tampak dilorong sekolah Tengah ricuh karena perkelahian Yap itu Raka dengan si ketos tidak lain adalah Radit tidak ada yang berani melerai mereka, mereka lebih suka menonton perkelahian daripada memisahkannya
"apa ini rame-rame ribut." seorang guru datang menghampiri mereka tidak lain Bu Maya.
tidak ada yang berani berbicara mereka hanya diam Raka dan Radit saling menatap sengit satu sama lain.
"udah udah bubar masuk ke kelas masing-masing ini udah mau bel." Bu Maya berjalan meninggalkan kerumunan.
para siswa dan siswi bubar masuk ke kelas masing-masing namun Raka dan Radit masih saling menatap tajam."gue nggak terima lo gituin dia, walau lo berada di atas pangkat gue tapi gue nggak segan-segan ngebuat lo hancur."Raka berjalan ke arah kelas.
di dalam kelas Aira sudah duduk manis sambil mengerjakan sesuatu yang tidak lain hobi dia yaitu melukis setiap hari ia hanya akan melukis mau bagaimana lagi itu sudah menjadi hobi yang sangat ia sukai dari kecil.
"pagi-pagi udah melukis aja."arka duduk di samping Aira.
Aira dan arka teman dari kecil karena saat kecil aira selalu dititip di rumah arka karena orang tua Aira selalu keluar kota untuk masalah pekerjaan
"itu tiga orang kok belum datang mereka."tanya arka ke Aira.
yang ditanya hanya diam dan fokus melukis ya mau bagaimana lagi namanya Aira si paling pendiam dan selalu memendam perasaannya kalau tidak penting-penting dia pun nggak bakalan bicara dia cuman fokus dengan kesibukannya sendiri.
"eh itu kok tangan lu lebam-lebam Lo kenapa? dipukul lagi sama bokap lo?"Raka memegang lengan Aira.
Aira meringis kesakitan akibat Raka langsung menarik dan menggenggam erat tangan aira gimana nggak kesakitan kalau gitu.
"pelan-pelan Ar." ucap Aira nyaris tak terdengar.
"ra lu dipukul lagi sama bokap lo?" Raka menatap tajam Aira. "bukan apa-apa ar gue cuman jatuh kemarin, kan lo tahu sendiri gue ceroboh orangnya." dusta Aira arka jelas tidak percaya dengan apa diucapkan oleh Aira "Bokap lo emang gak pernah berubah, lagian bang Rehan sama bang fajar ngapain aja sih masa cuman ngeliatin lo doang dipukul sama bokap lo" emosi Raka.
Aira cuma diam tidak mau memperpanjang masalah tak lama dari itu tiga sahabatnya pun datang dan langsung menghampirinya.
"apa nih pagi-pagi udah nempel aja lo rak kayak anak ayam nempel mulu sama Aira."Luna duduk di samping Aira.
"mending lo cari pacar aja rak daripada nempel mulu ama Aira."ucap Nadya.
"tahu tuh aira capek noh lo ngintilin dia mulu."Citra menatap sinis.
"Sewot amat lu bertiga."sinis arka lalu pindah ke tempat duduknya dan bergabung bersama teman-temannya.
"habis berantem lagi situ anak kayaknya gue liat bonyok tuh muka."ucap Citra sambil menatap Raka,tak lama dari itu mereka memulai pelajaran.
Kini mereka semua telah pulang ke rumah masing-masing tapi Aira harus latihan ballet, rasanya Dia tidak mau latihan karena itu bukan hobi atau sesuatu yang dia sukai tapi mau bagaimana lagi papahnya yang menyuruhnya jika tak menuruti mau papahnya yang ada ia akan menjadi Samsak tinju papahnya.
Di tempat latihan kini Aira Tengah latihan bersama Luna,Aira jika latihan ia hanya fokus pada apa yang ia lakukan Dia merasa seperti raganya telah dimakan oleh sesuatu raga dan jiwanya ingin istirahat tapi keadaan seperti memaksanya untuk terus terluka seperti itulah yang ia rasakan.
malam pun tiba kini Aira tengah makan di ruang makan sendirian karena yang lain sudah makan, Aira lebih memilih makan sendiri daripada harus makan bersama keluarganya Karena ia merasa akan kenyang makan ucapan daripada makan makanan.
