Shen Xia dan saudara kembarnya Shen Jia kini sedang berada di aula leluhur keluarga Ning, diterangi oleh cahaya lilin yang berkelap-kelip.
Mereka kini sedang berlutut.
Shen Jia berlutut di atas tikar jerami, menangis pelan, lalu berkata dengan kesal, "Aku sudah menduga sejak awal, keluarga Ning mengadopsi kita hanya untuk sebuah konspirasi!"
Disebelahnya, Shen Xia mendengarkan kakaknya yang sedang mengeluh dalam diam.
Mereka berdua kehilangan orang tuanya sejak kecil dan dibesarkan di keluarga Ning. Nyonya Ning mengadopsi mereka karena merasa saudara kembar itu sangat menyedihkan. Sehingga mereka bersaudara tinggal dikeluarga Ning dari kecil.
Namun temperamen saudara kembar itu sangat berbeda jauh. Shen Xia adik dari Shen Jia berkepribadian menyendiri, bijaksana, mandiri, dan jujur. Lain hal nya Shen Jia, dia memiliki sifat yang sombong, egois, labil dan berjiwa bebas.
...****************...
Hari ini istana memberi hadiah beberapa gulung kain langka bernama fuguangjin kepada keluarga Ning. Nyonya Ning sangat senang dan ingin memanggil penjahit untuk membuatkan Shen Jia pakaian bagus dari kain tersebut.
Sehingga Shen Jia mengajak adiknya Shen Xia datang ke paviliun Nyonya Ning.
Setelah mereka berdua datang ke kediaman Nyonya Ning, kata-kata pertama yang keluar dari mulut Nyonya Ning langsung membuat Shen Jia marah.
Kata-kata Nyonya Ning adalah: "Kain fuguangjin yang mewah ini hanya cocok untuk calon menantu keluarga Ning."
Shen Jia segera menolak kain itu dengan gugup dan berkata, "Ibu! Aku tidak ingin menikah dengan Ning Tanhuan!"
Wajah Nyonya Ning langsung berubah.
la menahan amarahnya dan dengan tenang bertanya, "Apa yang salah dengan Tanhuan sehingga kamu menolaknya?"
Shen Jia hanya menggumam, tidak berani mengungkapkan isi hatinya yang sebenarnya.
Ning Tanhuan adalah sosok yang sangat dingin, anggun, dan menjaga jarak dengan siapa pun, selalu sopan dan terhormat. Ning Tanhuan memang berkepribadian baik, tapi Shen Jia tidak mau menikah dengan seorang pria yang tidak bisa memiliki anak.
"Kakak Tanhuan itu baik, tapi aku hanya menganggapnya sebagai kakak kandungku!" ucap Shen Jia dengan tegas.
Namun Nyonya Ning tidak setuju dengan perkataan Shen Jia, dia sudah memilih Shen Jia sebagai calon menantunya karna Shen Jia terlahir subur daripada Shen Xia.
Akhirnya, Nyonya Ning yang sedang marah menyuruh Shen Jia untuk dihukum berlutut di aula leluhur selama lima jam, sementara Shen Xia ikut dihukum sebagai pelampiasan.
...****************...
Di aula leluhur keluarga Ning.
Shen Xia yang selalu pendiam kini bertanya dengan penasaran. "Kalau begitu, kenapa kakak tidak mau menikah dengan Kak Tanhuan?"
Shen Jia menghentikan tangisannya dan seulas senyum sinis muncul di bibirnya.
"Apa kamu tidak tahu? Saat Nyonya Ning sedang mengandung Ning Tanhuan, terjadi kudeta di istana. Dia meminum racun demi melindungi permaisuri, dan karena itu, Ning Tanhuan terkena penyakit bawaan sejak lahir dan tidak bisa memiliki keturunan seumur hidupnya."
Pada akhirnya, Shen Jia tidak mau menikah karena Ning Tanhuan tidak bisa memiliki keturunan.
Di luar aula, angin malam menggoyangkan dedaunan, dan suara gemerisik menyembunyikan langkah kaki yang berhenti di pintu.
Tiba-tiba Shen Xia melihat Ning Tanhuan dibalik ekor matanya yang sedang berdiri dibalik pintu. Tetapi Shen Xia berpura-pura tidak tahu.
Disisi lain Ning Tanhuan tidak berkata apa-apa, hanya berdiri di luar. Dia sudah mendengar keluhan adik angkatnya Shen Jia tadi. Namun dia tidak tahu kalau Shen Xia sudah menyadari kehadirannya.
