"Hahahaha...mimpi Lo ketinggian Kaivan, mana mau seorang Abel yang spek bidadari seperti itu nerima cowok modelan kayak Lo, ngaca dong .." ucap salah satu siswa.
"Jangan bilang dia ngga punya kaca kali di rumah nya,haaa..." Kata siswa yang lain nya lagi.
Peristiwa itu tidak akan pernah bisa di lupakan oleh seorang Kaivan Putra Rajendra sampai kapan pun. Penghinaan yang di berikan oleh seorang Abeliaza Azalea kepada nya menoreh kan luka yang sangat mendalam pada laki - laki itu. Dan karena hal itu pula yang membuat dia harus tinggal terpisah dengan kedua orang tuanya dan saudara nya. Karena setelah kejadian itu dia memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya di luar negeri, dan enggan untuk kembali lagi ke negara di mana dia di lahirkan dan di besarkan. Saat dia tinggal di luar negeri Kaivan bertekad untuk mengubah penampilannya dan jika saat itu tiba maka dia akan membalas rasa sakit hati yang dia terima pada seorang wanita yang telah merendahkan harga diri nya.
"Abeliaza Azalea...tunggu sampai waktu itu tiba, aku pastikan kamu akan merasakan apa yang aku rasakan dulu bahkan lebih dari itu," geram Kaivan sambil menambah kecepatan alat treadmill yang sedang dia gunakan saat ini.
Seperti ini lah kegiatan Kaivan di sela - sela kesibukannya sebagai seorang model papan atas dan CEO dari salah satu perusahaan Rajendra Group di Amerika.
Padahal saat ini badan Kaivan sudah sangat sempurna bahkan bisa di katakan tidak ada cacat nya sama sekali sungguh sangat berbeda dari sewaktu dia masih SMA dulu, wajah kusam penuh jerawat, badan gembul dan berkacamata tebal itu lah sosok Kaivan di waktu masa sekolah menengah atas dulu. Kebiasaan Kaivan yang doyan makan segalanya dan tidak mau berolahraga itu lah yang membuat dia seperti itu. Di tambah dia yang selalu berlama - lama di layar komputer sehingga membuat mata nya menjadi minus dan mengharukan dia untuk menggunakan kaca mata.
Jika mengingat hal itu Kaivan sangat menyesal karena selalu menyepelekan apa yang bunda dan Daddy nya katakan dulu.
Kehidupan Kaivan berbanding terbalik dengan kehidupan Abeliaza Azalea yang akrab di panggil Abel, kehidupan mewah yang selalu dia dapatkan dulu kini telah hilang. Yang dulu nya dia bisa mendapatkan apa yang dia mau dengan mudah, sekarang dia harus bekerja keras sendirian demi untuk mendapatkan sesuap nasi, segala pekerjaan dia kerjakan bahkan terkadang dia sampai rela bekerja dari pagi ketemu pagi kembali. Kulit yang dahulu mulus dan glowing kini berubah menjadi kusam dan tak terurus. Bahkan badan yang dulu nya terlihat bagus kini berubah menjadi kurus.
Setelah kematian ke dua orang tua nya Abel benar - benar harus berjuang sendiri di dunia ini, tidak ada satu rupiah pun dari harta kedua orang tuanya yang tersisa semua ikut hangus terbakar bersama dengan kebakaran hebat yang menimpa rumah nya. Perusahaan yang di bangun sang ayah pun ikut hancur setelah kepergian sang ayah, yang ada kini Abel harus menanggung hutang sang ayah dengan nominal yang sangat besar pada orang yang entah Abel sendiri tidak tahu menahu kenapa sang ayah bisa terlibat hutang piutang dengan orang tersebut.
"Bel, antar pesanan ini ke meja nomer tujuh ya."
"Baik mba.."
"Setelah itu kamu langsung antar pesanan catering. Alamat nya ada pada Nadia. Dan satu lagi, kalau sudah selesai urusan katering itu kamu mampir ke rumah pak Ramli untuk mengambil stock ikan gurame."
