NovelToon NovelToon

Ibu Aku Harus Kemana?

Bab.1 Kaira Lestari.

Tess…

“Bisakah kau membawaku bu? Aku sudah tidak sanggup lagi,aku menyerah bu..”bibir itu bergetar,dada yang terasa sesak dan air mata sudah berulang kali menetes melewati kulit pipi seorang gadis yang duduk di sebuah taman kecil,menyandarkan tubuh lemah nya ke sebuah batang pohon yang berdiri tegak.

Mata buram akibat air mata masih terus menetes menatap ke arah matahari,membayangkan wajah sang ibu di sana tersenyum ke arah nya.

“Aku sudah tidak kuat,mengapa kau meninggalkanku sendirian bu? Mengapa kau tidak mengajakku?”ucapnya lagi sembari menyentuh kening nya yang masih mengeluarkan darah.

“Hikss…hikss….hikss…”semakin dia mengucapkan setiap kalimat,semakin dadanya sesak.semua kesakitan yang ia tahan selama ini seakan keluar begitu saja tertumpah bersamaan isak tangisnya yang semakin manjadi jadi.

Bukan hanya tubuhnya saja yang sakit,hatinya lebih banyak merasakan luka dari pada tubuh itu.

.

Perlahan mata seorang gadis terbuka,tangan nya menyentuh kepalanya yang berdenyut dan sakit.

“Sshhh…”ucap nya,sembari berusaha duduk dan melihat ke arah sekitarnya.

Sudah hampir 3 jam ia tertidur di sebuah taman kecil.

Kaira terdiam,lalu dia kembali menyandarkan tubuh nya ke batang pohon di temani dengan hembusan nafasnya.

Lalu matanya kembali melihat ke arah senja yang sudah hampir tenggelam.tangannya kembali menyentuh keningnya.

Darah sudah mengering,tidak menetes lagi seperti tadi.lalu matanya melihat sebuah buku yang terletak di atas tanah,di samping nya.

Kaira meraihnya dan membukanya,sudah hampir setengah buku itu terisi dengan curahan hati nya yang akan ia sampaikan kepada ibunya.

Bibir Kaira kembali bergetar,setiap lembar buku itu berisikan rasa sakit yang ia alami setiap hari,tidak ada kebahagiaan di sana,semua isinya adalah lembaran peenderitaan hidup yang ia alami.

Lalu di lembaran kosong yang tersisa 15 lembar lagi,kembali ia akan menumpahkan penderitaan nya hari ini.

“Bu..hari ini papah melempar batu ke keningku karena aku di tuduh ibu tiri ku mencuri uangnya,padahal aku tidak melakukannya.papah juga tadi memukul badanku menggunakan kabel listrik bekas yang biasa ia gunakan memukul ku.”kembali bibir Kaira bergetar,gadis itu berusaha menahan air mata nya untuk tidak menetes dan membasahi lembaran bukunya.

Setelah merasa mendingan,ia kembali melanjutkan tulisan nya.

“Setelah memukul ku,papah menendang perutku bu,lalu ibu tiriku menjambakku.padahal apakah ibu tau? Bekas luka tadi malam masih ada di badanku.tapi papah sudah menambah luka nya lagi.

jangan tanya rasa sakitnya bu,semuanya sudah aku nikmati, aku bisa menutupinya dengan isak tangis ku padamu dan menahan rasa sakit nya.”

Kaira menutup bukunya,bola mata cokelat nya menatap kembali ke arah senja.”bisakah kau sampaikan apa yang aku alami di dunia ini kepada ibuku senja? Aku sudah tidak sanggup lagi,tidak ada yang membelaku di sini,semua orang menyiksaku,tidak ada yang menemaniku.tidak ada yang berharap aku ada di dunia ini.lantas mengapa sang pencipta menghadirkanku di sini?.tolong jawablah senja..”

Kaira menghapus air matanya,namun percuma saja, air mata itu masih terus menetes,sesak dada masih melekat dan bibirnya terus bergetar.

