" Clara,malam ini kau punya klien VVIP yang harus dilayani."
Clara hanya menatap tanpa ekspresi, pesan singkat yang baru saja dia terima dari mami Aster, mucikarinya.
Dulu setiap kali mendengar kata VVIP, perasaan Clara pasti langsung merasa berbunga bunga.Dia seperti mendapatkan sebuah jakpot,sebab tau kalau dia melayani seorang pelanggan VVIP, itu berarti rekeningnya akan langsung menjadi gendut seketika.Lalu dengan uang itu dia bisa membeli apa saja yang dia inginkan.
Atau bisa sedikit bersantai untuk tidak melayani tamu manapun selama sekitar 1 Minggu, karena setelah nya mami Aster memang selalu memberinya waktu libur.
Tapi.... sekarang saat mendengar kata Pelanggan VVIP, bayangan Clara adalah pria hidung belang dengan perut buncit. Meski tidak bisa dipungkiri kalau isi dompet mereka tetap tidak berseri.
Sekarang dibandingkan merasa senang dengan hal itu, dia lebih merasa muak bahkan jijik.
Dia jijik bukan hanya pada para pria itu, tapi juga pada dirinya sendiri. Karena terus saja dipaksa membuka kedua kaki dibawah mereka, hanya demi lembaran kertas bernama uang.
Sejujurnya dia mulai berpikir untuk berhenti dari pekerjaan nya itu,tapi...keluar dari pekerjaannya itu tidak semudah membalik telapak tangan.
Bukan karena mudah mendapatkan uang dari pekerjaan itu, tapi juga karena...selain bekerja itu dia tidak tau harus melakukan apa lagi.
Sejak....
Entah sejak kapan tepatnya dia mulai terjun ke dunia kelam itu,tapi yang pasti sudah lebih 5 tahun ini hidupnya tak kalah seperti sosialita yang ada di televisi, maupun media sosial.
Liburan keluar negeri, barang mewah dengan harga jutaan, puluhan,bahkan sampai ratusan juta ada di etalase walk in klosetnya.
Hanya bermodal wajah cantik yang dia miliki sejak lahir, lalu dipoles perawatan mahal dokter dokter kecantikan baik dalam dan luar negeri, meski tidak sampai melakukan operasi plastik seperti yang beberapa rekan seprofesi nya lakukan.. Membuat penampilan fisiknya benar benar paripurna bak selebritis kelas atas.
Karena meski dia bekerja dengan membuka kedua kakinya,tapi tarif untuk menyewa dirinya tak kalah mahal seperti selebritis.
Puluhan juta untuk short time yang hanya sekitar 1-2 jam.Ratusan, bahkan ada yang berani membayar sekitar 1 milyar supaya bisa menghabiskan waktu dengannya, juga merasakan bagian pribadi diantara kedua kakinya.
Hidupnya sebagai Clara Anderson, sang primadona bunga malam dibawah mami Aster, benar benar bergelimang harta.
Orang yang melihat pasti iri dan ingin berada diposisi nya.
Karena dulu dia juga begitu. Belitan pelik ekonomi sebagai anak yatim-piatu yang harus hidup terlunta lunta tidak jelas, tiba tiba diberi tawaran mami Aster untuk menjadi kupu kupu malam di bawah nya membuat Clara langsung sangat tergoda.
Dia tau yang dirinya lakukan itu salah, tapi iming iming lembaran merah, hijau, biru dari kertas bernama uang terlalu sayang untuk ditolak.
Dia pikir, asal dirinya punya banyak uang seperti orang lain, maka hidupnya pasti akan bahagia. Mungkin iya saat diawal, tapi setelah bertahun tahun bergelut dengan pekerjaan itu, jujur dia tidak lagi merasakan hal itu.
Karena dia sadar selain tubuhnya yang menawan dia tidak memiliki apapun lagi. Teman, saudara atau orang yang mencintai dirinya dengan tulus, itu tidak ada.
Mami Aster dan rekan sesama perempuan panggilan selalu bersikap baik dan perduli dengan nya, karena dia menghasilkan banyak uang untuk mereka.
