NovelToon NovelToon

Biarkan Ku Tenggelam Di Dasar Hati Mu

Bab 1

"Jiwa sedang apa disana?"ucap Alvin yang baru saja pulang dari perusahaan.

"Ah, anda tuan saya sedang menunggu taksi untuk pergi bekerja."balas Jiwa yang bangkit dari duduknya yang beralaskan koran di pinggir trotoar.

"Masuklah aku antar."ucap Alvin yang kemudian membuka pintu mobil nya untuk gadis yang ia kenal beberapa minggu lalu saat dia membutuhkan penyanyi dadakan di acara ulang tahun perusahaan nya tersebut.

"Kau cantik sekali sore ini apa ada job baru?"tanya Alvin sambil tersenyum manis pada gadis yang kini membalas senyumannya.

"Ada acara di cafe dan saya harus menghibur orang yang sedang merayakan anniversary mereka nanti, jadi butuh persiapan khusus sebelum nya."jawab Jiwa.

"Oh begitu ya, pulang jam berapa?"tanya Alvin lagi.

"Sepertinya larut malam."balas Jiwa lagi.

"Hati-hati jika tidak ada kendaraan kamu hubungi saya saja."ujar Alvin yang begitu peduli terhadap gadis cantik yang selalu mengingatkan dirinya pada masalalunya.

"Hmm... terimakasih tapi saya tidak mungkin merepotkan anda."ucap Jiwa.

"Aku tidak merasa direpotkan jadi jangan sungkan."ucap nya lagi.

Percakapan mereka berlangsung sepanjang perjalanan hingga mereka tiba di sebuah cafe tempat Jiwa bekerja sebagai penyanyi disana.

"Sudah sampai terimakasih tuan, maaf merepotkan anda ini untuk uang bensin."ucap gadis cantik yang kini menyodorkan uang berwarna biru pada Alvin.

"Sama-sama simpan saja, bensin nya sudah terisi full. jadi lebih baik kamu tabung."ucap Alvin sambil tersenyum manis.

"Hmm... terimakasih untuk tumpangan nya tuan tapi saya mohon terimalah agar saya bisa tenang, mungkin ini tidak seberapa untuk anda tap"ucapan gadis itu terhenti saat Alvin meraih uang tersebut dengan maksud agar gadis cantik itu tidak merasa bersalah.

"Ini saya terima, sudah enakan bukan saya pulang dulu kamu baik-baik disini jaga dirimu."ucap Alvin yang kini tersenyum manis.

"Terimakasih tuan hati-hati dijalan."ucap Jiwa sambil melambaikan tangannya.

Alvin pun tersenyum manis kemudian menutup jendela mobil nya dan langsung tancap gas.

...*Mutiara Di Jiwa*...

Gadis berparas cantik dengan tubuh yang sempurna berusia 20 tahun, dia tidak melanjutkan sekolah nya karena terkendala biaya sejak dia lahir dia dibesarkan oleh nenek dari ibu kandung nya yang telah tiada saat berjuang melahirkan dirinya.

Tidak lama setelah itu ayahnya menyusul karena tragedi kecelakaan beruntun tersebut. Dan baru dua bulan yang lalu dia kehilangan sang nenek yang sangat ia cintai dan sayangi karena neneknya mengalami serangan jantung.

Saat ini gadis yang akrab dipanggil Jiwa itu pun hidup sebatang kara, kesempurnaan paras wajah dan tubuhnya tidak sesempurna hidup nya.

Jiwa bahkan harus kehilangan rumah sederhana yang selama ini mereka tempati karena hutang pinjaman bekas membayar biaya rumah sakit sang nenek. lebih tepatnya rumah itu disita oleh pihak rentenir yang ia hutangi.

Dan kini dia kembali bekerja dan berjuang untuk diri sendiri termasuk biaya sewa kamar di tempat kost nya itu.

Dan malam ini dia harus membawakan beberapa lagu cinta meskipun dirinya sendiri tidak pernah merasakan apa artinya cinta.

Malam pun tiba persiapan yang mereka lakukan sudah cukup sempurna, dan kedua pasangan yang akan merayakan anniversary nya itu sudah tiba di ikuti oleh beberapa tanu undangan yang kini memenuhi meja-meja yang sudah tertata rapi dengan dekorasi yang sangat indah terutama meja si pemilik acara.

Dengan kata sambutan yang MC berikan sekaligus untuk mempersilahkan pasangan itu naik ke atas panggung yang tersedia di sana yang juga sudah di dekorasi secantik mungkin.

"Hadirin yang berbahagia mari kita sambut pasangan yang tengah berbahagia ini, tolong berikan tepuk tangan untuk Mrs end Mr Albert."ucap mc yang kini membungkuk hormat mempersilahkan keduanya untuk memberikan sambutan.

Mereka pun akhirnya memberikan kata sambutan yang saat ini membuat semua tamu yang hadir merasa baper ketika melihat dan mendengar pasangan yang kini tengah saling mengungkapkan kasih sayang dan kemesraan nya.

Termasuk Jiwa yang kini sudah berbalut gaun berwarna putih seperti nuansa yang tercipta di dalam cafe tersebut.

Jiwa pun mengucapkan selamat pada keduanya setelah mereka selesai memberikan sambutan, dan ia mulai mempersembahkan sebuah lagu cinta yang juga membuat semua orang baper.

Suara merdu yang Jiwa miliki sungguh menghipnotis seluruh pengunjung yang datang disana sebagai tamu undangan.

Hingga pesta anniversary itu usai, Jiwa pun menerima bonus secara langsung dari pasangan tersebut dan amplop tebal itu diberikan secara langsung saat Jiwa baru keluar dari ruang ganti.

"Nona Jiwa, tolong terima ini."ucap sang pemilik acara.

"Ini apa tuan, saya sudah digaji disini jadi tuan tidak usah membayar saya lagi."ucap Jiwa yang merasa tidak enak hati saat ini.

"Tidak apa-apa ambilah ini bonus dari saya, saya sangat berterimakasih karena anda benar-benar telah menyempurnakan pesta kami."ucap tuan Albert.

