Alina begitu bahagia karena sebentar lagi akan dinikahi oleh Jason yang merupakan kekasihnya sendiri, dan juga calon ayah dari anak yang sekarang tengah dia kandung.
"Kak Jason, setelah pernikahan kita nanti janji ya kita akan merawat anak kita dengan baik," ucap Alina gadis lemah lembut yang begitu mencintai Jason.
"Iya Sayang, itu pasti. Terima kasih ya kau sudah menemani aku selama tiga tahun ini, sampai hadirnya calon buah hati kita di tengah-tengah kebahagiaan yang kita rasakan," ungkap Jason sambil mengecup perut Alina.
Alina pun langsung bersandar di pundak Jason begitu juga dengan Jason yang langsung mendekap tubuh kekasihnya itu.
Selama tiga tahun ini hubungan mereka nyaris terdengar romantis dan baik-baik saja, bahkan di saat hamil seperti ini dengan sigap Jason bertanggung jawab dan segera ingin menikahi Alina.
Namun semuanya itu hanyalah sebuah ilusi yang tengah dirasa oleh gadis bermanik hitam itu, dua hari sebelum acara pernikahan tiba-tiba saja Jason hilang kabar, bahkan keluarga Alina sempat tidak terima, dan menuntut kepada keluarga Jason.
"Ibu Widya aku tidak terima pernikahan sudah tinggal Dua hari lagi akan tetapi anakmu Jason menghilang tanpa sebab, aku tidak mau keluarga besarku menanggung malu karena ulah anak anda!" bentak Arie ayah dari Alina.
"Maaf Pak Arie sebagai seorang ibu saya juga sedang bingung dengan cobaan ini, kami juga merasakan apa yang sekarang Bapak rasakan, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya," ucap Widya.
"Mengucap maaf memang perkara mudah Ibu Widya akan tetapi sebagai seorang Ayah saya tidak terima jika anak saya, menanggung malu semua ini, bagaimanapun caranya anak saya harus tetap menikah dengan anggota dari keluarga Ibu, siapapun orangnya yang terpenting anak saya menikah," tegas Arie.
"Tapi Pak Arie," cegah Widya.
"Tidak ada kata tapi, kalau seandainya keluarga anda mangkir dari masalah ini saya akan laporkan kasus ini ke pihak yang berwajib," ancam Arie.
Widya hanya bisa terdiam dia tidak tahu lagi harus memberikan jawaban apa lagi agar pria dihadapannya itu mau mengerti dengan keadaanya yang juga sama-sama terpukul atas menghilangnya anaknya yang tiba-tiba itu.
"Baiklah Pak, kalau begitu biar saya nikahkan Alina dengan salah satu keluarga kami," ucap Widya tiba-tiba.
Arie merasa lega akhirnya Widya mau bertanggung jawab untuk menggantikan sosok anaknya yang sudah kabur sebelum pernikahan.
Setelah kepergian keluarga dari Alina tadi, Widya pun langsung mendatangi rumah adik kandungnya untuk meminta bantuan, karena bagi Widya saat ini yang bisa membantunya hanya Sagara.
"Tok ... Tok ... Tok ..." Pintu kamar sudah di ketuk segera pemiliknya langsung membuka.
"Kak, ada apa kesini?" tanya Sagara bingung sendiri pasalnya mbaknya itu tiba-tiba menangis.
"Saga Tolong Kakak," pinta Widya dengan air mata yang mulai membasahi pipi.
"Mau minta tolong apa?" tanya Sagara.
"Saga, Jason kabur padahal acara pernikahannya sudah dekat, tadi sore keluarga dari Alina meminta pertanggung jawaban atas kaburnya Jason," adu Widya.
"Lalu apa keinginan mereka?" tanya Sagara kembali.
"Mereka menginginkan suami pengganti dari keluarga kita karena tidak mau menanggung malu," sahut Widya.
"Lalu apa yang akan Kakak lakukan," ucap Sagara.
"Saga dengan berat kakak minta tolong padamu tolong gantikan posisi keponakanmu itu Dek," pinta Widya.
Sagara langsung mengetatkan rahangnya seolah tidak terima dengan permintaan kakak perempuannya ini.
"Kak, apa-apaan ini masak aku di suruh menikahi seorang gadis yang sudah di jamah oleh keponakanku sendiri," tolak Sagara ketika Widya mulai membujuknya.
