Di balik gemerlap kota yang tak pernah tidur, di tengah riuhnya langkah kaki dan roda kendaraan yang berpacu, tersembunyi sebuah paradoks kehidupan.
Ada kalanya, justru di tengah keramaian itulah, beberapa jiwa memilih kesunyian untuk menunaikan misi tersembunyi mereka.
Seperti hantu yang bergentayangan di siang bolong, mereka berbagi tanpa mengharap imbalan, menghibur tanpa meminta tepuk tangan, atau bahkan sekadar mengamati, karena bagi mereka, itulah panggilan jiwa.
Namun, ada satu aturan tak tertulis yang mereka pegang teguh: kerahasiaan mutlak. Sebab, di dunia yang penuh intrik ini, kebaikan yang terungkap bisa berujung petaka.
Hati manusia, dengan segala kebusukan yang tersembunyi, seringkali lebih menakutkan daripada kegelapan itu sendiri. Kebahagiaan sesama bisa menjadi bara api yang membakar iri dan dengki, hingga mereka yang berhati busuk takkan tenang sebelum kebahagiaan orang yang memiliki kebahagiaan itu hancur berkeping-keping.
Trauma masa lalu juga telah mengukir jurang pemisah antara Sean dan dunia luar. Sejak usia empat tahun, ia hidup sebatang kara, menyaksikan sendiri betapa mengerikannya wajah kemanusiaan.
Luka itu menganga lebar, dan membuatnya ragu untuk sekadar berbagi napas dengan orang lain.
Ia tahu, di antara milyaran manusia, pasti terselip hati yang tulus, namun pengalaman mengajarkannya bahwa bahkan kebaikan pun bisa melukai tanpa disadari.
Senja yang melukis langit barat dengan gradasi jingga menjadi satu-satunya teman Sean.
Dari atap rumahnya yang terpencil di pedalaman hutan, di tepi tebing yang bisa melihat pemandangan sebuah desa, ia merenung. Seandainya saja ia bisa merasakan kehangatan kehidupan normal...
"sebagai manusia yang merupakan makhluk sosial, mana ada di antara manusia manapun yang bisa hidup sendirian. sama halnya seperti diriku sendiri, meskipun menyukai kesunyian, tetapi bagaimanapun juga aku menginginkan kehidupan normal seperti halnya orang-orang" gumamnya sambil menatap sinar mentari yang selalu menjadi temannya sehari hari. Dia membayangkan hal-hal yang sering dirinya lihat ketika pergi ke desa.
" bisa bersenang-senang dengan seorang sahabat, mengahabiskan waktu dengan keluarga, dan memiliki seorang kekasih tercinta, dan, , , , , ,"
Tetapi lamunan itu pecah seketika oleh suara keras dari arah desa, suaranya mengoyak ketenangan senja dan merobek harapan Sean.
Brakkk, , , , , , , , , , , , ,
Wajah tampan Sean, dengan sorot mata setajam elang yang kini diliputi kegelapan, semakin muram. Rambut hitam legamnya yang bergelombang tertiup angin, menambah pesona misterius remaja penyendiri itu.
"Mungkin memang bukan takdirku untuk merasakan kehidupan seperti orang-orang biasa," gumamnya getir
"Bahkan membayangkannya saja, semesta seolah mengirimkan pertanda penolakan."
Dengan gerakan lincah seekor kucing hutan, Sean melompat dari atap rumahnya ke satu pohon lalu ke pohon lainnya, tujuannya jelas: desa yang seprtinya kini tengah dilanda keributan.
Di tengah desa, sebuah drama kekuasaan sedang dipertontonkan.
Dimana Seorang pria tua dengan aura kesombongan merendahkan seorang pria yang terkapar di bawah pukulan para pengikutnya.