"Hmm...kalau begitu terimakasih tuan semoga anda dan istri selamanya bahagia dan berumur panjang saya minta maaf jika ada kekurangan saat tadi."ucap Jiwa yang kini memasukkan amplop tersebut kedalam tas miliknya.

"Sama-sama saya juga akan merekomendasikan anda pada teman saya, perusahan mereka selalu mengadakan acara-acara tertentu nya sering membutuhkan penyanyi berbakat seperti anda semoga saja nona Jiwa bisa bekerja sama dengan mereka."ucap pria yang kini mengeratkan rangkulannya di pinggang sang istri.

Jiwa pun pamit terlebih dahulu karena dia akan diberikan tumpangan oleh teman kerjanya malam ini, tepat pukul 2 dini hari Jiwa tiba di rumah kos tersebut.

Gadis cantik itu pun berjalan sambil berpegangan karena saat ini rasanya sudah sangat mengantuk.

"Baru pulang?"tanya seseorang yang tidak lain adalah tetangga kamarnya yang biasa keluar untuk mengantar kekasih nya yang biasa menginap secara diam-diam di tempat kos tersebut.

Entah pemilik kos membebaskan hal itu atau diluar pengawasan karena yang Jiwa tahu sejak ia masuk ada beberapa persyaratan khusus yang harus di ikuti termasuk tidak boleh pulang malam kecuali ada pekerjaan yang tidak bisa ditunda.

Jiwa pun tidak pernah ikut campur urusan orang lain, dia langsung bergegas masuk dan tidak mempedulikan tatapan mata dari pria yang kini berjalan di belakang wanita bernama Julia.

Jiwa yang langsung mengunci pintu kamar nya pun langsung menjatuhkan diri di atas ranjang yang tidak seberapa lebar itu.

Matanya langsung terpejam dan dia tidak sempat untuk memberikan makeup terlebih dahulu saking lelahnya dan didera rasa kantuknya.

Hingga saat mentari pagi menampakkan cahaya nya dari arah balkon kamarnya, Jiwa pun mengerjapkan matanya dan bangku perlahan dari ranjang.

...******...

Jiwa yang baru saja selesai mandi dan berpakaian rapi dia sudah terlihat sempurna dengan make-up natural dan terlihat sempurna tersebut.

Dia terpaksa bangun dari tidurnya yang biasanya belum cukup untuk dirinya karena hari ini dia mendapatkan pekerjaan tambahan sebagai baby sitter dadakan yang akan mengasuh anak berusia tiga tahun seperti yang dikatakan oleh temannya itu.

Ya, Jiwa harus menggantikan temannya yang sedang ada keperluan hari ini hingga satu minggu kedepan dan itu juga atas permintaan majikan temannya itu yang tidak pernah ia kenali.

Jika temanya diwajibkan untuk menggunakan pakaian khusus untuk baby sitter, maka tidak dengan Jiwa. Dia bebas menggunakan pakaian apa saja yang terpenting tidak sexy karena tuan muda di rumah itu tidak menyukai tampilan seperti itu.

Saat ini Jiwa menggunakan stelan celana pendek yang dipadukan dengan kemeja putih lengan pendek bermotif garis-garis yang terlihat sangat cocok dikenakan oleh gadis cantik itu.

Jiwa sudah berdiri di depan pintu gerbang rumah yang menjulang tinggi membentengi rumah tiga lantai yang kini ada di hadapannya.

Rumah megah itu mungkin adalah rumah pertama yang akan ia pijak setelah hampir dua puluh tahun ia terlahir ke dunia ini.

Sampai saat seseorang bertumbuh tinggi besar membuka pintu pagar dan bertanya apakah dia gadis bernama Jiwa yang akan bekerja menggantikan baby sitter di rumah tersebut. Dan Jiwa pun langsung mengangguk pelan.

Pria itu pun mengantar Jiwa ke depan lobby rumah megah itu.

Hingga saat seseorang keluar dari balik pintu tersebut dengan tas kerja ditangan nya, pria itu menghentikan langkahnya dan menatap lekat wajah gadis cantik yang ada di hadapannya.

"Tuan Al, dia adalah baby sitter pengganti sementara nona kecil."ucap pria bertubuh kekar itu.

"Hmm... masuklah dia sepertinya sudah menunggu."ucap pria yang bernama Alvaro.

"Terimakasih tuan."balas Jiwa yang membuat pria itu kembali mematung di tempatnya saat mendengar suara khas yang pernah ia dengar di sebuah tempat.

"Daddy!! Uncle sakit!"ucap gadis kecil yang terlihat sangat cantik dan menggemaskan itu.

"Alice, daddy harus segera berangkat Alice bisa minta tolong pelayan, atau nona ini untuk menghubungi dokter atau Oma."ucap Alvaro.

"Hmm... baiklah daddy tapi janji ya jemput mommy setelah daddy pulang kerja?"ujar gadis kecil yang begitu menggemaskan itu.

Pria itu terlihat menghela nafas panjang sebelum kemudian ia mengiyakan permintaan putrinya itu.

"Baiklah sayang tapi daddy gak janji ya jika mommy mu sibuk nanti."ucap pria yang kini menggendong putri kecilnya yang tidak pernah tau arti perpisahan tersebut.

"Tolong bawa dia masuk, saya titip putri saya jika ada apa-apa ada adik saya di rumah."ucap pria itu.

"Baik tuan."ucap Jiwa yang kini mencoba membujuk gadis kecil itu.

"Nona cantik ayo sama saya."ucap Jiwa dengan penuh kelembutan.

Untuk sesaat gadis cantik itu hanya menatap lekat wajah cantik milik Jiwa, tapi kemudian gadis itu langsung tersenyum manis dan merentangkan tangannya kearah Jiwa.

"Baiklah kakak cantik."balas gadis kecil itu yang kini menghambur memeluk Jiwa yang kini tersenyum manis karena sejatinya dia sangat suka dengan anak kecil.

"Saya pergi dulu dan pastikan semua baik-baik saja."ucap Alvaro pada laki-laki yang masih setia berdiri di samping nya.