"Saga Kakak tidak tahu lagi harus minta tolong dengan siapa lagi, sementara keluarga dari pihak perempuan mendesak Kakak, karena memang perempuan itu pacar dari Jason," mohon Widya dengan air mata yang berlinang di pelupuk mata.
"Anak Kakak yang berbuat kenapa harus aku yang bertanggung jawab, lagian ada-ada saja Jason itu, habis menghamili anak orang main kabur saja," ketus Sagara yang memang sulit untuk menerima semuanya.
"Dek, jika kamu menolak Kakak, minta bantuan kepada siapa lagi, siapa orang yang bisa Kakak percaya di dunia ini selain kamu, apa kamu tega membiarkan Kakak di tuntut oleh keluarga Alina," ucap Widya dengan nada memelas membuat hati Saga tidak sanggup untuk menolaknya.
Meskipun bersikap dingin dan ketus, akan tetapi Saga merupakan pria yang begitu penyayang terhadap keluarganya sendiri, sedari dulu dia sudah hidup dengan Kakak kandungnya itu, mana mungkin dia tega membiarkan Kakak kandungnya menderita seperti itu.
"Sudah-sudah jangan menangis, si Jason memang kurang ajar, berani sekali dia mempermainkan pernikahan seperti ini," ucap Saga sambil memeluk tubuh kakaknya.
"Itu dia padahal sebelumnya Kakak sudah mewanti-wanti, pada itu anak tapi selalu saja dia membuatku kecewa Dek," adu Widya.
"Biarlah suatu saat nanti dia akan menyesal atas perbuatannya selama ini," sahut Saga.
"Jadi gimana apa kamu mau menjadi suami pengganti?" tanya Widya memastikan.
"Iya, biar aku saja yang menggantikan posisi Jason," jawab Saga dengan tegas.
"Makasih banyak Dek, kau selalu saja membatu Kakakmu ini," ucap Widya.
Kakak dan Jason merupakan harta yang aku miliki di dunia ini, sebandel apapun Jason aku tetap menyayanginya, hanya saja kalau masalah ini aku belum bisa memaafkan karena sudah berulang kali membuat hati Kakak kecewa," sahut Sagara.
Sagara dan Widya merupakan dua bersaudara yang sedari kecil hanya hidup bersama ibunya saja, banyak hal yang mereka lewati di waktu kecilnya sebelum Saga menjadi sukses seperti sekarang ini, maka dari itu Saga begitu tulus menyayangi Kakak dan keponakannya itu.
*******
Sedangkan saat ini, sang gadis begitu terpukul dengan keadaan yang sekarang tengah membelenggu dirinya.
"Jason kamu tega meninggalkan aku dan calon buah hatiku di saat hari pernikahan kita tinggal dua hari lagi, bagaimana aku bisa menghadapi semua ini bagaimana," ucap Alina dengan air mata yang mulai membasahi pipinya.
"Nduk, yang sabar ya, badai ini pasti akan berlalu, di setiap perjalanan hidup, pasti akan ada tiupan angin yang begitu kencang, jadi Nduk harus siap kapanpun angin itu berhembus dan memporak porandakan hati kita," ucap Asih memperingati anak perempuannya itu.
"Ibu, lalu bagaimana caraku menghadapi hari esok, pasti orang-orang akan bertanya mengenai calon suamiku," sahut Alina.
"Nduk, Bapakmu sudah berusaha menuntut kepada keluarga Jason, jadi apapun keputusannya nanti kamu harus menerima suami pengganti dari Jason," terang Asih.
"Apa suami pengganti!" pekik Alina dengan mulut yang terbuka lebar.
Belum sembuh lukanya di tinggal oleh sang kekasih di saat hari pernikahannya tinggal dua hari lagi, kini Alina harus menghadapi masalah baru lagi.
"Ibu, aku pikir pernikahan ini akan gagal, sebenarnya biarkan saja pernikahan ini gagal, biar Alin tanggung sendiri, dari pada Alin harus dihadapkan dengan orang baru," tolak anaknya itu.
"Nduk, itu bagi dirimu, tapi bagi kita, tidak Nduk, sebagai orang tua ibu tidak mau membiarkan masalah ini begitu saja tanpa mencari solusinya, iya kamu mungkin berpikiran tidak ingin menambah masalah baru, tapi anakmu Nduk, anakmu pasti sangat memerlukan figur seorang ayah, dan orang yang harus bertanggung jawab ya keluarga dari Jason," jelas Asih.