"bagaimana latihan ballet kamu?" tanya Bram tak lain papa Aira.
"baik-baik aja pah"jawab pelan.
"papa apa aku tidak bisa berhenti di balet, aku merasa kurang cocok aku lebih suka melukis dari pada ballet." ucap Aira pelan.
"sudah berapa kali saya bilang kalau balet ya balet nggak usah menentang kamu, lagian buat apa melukis itu nggak ada manfaatnya cuman coret-coret nggak jelas." ucap Bram.
"Tapi pah."
Bram langsung melemparkan piring ke arah aira dan langsung mengenai kepalanya,bram langsung menarik rambut aira dan melemparnya ke dinding .kini aira tengah meringis kesakitan,luka yang kemarin di dapatkan belum reda sekarang malah dapat lagi, sungguh malang nasib aira.
"Kamu tidak usah banyak mau masi untung kamu masih sekolah" bentak Bram.
"tapi Pah aku berhak juga milih kehidupan aku, ini kehidupan aku, hidup aku aku yang urus bukan papa, papa dari dulu selalu pilih kasih, sama kakak aja papa nggak nuntut apa-apa tapi sama aku papa nuntut banyak hal apalagi yang tidak aku sukai."teriak Aira.
Bram langsung menampar lalu menginjak tangan aira kini dia tengah emosi melihat aira yang selalu saja melawannya
"Kamu tidak usah berteriak di depan saya di mana sopan santun kamu berteriak seperti itu di depan orang tua." bentak Bram.
"nggak usah tanya sopan santun dan menghargai,sikap seperti itu aja nggak ada di diri papa "aira tersenyum miris.
"berani kamu berbicara seperti itu sialan "bram menendang wajah Aira, kini Bram tersulut emosi kakak-kakaknya hanya bisa melihat ia tak bisa membantu adiknya karena takut akan dimarahi juga, ibunya tidak ada di rumah dia lembur di butiknya.
"aku anak papa bukan sih, kenapa papa memperlakukan aku berbeda dengan mereka."isak tangis Aira yang terdengar pilu. "aku juga capek Pah aku capek, setiap hari jadi Samsak tinju papa aku pengen ngejalanin hidup aku sendiri aku mau ngelakuin apa yang aku suka bahkan aku nggak ngapa-ngapain aja tetap kena amukan papa."ucap Aira.
"karena kamu susah diatur makanya kamu seperti ini" bram menendang perut Aira lalu berjalan ke arah ruang kerjanya.
kini aira tergeletak tak berdaya di lantai aira menatap kakaknya dengan miris tidak ada yang mau menolongnya kakak-kakak Aira memandang aira dengan tetapan sedih tapi tidak bisa apa-apa kini aira bangun dan berjalan ke kamarnya dengan menahan rasa sakit di badannya ia rasanya ingin sekali mati namun dia tidak mau,aneh bukan banyak manusia seperti itu namun mereka masi menganggap dirinya belum pantas untuk menghadap ke tuhan karena amal-amal yang di lakukan di dunia belum cukup
Di kamar aira tengah mengobati luka di kepalanya dia menangis melihat nasibnya seperti ini,seperti di anak tirikan oleh keluarganya,siapa yang tidak sakit hati kalau di perlakukan seperti itu oleh keluarga sendiri.dia hanya bisa melampiaskan rasa sakitnya dengan melukis dan lukisan itu lah yang menggambarkan kondisinya
Hallo semua bantu ramein cerita aku dong,aku juga baru pemula kok bikin cerita,aku bikin cerita sekalian curhat jadi disini campur kisah nyata dan karangan ya
Di sekolah aira hanya diam di bangkunya menatap kosong ke depan.rasanya raganya di sekolah namun jiwanya di rumah begitu berat beban yang di bawa oleh aira dari kecil,yupss kecil selalu di tuntut sesuai dengan keinginan papa nya
"Ra kepala lo kenapa?"tanya Nadya
"Gue gapapa cuman kebentur meja jadi kaya gitu"dusta aira
"Mana ada kebentur meja wajah lo langsung jadi bonyok gini"citra melihat setiap inci wajah aira.
