NovelToon NovelToon

Tiba-tiba Hamil Saat Masih Sekolah

Si Gadis Paling Cuek

"Serius dikit dong Loli, lu merasa gak sih kalau akhir-akhir ini lu mengalami banyak perubahan?" Tanya seorang gadis cantik berkuncir kuda, mulai geram pada sahabatnya yang masih sibuk makan semangkok mie ayam padahal baru saja habis makan bakso. Entah mengapa Audy Mahaputri merasa aneh dengan perubahan mencolok pada sahabatnya itu.

"Lu kira gue power rangers?" Jawab santai Lolita Nismara Fidelia dengan pipi yang masih mengembung.

Karena omongannya tidak digubris, Audy menarik paksa dua mangkok makanan itu dari hadapan sahabat bebalnya.

"Lihat kedua mata gue dan dengarkan yang akan gue bicarakan dengan baik." Ucap Audy dengan tegas menatap tajam arah Lolita.

"Semenjak Lu ikut pulang kampung dengan keluarga angkat Lu waktu itu, tidak lama kemudian perut lu semakin hari semakin buncit. Ditambah, nafsu makan Lu yang juga semakin meningkat. Gue curiga Lu hamil." Tambah Audy lirih.

"Benar juga apa yang Lu bilang." Jawab Lolita sambil mengelus lembut perutnya yang mulai membesar.

"Lu bisa sesantai ini bicara tentang kehamilan?" Audy menepuk keningnya.

"Lalu gue harus bilang wow gitu? Cuma hamil kan? Semua cewek pada akhirnya juga akan hamil termasuk lu juga Dy." Jawab Lolita setelah menghabiskan semua makanan dan minuman yang dipesannya.

"Masalahnya lu belum nikah Lol, lagian lu hamil dengan siapa?"

Kring kring kring...

Pembicaraan berat sebelah itu akhirnya terpaksa ditunda, karena waktu istirahat sudah tiba. Dan sesaat lagi suasana kantin akan bertambah ramai. Sedangkan tadi, dua murid cantik itu sedang ada jam kosong di kelasnya. Jadi mereka memanfaatkan untuk sarapan.

"Tolong antar gue ke toilet Dy, perut gue tiba-tiba mual?"

"Lu sih rakus, makan gak kira-kira." Ucap Audy mulai kesal.

"Ngomelnya nanti aja deh, buruan." Jawab Lolita sambil berlari kencang menuju ke toilet paling belakang.

Huek... Huek... Huek...

Lolita memuntahkan semua isi perutnya, semangkok bakso dan mie ayam teronggok berceceran di lantai toilet. Sementara wajah Lolita berubah menjadi pucat pasi.

Meskipun jijik, tapi Audy tetap menemani Lolita. Dia tidak mungkin meninggalkan sahabat yang sudah sangat berjasa dalam hidupnya selama ini.

Audy dan Lolita sudah berteman sejak SMP. Mereka bertetangga, Lolita yang terlahir dari lingkungan kaya raya meskipun hanya tinggal dengan keluarga angkat tapi sebenarnya seluruh harta kekayaan adalah milik almarhum orang tua Lolita. Sementara orang yang kini dipanggil mama dan papa tidak lain adalah kakak angkat dari ayah kandung Lolita. Dulu kakek dan neneknya lama menanti keturunan, hingga mereka mengangkat anak laki-laki yang berusia lima tahun, ditemukan luntang lantung sendirian di jalanan. Hingga akhirnya setahun kemudian lahirlah ayah kandung Lolita.

Meskipun statusnya hanya paman angkat, tapi keluarga mereka sangat baik dan tulus dalam memperlakukan Lolita. Paman dan Bibi Lolita yang dipanggil mama papa itu mempunyai satu orang putri yang tinggal di luar negeri sejak kuliah.

Papa Bagas Wicaksono dan mama Elena Rosalina bahkan sudah menganggap Lolita seperti anak mereka sendiri.

Sedangkan Natasya Amelia juga sangat sayang dengan Lolita seperti adik kandungnya sendiri. Kebersamaan mereka berempat seolah tidak ada dinding pembatas. Mereka hidup rukun saling mengasihi.

