju pintu dan langsung membukanya.
Setelah Ana membuka pintu kamarnya, terlihat sang Mama dengan senyum bahagianya langsung menggandeng sang putri membawanya turun.
Sedangkan Ana hanya pasrah di tuntun sang Mama sambil menunduk.
Setelah sampai di depan semua para tamu undangan, sang Mama langsung membawa Ana ke depan suaminya.
Sedangkan Papa Arman sudah berdiri disebelah sang menantu menyambut putrinya dan sang istri.
Setelah sampai di depan suaminya Ana langsung mencium tangan sang suami baru melihat dengan jelas wajah suaminya itu.
" Kamu..." bertapa terkejutnya Ana setelah melihat suaminya itu
Sang suami hanya tersenyum dan langsung mengecup kening sang istri.
Sedangkan Ana yang tadinya sangat sedih berubah menjadi kesal setelah tahu siapa pria yang sudah menjadi suaminya itu.
Ya Pak Arman dan Bu Rima sengaja tidak memberitahu siapa calon suami putrinya itu, karena kalau putrinya tahu pasti dengan kerasnya Ana akan menolaknya.
Makanya dengan berbagai macam alasan yang di katakan kedua orang tua Ana agar Ana menerimanya.
Dan sekarang ijab Kabul sudah selesai di laksanakan, dan Anandita sudah SAH menjadi istri dari Aldo Prasetyo, CEO dari perusahaan nomor satu di kota itu.
Ya suami Ana bernama Aldo Prasetyo, seorang pria yang paling Ana benci karena Aldo adalah playboy saat mereka masih kuliah.
Ana paling tidak suka dengan pria playboy seperti Aldo, bagi Ana laki- laki seperti itu sangat menjijikan karena sudah di sentuh oleh banyak wanita.
Tanpa terduga sekarang orang yang paling tidak Ana inginkan malah menjadi suaminya, dan itu sungguh membuat Ana sangat marah dan kesal.
Tapi karena menghormati kedua orang tuanya dan semua tamu undangan Ana terpaksa tersenyum dan terpaksa menerima kecupan kening dari suaminya, padahal di hatinya begitu kesal.
" Astaga jijiknya... Harus cuci muka sepuluh kali nih nanti... Ya Tuhan kenapa harus si playboy ini jadi suamiku huuuaaaaa..." gerutu Ana dalam hati sambil menatap kesal suaminya itu
Sedangkan Aldo kelihatan begitu sangat bahagia karena sudah berhasil menikah dengan bunga kampus sekaligus wanita pujaannya selama ini.
Tidak terasa acara pernikahan Ana dan Aldo selesai dan berjalan dengan lancar.
Saat ini kedua pengantin sudah berada di dalam kamar pengantin mereka yang sangat indah karena sudah di disain sangat romantis oleh pihak hotel.
Ya pernikahan Ana di laksanakan di hotel bintang lima milik Aldo.
" Kenapa lihat- lihat, awas kalau dekat- dekat hemmm" sambil mengepalkan genggam tangannya Ana menatap suaminya itu.
Sedangkan Aldo hanya tersenyum sambil geleng-geleng kepala melangkah ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Disitulah awal rumah tangga Ana dan Aldo, seiring berjalannya waktu Ana akhirnya menerima pernikahannya dan belajar mencintai suaminya itu, karena Aldo sebagai seorang suami memang bertanggung jawab dan memberikan seluruh kasih sayangnya hanya untuk istrinya.
🍀🍀🍀🍀
Tidak terasa sudah lima tahun pernikahan Ana dan Aldo, dan kini mereka berdua sudah di karuniai tiga orang putra yang masing-masing hanya berjarak satu tahun.
Putra pertama Ana dan Aldo bernama Arkan Prasetyo berusia empat tahun.
Putra kedua mereka bernama Aris Prasetyo berusia tiga tahun.
Dan yang terakhir alias bungsu bernama Agam Prasetyo yang baru berusia dua tahun
Semua nama belakang anak mereka menggunakan nama ayah mereka, karena mereka adalah tiga putra mahkota yang akan mewarisi semua harta Aldo selanjutnya.
Hari ini adalah hari kelahiran putra pertama mereka Arkan Prasetyo, Ana dan kedua orang tuanya serta ketiga putranya itu sedang sibuk mempersiapkan pesta ulang tahun.
Sedangkan Aldo masih berada di kantor sibuk dengan pekerjaannya.
Ponsel Aldo terus berdering dan tertera nama sang istri di layar pipih itu.
" Iya sayang ada apa" jawab Aldo masih dengan kesibukannya
" Cepat pulang pah, sebentar lagi acaranya mau di mulai, kasihan Abang nungguin papah " kata sang istri dari sebrang sana.
" Oke baiklah, tunggu papah ya, papah pulang sekarang " jawab Aldo yang langsung mematikan ponselnya dan langsung berdiri berjalan meninggalkan kantornya.
Sedangkan Ana sangat kesal sekali suaminya langsung mematikan ponselnya begitu saja, tapi Ana juga maklum karena memang seperti itulah sang suami.
Dan meskipun begitu Ana sangat mencintai suaminya yang dulunya sangat ia benci tapi sekarang begitu sangat di cintai Ana.
Acara pesta ulang tahun Arkan pun di mulai, semua orang menikmati pestanya.
" Mah... Papah mana ko belum datang, Abang kan mau tiup lilin..?" tanya sang putra membuat Ana tersadar akan suaminya.
" Sabar ya bang, bentar Mama hubungi papah dulu" jawab Ana yang merasa tidak nyaman kepada sang putra dan juga tamu undangan karena sampai acara di mulai sang suami belum juga datang.
Dan belum sampai Ana menghubungi suaminya, ponsel Ana sudah berdering dan tertera nomor tidak di kenal yang saat ini menghubunginya.