Setelah nanti dia sudah tidak laku lagi seperti sekarang , apakah sikap layaknya saudara itu masih akan ada. Mungkin tidak, karena dia tau orang orang seperti dirinya itu ditakdirkan oleh Tuhan untuk menua dan mati dalam kesepian, sebagai hukuman karena memilih melakukan pekerjaan hina ini.
Tapi sebelum mengalami hal itu, Clara selalu berharap agar bisa diberi kesempatan untuk bisa merasakan jatuh cinta, seperti layaknya perempuan normal lainnya.
Tidak perlu sampai menikah, apalagi punya anak. Clara merasa itu terlalu berlebihan bagi dirinya yang merupakan wanita penghibur ini.
Kalau tawaran untuk menjadi simpanan atau istri kedua,ketiga, bahkan keempat tentu saja banyak. Tapi dia tidak mau, karena bukan itu yang dia inginkan.
Yang dia inginkan adalah bisa merasakan saling mencintai atau dicintai, tanpa melibatkan soal uang dalam profesinya.
Dan itu bukan hal mudah,sebab sampai diusianya yang sudah menginjak 25 tahun ini tidak sekalipun dia pernah menemukan pria seperti itu.
Klise tapi merupakan hal yang sulit, bahkan lebih sulit dari harus mencari segepok uang.
****
Tok ! Tok!
Suara ketukan di pintu Apartemennya membuat Clara langsung menepis pikiran sentimentil nya barusan, karena tau kalau yang mengetuk pintu itu pasti Edwin.
Edwin merupakan supir sekaligus bodyguard yang dipekerjakan mami Aster, demi kenyamanan serta kemudahannya saat akan bertemu pelanggannya.
" Ya Ed, masuk saja." Perintahnya, tanpa beranjak dari sofa ruang tamu Apartemennya.
Mendapatkan perintah masuk dari Clara, lalu pria itu masuk kedalam Apartemen dengan menekan kode pintu yang memang dia tau.
" Apa yang kau bawa itu?" Tanyanya begitu Edwin sudah masuk, sambil menunjuk kearah paperbag ditangan pria itu.
" Oh ini.Saya diminta mami Aster mengantarkan pakaian yang harus anda pakai malam ini, nona Clara."
Mendengar itu barulah Clara bangun dari duduknya dan berjalan menghampiri Edwin, untuk mengambil paperbag ditangan pria itu.
Paperbag berwarna gold dengan tulisan hitam, nama salah satu butik paling terkenal di negara itu.
Tempat para sosialita,istri pejabat tinggi negara serta selebriti kelas atas biasanya berbelanja.Dan kalau dia sudah disuruh mengenakan gaun dari butik tersebut, itu berarti kliennya kali ini bukan klien VVIP biasa. Kelasnya kalau bukan pejabat sangat tinggi, pasti merupakan pengusaha besar.
Mengetahui itu membuat Clara merasa semakin enggan untuk pergi, tapi tau dia tidak bisa menolaknya.
Karena dia tau kalau pelanggan tersebut hanya ingin dilayani dirinya, bukan anak asuh mami Aster yang lain.
" Mami Aster menyuruh agar anda sudah siap saat pukul 8 malam nanti, nona." Ucap Edwin menambahkan, sambil mengulurkan paperbag itu kearah Clara.
Tanpa ba-bi-bu Clara menganggukkan kepalanya mendengar itu.
" Ya, jangan khawatir,10 menit sebelum pukul 8 malam aku sudah akan siap.Kau bisa menjemput ku saat itu."
Edwin mengangguk mendengar perintah Clara dan langsung berbalik untuk pergi, tapi sebelum dia melangkah menjauh Clara memanggilnya lagi.
" Oh iya Ed, sebelum pergi tolong suruh Roy kemari untuk membantuku bersiap."
Lagi lagi pria itu menganggukkan kepalanya, mengiyakan permintaan Clara.
" Baik nona, akan saya lakukan sekarang."
" Ya, aku tunggu."
Lalu setelah itu tanpa menunggu Edwin benar benar keluar dari Apartemen nya, karena tau pria itu bisa keluar sendiri.Clara masuk kedalam kamarnya untuk mulai bersiap, sambil menunggu orang bernama Roy yang akan datang untuk membantunya merias wajah, agar penampilannya semakin paripurna sebelum bertemu klien ikan kakap besar nanti.