" cih, , , dasar sampah. manusia yang tidak ada gunanya sepertimu sebaiknya di musnahkan saja, karena hanya akan merusak pemandangan saja " Kata-kata sinis meluncur bagai anak panah, yang merobek harga diri sang korban. Padahal pria yang tengah di pukuli itu tidak sengaja menghalangi jalan pria tua itu, karena gerobak yang sempat di bawanya tadi begitu berat.
tetapi sekarang gerobak dan barang bawaannya telah di hancurkan, beserta penghinaan dan kekerasan fisik yang dirinya terima di hadapan umum.
Para saksi membisu, terperangkap dalam jaring ketakutan akan kekuasaan sang bangsawan. mereka hanya bisa saling bisik, mengasihani nasib pria itu.
" sangat malang sekali pria itu, karena telah menyinggung si pria tua kaya "
" ya, mau bagaimana lagi, jika kita ikut campur untuk menolongnya, nanti malah kita sendiri juga yang pasti akan mengalami hal yang sama seperti pria itu "bisik-bisik orang yang menyaksikan kejadian tersebut.
Bughhh, , , , Bughhh, , , , ,Bughhh, , , , , , ,
Ketika kebosanan melanda para algojo, pukulan terakhir mengakhiri perlawanan sang pria. Mereka pergi, meninggalkan tubuh yang sekarat tanpa sedikit pun belas kasihan.
" ayo berangkat, , , , , " ucap si pria tua dengan puas, dia telah menaiki kereta kudanya dan sang kusir beserta beberapa algojo yang mengikutinya yang menunggangi kuda segera pergi dari sana.
Dari kegelapan, muncul sosok Sean yang berpakaian serba hitam. Dia yang baru saja sampai menggelengan kepalanya dengan cerminan kekecewaan yang mendalam.
"Keluarga mana lagi yang harus menanggung nestapa ini?" batinnya dengan cemas.
Dengan gerakan secepat kilat, ia memeriksa kondisi pria itu.
"seorang tulang punggung keluarga yang bekerja keras tanpa kenal lelah, tidak sepantasnya mendapatkan hal ini." Sean memikirkan bagaimana nasib keluarga pria ini, jika pria ini tidak bisa melakukan pekerjaan lagi dan apalagi kalau kemungkinan buruk yang sampai membuat pria ini meninggal.
Setelah memeriksa luka di sekujur pria itu,Kekuatan penyembuhannya mengalir, memulihkan luka-luka mengerikan dalam sekejap.
Insting seorang penyelamat mendorongnya untuk memberikan sekantung kecil berisi koin emas dan ramuan penyembuh, sebuah tindakan kasih yang tak terlihat dan tak terduga.
Kemudian, secepat ia datang, Sean menghilang dalam kegelapan. Karena dia tidak mau menjadi pusat perhatian jika terlalu lama berada di sini.
Namun, keajaiban sesungguhnya baru terjadi setelah kepergiannya. Pria yang tadinya terbaring tak berdaya membuka mata, sebuah senyum tipis misterius tersungging di bibirnya. "Orang itu... telah ditemukan," gumamnya lirih. Dia bangun dengan keadaan yang sudah sangat baik-baik saja.
Tak lama kemudian, para pelaku kekerasan kembali, namun kali ini bukan dengan tatapan merendahkan, melainkan dengan kepala tertunduk penuh hormat dan ketakutan. "Maafkan kami, Panglima Ang Bei," bisik mereka serempak, apalagi pria tua yang tadi melontarkan kata-kata yang begitu buruk.
"Kalian tidak perlu meminta maaf," jawab sang pria dengan nada tenang namun penuh otoritas.
"Ini adalah bagian dari tugas. Lagipula, pengorbanan kecil ini tidak sebanding dengan hasil yang akan kita raih."
Ia pergi, diikuti oleh para pria tadi yang merupakan bawahannya yang kini tampak patuh.
Kini, teka-teki semakin rumit. Siapakah sebenarnya pria yang diserang itu? Mengapa Sean datang membantunya secara diam-diam? Dan rencana besar apa yang tersembunyi di balik sandiwara kekerasan ini? Kegelapan menyelimuti desa, menyimpan rahasia yang siap untuk diungkap.
Sean menghela napas panjang, dia mencoba mengusir bayangan keraguan yang terus menari di benaknya.