Tapi ada yang tidak disadari oleh Lolita, mengenai keterlibatan keluarga angkatnya dalam konspirasi besar yang membuat Lolita saat ini hamil tanpa tahu siapa yang menghamilinya.

"Sebaiknya lu pulang aja Lol dari pada di sini nanti malah bikin heboh satu sekolah. Masa iya, belum nikah udah hamil gede." Oceh Audy yang sama sekali tidak digubris Lolita.

"Iya gue pulang aja lah, males juga gue sekolah hari ini." Jawab Lolita tidak nyambung.

"Terserah, gue pusing." Timpal Audy.

Setelah meminta ijin pulang kepada guru piket jaga dengan alasan sakit, di sinilah Audy dan Lolita berada. Sebuah mall terbesar di kota ini. Bukannya langsung pulang ke rumah, tapi Lolita justru merengek minta diantar ke mall. Tujuannya adalah ke salon.

"Antar gue ke salon ya Dy." Ucap Lolita saat itu.

"Lu emang rada-rada Lol, lu itu ijin pulang karena sakit. Bukannya buat bolos lalu ke salon pagi-pagi begini, kayak orang ngidam." Ucap Audy kesel tapi tetap menuruti permintaan sahabat itu.

"Lu kira gue ibu hamil bilang ngidam segala." Jawab Lolita.

"Tunggu, gue ingat lu memang sedang hamil kan?" Tanya Audy.

"Gue gak hamil Dy, lagi pula gue belum nikah. Trus siapa dong yang hamilin gue?"

"Asli, lu gak sadar atau emang lu gak tahu sih. Gue lama-lama stres mikirin lu."

"Lah ngapain lu mikirin gue?"

"Karena lu sahabat gue, dodol."

"Udah lah, mending kita masuk. Gue pingin pijat dan lulur."

Dengan terpaksa tapi juga senang, karena bisa treatment gratis di salon ternama yang pasti biayanya tidak murah. Audy pun mengambil pilihan untuk perawatan wajah dan rambut. Berbeda dengan Lolita yang melakukan perawatan untuk satu badan.

Saat ini, Lolita sudah tiduran di atas brangkar khusus untuk perawatan setelah semua baju dilepas.

Terapis yang sedang memijat tubuh Lolita merasa ada yang janggal saat menyentuh bagian perut murid SMA itu. Terlalu buncit dan juga keras di bagian bawah. Seperti sedang hamil, tapi masih sekolah. Karena rasa penasaran yang tinggi, akhirnya terapi yang bertag nama Widya Astuti pun bertanya.

"Maaf, apakah nona sedang hamil?"

"Oh, sahabatku bilang aku memang sedang hamil. Tapi aku merasa tidak pernah ada yang menghamili aku mba." Jawab santai Lolita.

"Tapi perut nona sangat keras, saya takut untuk memijatnya. Jadi saya lewati saja bagian perutnya. Saya pijat tubuh lainnya saja." Ucap Widya karena tidak ingin bertanya lebih jauh privasi pelanggannya.

"Iya mba, atur saja. Tapi memang perut aku sudah tiga bulan ini semakin kencang dan membesar. Kayaknya nanti sepulang dari sini aku mau ke dokter."

"Sebaiknya memang begitu non, kalau perlu ke dokter kandungan. Saya curiga nona hamil." Saran Widya.

Setelah perawatan beberapa jam, akhirnya Lolita dan Audy beranjak pulang.

"Dy, ternyata bukan hanya lu yang mikir gue hamil. Tadi terapis yang mijat gue bilang juga gitu. Dan saat itu gue sadar memang perut gue keras dan besar." Ucap Lolita.

"Mending sekarang kita langsung ke dokter aja ya." Ucap Audy.

"Masak iya ke dokter kandungan pakai seragam sekolah." Protes Lolita.

"Kalau gitu, kita ke apotek beli test pack." Jawab Audy.

"Turun lu, beli sendiri sana. Gue tunggu di mobil." Ucap Audy begitu sampai di depan sebuah apotek dekat dengan mall.

"Kok gue?" Tanya heran Lolita.

"Lah lu yang hamil kok, masak iya gue yang beli. Ntar gue malu." Jawab Audy.

Ternyata Hamil

"Ya udah, tunggu sebentar." Ucap Lolita lalu bergegas untuk membeli alat tes kehamilan untuk dirinya.