" Hotel Aston kamar 203."
Clara membaca pesan yang dikirimkan mami Aster padanya, lalu meletakkan kembali ponselnya kedalam tas tangan, tanpa berniat membalas dulu pesan itu.Karena itu memang bukan pesan yang perlu dibalas.
" Nona kita sudah tiba," Ucap Edwin, dengan menghentikan mobilnya tepat didepan lobi hotel Aston.
" Ok, aku turun. Nanti aku hubungi kau begitu sudah selesai." ucap nya yang dibalas anggukan oleh Edwin.
Baru Clara melangkah turun dari dalam mobil, dengan dibantu Edwin yang membuka kan pintu mobil.
Setelah itu dia berjalan masuk sendirian kedalam lobi hotel, lebih dulu menuju meja resepsionis berniat mengambil kunci kamar yang disebutkan mami Aster ditelpon.
Dia berjalan dengan langkah anggun, layaknya perempuan kelas atas biasanya. Seperti penampilan nya saat itu yang menggunakan barang barang mereka terkenal dari ujung kepala sampai ujung kaki.
Dari penampilan serta pembawaannya orang akan langsung tau kalau dia kesana sebagai calon tamu VVIP hotel itu.Tanpa tau kalau sebaliknya.
Sampai pegawai yang bertugas dimeja resepsionis langsung menyambut dia hormat serta sopan juga ramah.Layaknya melayani pelanggan prioritas.
" Selamat malam nona, ada yang bisa kami bantu?" Petugas itu menyapa Clara sopan.
" Saya ingin mengambil titipan kunci kamar hotel nomor 203." Ucapnya pada petugas itu.
Dahi petugas resepsionis itu langsung sedikit mengeryit mendengar nya, meski langsung berubah ramah lagi seperti sebelumnya. Membuat Clara sempat heran melihatnya perubahan raut petugas resepsionis barusan.
Sampai berpikir kalau sudah salah bicara, tapi sepertinya tidak.Tapi kenapa sekarang petugas resepsionis itu barusan terlihat bingung atau lebih tepatnya terkejut mendengar permintaannya barusan.Setelah ada jeda diam beberapa saat,barulah resepsionis itu bicara lagi tapi kali ini masa suaranya terdengar sedikit bergetar.Seperti gugup atau lebih tepatnya ketakutan.
" Maaf nona, tapi...kamar itu tidak kosong."
" Ya?" Balas Clara dengan raut bingung mendengar jawaban dari petugas resepsionis itu.
Dia tau kalau kamar itu pasti sudah dipesan atas nama seseorang, yang malam ini akan menjadi pelanggannya.Tapi apa anehnya hal itu,dia juga tau. Barusan dia juga minta kunci kamar tersebut karena itu merupakan....
" Itu kamar VVIP hotel kami yang dikhususkan untuk para pemegang saham hotel ini nona dan hanya bisa menggunakan kunci master saja. Jadi...kalau nomor kamar itu yang rekan nona sebutkan, sepertinya ada kesalahan penyebutan. Kalau nona tidak keberatan biar saya bantu memeriksakan nomor kamar yang dipesan teman nona untuk anda."
Clara tau itu tidak salah hanya saja,cara dia bertanya barusan salah dan hampir membuat dia ketahuan oleh resepsionis didepannya ini,bahwa tujuannya datang ke hotel itu untuk melayani salah satu petinggi hotel.
Jadi untuk menghentikan suasana tidak nyaman antara dia dan si resepsionis didepannya itu, buru buru Clara menggelengkan kepalanya, untuk menolak niat baik pegawai itu.
" Oh nanti saja,biar aku tanya dulu secara langsung pada temanku ini,Kamu silahkan lanjutkan pekerjaan mu."
Setelah mengatakan itu,dengan sikap anggun dan berkelas dia berjalan menjauh dari depan meja resepsionis dan memutuskan untuk lebih dulu duduk di sofa lobi dibandingkan langsung naik keatas menuju lantai tempat kamar bernomor itu berada.