"Tapi Bu, ini bukan kesalahan mereka, ini hanyalah kesalahan satu orang saja," ucap Alina.
"Ibu tahu, maka itu biarlah keluarga mereka yang bertanggung jawab atas semua perbuatan anaknya," sahut Asih yang membuat Alin tidak habis pikir.
'Ya Allah ini ujian apa lagi, gara-gara Jason orang lain yang harus menanggung semuanya,' batin Alina.
Di saat Alina mulai terdiam tiba-tiba saja bapaknya ikut masuk ke dalam kamar Alina karena ingin memberi kabar kalau pernikahan tetap di laksanakan.
"Ibu, Alin. Bapak punya kabar bahagia untuk pernikahan besok Nduk," ucap Arie.
"Kabar apa Pak?" tanya Asih, sedang Alina hanya terdiam.
"Salah satu keluarga Jason, mau menggantikan posisi Jason Bu," ucap Arie dengan senyum yang berbinar.
"Alhamdulillah Pak, akhirnya anak kita menikah juga," sahut Asih dengan senyum kebahagiaan.
Saat ini keduanya merasa bahagia dan bersyukur karena pihak dari Jason akan bertanggung jawab, akan tetapi senyum keduanya luntur ketika melihat Alina bersedih dengan kabar ini.
"Nduk, kamu kenapa? Apa kamu tidak senang dengan berita ini?" tanya Arie.
"Alin merasa diri Alin gak ada harga dirinya Pak, kenapa Bapak harus melakukan hal ini, biar saja pernikahannya gagal, Alin bisa menjaga sendiri calon buah hati Alin Pak," protes anaknya itu.
"Nak, kamu jangan berpikir seperti itu, semua ini bapak lakukan demi kebaikan kamu dan calon anakmu, percayalah suatu saat nanti kau akan tahu maksud dan tujuan kami berdua Nduk," jelas Arie.
Alina hanya bisa pasrah, dengan upaya yang diperjuangkan oleh kedua orang tuanya, dalam hati berucap semoga pernikahan ini tidak menjadi beban bagi pria yang akan menggantikan posisi Jason nanti.
'Semoga saja Nak, kau mendapatkan calon ayah yang baik dan menyayangimu apa adanya,' batin Alina sambil mengelus perutnya yang buncit.
Bersambung.
Hai Kak aku datang lagi dengan cerita yang baru.
Mohon dukungannya ya, semoga buku baru ini bisa menemani hari senggang kakak-kakak semua.
Selamat membaca 🙏🙏🙏🥰🥰🥰🥰
Dua hari kemudian, Alina sedang di rias oleh MUA, gadis itu hanya menatap nanar wajahnya sendiri dari pantulan kaca.
Sebagai seorang perempuan tentunya hari ini merupakan hari yang paling bahagia bagi dirinya, akan tetapi kebahagiaan itu hancur sirna gara-gara sang mempelai pria yang sudah hilang sebelum akad di laksanakan.
'Kau tega Kak Jason ... Tega ... Padahal sampai detik ini aku masih berharap kalau kau akan datang demi buah hati kita, akan tetapi sampai detik ini kau tidak kunjung datang," batin Alina.
Tiba-tiba saja air mata membasahi pipi bahkan sang MUA udah beberapa kali menghapus air matanya menggunakan tisu.
"Mbak, saya mohon jangan nangis terus ya, karena make over masih berada di tengah-tengah belum selesai semua, jadi akunya bingung untuk mengaplikasikan ke wajah Mbak," tegur MUA tersebut.
Segera Alina tersadar akan posisinya kalau sekarang dirinya sedang di make over, sangking tidak bisa menahan rasa sakitnya sampai-sampai dia lupa sama posisinya yang sekarang.
"Iya Mbak maafkan aku," ucap Alina.
"Iya gak apa-apa, sekarang bisa di mulai kan make up nya?" tanya MUA tersebut yang diangguki oleh Alina.
MUA kembali lagi memoles wajah cantik Alina, sebagai seorang perempuan siapa yang tidak sakit hati menghadapi semua ini, bahkan untuk sekarang Alina masih belum tahu siapa pengantin pengganti yang akan menjadi suaminya nanti.
MUA sudah selesai menghias Alina saat ini gadis itu masih di sembunyikan di tempat lain karena menunggu calon mempelai pria mengucapkan akad.