"Baik mba.." jawab Abel dengan penuh semangat.
Seperti itu keseharian Abel, dia saat ini bekerja di sebuah restoran sebagian pelayan, terkadang dia juga merangkap sebagai kuris pengantar makanan dan semua pekerjaan di restoran yang bisa dia kerjakan.
Capek pasti, lelah sangat...itu yang Abel rasakan saat ini. Awak menjalani semua ini sangat berat sekali bagi Abel, bahkan dia pernah berniat mengakhiri hidupnya dahulu karena merasa tidak sanggup menjalani semua nya. Bayangkan saja dari yang awal nya tanpa melakukan apa pun atau bekerja keras dia bisa mendapatkan semua nya, dan sekarang dia harus bekerja keras banting tulang hanya untuk sekedar mendapatkan sebungkus makanan untuk dia makan.
Sungguh sangat miris sekali kehidupan seorang Abeliaza Azalea, seorang gadis cantik yang dulu nya merupakan idola sekolah, seorang princess yang selalu di agung - agung kan oleh seluruh teman-teman nya di sekolah kini berubah menjadi Upik abu. Entah seperti apa tanggapan teman - teman nya sewaktu sekolah dulu jika tahu most wanted sekolah mereka yang selalu di kagumi kini berubah menjadi seorang yang selalu di kejar-kejar oleh depcolector, apakah teman - teman nya masih mau menganggap Abel sebagian teman?
"Semangat Abel....bentar lagi tanggal lima, tagihan hutang, kontrakan, air, listrik sudah menanti," ucap Abel menyemangati diri nya sendiri saat berada di atas motor matic yang sudah penuh dengan box berisi ikan gurame .
"Ya Allah malah ujan lagi."
Abel langsung menepikan motor nya di sebuah halte yang dekat dengan dirinya saat itu. Dia terpaksa menepi terlebih dulu sampai hujan sedikit reda. Sebenarnya di jok motor ada mantel cuma susah untuk di ambil karena di atas jok motor ada box ikan yang lumayan besar dan berat jika harus dia angkat sendiri.
"Aku harus menghubungi Nadia jika aku telat sampai restoran nanti," Abel langsung merogoh ponsel nya dan mengirim pesan ke sahabat nya.
Jeduarrr....
"Astaghfirullah...."
Ponsel Abel langsung terjatuh, karena suara keras petir yang tiba - tiba menggelegar. Gadis cantik berlesung pipi itu langsung mengambil ponsel nya yang langsung mati, entah rusak akibat terbentur dengan trotoar atau emang mati karena kehabisan baterai.
"Yah mati....pesan ku udah terkirim belum tadi ke Nadia," lirih Abel sambil mengusap ponsel nya.
Saat Abel sedang fokus mengusap layar ponsel nya yang sudah berubah menjadi warna hitam, di depan nya melintas sebuah mobil mewah dengan laju yang pelan.
Di dalam mobil itu ada seseorang yang memperhatikan semua pergerakan yang di lakukan oleh Abel. Dengan senyum yang entah menyimpan maksud apa, orang tersebut masih betah melihat ke arah Abel bahkan orang itu sampai menurunkan sedikit kaca jendela mobil nya guna untuk memperjelas lagi apa yang dia lihat.
Setelah puas, orang tersebut kemudian langsung menyuruh supir nya untuk melakukan kembali mobil nya dengan kecepatan yang biasa.
"Alhamdulillah...akhir nya reda juga ini hujan. Semoga aja pesan yang aku kirim ke Nadia tadi sampai, jadi aku ngga perlu dengerin mba Mala ngoceh panjang kali lebar."
"Abeliaza Azalea.... semangat!"