🍀🍀🍀🍀🍀
🍀🍀🌹🌹🍀🍀
Melihat ponselnya terus berbunyi dan melihat nomor yang tidak di kenal terus menghubunginya membuat hati Ana tak karuan, dan bergegas Ana mengangkat ponselnya.
" Halo... " baru itu yang Ana ucapkan, orang yang menghubungi itu langsung bicara.
" Maaf dengan Bu Anandita, istrinya pak Aldo Prasetyo ?" tanya orang itu.
" Iya saya sendiri, ini siapa dan ada apa ya..?" mengatakan itu saja sudah membuat hati Ana semakin tak karuan.
" Kami dari pihak rumah sakit xx mengabarkan kalau pak Aldo saat ini berada di rumah sakit karena kecelakaan, dan mengalami masa krisis, jadi kami mohon kehadirannya dari pihak keluarga "
" Baaaiikk... " dengan terbata Ana menyahut dan dengan masih dengan keterkejutannya Ana langsung terduduk lemas di lantai setelah mendengar kabar itu.
" Mama... " ketiga anak Ana langsung berlari melihat ibu mereka yang hampir pingsan.
Begitu juga dengan orang tua Ana dan para tamu undangan yang lainnya.
" Ada apa Ana, kamu kenapa nak..?" tanya Bu Rima yang sangat khawatir melihat putrinya itu.
" huuuaaaaa... Mas Aldo ma... Mas Aldo kecelakaan hiks hiks hiks..." dengan berderai air mata Ana menyahut.
Mendengar itu ketiga anak Ana langsung memeluk Ana untuk menenangkannya.
" Papah sekarang dimana Ma...?" sambil menyapu air mata sang ibu Arkan bertanya.
" Di rumah sakit sayang, papah sekarang ada di rumah sakit hiks hiks hiks..." Ana hanya bisa menjawab sambil menangis.
" Papah huuuaaaaa..." ketiga anak Ana langsung menangis mendengarnya.
" Tenang sayang tenang..." Rima dan Arman sibuk menenangkan ketiga cucu mereka yang terus menangis sementara para tamu undangan juga ikut bersedih melihat keluar itu.
Mereka juga tidak menyangka acara ulang tahun yang begitu meriah berubah menjadi duka setelah dapat kabar itu.
Seketika acara pun di hentikan karena tuan rumah beserta keluarga langsung meninggalkan tempat acara dan langsung menuju rumah sakit.
Sedangkan para tamu undang juga pulang karena acaranya langsung di hentikan, tapi mereka semua maklum dan mengerti dengan keadaannya, jadi mereka tidak merasa keberatan sama sekali.
🍀🍀🍀
Setelah sampai di rumah sakit dengan bergegas Ana dan ketiga buah hatinya beserta orang tuanya langsung menuju ruangan tempat Aldo di rawat.
Melihat lampu ruangan operasi ini masih menyala membuat Ana dan keluarganya terpaksa menunggu.
Sambil menangis Ana menahan rasa panik yang menguasai perasaannya.
Sedangkan Arman dan Rima masih sibuk menenangkan ketiga cucu mereka yang masih saja menangis.
Sebenarnya Ana tidak tega membawa ketiga buah hatinya ke rumah sakit, tapi mau bagaimana lagi ketiga putranya itu bersikeras mau ikut, mau tidak mau Ana dan kedua orang tuanya membawa mereka.
Setelah satu jam menunggu akhirnya lampu ruang mati tandanya operasi selesai dan tidak lama pintu ruangan itu terbuka.
Bergegas Ana langsung menghampiri dokter yang baru keluar dari ruangan itu.
Sedangkan orang tua Ana hanya bisa duduk karena memangku kedua putra Ana yang sudah tertidur karena lelah menangis mengkhawatirkan ayahnya.
Ana dan Arkan yang langsung menghampiri dokter.
" Bagaimana keadaan suami saya dok..?" masih dengan perasan cemas Ana memberanikan diri bertanya
Dan sang putra sulung hanya mendengar di gandeng Ana.
" Ibu tidak usah khawatir, pak Aldo sudah berhasil melewati masa kritisnya, hanya saja... " dokter itu berhenti sejenak sebelum melanjutkan penjelasannya.
" Hanya saja apa dok, ada apa dengan suami saya...?" Ana sangat tidak sabar menunggu penjelasan dokter itu.
" Haaah... Hanya saja pak Aldo mengalami lumpuh di bagian kakinya akibat kecelakaan itu Bu, dan butuh waktu sebulan lebih baru bisa pulih kembali. " kata dokter itu dengan berat hati mengatakannya.
Ana hanya mengangguk mendengar itu, meskipun sedih tapi Ana masih bersyukur suaminya sudah selamat, walaupun sekarang suaminya lumpuh, tapi hanya butuh sebulan untuk penyembuhan.
Bagi Ana itu tidak masalah, Ana dan ketiga putranya serta orang tuanya bersedia merawat suaminya hingga sembuh seperti sedia kala.
" Baik Bu saya permisi dulu, dan kami akan langsung memindahkan pak Aldo ke ruang rawat, setelah itu baru ibu beserta keluarga boleh menjenguknya " setelah itu dokter itu langsung pergi.
Mendengar itu Ana kembali mengangguk mengiyakan, dan langsung membawa putranya itu kembali duduk bersama kedua orang tuanya sambil menunggu para perawat memindahkan suaminya ke ruang rawat.
Setelah berada di ruang rawat mereka terus berada di sana sambil menunggu Aldo sadar, apalagi Ana tidak beranjak sedetik pun dan masih setia memegang tangan sang suami.
🌹🌹🌹🍀🍀🍀🍀🌹🌹🌹
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!