Tindakannya menolong orang asing tadi terasa benar, namun risiko yang mungkin timbul membuatnya tak tenang. "Kenapa juga aku harus melakukannya di tempat terbuka?" gerutunya lirih.
"Ini bisa menarik perhatian yang tidak kuinginkan." memikirkan kelakuannya tadi, yang malah menolong dengan tanpa melihat tempat dan melakukannya dengan cukup lama,membuat
Kepalanya berdenyut pelan, memprotes kerasnya pikiran yang berkecamuk. Inilah salah satu alasan mengapa ia lebih suka menyendiri, hal sekecil apapun bisa dengan mudah memicu kekhawatiran yang berlebihan dalam benaknya.
"Arghhh..." Sean beranjak menuju kamar mandi, air dingin yang mengguyur tubuhnya diharapkan mampu meredakan gejolak pikirannya.
Malam yang dingin tak lagi ia hiraukan, yang terpenting adalah ketenangan.
Usai mandi, Sean mengenakan kaus dan celana selutut, lalu duduk bersila di atas kasurnya. Ia memejamkan mata, menarik napas dalam-dalam.
Di dalam kamarnya itu secara perlahan, bintik-bintik cahaya yang melimpah dan memenuhi ruangan mulai mengelilinginya. Sean yang melihat itu mulai melakukan sikap lotus dan memejamkan matanya untuk melakukan semedi, cahaya bintik-bintik itu mulai meresap ke dalam tubuhnya Sean dengan cepat.
Energi Qi yang berlimpah ini menenangkan pikirannya yang kalut sekaligus meningkatkan kultivasinya.
Di alam bawah sadarnya, Lautan Qi miliknya tampak semakin luas dan bergejolak. Bahkan, lautan energi itu seolah tak mampu lagi menampung limpahan Qi yang terus bertambah.
Sean membatin sambil mengerutkan keningnya 'aku lupa, kalau seharusnya selama seminggu ini aku jangan melakukan kegiatan yang akan memicu kenaikan ranah kultivasi' tetapi bagaimanapun juga, sekarang sudah terlanjur, dimana dia sudah tidak bisa menghentikan penerobosan, karena energi Qi di dalam dantiannya sudah hampir terisi full, sudah terlanjur bergejolak dengan begitu dashyatnya.
Tetapi dia akan mencoba untuk menghentikan penerobosan. Sean dengan gigih menahan dorongan untuk menembus ke ranah berikutnya. Gelombang energi dalam dirinya begitu kuat, mendesak untuk menghancurkan tembok kokoh yang menghalanginya mencapai ranah kultivasi yang lebih tinggi, di mana lautan Qi yang lebih luas menanti.
Berbeda dengan para kultivator lain yang berlomba-lomba meningkatkan ranah secepat mungkin, Sean justru memilih untuk memperkuat fondasi dirinya semaksimal mungkin terlebih dahulu.
Karena dulu, dia pernah melakukan pengejaran dalam kultivasi untuk secepat mungkin naik ke ranah yang lebih tinggi dengan bakat yang dimilikinya, dimana dia bisa menaikkan ranah kultivasi dengan lebih cepat. Memang hasilnya cukup memuaskan, tetapi ketika mengalami sebuah bencana yang mengharuskannya mengerahkan segenap kekuatannya, dia mendapatkan konsekuensi yang sangat besar.
dimana dia harus mengulang kembali jalan kultivasinya dari awal, bahkan penampilannya yang tadinya merupakan seorang pria dewasa yang gagah kini harus di gantikan dengan penampilan remajanya kembali yang akan kekal selamanya, karena kalau dulu fondasi yang dimilikinya kokoh pasti tidak akan sebesar ini konsekuensi yang di dapatkannya.
Tetapi dari itu semua, membuat Sean mendapatkan sebuah pelajaran dan kesempatan untuk tidak mengulangi kesalahannya. selama tiga puluh enam tahun ini Sean telah menjalani jalan kultivasinya dengan mementingkan mengokohkan fondasinya terlebih dahulu, sehingga jalan kultivasinya sama seperti seorang jenius pada umumnya.