"Baik tuan."balasnya.

Sementara Alice meminta turun dari gendongan Jiwa dan bergegas meraih tangan Jiwa untuk kemudian dia tuntun keliling rumah nya.

Seakan dia adalah nyonya rumah yang tau semuanya, dia menjelaskan setiap detail ruangan yang ada di rumah tersebut, dan beberapa pelayan yang mengikuti mereka pun terus terkekeh kecil.

Mereka memiliki hiburan tersendiri saat nona kecilnya bertingkah layaknya orang dewasa hingga saat ia membawa Jiwa masuk kedalam kamar yang Alice sebut sebagai kamar uncle nya itu.

Jiwa langsung mematung di tempatnya saat melihat pria yang kemarin store mengantar nya ke tempat ia bekerja.

"Tuan."ucap Jiwa yang kini membuat Alvin melirik kearah Jiwa saat dia mendengar suara seseorang yang sangat ia kenal.

"Jiwa kamu disini?"ujar pria tampan yang baru saja selesai menelpon tersebut.

"Tuan jadi ini?"ucapan Jiwa terhenti saat ia melihat gadis kecil itu sudah berada di atas ranjang empuk itu dan melompat-lompat di atasnya.

"Alice jangan lakukan itu uncle baru saja merapihkan nya."ucap Alvin yang kini terlihat kesal.

"Nona Alice ayo turun, bukankah kita masih harus berkeliling rumah."ucap Jiwa yang merasa tidak enak hati.

"Ah aku lupa kakak cantik ayo."ucap gadis kecil itu yang kini minta diturunkan dari atas ranjang tersebut.

Jiwa pun melirik kearah pria yang kini hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah absurd keponakan nya itu.

"Ambilah dan tolong jauhkan dia dari kamar ini karena saya sedang butuh ketenangan nanti kita bicara dibawah setelah kalian selesai berkeliling."ucap Alvin yang dibalas anggukan kepala oleh Jiwa.

Gadis cantik itu pun langsung bergegas membawa gadis kecil itu untuk keluar kamar, dan seperti diawal Alice bertingkah seperti orang dewasa dan dua pelayan yang sedari tadi menunggu di luar kamar tuan mudanya yang tidak pernah terjamah oleh siapapun kecuali pihak keluarga itu.

Mereka terlihat ketakutan saat ini karena Jiwa berani masuk kedalam kamar tersebut tanpa izin dari pemiliknya.

Setelah kelelahan berkeliling rumah kedua gadis beda generasi itu pun langsung terkapar di atas sofa dan para pelayan datang untuk menyajikan minum dan camilan kesukaan nona muda mereka. Tapi kali ini Alice meminta mereka melayani Jiwa dan memperlakukan Jiwa seperti mereka memperlakukan dirinya.

Awalnya mereka keberatan karena tidak ada perintah dari tuan rumah, tapi kemudian seseorang berkata."Turuti semua permintaan nya, bukankah dia adalah nona muda di rumah ini."ucap Alvin yang kini terlihat begitu dingin.

"Baik tuan"ucap mereka serempak.

Sementara Jiwa yang merasa tidak enak hati dia hanya bisa menundukkan pandangannya.

"Jangan sungkan anggap saja di rumah sendiri."ucap Alvin yang kini duduk di hadapan mereka.

"Terimakasih tuan maaf lagi-lagi merepotkan."ucap Jiwa.

"Berhenti meminta maaf kamu tidak berbuat kesalahan jadi jangan katakan itu lagi."ucap Alvin.

"Hmm..."lirih Jiwa.

"Bagaimana dengan pekerjaan mu yang kemarin apa semua lancar?"tanya Alvin.

"Ya tuan semua lancar."balas gadis cantik itu.

"Kakak cantik uncle tampan tidak?"celetuk Alice yang membuat Jiwa kaget karena pertanyaan tersebut.

"Jawaban saja jujur jangan buat dia semakin penasaran karena kau tidak akan mampu menghadapi tingkah absurd nya.

"Tentu saja tampan nona."jawabannya.

Bab 2

"Oh kakak cantik memang sangat pintar, tapi sayang daddy Alvaro lebih tampan dari uncle, kakak cantik lihat daddy kan tadi ya tapi jangan naksir karena daddy sudah punya mommy dan aku."ucap Alice yang membuat Jiwa membulatkan matanya saking kagetnya.

Sementara Alvin hanya mesem karena sudah tidak asing lagi dengan dengan tingkah absurd keponakan nya itu.

"Alice sebaiknya kamu bersiap bukankah guru les piano mu sebentar lagi akan datang?"ucap Alvin.

"Bukan piano uncle... tapi angklung."ucap gadis kecil yang begitu menggemaskan itu.

"Ah ya, uncle lupa... sekalian kamu belajar nyanyi sama kak Jiwa, dia itu punya suara yang sangat bagus."ucap Alvin sambil melirik kearah Jiwa yang terlihat sedang memikirkan sesuatu.

"Jiwa, mungkin kamu kaget dengan tingkah Alice ya? Tapi jangan khawatir dia anak yang baik asal kamu bisa mengambil hatinya dia akan menjadi gadis yang penurut."ucap Alvin.

"Ah, ya tuan maaf tadi saya teringat akan sesuatu yang saya lupakan."balas Jiwa.

"Apa itu."ucap Alvin.

"Boleh saya pamit dulu untuk mencari warteg soalnya saya lupa sarapan saking terburu-buru nya."ucap Jiwa.

"Hmm... kenapa tidak bilang ayo kita sarapan saya juga belum sarapan padahal ini sudah lewat jam sarapan."ucap Alvin yang kini bangkit dari duduknya.

"Ah terimakasih tuan saya tidak ingin merepotkan, saya sarapan di luar saja."ucap Jiwa.

"Ayo ikut, dan bawa sekalian dia bersama mu."ucap Alvin yang kini telah berjalan lebih dulu.

"Baiklah tuan."balas Jiwa yang kini membawa Alice bersama nya.