"Mba, tolong berikan aku sepuluh buah test pack dengan aneka merek." Ucapnya pada pegawai apotek.

"Adeknya hamil?" Tanya pegawai itu.

"Gak tau, makanya mau dites. Sebab beberapa orang bilang aku hamil." Jawab Lolita tanpa beban.

"Adek masih sekolah kan? Makanya dek jangan suka pacaran kebablasan, akhirnya hamil padahal belum nikah."

"Eh mba sotoy banget deh, pacar aja gak punya gimana mau kebablasan." Jawab Lolita sewot.

"Ini dek test packnya." Ucap pegawai itu sambil menggelengkan kepalanya.

Setelah membayar, Lolita kembali ke mobil dengan mood yang memburuk.

"Ayo pulang." Ucap Lolita judes.

"Lah, lu kenapa monyong gitu mulutnya." Heran Audy melihat sahabatnya.

"Gue kesel, masak kata mbak apotek gue hamil karena kebablasan pacaran. Lu tau sendiri gue jomblo abadi. Gimana ceritanya bisa kebablasan." Omel Lolita mulai kesal.

"Hahahaha... Emang aneh kok, jomblo tapi hamil." Audy tertawa mengejek.

"Jangan ketawa lu." Sewot Lolita.

"Sekarang, lu pulang lalu istirahat. Dan coba pakai test packnya besok pagi" Ucap Audy mengingatkan.

"Assalamu'alaikum." Ucap Lolita sambil berjalan gontai memasuki rumahnya. Membuat mama Elena yang sedang bersantai kaget melihat anaknya terlihat lesu.

"Kok sudah pulang sayang?" Tanya mama menghampiri putri angkatnya itu.

"Lolita sedang tidak enak badan ma, ya udah loli masuk kamar dulu ya." Jawabnya lemah.

Mama Elena bukan tidak menyadari akan perubahan fisik sang putri tiga bulan terakhir. Tapi dia tidak bisa untuk berterus terang dan berkata jujur, karena ada kesepakatan yang masih harus dijaga rahasianya. Entah sampai kapan waktunya.

Dia hanya menuruti kemauan suami dan orang yang telah mengambil sesuatu yang berharga milik Lolita. Sebenarnya mama Elena merasa kasihan dan tidak tega karena Lolita masih terlalu muda. Tapi wasiat dari mertuanya dan keadaan yang membuat mereka mengambil keputusan sepihak.

"Semoga kamu ikhlas ketika tahu yang sebenarnya." Gumam mama Elena.

"APA?" Mata Lolita membola ketika garis dua dan tulisan plus terpampang nyata berwarna merah di atas sepuluh tespack yang dia beli kemarin atas paksaan sahabatnya.

"Jadi perut buncit ini bukan busung lapar, tapi ada bayi di dalamnya?" Gumam Loli frustasi.

"Bagaimana cara bayi ini bisa masuk ke dalam perutku?" Tambahnya.

Lolita mengusap lembut perutnya yang membesar itu, tidak ada air mata kesedihan seperti kebanyakan gadis SMA yang ketahuan hamil di luar nikah. Tapi raut kebingungan tercetak jelas di wajah cantiknya. Lolita berfikir dengan sangat keras dengan otak minimalisnya bagaimana bisa ada bayi tumbuh di dalam perutnya sementara dia masih gadis.

Tidak ingin berlama-lama larut dalam kebimbangan, sedangkan IQ di bawah rata-ratanya sangat susah diajak berfikir. Membuat murid SMA itu membiarkan semua terjadi begitu saja. Kehamilan tidak akan mengganggu kehidupannya. Lolita akan tetap pergi ke sekolah dan juga beraktivitas seperti biasa. Tapi dia berjanji akan menjaga bayi dalam perutnya dengan baik.

Setelah membersihkan diri dan bersiap berangkat sekolah, seperti biasa baju kekecilan dan rok kependekan sudah menjadi outfit khas seorang Lolita. Meskipun sudah berulang kali ditegur oleh guru, tapi tidak membuat gadis bertubuh tinggi itu patuh. Apalagi sudah sejak tiga bulan lamanya, seragam putih abu-abu itu semakin terlihat sesak dipandang mata.

