NovelToon NovelToon

Ratu Yang Digulingkan

Bab 1

Seorang wanita bersembunyi dibalik tubuh suaminya.

Robert Jonas Xilaban, Raja Kerajaan Monarc yang sudah di nikahinya selama 5 tahun.

"Selamat datang Yang Mulia." Ratu Primora, menyambutnya.

Dia sudah menyiapkan penyambutan sejak subuh tadi. Dia bersyukur bahwa suaminya selamat atas perang yang terjadi.

Robert telah pergi berperang ke perbatasan negara Drain selama 6 bulan ini.

Sang Raja hanya melihat istrinya sekilas, kemudian dia memeluk wanita yang ada dibelakangnya.

"Kamu pasti lelah, Esme."

Wanita itu tersenyum malu malu sambil sesekali menatap sang ratu.

Ratu masih diam saja, dia ingin menuntut penjelasan dari suaminya.

"Jean..." Nama kepala pelayan dipanggil.

"Iya Yang Mulia."

"Tolong siapkan kamar untuk Esme, bawa dia ke istana Vanesa."

Deg... Istana Vanesa adalah istana yang dulu ditempati oleh mendiang mertuanya.

"Yang Mulia sepertinya berhutang penjelasan kepada saya.

"Dia Esme, akan menjadi selir mulai sekarang."

Hati istri mana yang tidak sakit. Setelah menunggunya pulang dari berperang. Mendoakan nya setiap hari tanpa putus, tapi ini balasan yang dia dapatkan.

"Dia juga sekarang sedang mengandung anakku."

Hatinya bagai di sambar petir.

Nginggg... bunyi berdenging di kepalanya. Dimana salahnya? Apa dia pantas diperlakukan seperti ini?

Ratu dicampakan di depan banyak orang.

Mulai hari ini, pasti citranya telah turun di mata para bangsawan.

Untuk tidak menangis, Prim menggigit bibir bagian dalam nya sampai berdarah. Rasa sakit itu nyata, di bibir dan hatinya.

Desi sang dayang di belakang ratu tampak ingin menangis. Majikannya itu bukan sembarang orang yang bisa diperlakukan raja seperti ini.

"Kita akan bicara nanti." Kata Raja melewati ratu begitu saja.

"Ayo Esme."

Wanita itu yang tampak sangat rapuh berjalan dipelukan suaminya.

Sekilas dia melihat ke depan sana, dia melihat punggung suaminya berjalan bersama dengan simpanannya.

 'Aku tidak akan hancur karena ini!' Primora tampak sangat menguatkan dirinya. Padahal hatinya remuk redam. Dari banyak kemungkinan yang dia bayangkan hanya dua saja, pertama suaminya pulang dengan selamat, atau suaminya pulang tinggal nama dan dia akan menjadi jandda. Tapi dia tidak pernah membayangkan kalau suaminya akan pulang membawa simpanan.

'Haruskah sekarang di bersyukur karena suaminya pulang dengan selamat?'

Kalau raja saja, memperlakukan dia seperti ini, bisa dilihat kedepannya para bangsawan juga akan melihatnya jauh lebih buruk lagi.

Di jalan menuju istananya, Primora hampir saja ambruk. Kakinya lemas tak berdaya.

'Dia sedang mengandung anakku!' Kata kata suaminya itu terngiang ngilang di telinganya.

Dia kemudian memegang perutnya yang rata. Setelah keguguran 3 tahun yang lalu. Dia memang sulit hamil. Bukannya dia tidak pernah mencoba hamil lagi. Tapi suaminya enggan untuk memeluknya di malam hari. Mereka bahkan jarang berbagi ranjang. Ini semua bukan salah nya.

Kalau dia dulu Tidak keguguran, apakah itu akan mengubah keadaan? Seorang anak yang mungkin sudah bisa berjalan.

Berapa banyak pengorbanan yang harus dia korbankan lagi.

"Yang Mulia..." Desi mencoba membantunya berdiri.

Hiks... Dia sudah lebih dulu menangis.