Jiwa tidak tau Alvin akan membawa dia kemana yang jelas saat ini mereka pergi dengan mobil Alvin yang kemarin pria itu gunakan.

"Dimana kamu ingin makan?"ucap Alvin.

"Saya sarapan di warteg dekat kost, tapi itu cukup jauh dari sini jadi cari yang dekat saja."jawab Jiwa.

"Baiklah aku yang pilih tapi tidak ada protes lagi."ucap Alvin yang menghentikan mobilnya di depan sebuah cafe bertaraf internasional.

Disana ada banyak menu yang ditawarkan mulai dari masakan Nusantara dan mancanegara karena itu adalah cafe resto.

Alvin turun lebih dulu, dia berjalan mengitari mobilnya dan membuka pintu untuk Alice yang sedari tadi anteng dengan mainannya.

"Ayo."ucap Alvin yang telah menggendong Alice.

"Ya tuan."ucap Jiwa yang kini terlihat bingung untuk masuk kedalam karena dia pun tau bahwa itu adalah cafe termahal yang ada di daerah tersebut.

"Jiwa bisa jalan dengan cepat, bukankah kamu lapar?"ujar Alvin yang sudah bisa membaca pikiran gadis cantik itu.

"Ah ya tuan."ucap Jiwa.

Mereka pun sudah berada di meja yang Alvin pilih karena memang saat ini tidak terlalu banyak pengunjung karena sudah lewat jam sarapan pagi.

"Pesan sekarang, biar cepat aku ada pekerjaan setelah ini."ucap Alvin dengan sengaja agar gadis itu tidak perlu berpikir keras memikirkan harga dari menu yang ada di hadapannya.

"Saya lemon tea dan nasi goreng saja."ucap gadis cantik itu pada pelayan cafe tersebut.

"Coffee Vietnam satu dan Taco Ramah Vegan."ucap Alvin.

"Aku cheesecake dan susu."ucap Alice tanpa menunggu ditanya.

Gadis kecil itu memang sangat mengerti dengan sikap uncle nya itu meskipun terkadang kebanyakan dia yang buat ulah hingga membuat Alvin marah dan tidak mau berbicara padanya tapi Alice tetap sangat menyayangi pria tampan yang merupakan adik dari sang daddy tersebut.

"Apa kamu yakin tidak ingin nambah yang lain?"tanya Alvin.

"Tidak itu saja terimakasih."balas Jiwa.

Jiwa pun menatap kearah Alice yang sedang dalam mode anteng.

"Nona kecil kau sedang apa?"tanya Jiwa.

"Aku sedang bermain."jawab nya singkat.

"Jangan usik dia atau kau tidak akan bisa menikmati sarapan pagi mu."ucap Alvin.

Tidak lama kemudian sarapan pagi yang mereka pesan pun datang, dan mereka sarapan pagi dalam diam. Kecuali Alice yang kini mulai berceloteh riang saat menikmati hidangan nya.

Sampai saat mereka selesai makan Alvin langsung memberikan black card miliknya pada pelayan tersebut.

"Betapa totalnya tuan."ucap Alice yang ingin membayar sarapan pagi nya saat struk pembayaran diberikan pada Alvin oleh pelayan.

"Sudah dibayar jadi itu tidak perlu."ucap Alvin yang kini bangkit dan kembali menggendong Alice.

"Biarkan saya yang menggendongnya tuan,oh iya nanti saya bayar tagihan makan saya anda sebutkan saja akun bank anda."ucap Jiwa yang merasa tidak enak hati.

"Jiwa apa setiap kali makan bersama teman mu kamu juga tidak suka ditraktir?"ucap Alvin yang merasa sedikit kesal dengan sikap Jiwa yang sulit sekali menerima niat baiknya.

"Saya tidak suka membebani orang lain tuan, selama saya punya kemampuan untuk membayar kenapa harus membebani orang yang lain."ucap Jiwa.

Alvin pun mengangguk dia merasa kagum dengan prinsip gadis cantik itu.

"Kamu bayar saja seharga biasanya saat kamu makan itu di warteg."balas Alvin yang sudah memasang sabuk pengaman milik keponakan nya itu.

"Itu tidak mungkin tuan, saya tau harga yang dibanderol disana dengan yang ada di warteg itu sungguh jauh berbeda."ucap Jiwa yang tetap ingin tau berapa dia harus membayar.

"Satu koma lima juta."ucap Alvin yang membuat mata gadis itu menbelalak kaget.

"Baiklah saya akan membayar nya dengan mentransfer."ucap Jiwa.

"Jiwa anggap saja itu adalah upah pertama mu menjaga Alice."ucap Alvin yang membuat Jiwa kembali terdiam.

Dan kini terasa hening hingga saat mobil memasuki pintu pagar rumah yang menjulang tinggi tersebut.

"Sepertinya guru les musik Alice tidak datang, jadi ajarkan saja dia nyanyi atau bermain piano karena dia tidak boleh absen dari pembelajaran agar tidak membuat rumah hancur."ucap Alvin.

"Hmm... baiklah tuan."balas Jiwa.

Sesampainya di dalam sana Alvin membawa mereka menuju ruang santai dimana di tengah ruangan yang luas itu ada Paino yang terlihat sangat mengkilat.

Beruntunglah Jiwa pernah belajar hingga dia tidak terlalu kaku saat harus bermain piano.

Kini gadis kecil itu sudah berdiri di kursi yang disediakan agar dia bisa menjangkau not balok tersebut.

Jiwa pun mulai memainkan piano tersebut, dan bibirnya mulai mengeluarkan suara merdunya meskipun yang dia nyanyikan adalah lagu anak-anak.

Sedikit demi sedikit dengan sabarnya Jiwa mengajak lagu tersebut pada Alice yang kini terlihat sangat enjoy meskipun dia tidak bisa menggunakan Paino yang diperuntukkan untuk orang dewasa itu.

Sementara Alvin yang sedari tadi berada di lantai dua tepatnya di ruang santai lainnya sambil fokus pada laptopnya merasa sangat penasaran dan bangkit lalu melihat kearah bawah yang memang bisa terlihat dengan jelas area dimana Jiwa dan Alice tengah sibuk dengan lagu yang kini mereka nyanyikan.