"Abel...dari mana saja kamu, kenapa baru sampai. Kamu tahu ngga hampir saja kita kehilangan pelanggan prioritas. Untung saja di dapur masih ada satu ikan gurame, kalau ngga pasti orang itu akan marah - marah dan menghancurkan restoran ini," omel wanita berusia tiga puluhan itu yang tak lain adalah pemilik dari restoran di mana Abel bekerja saat ini.
Restoran tempat Abel mengais rejeki ini memang terkenal dengan olahan gurame nya. Jadi pelanggan yang datang ke restoran tersebut selalu memesan menu olahan gurame. Restoran dengan konsep lesehan itu selalu rame, terlebih jika jam makan siang seperti ini. Pelanggan yang datang rata - rata para pekerja kantoran, karena kebetulan letak restoran itu berada di dekat area perkantoran pemerintah dan swasta.
"Maaf mba, tadi saya berteduh dulu karena hujan nya sangat deras sekali. Saya juga sudah mengirim pesan pada Nadia jika saya datang terlambat," ucap Abel mencoba menjelaskan apa yang terjadi tadi sehingga dia datang terlambat.
"Halah alasan saja kamu, sudah sana kamu langsung eksekusi gurame - gurame itu," bentak Mala yang langsung meninggalkan Abel yang berdiri dengan badan bergetar kedinginan dan dia juga sejak pagi belum makan sama sekali.
Abel hanya menghela nafasnya, dulu saat dia masih menjadi anak orang kaya tidak pernah satu kali pun dia mendengar orang - orang di sekelilingnya mengucapkan kata dengan nada tinggi apa lagi sampai membentak nya, tapi sekarang dia harus terbiasa dengan suara - suara nada tinggi atau bentakan dari orang lain. Awalnya Abel kaget dan sempat menangis ketika dia menerima perlakuannya seperti itu, namun lama kelamaan dia pun sudah terbiasa akan hal itu. Walaupun tetap saja di dalam hati kecil nya merasa sakit.
"Sabar ya Bel, padahal aku sudah bilang ke mba Mala kalau kamu kehujanan tadi. Cuma kamu tahu sendiri kan Mba Mala seperti apa," Kata Nadia berusaha memberi semangat pada sahabat nya itu.
"Iya ngga papa Nad, memang aku kok yang salah."
"Huft, gitu tuh kalau perawan tua yang ngga laku - laku bisa nya marah - marah terus. Eh, sampai lupa, ini aku bawain kamu makanan. Kamu pasti belum makan kan?"
"Hush....kamu ini kalau ngomong kok suka asal, tapi ada benar nya juga sih, haa.."Abel terkekeh mendengar apa yang di katakan sahabat nya itu.
"By the way, makasih ya Nad makanan nya. Tahu aja kamu kalau perut aku belum di isi apa pun dari pagi."
"Tahu lah, orang - orang modelan hemat kayak kita pasti akan peka terhadap kondisi sesama nya Bel, hahahaha.."
Abel terkekeh sahabat nya ini yang selalu tahu akan kondisi nya. Dia juga orang pertama yang membantu Abel saat dia terpuruk. Pertemuan yang tidak sengaja saat Abel ingin mengakhiri hidup nya di sebuah jembatan, menjadi jalan pembuka bagi kedua nya untuk menjalin sebuah persahabatan. Abel bisa bekerja di restoran ini pun berkat Nadia, bahkan kedua nya juga mengontrak di daerah yang sama.
Seharian ini restoran tempat Abel bekerja sangat lah ramai sekali, dari buka sampai hampir mau tutup pelanggan datang silih berganti.
Gadis cantik berlesung pipi itu ke sana kemari melayani para pelanggan. Kadang dia mengantar pesanan pelanggan dari meja satu ke meja lain nya, kadang juga membantu di bagian dapur.
Setiap gerak - gerik Abel selama melayani pelanggan ternyata ada yang memperhatikan. Pandangan orang itu tidak pernah lepas sama sekali dari sosok Abeliaza Azalea, seolah - olah merekam setiap pergerakan Abel di dalam memori otak nya.