Bisakah sekali saja hidup ini adil padanya.

"Tidak apa apa Desi."

Prim kemudian pergi ke taman belakang. Tempat anaknya disemayamkan. Usianya 6 bulan ketika dia dulu keguguran. Bayinya sudah berbentuk.

"Dia bahkan belum punya nama."

Disemayamkan dibawah pohon Ek yang rindang.

Prim menyentuh pohon itu seakan sedang berdialog.

'Bagaimana kabarmu nak...'

Kesedihan itu mungkin hanya miliknya seorang.

***

Keringat dingin mengucur begitu deras.

"Ha..... " Teriakan orang yang tidur dengan mimpi buruk itu segera membuat bising.

"Huh.. huh... " Nafasnya tersengal sengal.

Itu adalah mimpi buruk yang mengerikan sepanjang hidupnya.

Primora Anastasia, Putri kebanggaan kadipaten yang kini menyandang gelar paling agung di Kerajaan Monarc.

Badannya gemetar. Itu bukan hanya mimpi buruk tapi juga kenyataan . Karena kejadian tadi siang dia bermimpi sangat buruk.

Kepanikan itu ada di wajahnya.

"Yang Mulia... " Itu suara Desi, pembantunya yang setia.

"Apakah Yang Mulia bermimpi buruk."

Desi berusaha menghibur. Dia menyalakan penerangan ruangan untuk bisa melihat wajah majikannya yang terlihat pucat.

Ia segera Datang karena mendengar teriakan majikannya.

Kalau dilihat dari penampilannya itu sepertinya mimpi yang sangat buruk.

Desi segera mengambilkan gelas berisi air putih.

Primora segera meminumnya. Tapi itu juga belum membuatnya terlalu tenang.

"Terimakasih Desi." Suaranya bahkan serak.

"Tidak apa apa, hanya mimpi buruk belaka." Prim menepis kekhawatiran pembantunya.

"Saya akan menyalakan lilin aroma terapi Yang Mulia."

"Ya Terima kasih."

Lilin dengan aroma herbal segera menyeruak bermaksud menenangkan pikiran majikannya.

Desi dengan segera pamit keluar. Dia juga tidak mau menganggu waktu istirahat majikannya. Hari ini dia sudah melalui hari yang buruk.

Prim tak lagi bisa tertidur. Ingatannya jelas terpaku pada mimpi buruknya. Anak itu lahir dan akan jadi Putra Mahkota, dia akan jadi ratu yang menyedihkan dan dikucilkan. Esme, guundik suaminya yang bahkan asal usulnya tidak jelas bahkan banyak disanjung dan segani oleh para Lady dan Nyonya bangsawan. Itu karena dia menyandang gelar Ibu Putra Mahkota.

Prim merasa sangat menyedihkan. Hidup yang dia bayangkan tidak pernah sampai seperti ini.

Dia kemudian memijat kepalanya. Ayahnya pasti sudah mendengar ini semua. Besok pagi dia pasti akan menghadap suaminya dan dirinya. Itu hanya akan memancing emosi Robert saja.

"Apa yang harus aku lakukan?"

Pikirannya kalut dan bingung. Menjadi ratu dia memang dituntut bijak dalam bersikap, tapi sebagai wanita dimana letak rasionalnya. Kalau dia orang biasa, mungkin dia akan menjambak rambut simpanan suaminya dan marah pada suaminya.

Sekali dirinya menangis. Ini semua terjadi secara tiba tiba dan diluar rencana.

Seorang selir di kerajaan yang konvensional. Suaminya pasti akan menjadi kontroversial, tapi mengingat simpanannya sedang hamil, akan banyak pendukung yang tidak suka Ayahnya untuk menyambutnya dengan lapang dadda. Perang politik akan terjadi lagi.