Semua keluarga dan para tamu undangan turut memenuhi ruangan terbuka depan rumah Alina yang sudah di sulap dengan tenda pernikahan yang cukup mewah layaknya acara di gedung-gedung.
Penghulu sudah datang dan mulai memastikan tentang kesiapan calon mempelai pria.
"Saudara Sagara Sanders apa anda sudah siap untuk mengucapkan ijab?" tanya penghulu tersebut.
"Saya sudah siap Pak," sahut Saga, dengan nada dan tatapan datarnya.
"Baiklah kalau begitu akan akan dimulai," ucap Penghulu tersebut.
Dengan bacaan bismillah penghulu tersebut mulai menikahkan kedua calon pengantin tersebut.
"Saudara Sagara Sanders saya nikahkan engkau dengan saudari Nada Alina Bagaskara binti Ari Bagaskara dengan mas kawin uang sebesar 1 Miliyar beserta alat shalat di bayar tunai."
"Saya terima nikah dan kawinnya Nada Alina Bagaskara binti Arie Bagaskara dengan maskawin tersebut dibayar tunai," ucap Sagara dengan lugas.
"Bagaimana para saksi sah ...."
"Sah ... Sah ...." sahut semua orang yang menghadiri akad tersebut.
Penghulu langsung membacakan serangkaian doa, setelah itu barulah mempelai wanita keluar dengan di temani kedua sahabatnya yang ikut mengantarkan Alina ke kursi akad.
Perasaan Alina menjadi campur aduk ketika pertama kali melihat wajah sang suami untuk pertama kalinya, bahkan untuk sekarang Saga hanya memasang wajah kaku dihadapan Alina dan juga semua orang.
"Astaga Lin, suamimu terlihat sangar banget," bisik Metti seorang sahabatnya dulu.
"Hus, jangan bicara seperti itu," timpal Lula.
Alina sudah sampai di hadapan suaminya itu, saat ini penghulu mulai menghadapkan pasangan ini satu sama lain sehingga posisinya saling berhadapan, penghulu mulai memerintah kedua nya untuk bersalaman, lalu di susul dengan adegan mempelai pria mencium kening istrinya.
Semua tamu mulai beriringan naik keatas pelaminan untuk mengucapkan selamat kepada mempelai berdua.
"Alina selamat ya Sayang, semoga bahagia dan Samawa," ucap salah satu tamu undangan.
"Terima kasih banyak," sahut Aluna.
Selama di pelaminan Alina hanya bisa terdiam tanpa berani menyapa apalagi tersenyum terhadap pria yang sudah sah menjadi suaminya itu, hatinya terlalu takut untuk memulai apalagi dari tadi Saga hanya memasang wajah datar dan kaku.
'Ya Allah apa aku bisa hidup bersama seseorang yang dingin seperti ini,' batin Alina.
Para tamu dan keluarga dekat mulai menikmati hidangan yang ada bahkan sebagian ada yang berpamitan untuk pulang pulang hingga acara berlangsung sampai selesai.
*******
Malam harinya saat ini kedua pengantin tersebut sedang berada di dalam kamar Alina yang begitu kecil tidak seperti di rumah Saga yang kamarnya tiga kali lipat dari kamar ruang tamu Alina.
"Astaga! Ini kamar apa kamar mandi sih sumpek sekali," gerutu Saga yang masih terdengar di telinga Alina.
"Om, kalau ngomong tuh jangan ngada-ngada, udah tahu ini kamar masak di bilang kamar mandi sih," ketus Alina.
Saga hanya menatap dingin Alina yang dia anggap begitu berani menyahuti ucapannya tanpa di perintah.
"Siapa yang suruh kamu bicara! siapa," desis Saga.
"Di rumah ini tiada larangan berbicara bagi siapapun, di sini setiap anggota keluarga mempunyai hak untuk berbicara ataupun menjawab pertanyaan lawan bicaranya," sahut Alina.
"Ah, dasar kau wanita pembangkang, pantas saja calon suami mu kabur ternyata tabiat mu seperti ini," balas Saga.
Degh!
Ucapan Saga bagaikan belati yang menusuk dasar hati Alina, belum saja lukanya kering akibat ulah sang kekasih, akan tetapi pria dihadapannya ini malah menambahi luka tersebut dengan ucapan tajamnya.
