NovelToon NovelToon

Perjodohan Masa SMA

Bab 1 Rencana

Motor sport berwarna hitam mengkilat itu perlahan memasuki halaman rumah mewah bergaya Eropa bertingkat dua. Sang pengendara, berpakaian serba hitam dengan helm full face yang menutupi wajahnya, tampak menurunkan kecepatan sebelum akhirnya mematikan mesin motornya. Pelan-pelan, helm itu terangkat menampilkan wajah tampan dengan rambut berwarna campuran grey yang disisir rapi ke belakang. Ia bersiul pelan menuruni motornya, lalu berjalan santai ke dalam rumah sambil memutar-mutar kunci motor di tangannya.

Ceklek...

“Baru pulang? Jam segini?” Suara wanita terdengar menyambut, nada suaranya tidak bisa menyembunyikan kekesalan.

Elvario Kael Reynard putra tunggal dari pasangan Raditya Reynard dan Manda Reynard. Langsung disambut pertanyaan sang mama sesaat setelah membuka pintu.

“Cuma keliling sebentar, cari udara segar Ma. Anak muda biasa lah.” sahut El malas, berjalan menuju tangga hendak ke kamar. Namun, langkahnya terhenti saat Manda kembali bersuara.

“Eh, eh mau ke mana? Sini dulu duduk Mama mau ngomong.”

El mengernyit. Wajahnya jelas menunjukkan kalau ia lebih memilih tidur dari pada dengar ceramah. “Besok aja Ma. Udah ngantuk banget nih.”

“Sekarang El! Mama gak mau tau.” Manda menepuk-nepuk sofa di sebelahnya dengan tegas.

Dengan desahan panjang dan langkah malas, El akhirnya mendekat dan duduk di samping mamanya. “Apaan sih sepenting apa sih ini?”

Manda tersenyum samar. “Soal yang Mama bilang kemarin. Kamu udah siap kan?”

El menaikkan satu alis, tampak bingung. “Yang mana sih? Siap apa?”

“Ya itu soal rencana pertunanganmu dengan anaknya teman Mama. Gimana?”

Raut wajah El langsung berubah, lalu terdengar desiran pelan dari bibirnya. “Ck ya jelas gak Ma!”

Senyum Manda langsung luntur. “Mama gak mau dengar penolakan El. Ini sudah final. Besok malam kamu tunangan. Titik!”

El melotot. “Serius Ma? Yang bener aja! El bahkan gak pernah setuju dari awal! Kok bisa-bisanya malah langsung ngomong tunangan?”

“Ini udah keputusan keluarga El!” Manda bersikeras.

“Dan El juga punya keputusan sendiri. Masa anak SMA disuruh tunangan?!” sergahnya sambil berdiri.

Manda ikut berdiri. “Tunangan itu belum nikah! Kalian masih bisa sekolah, kuliah, semua masih bisa dijalanin! Ini hanya bentuk ikatan awal.”

El geleng-geleng kepala. “El gak kenal sama dia ya Ma dan El udah punya pacar!”

Manda mencibir. “Pacar yang mana? Yang gak pernah peduli waktu kamu masuk rumah sakit? Yang diam aja waktu kamu nyaris mati karena kebut-kebutan? Itu pacar? Jangan dibutakan sama cinta yang gak jelas El.”

“Kenapa sih semua harus ikut campur urusan pribadi El?!” El mulai frustrasi.

“Karena kami orang tuamu! Yang tau mana yang terbaik buat kamu!”

Tiba-tiba suara berat terdengar dari arah tangga. “Apa ini ribut-ribut malam-malam?” Radit muncul, memandang mereka bergantian.

“Tanya anak Papa tuh! Lupa kalau masih punya orang tua!” sahut Manda sengit.

“Papa tolong deh. Ini masalah serius. Masa disuruh tunangan segala?” El mendebat lagi.

“Elvario,” ujar Devan tenang tapi tegas. “Ini keputusan yang sudah dibuat sejak lama, bahkan sebelum kamu lahir. Kalau kamu gak setuju, maka satu-satunya pilihan adalah keluar dari keluarga ini.”

El membelalak. “Apa?! Papa bercanda kan?!”

Manda menambahkan, “Tuh dengerin! Emang susah banget sih anak satu ini. Rasanya pengen Mama kembalikan lagi ke perut!”