Dimana seseorang jenius yang akan melewati ranah kultivasi pertama, yaitu ranah pembentukan Qi yang membutuhkan waktu 1 tahun untuk melewati sembilan tingkatan dari ranah tersebut.
Kalau seorang kultivator yang pada umumnya membutuhkan waktu selama dua tahun untuk melewatinya.
Kalau seorang kultivator yang kurang berbakat membutuhkan waktu tiga tahun untuk melewati ranah pembentukan qi yang terdapat sembilan tahapan.
Meskipun bakatnya Sean memungkinkannya bisa menaikkan ranahnya lebih dari orang-orang biasa, ia ingin memastikan pertahanan tubuhnya kokoh.
Dengan begitu, setiap kali ia berhasil menembus ranah, kekuatannya akan jauh melampaui mereka yang berada di tingkat yang sama.
Sean memang diberkahi dengan kemampuan luar biasa dan kemudahan dalam segala hal, namun ia tak ingin terlena dan terjerumus dalam kesombongan.
'aku harus merapalkan mantra kekacauan agar tidak ada yang berani mendekat kesini selama aku menerobos' batin Sean, mulutnya bergerak secara perlahan dan sebuah hembusan angin yang tercipta dari mantra yang dirinya rapalkan langsung tersebar ke seluruh hutan.
Di luar kediamannya, keributan mulai terjadi. Aura penerobosan Sean yang kuat menarik perhatian monster-monster roh di sekitarnya, dan dengan adanya sebuah gelombang angin membangkitkan naluri bertarung mereka juga. Pertempuran sengit tak terhindarkan.
Sean memang sengaja melakukan ini, menciptakan kekacauan agar tak ada yang berani mendekat saat ia melakukan terobosan. Orang-orang tertentu pasti akan merasakan aura legendarisnya, dan untuk mencegah hal yang tidak diinginkan, ia terpaksa melepaskan aura membunuhnya yang kuat dan mantra kekacauan, membuat para raja monster roh di sekitarnya saling menyerang hingga terluka, meski tidak terlalu parah karena mereka adalah penguasa di antara jenis monster roh.
Raja serigala emas dan raja burung elang es terlibat dalam pertarungan sengit. Raungan dahsyat sang serigala mengguncang udara, namun raja elang es tak gentar dan membalas dengan gelombang es yang membekukan.
Bentrokan kedua serangan itu menghasilkan ledakan besar yang memaksa keduanya mundur.
Tak hanya mereka, raja gorila batu, raja ular pisau berkepala tiga, raja harimau api, dan burung rajawali tujuh warna juga terlibat dalam pertempuran sengit.
Anehnya, rumah Sean yang dikelilingi oleh pertempuran dahsyat itu tetap utuh, bahkan pepohonan di halamannya tak bergeming sedikit pun, seolah terlindungi oleh perisai tak kasat mata.
Dan memang benar adanya, di sebuah garis tipis yang tercipta di tana yang membuat menjadi pembatas antara rumah Sean dengan hutan,dan dari garis tersebut ada lapisan pelindung tak terlihat yang menahan semua serangan dahsyat dari para raja monster itu.
Duaarrrrr...
Sebuah ledakan cahaya putih membumbung tinggi ke langit dari dalam rumah Sean, menghentikan semua pertempuran monster roh.
Mereka semua terpaku pada cahaya yang menyilaukan itu.
Para tokoh kultivator yang tengah melakukan berbagai aktivitas pun terkejut. Tanpa berpikir panjang, mereka bergegas menuju sumber cahaya tersebut.
Di perbatasan hutan, banyak kultivator berkumpul, berniat menuju titik di mana cahaya itu masih menjulang. Namun, langkah mereka terhenti di tepi hutan dimana ada pertempuran sengit antara monster roh dari berbagai tingkatan yang berkecamuk di dalam hutan.
"Lihat itu, para Lord manusia juga sepertinya ingin mengetahui asal cahaya itu," ujar seorang kultivator yang melihat lima sosok manusia hebat di kejauhan yang mulai mendekat.