"Aku memang bukan manusia baik-baik, Om. Akan tetapi ponakan Om lebih buruk dari aku, bahkan dia tega mempermalukan aku yang saat ini tengah mengandung janinnya," ucap Alina dengan begitu berani.
"Nah itu permasalahannya makanya jadilah perempuan baik-baik dan tentunya smart karena jika kau baik pasti pasanganmu akan baik," sindir Saga lalu mulai pergi meninggalkan Alina yang berdiri di dalam kamar sendirian.
Bersambung.
Alina hanya bisa tercengang melihat langkah Saga yang begitu saja berucap menghakimi dirinya seolah-olah kepergian Jason merupakan kesalahan dirinya.
"Terlalu gampang kau mengatai ku Sagara, aku juga tidak menginginkan semua ini terjadi, aku dan keponakanmu selama ini baik-baik saja, tidak ada masalah ataupun ribut besar, seharusnya kau melihat seksama bukan berat sebelah, hanya karena laki-laki yang meninggalkan ku merupakan keponakanmu, jadi kamu mau seenaknya menyalahkan ini semua terhadapku," ucap Alina dengan nada yang sedikit berteriak.
Sejenak Sagara mulai menghentikan langkahnya, mendengarkan semua luapan hati perempuan yang baru sah menjadi istrinya.
"Kau masih belum puas Alina, dan barusan apa! Kau begitu berani memanggil, namaku, oh sudah mau belajar ngelunjak ya! Ingat ya wanita bodoh kalau bukan karena bayi yang kamu kandung, mana sudi aku menikahi perempuan keras kepala pembangkang seperti dirimu ini!" desis Sagara di depan telinga Alina.
"Aku tidak meminta untuk kamu nikahi, kamu pikir aku tidak bisa membiayai calon anakku, ingat Sagara! Wanita bodoh ini kuat, aku bisa membesarkan calon anakku ini dengan caraku sendiri!" teriak Alina, dengan kencang sampai orang rumah dengar semua dan menghampiri kamar Alina.
"Astaga! Nak, ada apa? Malam-malam seperti ini ribut," ucap Asih dari kejauhan.
Sedangkan Alina hanya terdiam, dia tidak tahu harus menjawab apa, sebenarnya saat ini Alina sangat sungkan sekali karena pertengkarannya sampai terdengar oleh kedua orang tuanya.
"Tidak ada apa-apa Pak, Bu, kami hanya cekcok kecil saja," ucap Sagara yang akhirnya mulai membuka suara.
"Kalau cekcok kecil kenapa anak saya sampai berteriak?" tanya Arie.
"Kita hanya masih belum terbiasa saja, Alina belum tahu karakter saya begitu juga dengan saya, jadi akhirnya kita berdua cekcok, maaf ya Pa, Bu. Sudah membuat kegaduhan di rumah kalian," ucap Sagara.
"Lain kali kalau ada masalah di bicarakan baik-baik kalian ini baru menikah masak sudah berantem saja, apa kata orang nanti, untukmu Nduk, sekarang ini kau sudah bersuami alangkah baiknya kau menurut apa kata suami, begitu juga Nak Saga, pengertianmu dalam berumah tangga sangat di perlukan, apalagi kondisi Alina saat ini sedang hamil, jadi butuh support dari orang-orang terdekat," jelas Asih.
"Iya Bu, maafkan kami berdua yang sudah membuat kegaduhan," ucap Sagara sekali lagi.
"Ya sudah kalau begitu ajak istrimu masuk ke dalam, Ibu titip Alina ya, meskipun dia sedikit cerewet dan suka ke kanak-kanakan, tapi dia merupakan anak yang baik dan selalu berupaya untuk orang yang dia sayang," sahut Asih yang diangguki oleh Saga.
Saga mulai menggandeng tangan Aluna untuk masuk ke dalam kamar, kali ini pria dewasa itu mencoba untuk menepis egonya, meskipun di dalam hatinya saat ini begitu dongkol melihat Alina yang diam seribu kata ketika di datangi orang tuanya.
"Berapa usia kandunganmu?" tanya Sagara tiba-tiba.
"Enam bulan," sahut Alina.
"Sudah dibawa ke dokter?" tanya Sagara lagi memastikan.
"Cuma satu kali, itupun pas awal kehamilan," sahut Alina.
"Loh kenapa tidak di periksa kembali," ucap Sagara.
"Nggak ada waktu karena aku waktu itu masih bekerja," sahut Alina.