"Apanih pagi-pagi rame bener." arvin ikut nimbrung
"Wajah lo memar gini ra,u okay?"cemas luna
"Bajingan papah lo ra,gabisa di biarin gini terus,ngelunjak dia"emosi raka memuncak setelah melihat aira babak belur.
"Udah gausah di urus lo semua duduk aja di tempat masing-masing gue gapapa."
Semua pergi ke tempatnya masing-masing aira memang tidak terlalu banyak bicara apapun masalahnya,dia hanya akan memendam rasa sakitnya dia merasa tidak ada gunanya berbicara kepada orang tentang masalahnya karena itu tidak akan selesai jadi lebih baik di pendam saja.
Di kantin mereka tengah makan namun tanpa sengaja radit menumpahkan air panas ke aira reflek semua kaget.
"Ra lo gapapa?"tanya nadya
"Lo bisa jalan baik-baik ga sih? Lo perhatiin sekitar dong,liat teman gue jadi kena kan."amuk citra
"Kita ke uks aja ra"ucap citra
"Udah gue gapapa lagian dia ngga sengaja gue gapapa gue bisa bersihin ini kok."
"Ra sorry gue ngga sengaja soalnya kaki gue kesandung." ulas radit sang ketos
"Iya gapapa ini juga ga kenapa-napa kok"dusta aira padahal itu sangat skit dan panas dan pastinya akan melepuh karena banyak yang tertumpah."Kalian lanjut makan aja gue mau ke toilet dulu"aira meninggalkan kantin lalu menuju ke toilet
"Gue tau lo sengaja,lo ga suka sama gue tapi jangan lukain dia,dia gada sangkut pautnya."peringat raka,Radit hanya tersenyum sinis menatap raka,yang lain emosi melihat Radit.
"Songong banget dia Mentang-mentang ketos pen gue bejek-bejek mukanya ishh"ucap nadya.
"Lo kalau ada masalah sama dia selesaiin rak,jangan bawa-bawa aira kasian dia gatau apa-apa malah lo bawa-bawa,apalagi dia kan ada masalah di rumah apa lagi lo bawa-bawa sama urusan lo"nasehat luna.
Kini aira telah bersih-bersih di toilet dia tau itu bukan sengaja tapi di sengaja,dia bingung kenapa semua orang seperti tak suka padanya tak di rumah atau di luar semua orang seperti ingin membunuhnya.
kini aira tengah berada di taman dia duduk terdiam menenangkan pikirannya dia bingung kenapa dia hidup seperti ini dia berusaha menjadi anak baik tapi tetap saja dia di perlakukan tidak baik,bukan dunia yang jahat pada kita tapi manusia yang jahat dengan sesama manusia kadang kala mereka merasa lebih baik dari kita merasa lebih di atas kita.
"Sendiri mulu perasaan introvert banget ra,lo tuh butuh teman buat main tapi lo nya juga ngejauh dari orang"ucap raka yang tiba-tiba datang duduk di samping aira entah sejak kapan dia datang tiba-tiba berada di samping aira
"Perasaan lo ngintilin gue mulu ga di taman ga di sekolah di manapun lo ada mulu gabisa ngebiarin gue sendiri."ucap aira sinis.
"Lo kan di takdirkan sama gue udah dari kecil ra udah dari orok."Canda raka
Aira hanya diam malas meladeni raka yang tengil ini,biasanya cewe yang super aktif dan bawel tapi ini malah kebalikannya.
Pesan author:
"KALAU KAU LEMAH MAKA KAU AKAN DI PERMAINKAN,JADILAH KUAT UNTUK BERMAIN"
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!