Shen Xia duduk tegak dan berkata dengan tenang, "Tidak bisa memiliki keturunan, lalu kenapa?"
"Apa?" Shen Jia tertegun, dia tidak menyangka adiknya yang selalu pendiam kini tidak mengikuti jalan pikirannya.
Shen Xia melanjutkan, "Kak Tanhuan tidak bergantung pada status keluarga Ning. Dia mengikuti ujian negara di usia lima belas tahun, dan berhasil menjadi juara di tingkat lokal, regional, hingga istana. Di usia dua puluh empat tahun, dia diangkat menjadi pengawas di Akademi Hanlin, dan di usia dua puluh tujuh tahun, dia menjadi wakil menteri Departemen Personalia serta kepala penasehat istana."
"Orang yang begitu berbakat tidak seharusnya diremehkan hanya karena tidak bisa memiliki keturunan."
Shen Jia menatap Shen Xia seolah melihat hantu. "Biasanya kamu pendiam, tidak banyak bicara. Ternyata kalau sudah buka mulut, bisa sepanjang ini."
"Iya, aku tidak mau menikah dengan Ning Tanhuan. Tidak bisa punya keturunan hanyalah salah satu alasannya."
Shen Jia melanjutkan, "Alasan lainnya adalah aturan keluarga Ning yang kuno dan membelenggu. Aku tidak mau hidup terkungkung di sini seumur hidupku."
Shen Xia merapatkan kedua telapak tangannya, lalu membungkuk ke arah leluhur keluarga Ning, memberikan penghormatan.
"Dulu, saat keluarga Shen dimusnahkan oleh perampok gunung, jika bukan karena keluarga Ning yang mengadopsi kita, kita sudah menjadi gelandangan, kelaparan di jalanan. Kakak, kita harus selalu bersyukur, bukan malah mencela dan mengkritik mereka yang telah membantu kita."
Shen Jia marah. "Keluarga Ning mengadopsi kita hanya untuk memilih salah satu dari kita agar bisa merawat Ning Tanhuan. Sekarang, ibu memilihku, jadi kamu tentu saja bisa bicara seenaknya."
Shen Xia berkata dengan datar, "Kalau yang dipilih adalah aku, aku akan setuju menikah dengan kakak Tanhuan."
Shen Jia menatap adiknya dengan tidak percaya. "Apakah Kamu gila! Kekayaan keluarga Ning telah membutakanmu. Kamu jadi dangkal dan mata duitan."
Shen Xia menjawab dengan cepat. "Bukan soal materi." Dia tahu Ning Tanhuan masih berada di luar, jadi dia berbicara dengan jelas, kata demi kata.
"Aku sudah lama menyukai Kak Tanhuan!" ucapnya dengan serius.
Aula itu pun seketika menjadi sunyi.
Shen Jia masih mencerna ucapan adiknya.
Ning Tanhuan tertegun ditempat. Lalu tersadar dengan cepat. Dia melihat ini sebagai momen yang tepat dan melangkah masuk kedalam aula keluarga.
Jubah hitamnya berkibar, wajahnya seperti ukiran giok, Ning Tanhuan melangkah mendekat dengan anggun. Seluruh tubuhnya memancarkan keagungan dan kehormatan yang seolah-olah telah tertanam sejak lahir.
Cahaya bulan yang dingin menerpa alis dan matanya yang panjang dan teratur, semakin menonjolkan aura dingin yang memikat.
Bahkan Shen Jia, yang biasanya tidak menyukainya, tertegun sejenak melihat ketampanan dan wibawanya.
Sayangnya, pria yang begitu mempesona dan berkarisma ini justru ditakdirkan tidak memiliki keturunan.
Ning Tanhuan mengabaikan pandangan Shen Jia yang penuh rasa kasihan dan simpati. Tatapannya beralih ke arah Shen Xia dan berkata, "Perihal hari ini adalah kesalahpahaman ibu. Aku telah membujuknya untuk membebaskan kalian dari hukuman. Kembalilah dan beristirahatlah."
Shen Jia bangkit dari tikar sembahyang, menundukkan kepala sambil menutupi wajahnya, dan memberi hormat kepada Ning Tanhuan sebelum melarikan diri seperti dikejar sesuatu. Seolah-olah ia takut Ning Tanhuan akan menyukainya.