"Abeliaza Azalea..." gumam orang itu sambil mencengkram erat sendok yang ada di tangan nya.
Ada sorot benci dan dendam yang sangat dalam dari tatapan mata nya ketika menatap Abel. Namun sudut bibir nya membentuk lengkungan senyuman yang entah apa maksud dari senyuman itu.
**
"Alhamdulillah akhir nya selesai juga pekerjaan kita Nad, gila hari ini restoran ramai banget," ucap Abel sambil melepas apron dari tubuh nya.
"Hu'um ...badan ku sampai sakit semua. Oh ya Bel, kamu jadi pergi ke apartemen itu?"
"Hu'um.."
"Astaga...kamu ngga capek apa, udah kerja seharian di sini masih aja ambil kerjaan di tempat lain. Lagian ini sudah malam Bel, kamu nanti pulang nya gimana?"
Abel membuang nafas nya, gadis yang sudah berganti pakaian itu langsung mendekat ke arah sahabat nya.
"Orang seperti aku tidak boleh mengenal capek Nad," ucap Abel dengan tatapan sendunya.
"Inget banyak beban hidup yang harus aku bayar," lanjut Abel sambil tersenyum kemudian berlalu meninggalkan Nadia.
Nadia hanya menatap kepergian sang sahabat nya dengan tatapan nanar. Sungguh miris nasib sahabat nya itu, dari yang dulu nya punya segala nya dan hidup enak. Sekarang harus bekerja keras dari pagi sampai terkadang ketemu pagi lagu hanya untuk melunasi hutang yang di tinggalkan orang tua nya. Nadia memang sudah tahu latar belakang Abel seperti apa dulu nya, Abel sudah menceritakan segala nya setelah dia menyelamatkan Abel sewaktu gadis itu akan mengakhiri hidup nya dulu di awal pertemuan mereka.
Kadang Nadia merasa kasihan pada Abel, ingin sekali gadis itu membantu sahabat nya itu namun bagaimana lagi dia sendiri juga dari kalangan orang susah.
"Semangat Bel, semoga lelah mu menjadi lillah.."
**
Pukul 21.00 wib,
"Syukurlah kamu datang Bel, ibu kira kamu ngga bakalan datang malam - malam seperti ini."
"Hee..jelas datang lah Bu, mana mungkin seorang Abel menyia - nyiakan kesempatan yang berbau duit," ucap Abel sambil terkekeh.
Bu Wulan hanya terkekeh mendengar jawaban asal yang di lontarkan Abel barusan.
"Lagian tumben banget Bu jam segini ada unit apartemen yang mau di bersihkan," tanya Abel sambil berjalan beriringan dengan Bu Wulan ke arah ruangan yang menyimpan alat - alat kebersihan di gadung apartemen itu.
"Iya Bel, ini dadakan banget karena pemilik unit apartemen itu baru sampai dari luar negeri tadi sore dan langsung ingin menempati apartemen nya malam ini juga."
"Oh gitu..."
Abel langsung bergegas mengambil beberapa alat kebersihan dan berjalan menuju unit apartemen yang akan dia bersihkan. Sebelum nya Bu Wulan sudah memberi tahu Abel perihal unit apartemen mana yang akan dia bersihkan.
Sesampainya di unit tersebut Abel di buat takjub dengan kemewahan yang ada di dalam apartemen itu. Hal itu langsung mengingatkan kehidupan mewah yang pernah dia lalui dulu. Ke dua mata nya memindai setiap barang - barang mewah yang ada di apartemen tersebut sungguh semua nya sama seperti yang ada di dalam rumah mewah nya dulu.
"Jangan sentuh barang - barang saya !"
Deg,
Seketika Abel diam membeku di tempat setelah mendengar suara yang menggelegar di ruangan itu. Indra pendengaran nya seakan menangkap suara yang tak asing di telinga nya.