***

Esme tinggal di istana Vanessa, tempat mendiang jandda ratu Kerajaan Monarch tinggal. Tempatnya lumayan luas, ada taman dengan berbagai jenis tanaman bunga di taman tersebut. Dia dulu adalah seorang putri kerajaan. Tapi dia melarikan diri dan malah bertemu dengan Robert di Medan perang. Dia banyak merawat Robert dan sedikit merayunya. Dengan bantuan alkohol akhirnya mereka menghabiskan malam bersama dan membuat dirinya hamil. Esme bersyukur akan hal itu.

Dia mengusap perutnya yang sudah sedikit membuncit.

"Dia sepertinya tidak terlalu menyayangi ratu ..." Dia tersenyum penuh kemenangan.

"Lahirlah dengan selamat nak... Kamu pasti akan menjadi pemilik tempat ini."

Tidak masalah kalau saat ini dia dipandang Vulgar, toh semua itu akan berlalu. Bagaimana pun sekarang ini dia adalah simpanan raja. Siapa yang berani menyinggung pria nomor 1 di negara ini.

Pelan tapi pasti, tempat ratu itu akan menjadi miliknya.

Bab 2

Kalau dipikir pikir juga, kapan suaminya Robert itu pernah memperlakukan dia dengan baik.

Bahkan sedari mereka tunangan pun, dia dulu selalu memberikan komentar sarkas kepadanya.

"Pasti menyenangkan menjadi seorang Putri Adipati lalu merangkak menjadi wanita no 1 di negeri ini kan?" Tak cukup hanya dengan sarkasme yang tadi, Rob melemparkan kalimat provokasi nya lebih lagi .

Dan seperti biasa, Prim hanya terdiam. Membantah hanya akan menimbulkan pertikaian, jadi yang dia lakukan hanyalah mengalah dengan berdiam diri. Baik membalas omongan maupun mengacuhkan Robert, keduanya hanya akan membuat Robert menelantarkan kata kata pedasnya, jadi Prim hanya akan menerima kemarahan suaminya itu saja.

"Apa kau tuli?"

"Rahmat sangat dewi lah yang membuat saya bisa menikmati semua hal ini di kehidupan saya. Jadi saya tidak akan lupa dengan kebaikan sangat dewi yang sudah membuat saya hidup di dunia." Prim membalasnya dengan penuh ketenangan dan bijak.

Robert menggertakkan giginya.

Wanita yang ada di hadapannya itu adalah anak dari musuhnya yang ingin dia lenyapkan sejak lama. Tapi pengaruh kekuasaan dan kekayaan, semua itu belum bisa membuat Robert mengalahkannya. Jadi pion atau budak catur tempat dia mencurahkan segala kemarahannya hanya kepada wanita yang badannya kecil tersebut.

Sayangnya setiap provokasi yang dia lontarkan, anehnya tunangannya nya tetep tampak tabah dan sabar menerima semua itu. Padahal dia bisa saja bersikap angkuh dan sombong.

Justru ketabahan dan kesombongan yang Robert harapkan tidak pernah terjadi. Dan itu membuat hatinya terus bergejolak untuk tambah ingin menyakiti Primora.

"Cih... " Robert akhirnya meninggalkan Primora dengan segera. Langkahnya yang lebar dengan kakinya yang panjang segera membuat punggung Robert menghilang dari penglihatan Primora.

"Yang Mulia... " Suara Desi lagi lagi menyadarkannya.

Primora hanya terdiam cukup lama. Dia mengenang masa lalu yang menyakitkan.

Dulu berkali kali Primora berkata pada Ayahnya, bisakah dia tidak menjadi Putri Mahkota. Tapi sang Ayah lah yang berkata bahwa semua upaya sudah dia lakukan agar membuat Primora menjadi wanita nomor 1 si negeri ini. Mendengar itu Primora terdiam dan tidak jadi protes.

Primora hanya berpikir bagaimana caranya memutuskan nasib tragedi yang akan menimpanya di masa mendatang.

***

Jika menarik tali kebelakang, Primora sebetulnya adalah anak yang Kesayangan di keluarga Duke.