"Terima kasih, Kak Tanhuan." Shen Xia berdiri, lalu dengan patuh memberi hormat sesuai tata krama.
Ning Tanhuan tidak berkata apa-apa, hanya mengangguk ringan sebagai tanggapan, lalu berbalik untuk pergi. Namun, Shen Xia menatap bajunya dan berkata, "Bajumu robek."
Ning Tanhuan mengikuti pandangannya dan melihat bahwa lengan bajunya memang terdapat sobekan kecil. Mungkin tersangkut saat turun dari kereta kuda tadi. Jika tidak diperhatikan dengan saksama, itu tidak akan terlihat.
Shen Xia mengeluarkan sebuah paket kecil berisi jarum dan benang dari lengan bajunya, lalu mulai menjahit robekan di bajunya dengan serius.
Dalam cahaya lilin yang redup, Shen Xia semakin mendekat saat menjahit. Aroma mawar yang manis dan lembut seolah-olah menyelinap ke dalam hidung Ning Tanhuan, membuat tubuhnya tegang. la tanpa sadar ingin mundur selangkah.
"Jangan bergerak," tegur Shen Xia sambil menatapnya sekilas. Mata persik-nya yang lincah membawa sedikit nada kesal tanpa disadari.
Ning Tanhuan patuh berdiri diam, ujung telinganya tiba-tiba memerah. la menunduk, melihat bulu mata Shen Xia yang seperti sayap kupu-kupu, sedikit bergetar saat ia fokus. Sangat menggemaskan.
la tiba-tiba teringat ucapan Shen Xia sebelumnya.
-"Aku sudah lama menyukai Kak Tanhuan."
"Selesai." Shen Xia mengakhiri jaitan terakhir, lalu menggigit benang untuk memutuskannya.
Ning Tanhuan diam-diam menghela napas lega, menelan ludah, lalu mengucapkan dengan suara serak, "Terima kasih."
Shen Xia tersenyum manis padanya. "Sama-sama, Kak Tanhuan."
Nada suara manis itu benar-benar tulus tanpa ada sedikit pun kepura-puraan, Ning Tanhuan bisa merasakannya. la berbeda dari Shen Jia saudara kembarnya.
Shen Jia selalu memanggil Ning Tanhuan dengan sebutan "Tuan Muda," semata-mata untuk menjaga jarak, mengingatkannya dan semua orang bahwa ia tidak tertarik pada posisi menantu di keluarga Ning. Ning Tanhuan tahu itu, tapi ia juga tidak peduli. Shen Jia tidak menyukainya, dan ia pun tidak menyukai Shen Jia.
Bagaimanapun, ia telah memutuskan untuk tidak membuka hatinya kepada siapa pun dan tidak berencana menikah agar tidak menyakiti orang lain.
Namun, saat ia hendak berbicara jujur, kata-katanya terhenti di tenggorokan, tidak bisa keluar.
Shen Xia tersenyum padanya, "Ada apa?"
Bibir Ning Tanhuan yang tipis terbuka sedikit, tapi akhirnya hanya berkata, "Tidak apa-apa."
...****************...
Di kediaman keluarga Ning, aula Songhe.
Nenek keluarga Ning sedang menyalin kitab suci sambil mendengarkan laporan pelayan tentang kejadian di tempat pemujaan.
Setelah mendengar ucapan Shen Xia yang membalas Shen Jia, nenek itu menarik napas panjang. "Xia, anak itu memang tahu berterima kasih."
Tidak sia-sia keluarga Ning membesarkan mereka dengan segala kemewahan dan kebaikan.
Nyonya Ning, ibu Ning Tanhuan, duduk di tempat lebih rendah dengan wajah penuh kekhawatiran. "Xia tahu berterima kasih, tapi apa gunanya? Yang aku inginkan adalah Jia."
Sebenarnya, saat pertama kali mengadopsi kedua saudara perempuan itu, Nyonya Ning tidak punya maksud lain. Namun, ketika mereka berusia sepuluh tahun, seorang peramal terkenal kebetulan datang ke kediaman keluarga Ning. la meramalkan bahwa Shen Jia memiliki keberuntungan besar dalam hal kesuburan, mampu memberikan keturunan untuk Ning Tanhuan.
Sejak saat itu, Nyonya Ning menetapkan Shen Jia sebagai calon menantunya, harapan satu-satunya untuk meneruskan garis keturunan keluarga Ning.