Jika seperti ini terus, maka Alice bisa dengan cepat melupakan ibunya yang sudah membuangnya demi karier dan keluarga nya.

...*****...

Satu minggu sudah berlalu, kini Jiwan sudah tidak lagi bekerja di rumah tersebut untuk menjaga Alice, dia kembali ke rutinitas awalnya yaitu bekerja paruh waktu di sebuah restaurant pada siang hari, dan malam harinya menjadi penyanyi di cafe tempat dia bekerja selama ini.

Sudah satu minggu juga dia tidak bertemu dengan keluarga Alvin yang selama satu minggu itu dekat dengan nya.

Jiwa akan pergi pagi pulang larut malam, dia terus bekerja dan bekerja tidak hanya itu, dia akan bernyanyi di tempat ke tempat lain saat ada orang yang mengundang dirinya untuk bernyanyi di acara-acara tertentu.

Jiwa yang sebatang kara itu terus berjuang untuk menghidupi dirinya sendiri, hingga ia bertemu dengan seseorang yang juga seorang penyanyi cafe pria yang kini sering ia temui itu menjadi teman baik nya.

Pria itu bernama Rudy, terkadang Rudy selalu mengajak Jiwa untuk mengamen di taman kota seperti yang mereka lakukan saat ini.

Lagu duet yang mampu membuat semua orang yang mendengarnya ikut baper itu telah menghasilkan pundi-pundi rupiah yang lumayan bagi keduanya yang kini tengah duduk di bawah pohon rindang sambil membagi hasil.

"Rudy sepertinya jika seperti ini terus kita bisa cepat kaya."ucap Jiwa yang kini tersenyum tulus pada Rudy yang membalas nya dengan gelak tawa.

"Hahaha kau bisa saja, mungkin saja jika kita tidak menggunakan uang itu dan terus disimpan atau diinvestasikan seperti orang-orang kaya diluar sana."ucap Rudy.

"Itu sepertinya tidak mungkin, uang ku di gunakan untuk bayar kost, bayar listrik dan air juga makan. Hmm... Rasanya sungguh melelahkan jika dihadapkan dengan semua itu."ucap Jiwa yang kini tengah menerawang entah kemana.

Sementara Rudy sedari tadi menatap wajah cantik nya itu, ada rasa yang sulit untuk diartikan saat ini tapi Rudy menepisnya karena itu semua tidak lah mungkin baginya.

"Ini ambilah penghasilan hari ini untuk mu saja gunakan untuk bayar kost dan kebutuhan mu saja."ucap Rudy yang kini menyerahkan uang tersebut pada Jiwa.

"Tidak-tidak, ini tidak benar kau juga harus dapat bagian lagipula aku sudah membayar biaya itu untuk tiga bulan kedepan."ucap Jiwa yang tidak pernah mau menyusahkan orang lain.

"Ah baiklah jika begitu tapi jika butuh bantuan kamu tidak perlu sungkan ok... aku pulang dulu mungkin adikku sudah menunggu mereka ingin jalan-jalan dan aku akan traktir mereka dengan uang ini."ucap Rudy.

"Hmm... baiklah hati-hati di jalan, aku juga harus pulang karena hari mencuci."ucap Jiwa yang kini bergegas pergi dengan gitar yang ia pegang di tangan nya.

Uang penghasilan ngamen tersebut dia masukkan kedalam tas, dan mereka pun berpisah. Rudy dengan motor ninja nya. Sementara Jiwa menggunakan sepeda motor yang baru ia beli dari upah nya bernyanyi dan menjadi baby sitter Alice.

Tanpa Jiwa sadari seseorang kini tengah mengikuti nya, pria itu terlihat menahan amarah saat melihat Jiwa bersama pria lain apalagi mereka terlihat begitu dekat.

Hingga ia sampai di jalan yang sepi Jiwa langsung mengeram sepeda motornya karena mobil sport itu tiba-tiba berhenti menghalangi jalan nya.

Jiwa tidak memperhatikan mobil tersebut karena membetulkan letak gitarnya yang tadi sempat terjatuh.

"Siapa dia?"ucap seseorang yang kini membuat jiwa menoleh kearah sumber suara.

"Tuan."ucap Jiwa yang kini kaget melihat Alvin ada di hadapannya.

"Ya ini aku jiwa, siapa pria yang tadi bersama mu?"tanya Alvin lagi.

"Pria yang mana maksud tuan?"tanya Jiwa.

"Ah lupakan mau kemana kamu sekarang kenapa sudah hampir satu bulan ini saya mengutus orang untuk mencari mu tapi kamu tidak ada di tempat manapun?"ucap Alvin lagi.

"Hmm... saya pindah kost, karena tempat kerja saya sedikit jauh dari sana jadi sering telat datang."ucap Jiwa yang masih duduk di motor nya dan masih menggunakan helm.

"Pantas saja kalau begitu, Alice sakit dia ingin bertemu dengan mu tapi kamu tidak ada waktu itu."ucap Alvin.

"Nona kecil, lalu bagaimana kepadanya sekaran?"tanya Jiwa yang terlihat sangat khawatir.

"Dia sudah sembuh, tapi dia tetap ingin kamu ada di sisinya."ucap Alvin.

"Maaf tuan, tapi saya punya banyak pekerjaan yang tidak bisa diabaikan, mungkin jika itu weekend saya bisa temui nona kecil."ucap Jiwa yang sebenarnya tidak betah berada di rumah megah itu saat ada Alvaro yang selalu menatap lekat dirinya.

"Saya akan membayar mu sesuai dengan keinginan mu."ucap Alvin yang tidak ingin lagi kehilangan jejak gadis itu.

"Tidak tuan bukan masalah uang, saya hanya sudah terlanjur menandatangani kontrak kerja di tempat kerja saya yang sekarang."bohong Jiwa.

"Baiklah kalau begitu ayo beritahu saya tentang alamat mu agar saya bisa mencari mu saat Alice ingin bertemu dengan mu."ucap Alvin lagi.