Faktanya Ibu kandungnya telah meninggal dunia. Karena itulah Ayahnya selalu mencurahkan segala kasih sayangnya kepada Prim. Tapi kemudian Ayah Prim menikah kembali. Ibu tirinya diam diam selalu menyiksanya dan Ayah tidak pernah mengetahui hal itu . Primora hanya Tidka tega kalau ayahnya tahu kelakuan istri yang dicintai . Ayahnya sangat menyayangi istrinya, di depan sang suami dia menjelma bak istri penuh kasih sayang kepada anak Sang Duke.

Di dunia dimana sihir ada, sejatinya sangat menakutkan. Primora biasa disiksa dan kemudian di sembuhkan dengan bantuan sihir agar bekas cambukan tersebut pudar. Tapi biaya pemeliharaan seperti itu sangat mahal, makanya hanya bangsawan saja yang bisa menikmati kulit mulus tanpa cela.

Sihir penyembuh juga sangat jarang di Kerajaan itu sebabnya, biaya kesehatan sedikit mahal disini. Tapi dengan keuangan Duke, itu bukanlah apa apa.

Terlepas dari itu, Primora mendapatkan tutor disiplin yang tak segan memukulnya saat dia melakukan kesalahan.

Dia belajar dengan sangat keras agar bisa duduk di kursi samping Raja. Tapi yang dia peroleh bukan otoritas, tapi hinaan dan celaan belaka. Raja tak mempercayai nya. Bahkan otoritas Ibu Negara dibatasi dan kadang ada di bawah kuasa Countes belaka. Gelar yang bahkan dibawah Ayahnya.

Pikiran kalutnya masih belum sembuh dan sekarang Ayahnya datang kepadanya. Kunjungan tersebut bersifat resmi dan Primora tidak bisa menolaknya.

Diruangan tempat tamu di jamu, Duke Falcen yang tampak arogan memandang anaknya dengan wajah menyedihkan.

"Bagaimana bisa seorang Ibu Negara tampak kacau seperti ini." Seperti yang biasa dilakukannya, kritikan.

Sejatinya, bukankah ayahnya dulu sudah bisa menebak bahwa Putra Mahkota amat sangat membencinya. Cinta yang diharapkan Ayahnya mungkin bisa tumbuh diantara keduanya itu tidak pernah terjadi. Tidak, itu terjadi, tapi dari pihak Primora Saja. Cintanya bertepuk sebelah tangan.

"Itu karena banyak urusan yang tengah saya tangani Ayah."

Sejak dulu Prim selalu menjaga perasaan Ayahnya . Ayahnya selalu berkata bahwa susah payah dia mencapai hal itu (Ratu) tapi membuat Primora tidak punya kuasa dan daya.

"Sudah 5 tahun kalian menikah dan belum ada tampak pewaris yang akan meneruskan Kerajaan ini?"

"Lihatlah sekarang Prim, dia bahkan sekarang membawa simpanan. Tidak hanya membawa simpanan, dia bahkan mengaku hamil!"

Nyes.... hatinya terasa sangat sakit sata mendengarnya.

Kunjungan rutin Duke memang terlihat seperti sebuah perhatian yang datang kepadanya. Tapi sejujurnya kedatangannya hanya akan menekan Primora perihal anak yang bahkan belum pernah terdengar. Rumor mengatakan bahwa permaisuri tampak lemah sehingga tidak bisa mengandung pewaris. Faktanya, Raja saja enggan bermalam bersamanya. Di malam pernikahannya Raja meninggalkannya belaka, memberinya sebuah penghinaan secara jelas dan terang terangan.

Dengan kata lain, Primora adalah permaisuri adalah wanita yang masih perawan meski sudah menikah.Kemudian baru di tahun ketiga, Raja mabbuk dan mendatangi nya. Sebulan kemudian dia hamil. Kabar itu sangat menggembirakan . Bukan Karana dia akan menjadi Ibu dari calon penerus kerajaan. Melainkan, mungkin anak itu bisa menjadi obat bagi Primora yang kesepian di istana ini.