“Mama pikir El makanan bisa dimasukin lagi?!” sergah El kesal.

“Ya udah nurut dong! Sekali aja!” bentak Manda.

El mendengus, lalu berbalik naik ke atas. “Terserah! Mau kalian apain juga El capek, mau tidur!”

Langkah-langkahnya di tangga terdengar berat, bibirnya masih menggumam kesal. “Gila, ini bukan sinetron zaman dulu! Masih ada aja yang percaya sama perjodohan pikir gue gak laku apa?!”

Bab 2 Nikah?

“El! Sudah siap belum sih? Dari tadi Mama nungguin loh!” seru Manda sambil mengetuk-ngetuk pintu kamar putranya yang masih tertutup rapat.

Ceklek...

Beberapa detik kemudian, pintu terbuka pelan, memperlihatkan sosok Elvario Kael Reynard yang kini tampil rapi. Celana panjang hitam slim fit, kemeja putih bersih yang tersemat rapi di dalamnya, dan jas hitam elegan yang membalut tubuhnya dengan pas benar-benar transformasi dari cowok SMA 17 tahun menjadi pria dewasa versi majalah fashion.

"Astaga, anak mama kenapa ganteng banget sih!" seru Manda histeris sambil memandang putranya dari ujung kepala sampai ujung kaki. "Beneran Mas kamu tuh kelihatan kayak cowok umur 20 an, bukan anak SMA! Duh Mama jadi gak sabar lihat kamu nikah, hihi"

Berbeda dari Manda ekspresi El justru flat abis. Tatapan kosong, bibir tertutup rapat, dan aura malas yang terpancar jelas.

Padahal hari ini secara teknis harusnya jadi hari pentingnya hari pertunangannya. Tapi ya, tunangan karena dijodohkan jelas beda cerita. Perjodohan yang gak pernah masuk ke dalam rencana hidupnya. Bahkan, membayangkan aja gak pernah. Dan parahnya lagi dia bahkan belum pernah lihat wujud si calon tunangannya itu!

“Udah yuk turun. Papa udah nunggu di mobil. Masa ke rumah calon istri mukanya datar gitu sih Mas? Senyum dikit napa,” cibir Manda sambil menarik lengan anaknya.

El menghela napas berat. Mau tak mau dia mengikuti langkah sang mama, meskipun dalam hati terus mengutuk situasi ini.

"Sial banget sih hari ini. Kalau bukan karena ancaman Papa, gak bakal deh gue nurut begini." Batinnya kesal.

Ancaman Radit ayahnya yang bilang bakal mencoret namanya dari daftar keluarga ternyata cukup ampuh. Biarpun dia bukan anak baik-baik, tetap saja ada satu titik lemahnya air mata perempuan, terutama air mata mama.

"Mas senyum plis. Jangan bikin orang mikir kamu anak mafia!" ledek Manda sambil mencubit pipi anaknya sedikit.

Mobil berhenti di depan rumah dua lantai bergaya klasik-modern. Rumah keluarga calon tunangan El.

Manda menggandeng lengan suaminya, dan menggamit lengan El di sisi lainnya. Ketiganya melangkah menuju pintu utama.

Tok

Tok

Tok

"Assalamualaikum!" salam Manda sambil mengetuk pintu dengan semangat.

Pintu terbuka beberapa detik kemudian. Seorang wanita paruh baya dengan paras cantik dan elegan berdiri menyambut mereka.

"Waalaikumsalam eh jeng Manda! Silakan masuk," sapa Sarena ramah lalu memeluk sahabat lamanya itu.

"Na! Kangen banget sumpah!" ujar Manda sambil memeluk erat Sarena.

Sarena terkekeh, mempersilakan mereka masuk. Begitu pandangannya jatuh pada El dia tercengang sesaat.

"Ini El? Astaga makin ganteng aja! Terakhir lihat masih kecil banget, sekarang udah segede ini!"

El hanya tersenyum tipis dan menunduk sopan.

"Salim dulu Mas," bisik Manda melotot sedikit.

El meski dengan enggan, akhirnya mengulurkan tangan dan bersalaman dengan Sarena.

Mereka masuk ke ruang tamu yang sudah dipenuhi berbagai makanan ringan. Manda duduk di sofa bersama suaminya diikuti El.

"Mana Alvyna? Aduh, penasaran banget pengen lihat!" ujar Manda sambil menoleh ke kanan dan kiri.