"Kalau tidak salah ingat memang sudah tiga bulan aku tidak datang bulan, apa itu artinya bayi di perutku berumur tiga bulan ya? Pantas saja baju gue rasanya susah sekali dikancingkan. Apalagi rok gue kok semakin sesak, begah banget nih." Gerutu Lolita di depan sebuah kaca besar yang ada di kamarnya.

Tak ingin ambil pusing, Lolita segera turun ke bawah untuk sarapan. Gadis cantik berhidung mancung ini sejak dulu memang terbiasa sarapan sebelum berangkat. Pagi ini dia ingin sekali nasi goreng seafood. Semoga masih cukup waktu jika request dimasakkan oleh bibi.

"Bi Marni tolong buatkan nasi goreng seafood yang pedas ya."

"Loh sayang, sejak kapan kamu suka seafood? Bukannya kamu lebih suka nasi goreng jawa pakai pete?" Tanya mama Elena saat mendengar putrinya request masakan tidak biasa untuk sarapan pagi ini.

"Entah ma, tapi pagi ini Loli pingin sekali. Rasanya seperti ngidam gitu." Ucap enteng Lolita.

Deg

"Ka...kamu ngidam sayang?"

"Iya Mama, aku memang sedang ngidam. Lihat nih perut aku sudah mulai membesar. Ada bayi di dalamnya." Ucap bangga Lolita.

"Kamu tahu kalau sedang hamil sayang?" Mama Elena mulai panik.

"Baru tahu tadi pagi, tapi Loli gak tahu siapa yang menghamili. Mama tahu sendiri Loli itu jomblo abadi." Jawab Lolita.

"Kamu tidak ingin mencari tahu tentang siapa ayah dari bayi kami sayang?" Tanya mama lagi.

"TIDAK!" Tegas Lolita, gadis itu sama sekali tidak peduli asal usul kehamilannya. Yang penting dia hidup bahagia dan tidak kekurangan. Urusan yang pelik sebisa mungkin dia tidak pikirkan, karena pasti kepalanya akan tiba-tiba sakit sekali.

"Ya sudah, tunggulah sebentar. Biar mama bantu bibi supaya nasi gorengnya cepat selesai dimasak." Ucap mama Elena lalu pergi ke dapur dengan tertawa miris melihat putri bungsunya yang terkesan cuek.

Lolita bukan sejak lahir memiliki IQ rendah, tapi akibat kecelakaan yang mengakibatkan kedua orang tuanya meninggal saat dia masih kecil.

Kecelakaan tragis dan menjadi trending topik waktu itu, dimana pasangan suami istri pengusaha kaya raya meninggal di tempat dengan tubuh hancur. Sedangkan putri mereka yang baru berusia tiga tahun dinyatakan koma setelah kepalanya mengalami kebocoran. Hampir dua tahun lamanya Lolita kecil tertidur antara hidup dan mati di atas brangkar pesakitan.

"Wah enak sekali nasi gorengnya, aku mau tambah lagi." Ucapnya.

"Kamu masih lapar sayang?" Tanya mama Elena heran karena Lolita sudah habis satu piring penuh.

"Hooh... Akhir-akhir ini memang nafsu makan Loli berkali lipat." Jawabnya.

Dengan lahap, Lolita menghabiskan piring kedua dengan penuh semangat. Setelah itu dia langsung pamit berangkat.

Mengendarai mobil matic miliknya, Lolita menuju ke sekolah. Tidak lupa dia mampir ke rumah Audy untuk menjemputnya dan berangkat bersama.

"Lu kok tumben siang amat jemput gue?" Protes Audy cemberut.

"Gue tadi masih menikmati dua piring nasi goreng seafood sampai lupa waktu. Tapi masih belum telat kok, masih lama." Jawabnya.

"Gimana udah tes?" Tanya Audy.

"Udah, dan bener gue hamil. Mungkin bayinya udah 3 bulan."

"Dan lu masih bisa santai?"

"Terus gue harus apa? Nangis-nangis? bunuh diri? Ngapain?" Jawab Lolita.

"Bukan begitu, ah udah lah. Yang penting jaga kesehatan. Lagi pula sekolah ini juga punya lu, bisa diatur." Saut Audy.