Kerajaan Monarc, di kalangan bangsawan terkenal dengan pergaulan bebas, tapi Prim tumbuh dibawah kungkungan Duke. Dia benar benar disiapkan untuk menjadi ratu negeri ini oleh Duke Falcen.

"Maaf Ayah, untuk saya tidak bisa berkomentar."

Wajah Prim semakin layu. Berbicara dengan Ayahnya selalu menguras tenaganya. Itu sebabnya dia merasa paling enggan dengan kunjungan Duke Falcen secara rutin.

"Aku akan menyampaikan keluhan resmi dengan Yang Mulia. "

Deg... Prim. tahu bahwa jika Ayahnya melakukan hal tersebut, Esme lah yang akan menjadi korbannya.

"Ah Ayah... " Prim buru buru membalas komentar Ayahnya.

Wajahnya tampak ketakutan.

"Karena tidak ada hal yang menarik disini, aku langsung pergi saja."

"Tolong jangan sampaikan keluhan." Prim berani bicara dengan lantang. Karena yang akan di lakukan Ayahnya lah Prim selalu disalah pahami.

Gadis serakah yang ingin melahap Robert. Tak cukup menjadi ratu dia bahkan menginginkan garis keturunan yang akan menjadi pewaris.

"Saya akan mengatasi nya." Kata Prim kemudian sambil tersenyum. Tidak ada cara lain, selain memberikan permen bagi anak yang kelaparan. Menenangkannya sesaat.

"Cih.. Aku tidak mau menerima laporan kegagalan." Katanya kemudian sambil berlalu pergi.

Prim ditinggalkan sendirian, dalam kereta menuju nerakaa kehancuran.

dibanding menjadikan dirinya sebagai wanita nomor satu negeri ini. Kenapa Ayahnya tidak pernah berpikir untuk membuat dirinya bahagia saja. Istana ini hanya penjara seumur hidup baginya. Dan pasangan nikahnya , Robert tidak pernah memperlakukan dia dengan baik sejak awal.

Jadi harus bagaimana lagi dia akan hidup ke depan.

Bab 3

Dalam makan malam yang disiapkan oleh Primora, Robert datang sendirian. Tidak mungkin dia akan membawa Esme karena itu hanya akan menimbulkan percecokan saja. Robert benci itu.

"Apa kabar Yang Mulia." Primora terbiasa mempertahankan ekspresi nya sejak dulu. Makanya Robert selalu menyebutnya wanita kaku dan tidak punya ekspresi.

"Baik." Jawab Robert sekedar menggugurkan kewajiban untuk menjawab saja.

Primora tersenyum. "Huh? Kamu masih bisa tersenyum dalam situasi ini? Aku membawa perempuan! Dia sedang hamil anakku! Dan kamu masih bisa tersenyum?"

'Langas haruskah dia menangis? Apakah karena itu kamu ingin makan malam denganku? Hanya untuk melihat ekspresi ku?'

Primora masih terdiam. "Apa Yang Mulia harapkan? Haruskah saya menangis sekarang dihadapan Yang Mulia? Lalu kalau saya menangis, apakah itu akan merubah kenyataan?"

Tidak... Itu tidak akan merubah kenyataan. Fakta bahwa suaminya telah membawa simpanan entah dari mana itu tidak terbantahkan.

Primora sudah menangis kemarin semalaman. Sebagai istri apa yang harus dia lakukan dan sebagai Ibu negara apa yang harus dilakukan.

"Benar benar wanita yang luar biasa. Jadi kamu tidak masalah kalau aku membawa wanita ya." Robert tersenyum kecut.

"Yah ini juga bukan salahku. Itu karena ketidakmampuan Ratu dalam memberikan garis keturunan!"

Robert sekali lagi mengejeknya. Bukankah Robert jug turun andil dalam hal ini. Dia yang tidak mau berbagi ranjang dengannya.

"Malam itu Ratu bisa hamil karena memberikan obat kepada Raja."

Karena itulah yang membuat Robert marah. Padahal bukan ulah Primora. Itu ulah pelayan yang disewa ayahnya. Tapi Primora terus disalahpahami dari awal.