'Oh tuhan kenapa bisa begini, aku sudah berusaha untuk menghindari mereka semua.'gumam Alice dalam hati.

"Ada apa kenapa kamu melamun?"tanya Alvin.

"Ah tidak, saya hanya sedang memikirkan bagaimana cara nya saya bisa menerima tamu di tempat kost saya yang baru tidak seperti di tempat lama yang bisa bebas menerima tamu begitu saja."ucap Jiwa yang masih mencari cara untuk menghindari.

"Itu bisa diatur sekarang katakan saja dimana kamu tinggal biar saya yang urus soal perizinan tersebut."ucap Alvin.

"Baiklah begini saja, nanti saya share lock alamat saya, anda bisa mencari saya disana."ucap Jiwa yang masih berfikir keras bagaimana cara dirinya untuk menghindari keluarga Alvin.

"Sekarang saja, sepertinya kamu juga tidak sibuk bukan saya bisa berkunjung secara langsung."ucap Alvin yang sebenarnya sudah melihat gelagat aneh dari gadis cantik itu.

"Hmm... mobil anda tidak bisa masuk gang sempit tuan, jadi percuma saja anda kesana, dan lagi tempatnya becek berlumpur anda tidak akan suka dengan itu."ucap Jiwa yang kini membuat pria di depan nya tersenyum karena merasa Jiwa sedang mencari cara untuk menghindari nya.

"Baiklah lain kali saya akan berkunjung."ucap Alvin yang sebenarnya tengah mencari cara untuk mengikuti Jiwa yang dia yakini tengah berbohong.

Alvin pun pergi putar arah ke belakang hingga mobilnya tidak terlihat lagi, dan Jiwa pun bergegas pergi dengan motornya tanpa disadari bahwa saat ini Alvin mengikuti nya dengan menggunakan motor milik orang lain yang ia bayar.

Bab 3

Jiwa masih tidak menyadari bahwa saat ini dia tengah diikuti, tepat di sebuah rumah sederhana yang Jiwa kontak selama satu bulan ini, dia menghentikan sepeda motornya.

"Baru pulang Jiwa, bagaimana apa berhasil?"tanya seorang pria yang baru saja turun dari mobil mewah nya.

"Ah pak Dev, lumayan sih cukuplah untuk makan hari ini hehe."ucap Jiwa.

"Ini untuk mu, oh iya malam nanti ada acara di cafe kamu datang lebih awal ya."ucap Devan pemilik cafe resto tempat Jiwa bekerja.

"Ah terimakasih pak, maaf merepotkan bapak mau mampir dulu atau,

"Disini rupanya."ucap seseorang yang memotong perkataan Jiwa.

"Tuan,"lirih Jiwa saat melihat Alvin.

"Jiwa sepertinya ada tamu, kalau begitu saya permisi dulu ingat nanti malam jangan sampai terlambat."ucap pria tampan yang merupakan bos Jiwa.

"Tentu pak, terimakasih oleh-oleh nya"ujar Jiwa yang dibalas anggukan pelan sampai pria itu berlalu dengan mobilnya dia pun berbalik menghadap kearah Alvin.

"Tuan mengikuti saya?"ujar Jiwa yang masih menenteng sebuah paper bag berisi oleh-oleh yang dijanjikan oleh Devan beberapa minggu lalu.

"Apa itu?"ucap Alvin yang hendak meraih paper bag tersebut.

"Untuk apa tuan tanyakan ini? anda juga belum jawab kenapa anda mengikuti saya?"ucap Jiwa yang merasa tidak senang karena dia seperti penjahat yang tengah dalam pengejaran polisi.

"Saya hanya ingin tau dimana tempat tinggal mu apa itu salah?"ucap Alvin.

"Tentu saja salah, kita bukan siapa-siapa dan kita tidak sedang bekerja sama."ucap Jiwa tegas.

"Oh jadi harus jadi siapa-siapa dulu baru boleh mengetahui alamat mu seperti pria tadi?"ucap Alvin yang kini menginginkan suaranya.

"Dia bos saya, jadi dia berhak untuk tau dimana tempat tinggal saya."ucap Jiwa.

"Kau yakin tidak lebih?"tanya Alvin sambil menatap kearah paper bag itu.

"Maksud ada apa saya tidak mengerti?"ucap Jiwa.

"Hmm.... apa seorang bos di tempat mu bekerja akan datang dengan sengaja hanya untuk memberikan oleh-oleh?"ucap Alvin yang kini tengah menyembunyikan rasa cemburu nya.

"Saya tidak mengerti dengan apa yang tuan maksud, sekarang anda sudah tau bukan saya tinggal dimana jadi silahkan pergi, maaf bukan saya mengusir tapi saya belum bersih-bersih rumah anda lihat bukan."ucap Jiwa yang menunjuk kearah halaman rumah tersebut.

"Saya bisa menunggu."ucap Alvin yang dengan santainya berjalan menuju teras rumah dan duduk di kursi kayu yang tersedia disana.

Jiwa hanya bisa menghela nafas panjang, entah apa yang ada di pikiran pria yang kini terlihat sangat menyebalkan baginya.

Jiwa pun memarkirkan sepeda motornya di carport dimana Alvin sedang menunggu nya saat ini, Jiwa membawa gitar miliknya dan juga tas beserta paper bag yang tadi diberikan oleh Devan pada nya.

"Gitar mu baru?"tanya Alvin.

"Hmm..."lirih Jiwa sambil membuka pintu dengan kunci yang ia pegang.

"Bersiaplah temani saya nanti malam saya harus menghadiri pesta ulang tahun perusahaan."ucap Alvin yang membuat Jiwa mematung di tempatnya untuk beberapa saat.

"Maaf tuan, saya ada pekerjaan malam ini, lagipula anda tidak membuat janji sebelumnya."ucap Jiwa yang kini menolak ajakan Alvin.

"Saya tidak terima penolakan."ucap Alvin tegas.

"Saya juga tidak bisa dipaksa tuan, saya harus menyelesaikan kontrak kerja saya."ucap gadis itu tidak kalah tegas.