Tapi untuk menghindari kesalahan seperti sebelumnya,Clara memutuskan menghubungi Edwin. Untuk bertanya mengenai identitas pelanggan nya kali ini. Karena di pesan yang dikirimkan mami Aster padanya, tidak sedikitpun mucikarinya itu menyebutkan identitas pelanggan VVIP nya malam ini.
Tapi....meski dia tidak diberitahu apa apa, Clara yakin mami Aster pasti mengatakan sesuatu mengenai pria dikamar nomor 203 yang diklaim resepsionis tadi sebagai salah satu pemilik hotel besar ini.
Kalau benar,pantas saja malam ini dia disuruh berpenampilan separipurna ini oleh mami Aster.
" Halo Ed." Sapa Clara ditelpon dengan suara pelan tapi cukup jelas.
" Iya nona Clara, ada apa?"Edwin menjawab diseberang telpon.
" Ini soal klienku malam ini,apa benar aku harus pergi kekamar 203?"Tanyanya meski tadi sudah jelas kalau mami Aster memang menulis nomor kamar itu dipesan.
" Benar kamar itu nona.Apa ada masalah?" Pria itu bertanya ingin tau,sebab merasa kalau sikap Clara tersebut tidak biasa.
" Tidak ada,aku hanya sedikit heran dan sempat takut salah nomor, sebab tamu ku ini sedikit tidak biasa Ed.Karena itu aku bertanya ulang padamu, khawatir salah."
" Oh,tapi tidak nona Clara. Memang itu tempatnya,karena mami Aster tadi sudah secara jelas mengirimkan alamat serta nomor kamar orang yang akan nona temui malam ini pada saya."
Mendengar penjelasan Edwin, Clara langsung yakin kalau pelanggan nya malam ini memang salah satu pemilik saham dihotel ini seperti yang tadi disebutkan oleh resepsionis padanya.
" Ok.Kalau begitu aku akan langsung kesana sekarang, karena menurut petugas resepsionis hotel ini.Orang itu sudah lebih dulu menunggu aku didalam."
Balasnya kemudian mengakhiri sambungan telpon dengan Edwin, karena dia berniat untuk langsung menuju ke kamar 203 yang dimaksud dipesan.
Clara berjalan kearah lift,lalu masuk dan menekan tombol lantai 10 tempat dimana kamar kelas VVIP hotel berada.
Biasanya kalau pelanggan memilih menunggu lebih dulu seperti yang malam ini, dia akan menghubungi calon pelanggan nya itu lewat ponsel.Tapi karena untuk pelanggan yang satu ini dia sama sekali tidak diberikan nama atau bahkan nomor telpon nya oleh mami Aster juga Edwin, jadi dia menemui orang itu hanya berdasarkan nomor kamarnya semata.
Ting!
Pintu lift terbuka,Clara bergegas keluar dan berjalan mencari keberadaan nomor kamar yang dia tuju, diantara beberapa pintu kamar dilantai itu.
Untung saja karena itu kamar hotel yang diperuntukan bagi orang orang penting,jadi...jumlah pintu kamar dilantai 10 hanya ada beberapa, membuat Clara tidak terlalu kesulitan menemukan nomor kamar yang dia cari.
Ting Tong!
" Tuan, saya sudah tiba."
Sepi tidak terdengar jawaban apapun dari dalam kamar, tapi Clara tidak beranjak dari tempatnya dan tetap diam untuk menunggu orang yang didalam memberikan tanggapan untuk panggilan nya barusan.
Setelah sekitar 1-2 menit masih tidak ada jawaban, Clara memutuskan menekan bel lagi sekaligus memberitahu kalau dia sudah tiba.
" Tuan, saya sudah tiba. Boleh saya masuk ?"
1 menit 2 menit 3 menit, Clara sudah hampir menekan bell itu untuk ketiga kalinya karena dua kali barusan seperti diabaikan.
Tapi sebelum dia sempat melakukan nya lagi, tiba tiba terdengar pintu kamar dibuka dari dalam secara otomatis, meski hanya sebagian, lalu sebuah suara bernada bariton serak, memberikan perintah padanya.
" Masuklah!"