Nenek Ning menghela napas ringan. "Kita adalah keluarga terhormat. Sekalipun kau sangat menginginkan Jia, kita tidak boleh memaksa mereka menikah. Kalau tidak, bukan hanya menghasilkan pasangan yang tidak bahagia, tapi juga merusak nama baik keluarga Ning."
Nyonya Ning merasa malu. "Ibu benar."
Nenek Ning melanjutkan, "Tanhuan sudah berusia dua puluh tujuh tahun. Jika pernikahannya terus tertunda, dia akan menjadi bahan ejekan. Aku sarankan kau tidak hanya fokus pada satu orang. Xia sudah menunjukkan rasa sukanya pada Tanhuan, dan dia juga dibesarkan dengan penuh perhatian oleh keluarga Ning. Pertimbangkan dia."
Nyonya Ning ragu- ragu. "Xia anak yang pendiam dan sederhana, tidak secerah Jia. Selain itu ...."
"Selain itu, wajahnya terlalu cantik dan menonjol. Aku khawatir dia akan sulit diatur di rumah tangga dan membawa aib pada Tanhuan di masa depan."
Meskipun Shen Xia dan Shen Jia adalah saudara kembar, penampilan mereka sangat berbeda.
Shen Jia memiliki kecantikan sederhana, fitur wajahnya lembut dan biasa saja, terlihat anggun tetapi tidak mencolok.
Shen Xia, sebaliknya, adalah kecantikan luar biasa dengan daya tarik yang terang dan mencolok. Sepasang mata peach blossom-nya yang berkilauan dan senyuman yang memikat dapat dengan mudah menawan hati pria mana pun.
Tuan Ning memanjakan selirnya, Nyonya Zou, karena kecantikannya. Dia bahkan melahirkan anak lelaki dari selir, Ning Changwen.
Nyonya Ning tentu saja sangat membenci wanita-wanita cantik yang memikat seperti ini.
Nenek Ning hanya menggelengkan kepala ketika mendengar hal ini, "Menilai seseorang tidak boleh hanya dari penampilan, tetapi dari karakter batinnya. Selama bertahun-tahun kamu memilih perempuan-perempuan biasa dari kalangan putri bangsawan di ibu kota untuk Tanhuan, tetapi meskipun wajah mereka biasa saja, adakah yang benar-benar bebas dari prasangka duniawi dan tidak memandang rendah Tanhuan?"
Nyonya Ning tetap ragu, "Lebih baik kita periksa lagi."
Nenek Ning tidak memaksanya, hanya berkata, "Beberapa hari lagi guru wanita akan datang ke rumah untuk mengajar. Kamu kirim orang untuk diam-diam mengamati, agar dapat menilai karakter Jia dan Xia."
"Baik, Ibu."
Ibu mertua dan menantu perempuan itu berbincang cukup lama hingga hari mulai gelap, barulah mereka berpisah.
Di sisi lain, di kediaman selir Zou, para pelayan dengan semangat menggambarkan bagaimana Nyonya Ning dipermalukan di hadapan Shen Jia hari ini, hingga wajahnya terlihat sangat buruk.
Nyonya Zou, sambil makan biji semangka, tertawa terbahak-bahak mendengar cerita itu.
"Memuaskan, benar-benar memuaskan," Nyonya Zou meneguk teh hangat untuk melembapkan tenggorokannya, lalu terus menggodai putranya, Ning Changwen.
"Apa gunanya menjadi anak sah? Apa gunanya meraih peringkat tiga tertinggi dalam ujian kekaisaran?
"Semua wanita di ibu kota enggan menikah dengannya. Dia bahkan harus memaksa seorang gadis yatim piatu yang diadopsi. Sangat memalukan."
Ning Changwen duduk dengan santai, memegang buku yang hanya dibacanya sebentar sebelum melemparkannya dengan tidak sabar.
"Buku-buku klasik ini, penuh dengan kata-kata aneh, hanya membuatku sakit kepala. Aku tidak akan membacanya lagi."
Nyonya Zou mendekat, memijat kepalanya untuk menenangkan, "Kalau tidak mau baca, ya tidak usah. Tidak perlu mengejar jabatan. Tunggu saja hingga Ning Tanhuan berusia tiga puluh tahun tanpa anak, maka gelar pewaris itu pasti jatuh padamu."
Ning Changwen memang mengincar hal ini. Dia tidak pandai membaca, sudah mencoba ujian kekaisaran berkali-kali tapi tidak lulus.