Sarena tertawa kecil. "Sebentar ya aku panggil dulu. Mungkin masih siap-siap di atas."

Setelah Sarena naik, El akhirnya angkat suara wajahnya makin gak happy.

"Ma serius gak bisa dibatalin aja? Masa iya sih aku dijodohin sama orang yang bahkan belum pernah aku lihat?"

Manda menatap putranya datar. "Liat dulu dong, jangan su’uzan! Sana tuh liat ke tangga"

El memutar kepala mengikuti arah pandangan mamanya. Dan detik itu juga, dia seperti tersengat arus listrik.

Gadis itu turun pelan-pelan dari tangga, mengenakan dress navy selutut yang pas membentuk tubuh idealnya. Kulit putih bersih, senyum tipis, dan mata coklat hazel yang bikin dada berdebar. El nyaris lupa cara kedip.

"Mas kedip!" bisik Manda sambil nyenggol lengan anaknya.

El langsung berdehem, berusaha menormalkan ekspresi wajahnya.

Sampai di depan mereka, Alvyna gadis itu mengulurkan tangan kepada Manda dan Radit.

"Sama Mas El juga Sayang," ujar Sarena.

Alvyna menoleh, menatap El beberapa detik sebelum buru-buru memalingkan wajah.

“Alvyna,” ucapnya singkat.

“Elvario,” balas cowok itu dengan nada sama datarnya.

“Ck jangan songong gitu, El cantik loh itu!” bisik Radit menggoda.

El berdecak pura-pura tak terpengaruh. Saat semua sudah duduk rapi, Radit akhirnya angkat bicara.

“Elvario, Alvyna tujuan kami mempertemukan kalian malam ini adalah untuk menjodohkan kalian. Dan malam ini juga pertunangannya akan dilangsungkan.”

El dan Alvyna saling menatap.

“Tapi bukan cuma itu,” lanjut Radit. “Pernikahannya dijadwalkan satu bulan dari sekarang.”

“APA?!” keduanya hampir berteriak bersamaan.

“Maa! Katanya cuma tunangan dulu!” protes Alvyna.

"Mama bohong? Satu bulan?!" El gak kalah heboh.

Sarena hanya tersenyum tipis. "Mama makin hari makin lemah Al. Mungkin ini yang terbaik."

Alvyna langsung memeluk mamanya erat. Sedangkan Manda hanya menatap tajam ke arah El.

"Udah jangan banyak protes. Mama udah capek ngeliat kamu keluyuran terus tiap hari!"

Radit menimpali, “Keputusan ini final. Gak ada tawar-menawar.”

Lalu ia menambahkan, “dan Alvyna mulai besok kamu pindah sekolah ke tempat El. Biar kalian bisa kenal lebih dekat.”

Alvyna dan Elvario cuma bisa saling pandang. Keduanya tau dalam sekarang ini mereka tak lagi punya kekuasaan untuk menolaknya.

 

Bab 3 Sama-Sama Punya Pacar

Pagi itu, suasana SMA Bintara mendadak riuh gara-gara kedatangan motor sport berwarna hitam yang dengan gagah meluncur melewati gerbang sekolah elit tersebut. Tak ada yang mengira bahwa pengendara di balik helm full face itu ternyata seorang cewek. Bukan hanya helm, ia juga mengenakan jaket dan celana hitam sukses menyamarkan identitasnya.

Dialah Alvyna. Gadis cantik yang baru saja pindah ke sekolah itu karena tekanan dari sang mama. Dengan gerakan tenang, ia memarkir motor lalu melepas helmnya tanpa basa-basi. Rambut panjangnya terurai sempurna, memancing reaksi spontan dari para siswa laki-laki yang melihat.

"Buset! Cewek cuy!!"

"Anak siapa tuh? Cantiknya gak ngotak!"

"Kenalan dong dek!"

Suasana parkiran makin panas. Di pojok area parkir El yang baru sampai juga hanya mengamati dalam diam. Ya, dia adalah tunangan Alvyna. Meski ikatan itu terjadi secara mendadak dan tanpa persetujuan mereka berdua, kenyataannya semalam cincin sudah melingkar di jari masing-masing.

"Heh, calon istri gue ternyata bisa bikin satu sekolah heboh ya," gumam El sambil menyunggingkan senyum miring.