"Saya akan pastikan kamu dipecat dari pekerjaan mu jika kamu tidak menurut."ucap Alvin mengancam.

"Tuan saya tidak mengerti kenapa anda senang mencari gara-gara seperti saat ini, saya sudah bilang saya sibuk dan tidak bisa bekerja sama dengan anda, lagipula untuk ke pesta bisa pergi sendiri bukan atau cari wanita lain yang akan menemani mu untuk pergi."ucap Jiwa.

"Saya hanya ingin kamu."ucap Alvin tegas.

"Tapi saya tidak bisa."ucap gadis cantik itu yang kemudian masuk dengan terburu-buru kedalam rumah.

Alvin pun bangkit dan mengikuti langkah Jiwa yang kini kembali menghentikan langkahnya."Tuan saya mohon tolong berhenti mengikuti saya, anda ini kenapa sih kenapa bersikap tak biasanya seperti ini? apa saya memiliki hutang pada anda sehingga anda melakukan semua ini."ucap Jiwa.

"Mutiara Di Jiwa, aku menyukaimu."ucap Alvin tegas.

"Hmm... terimakasih atas rasa suka anda tuan, tapi saya tetap menolak ajakan anda."ucap Jiwa.

"Jiwa apa artinya rasa suka bagimu, kenapa kamu terlihat biasa saja."ucap Alvin yang kini begitu penasaran karena ekspresi Jiwa tidak seperti gadis yang sedang mendapatkan pernyataan suka dari lawan jenis nya.

"Suka, ya suka tuan lalu apa yang harus di bahas? Syukurlah kalau tuan menyukai saya setidaknya anda tidak membenci saya."ucap Jiwa dengan polosnya.

"Rasa suka ku sebagai pria dewasa Jiwa, bukan hanya sebatas kata."ucap Alvin.

"Maaf tuan saya tidak mengerti dan tidak bisa berfikir saat ini saya sedang lapar jadi tidak bisa merespon maksud anda."ucap Jiwa yang dibalas gelengan kepala oleh Alvin.

Pria itu merasa tidak habis pikir kenapa bisa ada gadis sepolos itu, tidak hanya itu Jiwa juga dengan cueknya membuka bungkusan nasi Padang yang ia beli di warteg sebelum pulang tadi.

Tanpa bersih-bersih terlebih dahulu, ataupun mengganti pakaian seperti kebanyakan wanita lain di luar sana, jiwa yang kini terlihat sangat kelaparan pun langsung menyantap hidangan yang ada di hadapannya itu.

"Maaf tuan saya lapar jadi saya makan dulu, kalau anda mau anda bisa mengambil makan sendiri tadi saya sempat masak meskipun masakan sederhana tapi saya sedang ingin makan ini."ucap Jiwa yang mulai menyendok makanan tersebut dan memakannya.

Sementara Alvin masih dia sambil menatap lekat wajah cantik Jiwa yang tidak ada ja'im ja'im nya saat ini dia benar-benar definisi perempuan polos yang sederhana.

"Jiwa bagaimana rasanya hidup sendirian?"tanya Alvin yang kini terlihat sangat serius.

"Ya beginilah, bagaimana lagi."jawab jiwa.

"Lalu bagaimana dengan keluarga yang lainnya, apa mereka tidak peduli padamu?"ucap Alvin lagi.

"Saya tidak punya siapa-siapa tuan jadi siapa yang akan peduli dengan saya selain diri saya sendiri."balas Jiwa yang kini masih menikmati makanan tersebut.

"Hmm...kamu benar."lirih Alvin.

"Sudah larut sore apa tuan tidak akan pulang?"ucap gadis cantik itu dengan sengaja, padahal waktu baru pukul empat belas.

"Kamu ngusir saya?"ucap Alvin.

"Tidak hanya mengingatkan."ucap gadis cantik yang baru saja menyelesaikan makanya itu.

"Hmm... apa bedanya?"ujar Alvin.

"Jelas saja beda, ah sudahlah terserah anda saya beres-beres dulu."ucap gadis cantik yang kini membawa gitar dan paper bag nya kedalam kamar nya.

Sementara Alvin masih duduk di sofa usang dengan ponsel di tangan nya.

...*****...

Sampai saat Jiwa selesai membersihkan rumah dan mencuci pakaian, dia tidak sadar bahwa Alvin sudah pergi dari rumah nya.

Jiwa pun menarik nafas lega, tapi sesaat kemudian sebuah pesan muncul di ponselnya.

"Bersiaplah pukul dua puluh nanti aku akan menjemputmu."Alvin.

Jiwa pun menghela nafas berat, setelah itu ia pergi untuk istirahat sebelum berangkat bekerja, dia tidak peduli dengan pria itu, lagipula Alvin tidak akan tau dimana dirinya bekerja.

Gadis cantik itu pun terlelap dalam tidurnya dan terlihat sangat pulas.

Hingga alarm clock di ponselnya berdering nyaring, dia pun langsung membuka mata dan bangkit setelah melakukan peregangan.

Gadis cantik itu dengan terburu-buru bersiap untuk pergi ke cafe dimana saat ini dia sudah ditunggu kedatangannya oleh pemilik cafe dan teman-temannya.

Gadis cantik itu dengan terburu-buru mengendarai sepeda motornya menuju tempat kerja nya, tepat pukul sembilan belas dia tiba di sana dan langsung bersiap untuk manggung karena pemilik acara sudah berada di sana.

Jiwa yang kini hanya menggunakan t-shirt yang dipadukan dengan celana jeans panjang pun tidak sempat berganti pakaian dengan pakaian formal, karena acara lamaran tersebut akan segera dilakukan diiringi dengan lagu cinta yang terdengar begitu merdu dan membuat semua orang baper seperti biasanya.

Acara pertunangan pun dimulai, dengan begitu romantis dan penuh keharuan didalamnya hingga lagu-lagu cinta dan serangkaian acara lainnya yang diadakan pun telah setengah jalan.

Waktu sudah menunjukkan pukul 21:39 dan tiba-tiba acara terhenti saat seseorang mendatangi pemilik cafe tersebut.

