Senyum Di Kegelapan
episode 1
Nanda
Dinda, kamu udah pulang belum?
Nanda
Di lorong rumahmu... barusan aku lihat ada yang berdiri tegak.
Hitam, tinggi.
Tapi anehnya... dia senyum.
Dinda
HAH?
Nanda, jangan becanda! Aku sendiri di rumah!
Nanda
Aku serius, Din.
Aku nganterin novel ke rumahmu tadi. Tapi kamu nggak keluar.
Pas aku mau balik, aku lihat dia. Di dekat pintu samping. Karena aku ga tau dia siapa,
aku langsung buru - buru pulang aja .
Dinda
Pintu samping...?
Tunggu. Aku... denger suara ketukan sekarang.
[22.48 - Voice Message from Dinda - 0:06]
Suara ketukan pelan. Kemudian... suara bisikan: “Buka... aku bawa senyuman...”
Dinda
NANDA ITU APA?!
AKU TAKUT!!
Nanda
JANGAN DIBUKA!
ITU BUKAN AKU!
AKU MASIH DI JALAN BALIK!!
Dinda
Tapi...
kenapa dia tahu namamu?
[22.49 - Photo sent by Dinda]
Foto kabur dari pintu yang terbuka sedikit. Ada mata mengintip. Senyum lebar. Tapi... terlalu banyak gigi.
Dinda
Terlambat.
Dia sudah ada di dalam.
Dan dia masih...
tersenyum.
Episode 2: Bisikan di Balik Dinding
Nanda
Dinda?
DINDA JAWAB!!!
Aku udah depan rumahmu, pintunya kebuka...
[22.57 - Photo sent by Nanda]
Foto ruang tamu gelap, hanya diterangi cahaya lampu jalan dari luar. Di lantai, ada jejak basah... bentuknya aneh. Seperti lima garis panjang, seperti jari-jari tangan, tapi lebih besar dan melengkung.
Nanda
Ada jejak kaki, Din...
Tapi... kok jejaknya kayak... jari-jari tangan?
Dinda
Nanda, tolong jangan masuk.
Dia belum pergi...
Aku dengar dia... berbisik di dinding.
Nanda
Dinding?
Dinda, kamu di mana sekarang?
Dinda
Aku... di loteng.
Aku kunci dari dalam. Tapi... suara bisikannya nembus tembok.
Dia ngomong sesuatu... berulang-ulang...
Dinda
"Sen-yum un-tuk-mu... sen-yum un-tuk-mu..."
Terus kayak ada suara gigi digesek.
[22.58 - Voice Message from Nanda - 0:10]
Suara lantai berderit pelan, lalu suara napas tercekat. Di akhir rekaman: “Dia senyum... untukmu juga.”
Nanda
Dinda...
Apa maksudnya dia senyum untukku juga?
Kenapa dia tahu nama kita?
Dinda
Aku nemu buku tua di gudang, Nan...
Punya almarhum kakekku. Ada simbol aneh, dan halaman yang cuma bilang:
"Panggil senyum yang tak pernah padam. Tapi pastikan kau siap menatap balik."
Nanda
Kamu... buka ritual apa, Din?
Dinda
Aku... aku pikir itu cuma cerita.
Aku baca keras-keras... sendirian.
Setelah itu... dia datang.
Pertama kali aku lihat dia... dia berdiri di cermin,
tapi pantulannya nggak ngikutin gerakanku.
Nanda
ASTAGA...
Cerminnya masih di sana?
Dinda
Masih. Di loteng.
Dan sekarang... dia mulai keluar dari sana.
Tangannya... udah nyentuh lantai.
[22.59 - Photo sent by Dinda]
Foto buram dan gelap. Terlihat cermin besar dengan bayangan samar. Ada senyum... tapi tak ada wajah. Hanya gigi yang melayang.
Nanda
Aku bakal naik. Aku bawa senter.
Kamu harus keluar dari situ!
Dinda
Jangan...
Dia bilang... kalau kamu naik...
"Kita akan tersenyum bersama... selamanya."
[23.00 - Pesan tidak terkirim]
“Nanda is typing...”
Episode 3: Cermin Yang tidak Pecah
Nanda
Dinda?
Pesanmu tadi putus. Aku naik, oke?
Kalau kamu sembunyi, kasih kode apa pun.
Nanda
Din... aku denger suara tawa kecil barusan dari loteng.
Tolong bilang itu kamu...
[23.06 - Voice Message from Dinda - 0:04]
Suara serak. Bukan suara Dinda.
"Naiklah... dia sudah tersenyum untukmu."
Nanda
ITU BUKAN DINDA!!
DINDA KAMU DI MANA SEBENARNYA?!
[23.07 - WhatsApp Call: Missed Call from Nanda]
Nanda : Aku di tangga.
Cahayanya mati total, tapi aku nyalain senter.
Setiap anak tangga berderit...
tapi bukan cuma karena aku.
Ada suara lain... kayak napas di belakangku.
Tapi pas aku noleh, kosong.
Nanda
Aku di depan pintu loteng.
Terkunci dari dalam.
Tapi... sekarang aku denger suara bisikan. Bukan satu, tapi dua.
[23.09 - Photo sent by Nanda]
Foto pintu loteng. Ada bekas goresan di kayunya, membentuk senyuman panjang... seperti dipahat paksa.
Dinda
Jangan buka.
Kalau kamu buka,
kamu akan lihat aku. Tapi bukan aku.
Nanda
Tapi aku harus selamatin kamu!
Dinda
Nanda... dengar baik-baik.
Tadi aku liat pantulan kita di cermin...
Tapi mereka bergerak lebih dulu.
Mereka... nyalin semua yang kita lakukan.
Sekarang mereka pengen lebih.
Dinda
Mereka pengen tubuh kita.
Pengen hidup kita.
[23.12 - Voice Message from Dinda - 0:07]
"Kalau aku hilang... jangan percaya versi aku yang tersenyum."
Nanda
Dinda?
Dinda aku denger sesuatu patah dari dalam loteng...
Kayak... suara leher dipelintir.
[23.14 - Incoming Call: Dinda]
Nanda
(Dijawab cepat)
Dinda?! Kamu nggak apa-apa?!
Dinda
(di ujung telepon, dengan suara tenang)
Aku baik-baik saja, Nan.
Sekarang... ayo kita tersenyum bersama.
Klik.
Panggilan berakhir.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!