Primora diam saja.

"Apa mau Yang Mulia?"

"Tepat sekali! Ratu kita ini tidak pernah berbasa basi sama sekali."

Robert tersenyum sinis.

"Esmeralda akan menjadi selir sah. Aku mau Ratu menyiapkan persiapannya!"

Ejekan itu selaku datang dari suaminya. Tak cukup membawa gun dik kedalam rumah tangganya, kini dia juga disuruh untuk menyambutnya.

Kejam!

Tapi kalau suaminya sudah membicarakan ini, maka ini akan terjadi .

"Kalau itu kehendak Yang Mulia."

Prim hanya bisa menerima saja.

Robert masih tersenyum. Dia tahu betul kalau istrinya tidak akan menolak nya. Tapi yang paling membuatnya penasaran adalah hubungan istrinya dengan Ayahnya. Mereka pasti akan berperang. Robert suka menciptakan perpecahan diantara mereka.

"Aku akan menunggu kabar baiknya Yang Mulia Ratu ..."

Robert tak makan apapun . Kedatangannya kemari pasti hanya ingin membuat pengumuman tersebut.

"Yang Mulia belum makan sama sekali."

"Aku akan makan di istana Vanesa."

Istana tempat simpanan nya berada.

Primora mencengkeram erat pisau untuk mengiris daging yang ada di depannya.

"Kalau begitu aku permisi."

Kata katanya terlihat sangat sopan. Tapi siapa yang tahu bahwa semuanya beracun.

Setelah Robert pergi, Desi menghampiri majikannya.

"Yang Mulia..."

Primora menitikkan setetes air matanya.

"Tidak apa apa Desi..."

Kisah cintanya itu mungkin sudah berakhir sejak lama. Atau dari awal tidak pernah dimulai . Dia saja yang terus berpegang pada harapan. Tapi harapan itu sirna karena memang tidak pernah ada.

Primora mengiris daging itu dengan hati sakit. Seperti garpu yang menancap di daging tersebut . Mungkin saja ada pisau yang menancap di hatinya juga, tapi tidak terlihat.

Dia membuka mulutnya dan memakan daging itu.

"Makanan ini terasa sangat buruk!"

Semuanya sudah sesuai dengan selera suaminya, tapi dia bahkan tidak menghargai. Primora lebih suka salad sayuran. Itu menyegarkan . Daging dan aneka makanan berminyak ini semua kesukaan suaminya.

Setelah makan satu suapan, Prim bangkit dari kursinya.

***

Di istana Vanesa, Esme tengah tersenyum senang. Dia dihampiri oleh kekasihnya.

"Yang Mulia..."

Esme dengar bahwa Ratu menyiapkan makan malamnya. Tapi sekarang disini dia berada. Dalam istana tempat dia tinggal.

Robert menyambutnya.

Tidak seperti Primora yang kaku, Esme lebih manja dan selalu mengandalkan nya. Dia selalu tampak rapuh dan hancur jika sedikit saja disakiti.

Esme berhambur memeluk lelakinya.

"Yang Mulia sudah makan? Sepertinya anak kita ingin kita makan bersama."

"Haha... Itu bagus, aku belum makan, jadi ayo makan malam bersama."

Esme lebih tersenyum. Itu artinya suaminya bahkan tidak makan di tempat Ratu.

Di meja tersebut banyak hidangan sayuran. Itu membuat Robert tidak suka. Esme sudah mengatur makanan kesukannya untuk dia makan malam ini.

"Apa Yang Mulia tidak suka??"

"Yah ini cukup seperti kambing!"

"Hahaha...". Tawa Esme mungil sungguh mempesona.

"Yang Mulia harus banyak makan sayur agar sehat!"

Robert bisa makan apa saja sebenarnya. Tapi dia banyak pergi berlatih otot dan tenaga. Jadi dia butuh asupan gizi protein yang banyak.

"Baik, mari kita makan."

"Yey..." Esme merasa menang atas Robert.

Mereka kemudian makan bersama dengan suasana yang menyenangkan.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!