Sethian, Darian, dan Arsenio. Tiga sahabat El ikut terbengong.

"Siapa tuh? Gila cantiknya bukan main!" seru Sethian.

"Dari cowok jadi cewek? Gue gak nyangka! Itu sih harus banget dideketin!" Darian ikut komentar.

"Setuju! Wajah gitu sih langka. Kalo lo lambat gue duluan deh. Demi dia gue rela putusin semua yang lain!" Arsenio menimpali dengan gaya khas buayanya.

El hanya tersenyum penuh arti. "Belum ada yang tau tapi gue udah duluan dapat dia," batinnya. Tapi senyuman itu cepat menghilang saat dia mengingat kenyataan yang sebenarnya.

"Ck, jangan kelewat GR El. Lo juga dijodohin karena dipaksa," gumamnya dalam hati.

"Lo kenapa?" tanya Darian curiga melihat sikap aneh temannya.

El cepat-cepat menggeleng. "Gak gue cabut dulu. Mau nyari cewek gue."

Cewek? Ya, El memang punya pacar meski hubungan mereka penuh drama dan putus nyambung entah berapa kali.

"Lah tumben, biasanya ceweknya yang ngejar dia duluan," Sethian menyipitkan mata.

"Mungkin lagi punya duit lebih," Arsenio menimpali.

"Ceweknya matre banget heran si El kok bisa betah," Darian mencibir.

"Murid baru tadi masih lebih cantik. Natural banget gak kayak Lyra yang make up nya tebal kayak tembok!" Darian melanjutkan.

"Yup, si Lyra bakal punya saingan tuh!" Arsenio menyahut.

Sementara itu, El mengikuti Alvyna dari belakang. Ketika gadis itu berhenti di depan ruang kelas kosong yang sudah lama tak terpakai dia cepat-cepat bergerak. Tanpa banyak bicara, dia langsung menutup mulut Alvyna dari belakang dan menyeretnya masuk ke ruangan berdebu itu.

"Ammph!"

Brakk!

Pintu ditutup cepat. El memojokkan Alvyna ke tembok dan baru melepaskan tangannya.

"Lo gila ya? Mau ngapain hah!" bentak Alvyna panik melihat kondisi ruangan.

El hanya tersenyum penuh percaya diri. "Lo beneran pindah sekolah ke sini? Atau jangan-jangan lo emang gak bisa suka sama gue dan sengaja nurutin bokap gue biar bisa deket sama gue?"

Alvyna melotot. "Hah?! Pede banget sih lo! Gue pindah karena disuruh, bukan karena pengen ngeliat muka lo tiap hari!"

El sempat kaget. Ditolak? Dia? Cowok seganteng dirinya?

"Yakin? Gimana kalo gue bisa bikin lo jatuh cinta, hmm?"

Alvyna mendesis, "Keep dreaming El! Gue juga punya pacar!"

El mendadak terdiam. "Lo punya pacar? Terus kenapa mau dijodohin sama gue?"

"Pertanyaan yang sama buat lo! Lo juga punya pacar kan tapi tetep aja nerima lamaran dari bokap nyokap lo!"

El mencibir, "Gue dipaksa. Tapi harusnya lo bersyukur bisa punya tunangan sekeren gue!"

Alvyna melirik jijik. "Ck narsis parah! Lo mikir gue bangga gitu dijodohin sama cowok kayak lo? Maaf, selera gue gak serendah itu!"

El melotot, "Mata lo sehat gak sih? Cowok sekeren gue lo bilang gak ganteng?"

Alvyna menatapnya lelah. "Lah kalo menurut gue lo gak ganteng ya suka-suka gue dong! Mata-mata gue ini!"

Makin lama jarak mereka makin dekat. El menatap Alvyna lekat-lekat hingga hanya beberapa sentimeter yang memisahkan wajah mereka. Alvyna sampai memejamkan mata.

El tersenyum geli. "Lo pikir gue mau nyium lo? Belum waktunya Sayang. Nanti aja pas udah nikah. Biar lebih greget dan hot."

Alvyna membuka mata cepat, wajahnya merah padam.

"GUE CINCANG LO KALO MACEM-MACEM!!"

El malah tertawa dan segera kabur keluar ruangan, meninggalkan Alvyna yang berdiri mematung dengan wajah penuh emosi.

 

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!