Emosi Labil Bumil

Mobil yang dikendarai Lolita dan Audy tiba di gerbang Sekolah tepat waktu atau hampir saja pintu ditutup jika telat lima menit saja. Setelah memarkirkan kendaraannya di parkiran khusus yang membuat banyak murid iri, mereka berdua pun bergegas untuk memasuki kelasnya. Hanya Audy dan juga Kepala Sekolah yang tahu status Lolita.

Siapa sangka, gadis cantik yang teramat cuek ini adalah pemilik sekolah warisan dari almarhum kakeknya. Lolita tidak pernah menyombongkan dirinya, bahkan dia mau bergaul dengan siapa saja yang penting baik. Tapi ada satu siswi yang merasa primadona Sekolah merasa jika Lolita adalah saingan yang harus segera disingkirkan dari Sekolahan ini.

"Wah...wah...wah... Si dungu akhirnya datang juga. Udah telat, tapi jalan santai banget." Ejek Bianca Dealova, murid satu kelas Lolita yang sejak kelas sepuluh sudah memusuhi Lolita tanpa sebab.

"Iya dong, gue gitu loh." Jawab santai Lolita seperti biasa.

"Betewe gue lihat badan lu gemukan ya Lol." Ucap Bianca.

"Mau gemuk mau kurus, apa urusan lu?" Tanya balik Lolita.

"Gak ada urusan sih, tapi gue heran aja masak iya katanya orang kaya tapi perut buncit sampai kancing baju kayak terpaksa gitu masukinnya. Emang gak punya duit buat ngegym ya?" Ejek Bianca kemudian tertawa terpingkal-pingkal.

"Mungkin bunting?" Celetuk Vania Andara.

"Bunting atau busung lapar?" Saut Bianca sinis kemudian seisi kelas bersorak menertawakan bentuk perut Lolita yang memang tidak cocok untuknya.

Brak

Lolita menendang sebuah meja kayu yang ada dihadapannya dengan penuh kekuatan, hingga meja itu berguling menabrak Bianca dan Vania yang berdiri tepat di depannya.

"An jing... Dasar sin ting."

Setelah mengumpat, duo biang rusuh itu pun beranjak dan duduk di tempatnya sambil terus menatap tajam penuh permusuhan pada Lolita.

Sebenarnya Bianca merasa dendam kepada Lolita karena cowok incarannya justru mengejar Lolita tanpa kenal lelah.

Andre Wijaya cowok populer di Sekolah Lolita. Selain tampan, dia juga murid terpandai di kelasnya.

Sejak awal masuk SMA, Andre yang jatuh cinta pada pandangan pertama menjadi terobsesi untuk memiliki Lolita. Mulai dari pagi hingga pulang sekolah, Andre terus mengikuti kemanapun Lolita berada. Sementara itu Bianca yang merasa cintanya kepada Andre bertepuk sebelah tangan menjadikan Lolita kambing hitam atas penolakan yang dia terima hingga kini.

Kabar tentang kehamilan Lolita berhembus cepat dan tersebar hingga seantero Sekolahan. Tidak sedikit yang mencibir, namun bukan Lolita jika mendengarkan suara sumbang yang santer terdengar. Masih bersikap cuek seperti biasa, Lolita tetap enjoy menjalani hidupnya yang dia tahu mulai sekarang akan banyak rintangan akibat kehamilannya yang tiba-tiba saat masih Sekolah.

Berbeda dengan Lolita, ada seorang pria dewasa yang nampak menghembuskan nafas kasar. Keputusan sepihaknya ternyata berdampak luas dan mungkin akan merugikan gadis yang sangat dicintainya ini. Dia tidak menyangka jika malam syahdu yang dia lewati bersama dengan sang pujaan hati langsung membuahkan hasil. Tidak ada penyesalan, tapi dia merasa buruk.

"Katakan!" Ucap pria itu tegas.

"Pagi ini nona menjadi bahan bullyan di Sekolah akibat kehamilannya tuan. Saat ini, perut nona Lolita terlihat membuncit, dan itu membuat dia tidak bisa menyembunyikan lagi keadaannya." Jawab sang asisten.

"Pergilah." Usirnya pada asisten pribadinya.

"Apakah aku terlalu pecundang hingga takut mengungkap kebenaran padanya." Gumamnya.