Setiap hari pertanyaannya,kenapa dia hidup? Kenapa dia harus ada? Dan kenapa dunia seakan mengucilkan nya? Sampai kapan penderitaan nya? Apakah ada ujung nya nanti di depan sana?

Kaira berdiri dari duduknya,celana jeans pendek berwarna biru dan kaos berwarna hitam yang sudah kusam,masih mampu menutupi luka tubuh nya.

Rambut panjangnya ia rapikan,di jadikannya satu dan di ikatnya dengan rapi.

Wajahnya ia usap menggunakan kedua tangan nya berharap terlihat lebih baik,walaupun tidak akan ada perubahan,matanya masih membengkak,bahkan keningnya yang terluka sudah mulai bengkak,dan darah kering menutupi lukanya.

Seluruh tubuh gadis itu tidak ada yang mulus,betisnya banyak bekas luka akibat libasan kabel bekas listrik,badannya juga tidak kalah banyak luka,bahkan tangan nya banyak bekas cubitan sang ibu tiri.

Kaira meraih bukunya dan memeluknya di depan dada,gadis itu menghela nafas sebelum melangkah meninggal kan taman kecil itu.

Taman kecil itu adalah saksi dirinya setiap hari menumpahkan rasa sakit yang ia jalani.hampir setiap hari dia kesana,tidak ada tempat tenang kecuali taman kecil itu,tidak ada yang tahu dirinya bagaimana kecuali taman kecil itu.

Anak sial

Kaira menatap rumah beton yang lumayan luas,bahkan halamannya di penuhi beberapa tanaman bunga yang lengkap dengan pot nya.

Di dalam rumah itu lah dulunya dia bahagia,dan di dalam rumah inilah sekarang dia menderita.

Lalu gadis itu melihat sandal polosnya berwarna hijau yang sudah menipis.bahkan orang lain mungkin tidak akan menggunakan sandal itu lagi.

Dirinya mulai melangkah kan kaki mendekat ke arah pintu rumah.

Ceklek…

Belum juga ia ingin membuka pintu,pintu itu sudah terbuka.

“Ma..ini Kaira sudah pulang..”Andini,iya nama gadis itu adalah Andini,saudari tiri Kaira.

Rambut butterfly nya ia gerai dan poninya ia roll menggunakan rollan warna pink.”darimana aja kamu? Mama dari tadi nyariin.”suara itu ketus,lalu gadis itu segera mendorong tubuh Kaira supaya menjauh darinya.”minggir,aku mau lewat.”ucapnya sembari memperbaiki shoulder bag berwarna hitam di bahunya.sepertinya gadis itu ingin keluar.

Tatapan menjijikkan Andini tunjukkan ke arah kaira.”jadi cewe kok bau banget..”

Suara itu masih terdengar Kaira, meski Andini sudah naik ke motor N-max milik nya.

Motor yang di gunakan gadis itu adalah hadiah ulang tahun yang di belikan Ayahnya saat Andini tepat berusia 17 tahun,bahkan ulang tahun gadis itu sangat meriah,semua teman teman nya di undang dan di jamu dengan baik.

Kaira lah yang menjadi pelayan nya 1 bulan yang lalu,ya pesta ulang tahun itu terjadi 1 bulan yang lalu.

“Darimana aja kamu?”

Bentakan itu membuat pandangan Kaira beralih ke sumber suara saat tadinya dia melihat adik tirinya sudah pergi.

“Aku da-“

Belum juga Kaira menjawab,wanita paruh baya itu menarik kasar tangan nya untuk masuk ke dalam rumah,bahkan sangking kuatnya tarikan itu,buku dengan sampul doraemon yang ada di tangan nya terjatuh ke lantai.

Ingin rasanya Kaira berucap,pelan pelan ma,sakit..

Tapi dia tidak berani,percuma juga ia mengatakan hal itu,ibunya tidak akan menanggapi.

“Lihat! Piring kotor,pakaian berserakan dan makan malam belum siap.”Mita melemparkan tubuh Kaira ke lantai sembari menunjuk kan dapurnya yang berantakan.