Namun Tuan Ning punya banyak anak. Istri dan selirnya selama bertahun-tahun telah melahirkan enam anak perempuan dan satu anak lelaki. Dalam hal ini, dia jauh lebih unggul dari Ning Tanhuan.
Namun, Nyonya Zou tetap khawatir, "Kudengar Shen Jia memiliki keberuntungan besar untuk mudah hamil. Sekarang dia memang tidak mau, tapi bagaimana jika di masa depan dia berubah pikiran? Apakah keturunan dari istri utama tidak akan punya peluang untuk menggantikan gelar?"
Ning Changwen mencibir, "Masalah itu mudah diselesaikan."
...****************...
"Anak perempuan keluarga bangsawan harus sopan dan berperilaku baik, serta menguasai seni-seni halus.
"Keluarga Ning mempekerjakan guru wanita untuk kedua nona muda, agar mereka tidak mempermalukan diri di pertemuan para bangsawan nanti."
Di kediaman Xuan, pelayan setia, Xing Momo, dikirim oleh Nenek Ning untuk memberikan pengarahan.
Hari masih pagi, Shen Jia mengantuk dan berdiri tanpa reaksi, sementara Shen Xia sudah mencuci muka dengan air dingin, terlihat segar dengan tata rias dan pakaian yang rapi.
Xing Momo diam-diam mencatat hal ini, sambil memikirkan sesuatu.
Tempat belajar berada di Zhilan Yuan. Saat Shen Xia keluar dari paviliun, dia bertemu dengan Ning Tanhuan yang bersiap berangkat ke istana.
Tanhuan mengenakan pakaian upacara merah tua, sabuk emas di pinggangnya berkilauan, rambutnya diikat rapi, menonjolkan wajahnya yang dingin dan sulit didekati.
Shen Xia memberi hormat dengan senyum, "Selamat pagi, Kak Tanhuan."
Ning Tanhuan berhenti sejenak, lalu membalas hormatnya.
Ini adalah pertama kalinya dia mendengar adik angkatnya ini menyapanya sejak lama.
Berdiri disebelah nya, Shen Jia yang tidak rela, terpaksa mengikuti Shen Xia untuk memberi hormat.
Namun, sebelum tubuhnya sempat membungkuk, Ning Tanhuan sudah berbalik pergi.
Seolah-olah dia tidak melihat keberadaannya sama sekali.
Shen Jia merasa malu dan diam-diam mengeluh pada adiknya, "Kenapa kamu harus memberi hormat seperti itu?"
Shen Xia menjawab, "Bertemu dengan anggota keluarga yang lebih tua harus memberi hormat, dan ayah atau kakak yang akan pergi ke istana harus diberi salam. Bukankah itu aturan sopan santun?"
Shen Jia memarahi, "Bodoh! Dalam keluarga seharusnya tidak ada aturan kaku seperti itu. Keluarga adalah tempat yang bebas dan hangat, bukan dipenuhi dengan aturan yang menyesakkan."
Shen Xia terdiam, bingung apakah kakaknya ini jujur atau hanya bodoh. Dia mencoba menjawab dengan lembut, "Kakak, kita hidup di kediaman Ning. Kita harus mengikuti aturan kediaman Ning, bukan meremehkan tradisi leluhur yang sudah ratusan tahun."
Shen Jia mendengus, merasa percuma menjelaskan, "Sudahlah, kamu tidak akan mengerti. Bagiku, semua aturan ini hanya cara keluarga bangsawan untuk membedakan diri dari rakyat biasa, sok tinggi hati."
Shen Xia memberi isyarat untuk diam, tetapi Shen Jia tidak sadar bahwa percakapan mereka didengar oleh Xing Momo.
Dalam hati, Xing Momo semakin kecewa pada Shen Jia.
Rumah kediaman Ning yang memiliki tradisi ratusan tahun dihormati karena aturan dan tata cara mereka. Tetapi di mata Shen Jia, itu hanyalah kepura-puraan.
Jika orang seperti itu menjadi nyonya Ning di masa depan, bagaimana dia akan mengelola keluarga ini?
Xing Momo hanya menggelengkan kepalanya.
Guru wanita sudah menunggu di Zhilan Yuan. Pelajaran hari ini adalah seni merangkai bunga.
"Pengaturan bunga adalah seni. Dalam kitab disebutkan, hubungan antara bunga seperti hubungan para selir dalam istana ...."
Guru itu memberikan pelajaran dengan penuh semangat, tetapi Shen Jia mulai mengantuk dan tertidur.