Untuk memastikan semua nya, Abel memberanikan diri untuk memutar tubuh nya supaya bisa melihat pemilik suara yang tak asing dia dengar itu.
Tubuh Abel seketika menegang, saat ini tepat di depan nya berdiri seorang laki - laki dengan tinggi kurang lebih 180cm, berdiri tegap menatap Abel dengan tatapan yang tajam. Pria yang menggunakan setelan casual lengkap dengan jaket kulit bewarna hitam memindai penampilan Abel dari atas sampai bawah. Sudut pria itu menampilkan senyuman, namun bukan senyuman manis yang pria itu tampilkan tapi lebih tepat nya senyuman merendahkan.
"Abeliaza Azalea..." gumam pria itu.
Jantung Abel seakan melompat dari tempat nya dan kedua mata nya langsung membola, setelah tahu siapa laki - laki yang saat ini berdiri tegak di depan nya itu.
"Kaivan..." lirih Abel karena terlalu syok apa yang Abel ucapkan barusan seperti angin yang lewat sangat lirih sekali.
"Akhirnya kita bertemu lagi Abeliaza Azalea," ucap Kaivan dengan menyunggingkan senyumnya.
Berulang kali gadis itu menelan Saliva dengan kasar, bahkan dia sampai tidak menyadari jika sapu yang tadi nya ada di tangan nya sudah jatuh ke lantai. Entah sejak kapan sapu itu tidak ada di genggaman nya, yang dia rasakan saat ini waktu seakan berhenti.
Sungguh Abel tidak menyangka akan bertemu dengan orang yang dulu pernah dia sakiti dan permalukan dalam kondisi seperti ini. Dan parah nya lagi, ternyata apartemen yang akan dia bersihkan adalah milik Kaivan.
Abel benar - benar seperti orang linglung saat ini, bahkan sejak tadi tubuh nya tidak beranjak dari centi pun dari tempat nya. Dia melihat penampilan Kaivan dari atas ke bawah, sungguh sangat berbeda jauh dari Kaivan yang dia kenal beberapa tahun yang lalu.
Perut yang dulu nya berlemak, kini sudah rata. Muka yang kusam dan berjerawat pun kini sudah bersih dan mulus tanpa ada satu pun jejak bekas jerawat yang tertinggal di sana. Kacamata yang dulu selalu menghiasi wajah Kaivan sekarang juga sudah tidak ada, rambut yang dulu nya acak - acakan kini sudah berubah menjadi rapih.
Tampan, satu kata itu yang ada di dalam hati Abel saat ini. Bukan bearti Abel keganjenan atau apa, tapi siapa pun yang melihat Kaivan saat ini pasti akan berpikir hal yang sama dengan Abel.
"Apa kamu di bayar hanya untuk melamun hah!" ucap Kaivan dengan nada yang sedikit meninggi.
Abel langsung tersadar dari lamunannya, seketika gadis itu bergerak untuk mencari sapu yang tadi dia pegang. Namun naas, karena terlalu gugup sehingga membuat tangan Abel tidak sengaja menyentuh sebuah vas bunga kristal yang berada di atas meja kecil di dekat Abel.
Prang,
Vas itu langsung mendarat ke lantai dengan suara yang begitu nyaring dan hancur berkeping-keping di sekitar kaki Abel.
Abel langsung menutup mulut nya, melihat vas bunga yang dia tahu pasti itu sangat mahal harga nya. Karena dulu mama nya juga punya vas bunga seperti itu.
"Apa yang kamu lakukan hah! Kamu tahu berapa harga vas itu hemm.." suara Kaivan menggelegar di ruangan, sehingga membuat tubuh Abel sampai terjingkat kaget dan mundur beberapa langkah. Sial nya, kaki Abel yang tidak beralaskan apa pun kini harus menginjak pecahan kristal yang berserakan.
"Awws ..."