Mata tajam wanita itu menatap ke arah Kaira,terlihat tatapan benci di sana,seakan dirinya ingin menelan Kaira hidup hidup.

“Dari mana saja kamu? Mau ngasih tahu ke semua orang bahwa Ayahmu baru memukul mu iya?”ucap wanita itu lagi sembari berdacak pinggang.”dengar ya, tidak akan ada yang mengasihi manusia sepertimu.cepat bersihkan semuanya! Sebentar lagi Ayahmu pulang dan melihat pekerjaan belum siap,tangan kanan mu itu tidak bisa kau gunakan lagi.”

Plak…

Mita menendang kaki kanan Kaira sebelum wanita itu meninggalkan dapur.

Kaira berdiri dari duduk nya,gadis itu melihat sekeliling nya,semuanya berantakan.

Kaira terlebih dahulu mencuci piring kotor yang ada di wastafel,lalu gadis itu memasak nasi di magicom.

Gadis itu membuka kulkas,matanya melihat hanya tempe dan ikan teri yang ada di sana.

Gadis itu berencana akan menggorengnya dan menambahkan kacang sebagai penyempurna ikan mereka.

Dirinya sibuk memasak,sembari memotong sayur wortel dan kentang untuk ia tumis.

Kecepatan kerja dan ketelatenannya menguasai alat dapur,menandakan bahwa sepertinya sudah setiap hari gadis itu mengerjakan masalah dapur.

“Huhh…sudah siap..”ucapnya tersenyum tipis sembari menutup makanan yang ia sajikan menggunakan tudung saji yang ada di atas meja makan.

Kaira sendirian.

Kaira melangkah kan kakinya menuju ruang tamu.matanya melihat jam dinding menunjukkan pukul 18:55 WIB,pertanda 5 menit lagi papah nya sudah pulang dari kantor.

Bekerja sebagai Asisten di sebuah perusahaan besar adalah profesi ayahnya.

Gadis itu melihat ke arah bukunya yang masih terletak di lantai.

Kaira mengambilnya dan membawanya masuk ke dalam kamar.ibunya tidak terlihat,dan Kaira bisa tahu ibunya pasti ada di kamar mereka.mungkin mandi atau tidur tiduran.

Kaira meletakkan bukunya di atas meja belajar miliknya.gadis itu mengambil handuk yang aturannya dulu berwarna pink terang,kini berubah menjadi pink pudar,bisa di bilang warnanya seperti tidak pink lagi,lebih ke peach kusam.

Jika di ingat ingat,sepertinya sudah 10 tahun handuk itu ada padanya,bahkan pinggir pinggirnya sudah banyak yang robek.Kaira masih tetap menggunakan nya karena dirinya tidak punya handuk cadangan.

Meminta di beli? Kepada siapa ia minta? Dia tidak akan di perdulikan.

Setelah selesai membersihkan tubuhnya,Kaira segera keluar dari dalam kamar mandi.perutnya sudah lapar,tadi siang lambungnya tidak ia isi.

Bagaimana dia mengisi,saat dia sudah lelah berjalan pulang dari sekolah,ia malah di tuduh mencuri uang ibunya sebanyak 200 ribu,dan kebetulan tadi Ayahnya ada di rumah menjemput file yang katanya mendadak harus di pakai untuk miting.

Akhirnya Ayahnya itu pun memukul nya sampai menimbulkan luka di keningnya,bahkan tadi luka itu sempat ia bersihkan menggunakan air hangat yang dicampur garam saat dia sudah selesai memasak di dapur.

Kaira melihat papah nya duduk di ruang tamu sembari sibuk bermain ponsel.

“Papah sudah pulang?”setiap hari gadis itu masih bertanya kepada lelaki paruh baya itu,walaupun setiap luka di tubuh dan batinnya selalu dihadirkan pria yang seharusnya menjadi pelindung nya.

“Hmm…”Bima tidak melihat ke arah puterinya.