Sudah diijinkan masuk,Clara lalu mendorong pintu kamar lebih lebar agar dia bisa masuk.Tapi begitu sudah berada didalam kamar,Clara langsung diam terpaku ditempatnya.
Dia bingung bercampur heran saat melihat kondisi kamar itu yang gelap gulita, tanpa ada satupun lampu yang dinyalakan disana.
Kamar itu gelap, tanpa satu lampu pun yang menyala. Entah sengaja atau itu salah satu petis kliennya kali ini, Clara tidak tau. Tapi itu membuat dia jadi ragu untuk melangkah masuk kedalam kamar ,seperti perintah pria itu barusan.
" Masuklah!" karena sadar sejak tadi Clara hanya berdiri diam tidak bergerak, pria itu mengulangi perintahnya.
Kali ini mau tidak mau Clara pun berjalan masuk kedalam, tapi dengan langkah yang sengaja pelan.
Karena jujur saja selain takut, berjalan dengan high heel setinggi 12 cm dalam suasana gelap begitu juga tidak mudah.
Kalau tidak hati hati dia bisa tersungkur jatuh, yang tentu saja itu akan sangat memalukan baginya.
" Baik tuan, tapi bisa anda menyalakan lampunya. Karena saya tidak bisa melihat apapun, bahkan dimana keberadaan tuan pun saya tidak tau." Ucapnya meminta.
" Lama lama kau juga akan terbiasa, karena sebenarnya kamar ini tidak sepenuhnya gelap .Masih ada cahaya masuk melalui sela gorden ini "
Sebenarnya Clara tidak yakin apakah saat itu pria tersebut sedang menunjuk kearah jendela atau tidak, tapi.. Itu membuat dia secara reflek malah menoleh kearah jendela besar kamar itu.
Dan ternyata memang benar, pantulan cahaya dari luar jendela besar kamar hotel itu , lama lama tidak membuat kamar yang tanpa lampu itu gelap gulita seperti sebelumnya.
Tapi tetap saja, itu tidak cukup untuk membuat dia bisa melihat sosok pria yang akan dia layani malam ini.
Yang bisa dilihat Clara dari sosok pria itu, hanya siluet postur tubuhnya yang sedang duduk ditepi ranjang sambil menatap kearah dirinya, sementara wajahnya sangat samar hingga menimbulkan kesan misterius.
Dari siluetnya yang tergambar pantulan cahaya, kliennya itu terlihat memiliki postur tubuh tinggi besar, ciri khas kebanyakan pria blasteran.
Untuk kisaran usia nya Clara tidak tau, tapi jelas dia belum tua.
" Apa kau akan terus berdiri diam disana dan tidak kemari?!"
Sontak Clara tersadar dan reflek buru buru berjalan, menghampiri pria itu yang duduk di tepi ranjang.
" Kemarilah,mendekat kesini!" perintah pria itu lagi, dengan suara baritonnya membuat Clara mau tidak mau berjalan mendekati pria itu.
Sekarang mereka sudah benar benar dekat,dia berdiri tepat dihadapan pria itu. Dari jarak segitu Clara semakin bisa melihat bagaimana penampilan pria yang akan menjadi pelanggan nya kali ini.
Pria itu memiliki wajah persegi dengan ukiran garis dagu yang tegas, sepasang mata tajam meruncing seperti mata burung elang jantan.Hidung tinggi dengan ujung sedikit bengkok, serta sepasang bibir tipis yang belah di bagian bawahnya, membuat keseluruhan wajah pria itu menurut Clara sangat menawan. Mirip tokoh pria yang ada di film koboy Amerika.
Hanya saja saat itu pria tersebut tidak mengenakan rompi layaknya seorang Koboy, melainkan dia mengenakan batrobe yang setengah terbuka.
Jadi meski samar, Clara masih bisa melihat bagian dada berotot pria itu.
Jujur keseluruhan sosoknya benar benar begitu menarik.Membuat Clara yang biasanya tidak merasakan apapun pada pria yang akan dipuaskan, kali ini tanpa sadar punya perasaan berbeda.
Untuk pertama kali dia merasa tertarik pada sosok seorang pria,padahal jelas jelas pria itu menunjukan sikap aneh.