Abel langsung mengangkat kaki nya dan mencabut pecahan kristal di salah satu kaki nya, darah segar langsung mengucur dari telapak kaki gadis cantik itu. Sebisa mungkin dia menekan bekas luka itu dengan tangan nya supaya darah itu tidak keluar terus, namun sayang nya darah itu terus mengalir. Mungkin luka sobekan dari kristal itu lumayan dalam dan lebar sehingga darah yang keluar cukup banyak.
Kaivan sendiri hanya menatap Abel dengan tatapan yang datar tanpa ada niatan untuk membantu gadis cantik itu.
"Cepat bereskan itu semua, dan satu lagi kamu harus ganti vas bunga kristal itu lima puluh juta."
"Hah...lima puluh juta, tapi Kai aku tidak punya uang sebanyak itu," kata Abel dengan bibir yang bergetar.
"Ah iya, gue sampai lupa. Abeliaza Azalea yang sekarang kan sudah miskin ya," ucap Kaivan dengan pandangan yang merendahkan.
Abel hanya memejamkan mata nya, ada rasa sakit dalam hati nya saat mendengar Kaivan merendahkan dia. Tapi mau gimana lagi, apa yang di katakan Kaivan memang benar ada nya.
Dia sekarang bukan Abeliaza Azalea yang dulu yang bisa dengan begitu mudah mengeluarkan uang dengan jumlah segitu, tapi sekarang jangan kan uang lima puluh juta, satu juta pun sekarang dia tidak punya. Di dompet nya saat ini hanya tersisa selembar pecahan lima puluh ribu. Itu pun sudah dia hemat dari dua hari yang lalu.
Abel rela menerima pekerjaan ini malam - malam karena dia tahu upah yang biasa di berikan oleh Bu Wulan bernilai lumayan besar bisa untuk bertahan satu Minggu ke depan sampai waktu dia gajian di restoran nanti. Tapi kenyataannya justru tidak sesuai dengan apa yang Abel bayangkan, alih - alih mendapat upah, justru dia harus membayar ganti rugi sebesar lima puluh juta.
"Gue kasih waktu satu Minggu untuk Lo bisa bayar ganti rugi Vas kristal itu. Jika dalam satu Minggu Lo ngga bisa ganti, maka Lo akan tahu sendiri akibat nya," ucap Kaivan penuh dengan penekanan di setiap kata - kata nya.
"Hah..satu Minggu," beo Abel.
Setelah mengatakan hal itu Kaivan langsung meninggalkan Abel yang masih betah berdiri dengan salah satu kaki yang di angkat.
"Ya Allah cobaan apa lagi ini," Abel menengadah ke atas guna menghalau air mata nya supaya tidak terjatuh. Namun nyata nya air mata itu pun tetap terjatuh juga, dengan cepat gadis itu pun langsung menghapus air mata nya dengan kasar.
"Ayo Abeliaza Azalea..kamu pasti bisa lewati ini semua," ucap Abel menyemangati diri nya sendiri.
Dengan langkah tertatih gadis itu kemudian duduk di kursi dan mengambil sapu tangan di tas nya. Dengan menahan rasa nyeri dan perih Abel membalut luka di kaki nya dengan sapu tangan nya itu. Setelah nya dia langsung bergegas menyelesaikan pekerjaan nya, gadis cantik itu cukup kualahan bekerja dengan kondisi telapak kaki yang terluka seperti itu. Walaupun dia harus sering berhenti sebentar guna mengurangi rasa nyeri pada kaki nya, tapi Abel sebisa mungkin tetap melaksanakan tugas nya dengan sebaik mungkin.
Tanpa Abel sadari sejak tadi Kaivan memperhatikan gerak gerik nya. Di tangan kanan pria tampan itu terdapat kotak P3K, entah untuk apa kotak itu yang jelas Kaivan terap berdiam diri sambil memperhatikan Abel yang nampak kesusahan dalam melakukan pekerjaan nya.
"Ck...ngapain juga gue peduli ma dia."
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!