Gadis yang sedari tadi berkeliling dan terkadang duduk manis di panggung bersama para pemain musik pun kini terbengong di tempatnya, saat dua orang laki-laki tampan itu menghampiri dirinya.

"Jiwa kenapa tidak bilang jika malam ini kamu ada acara.?"ucap Devan yang kini terlihat segan terhadap Alvin.

"Acara apa? Bukankah ini acara..

"Tidak yang aku maksud adalah acara mu bersama tuan Alvin, sekarang pergilah biar Dias yang menggantikan mu, bonus mu nanti akan ditransfer."ucap Devan yang kini mendorong pelan gadis cantik yang terlihat sangat kesal karena Alvin benar-benar membuat nya jengah.

"Tuan Alvin yang terhormat tidak bisakah kamu tunggu hingga esok hari karena aku sudah bilang aku punya pekerjaan."ucap gadis itu sambil berlalu pergi meninggalkan Alvin menuju loker penyimpanan barang-barang pribadinya.

Setelah mengambil tasnya, dia langsung berjalan melewati Alvin yang sedari tadi hanya diam tanpa membalas ocehan Jiwa.

Saat jiwa hendak menaiki sepeda motornya dengan cepat Alvin menariknya menuju mobil dan dengan langkah kaki terseret Jiwa hanya bisa pasrah mengikuti langkah pria tampan itu yang kini sudah tampil sangat gagah dan tampan dengan balutan jas blazer nya.

"Mutiara Di Jiwa, bisakah kamu patuh sekali ini saja? Saya sudah terlalu bersabar sejak beberapa jam lalu menunggu mu."ucap Alvin yang kini menahan tubuh Jiwa di samping mobilnya dengan posisi wajah keduanya yang begitu dekat.

Jiwa pun terdiam, dia hanya mampu menundukkan pandangannya saat ini karena hembusan nafas Alvin menerpa wajahnya.

Sementara Alvin kini terus menatap lekat wajah cantik itu dengan tatapan mata yang sulit untuk diartikan.

"Kita sudah tidak punya waktu lagi, sekarang masuk dan kenakan dress yang sudah saya siapkan disana, jangan khawatir kaca mobil saya tak tembus pandang."ucap Alvin.

Seketika itu wajah Jiwa tampak pucat, bagaimana bisa dia melakukan hal itu, ditambah lagi saat ini mobil itu terparkir di parkiran cafe dan banyak orang berlalu lalang.

"Jiwa jangan menguji kesabaran saya atau saya sendiri yang akan menggantikan pakaian mu itu."ucap alvin tegas.

"Baiklah-baik saya masuk sekarang awas saja kalau sampai ada yang mengintip."ucap Jiwa yang kini masuk kedalam mobil tersebut tanpa Alvin yang kini tengah sibuk membalas pesan dari banyaknya pesanan yang masuk saat ini.

Jiwa pun dengan cepat melepaskan t-shirt miliknya setelah dipastikan gaun pesta itu cocok ditubuhnya dan dia langsung mengenakan nya.

Beruntung nya dress itu sangat cocok ditubuhnya sehingga dia bisa dengan cepat menggunakan nya.

Tidak lama kemudian Jiwa pun selesai merapikan make-up nya dan menata rambut nya sendiri dengan cepat namun sangat rapi.

Gaun dengan belah punggung yang lebar itu mengekspos kulit putih mulus milik Jiwa yang jarang diperlihatkan oleh siapapun selama ini.

"Sudah selesai."ucap Jiwa saat ia mengirim pesan pada Alvin.

Alvin pun langsung pun bergegas masuk kedalam mobil nya, ia sempat mematung sambil menatap wajah cantik yang kini terlihat lebih cantik dari biasanya.

"Tuan katanya sudah terlambat."ucap Jiwa yang kini membuat Alvin tersadar dari lamunannya.

"Ah ia, ayo kita berangkat."ucap Alvin yang kemudian langsung tancap gas.

Sepanjang perjalanan Alvin fokus pada jalanan tanpa berbicara sedikit hingga mereka tiba di sebuah hotel tempat dimana pesta ulang tahun perusahaan itu berlangsung.

Alvin yang kini berjalan sambil menggandeng tangan Jiwa yang sedari tadi menatap kearah ruang pesta yang begitu megah itu.

Matanya berbinar saat melihat keindahan yang disuguhkan di sana belum lagi saat melihat makanan yang tidak pernah disajikan di cafe nya, dan hanya bisa ia lihat dari film yang sering ia tonton selama ini.

"Ah, kau sudah datang rupanya, aku pikir kau tidak bisa datang karena kekasih mu sedang dalam perjalanan pulang."ucap seseorang yang tidak kalah tampan dari Alvin, dia Tonny teman Alvin.

"Wow dia siapa? Jangan bilang kau selingkuh atau?"

"Maaf saya bukan siapa-siapa tuan Al

"Dia kekasih ku."potong Alvin yang kini menatap lekat wajah cantik Jiwa.

"Tidak-tidak beliau

Chup...

Sebuah kecupan mendarat di bibir jiwa yang kini terlihat kaget dengan serangan tiba-tiba itu.

"Tuan..."lirih Jiwa.

"Masih butuh bukti?"ucap Alvin yang kini menatap kearah Jiwa.

"Jiwa."ujar Alvin saat Jiwa berlari pergi dari hadapan Alvin yang kini mengejar nya.

Sementara Jiwa yang merasa dilecehkan pun kini pergi dengan cucuran air mata. Dia tidak menyangka bahwa itu akan terjadi padanya saat ini.

Bukan hanya ciuman pertamanya yang direnggut oleh pria yang bukan siapa-siapa dirinya, dia juga merasa dipermalukan karena Alvin mencium nya di hadapan orang banyak.

Jiwa yang hampir menggapai pintu taksi itu pun ditarik dengan cepat oleh Alvin yang sedari tadi mengejar nya hingga tubuhnya terpelanting dan menghantam dada bidang Alvin yang kini menatap kearah nya dengan lekat.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!