“Mau di buat kan kopi pah?”

“Kamu mau cari perhatian sama ayahmu?,tidak usah nanti kamu buat racun lagi di dalam nya.”Mita keluar dari dalam kamar sembari menggunakan handbody ke kedua tangan nya.

Celana jeans dan baju berbentuk V berwarna hijau muda lalu shoulder di bahu kanannya.

Kaira menebak sepertinya ibunya akan pergi ke suatu tempat.

“Ayo pah..mama sudah siap..”

Bima berdiri dari duduknya lalu memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya.

“Mama dan papah mau kemana?”

Mita menggandeng tangan suaminya.”papah ngajak makan di luar,di restoran Andini udah nunggu.kamu jaga rumah ya..”

Pasangan suami istri itu melangkah kan kaki keluar dari dalam rumah,Kaira mendengar pintu di kunci dari luar.

Gadis itu menghela nafas.hatinya ingin sekali ikut,menikmati makanan di luar seperti dulu bersama ibu kandung nya,tapi tidak mungkin dia ikut,dia tidak di ajak,bahkan kalau dia menawar untuk ikut pun ibu tirinya pasti tidak mau membawanya.

Karena bukan satu atau dua kali dia sering di tinggal di rumah sendirian.

Kaira melangkah kan kaki menuju dapur,tangan nya membuka tudung saji,dia mengerutkan keningnya.makanan yang ia masak tadi tidak ada di sana.

“Kemana tempe goreng dan sayurnya?”tanyanya sembari melihat sekeliling.

Kaira mencari ke setiap sudut dapur,namun hasil nya zonk.dia tidak melihat makanan itu.

Kembali lagi ia menghela nafas,dia sudah bisa menebak ini kerjaan ibunya.pasti wanita itu menyimpan semua hasil masakan nya.

Kaira mendaratkan bokongnya ke atas kursi makan,menyandarkan tubuhnya kesandaran kursi.

Di tengah heningnya malam,bahkan jika semut berjalan,pasti terdengar oleh telinga.air mata itu kembali menetes,bibirnya bergetar menahan sesak di dada.

Ahkk dia menangis lagi,walaupun dia sudah berusaha menahannya,tapi tetap juga air mata itu turun.

ya,dia akui dia cengeng,dia lemah,dia tidak kuat,hanya menangis yang bisa ia lakukan melampiaskan rasa sakit hatinya.lalu apa lagi? Tidak ada.dia tidak bisa seperti orang orang,jika sakit hati ataupun sedih,pergi menikmati makanan kesukaan nya.

Mulutnya tidak sanggup untuk mengeluarkan kata kata lagi.

Mata nya berkedip,berhenti menatap bola lampu yang mengeluarkan cahayanya.dengan lemah ia berdiri dari duduknya, melangkah ke arah kamar.

Perutnya sudah sangat lapar,tidak ada stok makanan di kulkas,karena tadi saat memasak dia sudah menghabiskan semua stok makanan untuk di masak.

Dan stok makanan siap saji untuk di santap hanya ada di kulkas yang ada di kamar milik Andini,gadis itu meminta supaya kamarnya di isi dengan kulkas.

Ceklek…

Kaira melangkah masuk ke dalam kamar miliknya dan menutup pintu itu kembali.

gadis itu naik ke atas kasur lusuh nya,ya,kasur yang ia tiduri adalah kasur yang dibelikan ibu nya dulu sebelum ibunya meninggal satu tahun ke depan nya.

Walaupun kasur itu sudah lusuh,Kaira tidak masalah kasurnya tidak di ganti oleh ibu sambung nya,karena dia merasa bisa memeluk ibunya dari kasur itu jika ia rindu.

“Kalau tidur mungkin laparnya bisa ku tahan.”ucapnya sembari menutup matanya.

Masih ada sisa sisa air mata di sudut mata,gadis itu mengusap nya dulu menggunakan tangan nya sebelum matanya tertutup rapat.

Ia memeluk bukunya,buku yang menjadi teman curhatnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!