Kejadian tiga bulan yang lalu sangat membekas diingatan pria yang memang mencintai Lolita sejak lama. Penantian panjangnya berbuah manis ketika pihak keluarga angkat Lolita menyetujui lamarannya. Apalagi didukung oleh wasiat perjodohan dari almarhum kakek Lolita dan juga nenek pria ini. Sehingga kata SAH menggema di sebuah masjid tanpa sepengetahuan Lolita.

Jika pada umumnya nikah karena perjodohan akan membuat pasangan saling memusuhi. Tidak bagi pria ini, justru dia bersyukur karena perjodohan itu membuat dia punya alasan kuat untuk mengikat gadis cantik yang sudah menarik perhatiannya sejak kecil. Hingga malam pertama yang dinantikan terjadi dengan keadaan Lolita yang sedang tidak sadarkan diri.

Bukan tanpa alasan dia melakukan itu pada Lolita. Jika dalam keadaan sadar, sudah tentu gadis cantik itu akan menolak tegas permintaannya. Karena entah mengapa, Lolita selalu menatap penuh kebencian kearahnya.

Hingga muncul ide gila yang sudah mendapat persetujuan dari kedua orang tua angkat Lolita. Pada akhirnya Lolita kehilangan mahkota berharganya.

"Lolita, kamu dipanggil ke ruang Kepala Sekolah." Ucap salah satu temannya usai kegaduhan yang terjadi.

"Hmm..." Gumamnya singkat, setelahnya Lolita beranjak dengan penuh percaya diri.

"Dasar cabe-cabean, masih sekolah udah bunting. Mana gak ada malunya."

"Hamil kok sekolah, pasti jual diri makanya hidup serba mewah."

Cibiran terdengar saat Lolita melintas.

Tok tok tok

"Silahkan masuk Lolita." Ucap Bapak Kepala Sekolah.

"Kenapa Anda memanggil saya." Ucap Lolita menatap tajam dan dingin.

"Duduk dulu Lolita, saya hanya ingin memastikan kebenaran dari banyaknya berita yang berhembus atas dirimu."

"Apa yang ingin Anda ketahui, apakah tentang kehamilan saya ini?"

"Jadi benar kalau kamu hamil?"

"Benar, berita itu benar. Tapi saya tidak jual diri seperti gosip yang beredar. Tentu Anda tahu jika saya cukup kaya, sehingga tidak butuh pekerjaan hina untuk mencukupi kebutuhan hidup saya."

"Tapi sekolah punya aturan Lolita, murid tidak boleh hamil apa lagi di luar nikah. Tentu itu akan mencoreng nama baik..."

"Anda tentu tidak lupa jika Sekolah ini milik saya kan pak?" Ucap Lolita penuh intimidasi.

"Sa...saya ingat Lolita. Tapi hanya kita berdua yang tahu status kamu itu. Lalu bagaimana saya akan menyikapi dewan guru dan murid lainnya yang pasti akan menuntut keadilan atas keadaan yang terjadi padamu." Ucapnya frustasi.

Brak

"Apa salahnya jika saya hamil, toh saya tidak melakukan hal yang terlarang. Lagi pula semua perempuan di dunia ini pasti juga akan hamil pada waktunya. Lalu kenapa hanya karena saya yang hamil menjadi heboh seperti ini." Ujar Lolita marah.

"Aduh, Lolita masalahnya itu kamu belum menikah tapi sudah hamil."

"Bukan saya yang bermasalah, tapi kalian semua yang cari masalah. Saya saja juga bingung tiba-tiba perut membesar ternyata bukan busung lapar tapi ada bayi yang numpang hidup." Jawabnya makin ngaco.

"Sudah-sudah pusing saya bicara dengan kamu, nanti saya panggil papa dan mama kamu saja." Ucap Kepala Sekolah merasa sangat geregetan.

"Ya sudah, saya pergi dulu ya pak mau makan." Jawabnya.

Setelah kepergian Lolita dari ruangan itu, kemudian masuk seorang pria berpostur tubuh tinggi besar dan tegap. Sangat tampan dengan sorot mata setajam elang dan aura dingin yang kuat. Melangkah penuh keyakinan tapi ada rasa khawatir yang tersembunyi di sudut hatinya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!