"Astaga! Kenapa kau bodoh sekali, nanti kalau ada apa-apa dengan bayimu bagaimana, ini yang di sebut wanita kuat, mengurus anak yang masih di dalam kandungan saja kau belum becus," ucap Sagara.
"Aku memang tidak pernah periksa ke dokter tapi aku yakin bayiku akan baik-baik saja," sahut Alina.
"Hah! Sudahlah terserah kamu saja, lama-lama aku bisa darah tinggi jika dekat-dekat denganmu," ketus Sagara.
"Kamu ini mempunyai kepribadian ganda Om, tadi di depan Ibu dan Bapak kamu bersikap bijak, sekarang kamu mulai marah-marah lagi," celetuk Alina yang membuat Sagara semakin kesal dibuatnya.
"Bodoh amat, sekarang aku mau keluar dulu, cari angin segar, awas selama aku keluar kamu tidak boleh kemana-mana ya," ucap Sagara memperingati istrinya itu.
"Heeeemb," sahut Alina.
"Ya sudah jaga calon anakku baik-baik," ucap Saga, lalu mulai pergi meninggalkan Alina.
Setelah kepergian Saga tadi telinga Alina terasa plong, mungkin karena tidak ada yang marah-marah, akan tetapi dari cara Saga berbicara tadi ada hal yang membuat hati Alina tergugah. Yaitu kata-kata anakku.
"Ah, hidup kadang seperti cerita di Novel saja, yang terlihat tulus tapi meninggalkan, dan yang kelihatannya tidak sayang, nyatanya peduli, meskipun sebesar biji salak," celetuk Alina lalu mulai menyibak selimutnya karena sudah tidak tahan dengan kantuknya.
*****
Di tempat lain saat ini Saga sedang berkumpul-kumpul dengan teman-temannya di sebuah club malam, dengan cara seperti inilah Saga bisa melepaskan sejenak kepenatan yang ada di pikirannya.
"Wiiih, pengantin baru kok malam pertama di club sih, apa tidak sayang dengan istrinya," ucap seorang kawan yang bernama, Mateo.
"Sayang dong, tapi kamu tahu sendiri kan wanita yang ku nikahi itu siapa," sahut Saga.
"Iya sabar ya, nunggu beberapa bulan lagi, kira-kira bisa nahan gak," ucap Mateo dengan nada candaannya.
"Kan kalau gak bisa nahan banyak cewek di club ini tinggal pilih saja," celetuk Dava, teman Saga juga.
"He, he bisa aja Lo Dav," sahut Saga sambil meneguk cairan bening tersebut.
Saat ini ketiga pria dewasa ini sedang asyik, meneguk minuman haram tersebut bahkan sangking asyiknya sampai-sampai mereka tidak sadar ada beberapa gadis yang mendekat ke arahnya, bahkan kedua gadis lainnya sudah berada dipangkuan Dava dan juga Mateo.
"Halo cewek cantik, tolong puaskan saya," ucap Mateo lalu masuk ke dalam kamarnya.
Lalu kemudian di susul dengan Dava, sedangkan cewek yang melayani, Saga masih duduk dan sibuk menuangkan cairan kuning tersebut.
"Mas, apa Mas butuh service dari aku," ucap wanita tersebut menawarkan dirinya.
Sedangkan Sagara hanya terdiam tanpa ada jawaban, ketika tangan wanita ini mulai meraba dada Saga tiba-tiba saja bayangan Saga teringat dengan ucapan dirinya ketika waktu akad tadi pagi.
"Jangan sentuh aku!" sentak Saga, yang tiba-tiba tidak ingin di sentuh padahal malam-malam sebelumnya sesekali Saga selalu main dengan cewek di club ini.
"Loh Mas, kenapa? Biasanya Mas gak pernah nolak," ucap wanita itu yang memang sudah terlihat gatal ingin bersentuhan dengan Saga.
"Aku bilang tidak ya tidak!" gertak Saga yang akhirnya membuat wanita itu langsung mengundurkan diri.
Setelah puas meneguk beberapa gelas, akhirnya Saga pun memutuskan untuk pulang, tidak tahu kenapa, saat ini bayangannya di penuhi dengan wajah polos Alina.
"Ah Sial! Kenapa wajah perempuan itu muncul terus di otakku!" geram Saga sambil melajukan mobilnya.
Bersambung ...
Kali ini hadir pagi-pagi sekali ya Kakak-kakak. Mohon dukungannya ya!
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!