" Apa begini? Atau anda ingin saya melakukan sesuatu yang membuat anda merasa senang. Lalu kalau boleh tau apa favorit anda saat sedang bersama perempuan, tuan...."
Clara sengaja menggantung ucapannya yang terakhir saat memanggil pria dihadapannya itu, berharap pria itu akan menyebutkan namanya pada dia, karena tidak nyaman rasanya sejak tadi dia tidak tau apapun mengenai calon orang yang akan tidur bersamanya.
Tapi ternyata pria itu tetap diam saja, seolah memang tidak berniat bersikap akrab atau sekedar basa-basi dengan nya.
Meski begitu, dia tetap berusaha mengajak pria itu bicara lagi. Siapa tau kali ini dia berhasil melakukannya pikir nya mencoba lagi mengajak calon klien nya bicara.
" Sepertinya anda tidak berniat saling mengenal dulu dengan saya,apa ini salah satu kebiasaan anda saat bersama perempuan yang akan anda tiduri?" Tanya Clara memecah kesunyian, karena pertanyaan tidak langsungnya tadi diabaikan begitu saja oleh pria itu.
"Iya. Karena aku hanya butuh tubuhmu, tidak lebih.Jadi, buat apa perkenalan atau basa-basi, tidak penting sama sekali. Sekarang ini aku hanya ingin berhubungan se*s dengan mu sesuai yang aku bayar kemudian pergi.Itu saja."
Yang dikatakan pria itu tidak salah,itulah tujuan mereka melakukan pertemuan malam ini. Just Se*s! Dia penjual dan pria itu pembelinya.Seharusnya dia tidak papa mendengar pria itu mengatakannya, toh semua pria juga hanya menginginkan itu darinya dan ini bukan pertama kali dia mendengar kata just se*s,sudah sering.
Tapi kenapa sekarang sudut hatinya terasa tidak nyaman. Nyeri yang aneh sekali. Kenapa? Dia merasa tersinggung mendengar pria itu mengatakan begitu padanya.
Aneh,tapi dia segera menepis perasaan tidak nyaman itu dan berniat akan langsung saja melakukan pekerjaan nya untuk melayani pria itu.
'Segera lakukan saja, jangan pikirkan apapun, lalu pergi dan besok kamu bisa pergi berlibur ke Santa Monica untuk satu Minggu Clara'.Dia bermonolognya dalam hati, agar semakin bersemangat meski sedikit ketar ketir karena kliennya kali ini terlihat kasar.
Lalu Clara semakin mendekat kearah pria itu, dengan gerakan menggoda ringan seperti yang sering dia lakukan pada klien yang akan dia layani.
Berharap pria itu juga akan suka dengan yang dia lakukan.
Meski saat dia sedikit menempelkan tubuhnya ke tubuh pria itu,dia tidak bergeming . Hanya diam sambil menatap tajam dan dingin yang terasa sampai menembus bagian belakang dirinya.
" Malam ini saya akan memberikan pelayanan terbaik saya untuk anda tuan."
Ucap Clara, dengan mulai mengerakkan jemari lentiknya kebagian luar piyama yang dikenakan pria kliennya itu.
Saat jarinya menyentuh piyama sutra tipis itu, dia yang sudah sering menyentuh banyak jenis tubuh pria,sedikit terkejut karena baru pertama kali merasakan otot dada serta lengan yang begitu keras milik seorang pria.
Dia sampai berpikir kalau itu adalah tubuh palsu,tapi saat mendongak dan tatapan nya bertemu dengan mata hitam dingin milik pria itu,Clara baru sadar kalau itu benar benar tubuh manusia hidup.
"Kenapa diam.Apa ini yang kau katakan sebagai pelayanan terbaikmu?"Tanya pria itu dengan nada sinis setengah menghina yang sontak membuat Clara sadar dari lamunannya barusan,lalu segera menggelengkan kepalanya untuk menyanggah yang dikatakan pria itu barusan.
" Tidak.Tentu saja tidak,aku akan melayani anda sebaik mungkin, hingga membuat anda benar benar merasa puas dan mengakui kemampuan saya untuk urusan Se*s."
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!