Shen Xia justru mendengarkan dengan penuh minat. Jarang ada momen tenang yang penuh keindahan seperti ini.
Ilmu merangkai bunga adalah sesuatu yang baru baginya.
Saat memikirkan Ning Tanhuan yang seperti pria pendiam, Shen Xia tiba-tiba mendapatkan ide cemerlang.
"Guru, jika ingin memberikan rangkaian bunga kepada seorang pria, tema apa yang sebaiknya dipilih? Bunga apa yang cocok dipadukan?" tanya Shen Xia.
Guru wanita itu terkejut.
la mengira nona Xia ini hanya mendengarkan dengan asal-asalan, sekadar menjalankan tugas.
Namun, ternyata Shen Xia sungguh-sungguh memperhatikan pelajaran ini.
Guru wanita itu merasa senang, sehingga ia menjelaskan dengan lebih semangat.
"Sebentar lagi hari Duanwu (Peh Cun), kamu bisa memilih bunga musiman, seperti bunga Xuan, bunga hollyhock, bunga Ixora, dan lainnya. Pilih lima jenis bunga untuk dirangkai. Kami menyebutnya Wu Rui Hua (Lima Bunga Keberuntungan), yang memiliki makna mengusir roh jahat dan racun."
Shen Xia bertepuk tangan sambil tertawa kecil, "Bagus sekali, kalau begitu aku akan mencoba merangkai Lima Bunga Keberuntungan ini."
Setelah itu, ia mulai dengan serius memilih lima jenis bunga, memikirkan bagaimana cara memadukannya.
Di sisi lain, Shen Jia terbangun sebentar dan merasa sangat bosan.
Melihat guru wanita itu meninggalkan ruangan sebentar, ia segera mendekati Shen Xia dan berbisik, "Aku mau keluar sebentar. Jika guru wanita atau pelayan bertanya, katakan saja aku sakit perut dan pergi ke kamar kecil."
Shen Xia yang sedang asyik merangkai bunga bahkan tidak mendengar apa yang Shen Jia katakan.
Tanpa menunggu jawaban, Shen Jia dengan diam-diam meninggalkan taman Zhilan Yuan dan memanjat tembok keluar untuk menemui seseorang.
Orang itu bilang akan menunggunya di gang belakang Lantai Lanxiang untuk menunjukkan padanya dunia warna-warni yang belum pernah ia lihat sebelumnya.
Ketika guru wanita itu kembali dan melihat kursi kosong, ia mengernyitkan dahinya.
"Nona Xia, di mana kakakmu?"
"Hah?" Shen Xia menatapnya dengan bingung dari balik bunga-bunga, "Aku tidak tahu."
Guru wanita itu menghela napas, merasa tidak bisa berbuat apa-apa dengan para nona dari keluarga Ning ini.
Namun, saat matanya tertuju pada vas rangkaian bunga di depan Shen Xia, ia terkejut.
"Ini kamu yang merangkai sendiri?"
Shen Xia mengangguk. la bisa melihat bahwa guru wanita itu sangat mengagumi rangkaian bunganya.
la sendiri juga menyukai hasilnya.
Lima bunga, termasuk hollyhock, delima, dan Acorus calamus, berpadu serasi di dalam vas bermotif awan.
Selain itu, Shen Xia juga menggantungkan kantong wangi berbentuk simbol harimau yang indah pada ranting delima, melambangkan pengusiran roh jahat.
Guru wanita itu memuji, "Luar biasa! Aku yakin pemuda yang menerima Wu Rui Hua (Lima Bunga Keberuntungan) ini pasti akan memuji kreativitasmu."
Shen Xia hanya membalas dengan tersenyum tipis.
...****************...
Ning Tanhuan kembali ke rumah Ning dari istana pada sore hari.
la membawa satu kotak makanan, sementara pelayannya, Yong bi membawa dua kotak di masing-masing tangannya.
Para pelayan di rumah mencoba mengambil alih kotak makanan dari tangannya, tetapi ia menolak.
Setibanya di taman kediaman, Ning Tanhuan meminta Yong bi untuk mengantarkan kotak-kotak itu ke aula Songhe milik neneknya, paviliun Yunruixuan milik Nyonya Ning Hou, dan kamar Shen Jia.
Kotak-kotak itu berisi kue-kue langka dari Zhenweigong yang baru dibuat, sesuatu yang biasanya sulit didapat karena antrian panjang.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!