Si raja racun yang menyamar menjadi kultivator biasa hanya tersenyum tipis melihat kerumunan manusia itu. Sementara itu, para anggota mafia yang juga berada di sana segera melarikan diri, menyadari bahaya yang mungkin timbul.
"Sebenarnya orang sehebat apa yang bisa membuat rencana seperti ini? Orang yang sedang menerobos itu pasti luar biasa, sampai-sampai dia bisa menekan auranya agar tidak terlacak, dia dengan hebatnya juga dengan memancing para monster roh ini agar mengeluarkan aura membunuhnya, membuatnya semakin tidak bisa terdeteksi," gumam salah satu Lord manusia perempuan, bernama Lord Luna.
"Yang pasti, orang itu sepertinya tidak pernah bersentuhan dengan manusia biasa. Dari auranya saja yang terasa samar, manusia itu tidak memiliki kecacatan sedikit pun," sahut Lord Xavier dengan nada santai, meskipun dalam hatinya ia sangat penasaran dengan sosok hebat di balik semua ini.
Lord Lancelot, Lord Alex, dan Lord Rafaela sendiri mengamati sekeliling, mencari cara untuk menembus kekacauan monster roh yang sedang terjadi di hadapan mereka semua. Mereka ingin mengetahui siapa sebenarnya yang bisa membuat fenomena sehebat ini.
Padahal, di kediamannya sendiri, Sean telah berhasil melakukan terobosan sehingga cahaya yang menjulang ke langit secara perlahan mulai hilang. Ia berdiri dan pergi menuju atap rumahnya, mengamati kerumunan orang yang ada di perbatasan hutan.
"Orang-orang itu, meskipun berpenampilan agung dan suci, jiwa keserakahan mereka akan sesuatu yang belum pasti begitu terlihat... ck... ck... ck... jika saja aku tidak melakukan ini, mungkin saja para manusia itu akan membuat kediamanku ini kacau," Sean menggelengkan kepalanya sebelum menghilang dari sana dalam sekejap.
Suasana kacau antara monster roh yang bertarung tiba-tiba mereda, bersamaan dengan menghilangnya cahaya putih yang menjulang ke langit.
Semua orang yang menunggu di perbatasan hutan segera memasuki hutan dengan tergesa-gesa. Namun, sesampainya di dalam hutan, mereka tidak menemukan jejak apapun. Untuk menerobos ke wilayah tempatnya para raja mosnter roh pun mereka tidak berani.
" orang itu bukan lah orang sembarangan, karena sepertinya dia bisa melakukan terobosan di dalam wilayah para raja monster roh " ucap Lord Alex.
"Dasar manusia bodoh," gumam Sean pelan sebelum memejamkan mata, bersiap untuk tidur di malam yang melelahkan ini.
.
Di tengah keheningan pagi yang hanya dipecah oleh orkestra kicauan burung yang riang, Sean masih terbungkus erat dalam dekapan tidurnya.
Cwit, ,cwit, , cwit, , cwit, , cwit, , ,
suasana di dalam kamar begitu tenang, membuat seorang remaja yang masih tertidur di kasurnya semakin nyenyak.
Sinar mentari pagi yang keemasan menari-nari masuk melalui jendela kamarnya yang terbuka lebar, namun tak mampu mengusik lelapnya yang begitu nyenyak.
Kesunyian rumah besar itu adalah kebebasannya; ia bisa memanjakan diri dalam tidur selama yang ia mau, sebuah kemewahan yang hanya bisa dinikmati oleh mereka yang hidup seorang diri.
ssshhhh, , , , , , , ,
Hembusan angin pagi yang lembut menyapu kamarnya, membawa serta aroma embun dan dedaunan. Alih-alih terusik, Sean justru semakin nyaman meringkuk di balik selimut tebalnya, seolah angin itu adalah belaian lembut yang mengajaknya untuk kembali ke alam mimpi.
Namun, sang waktu terus bergulir. Satu jam kemudian, Sean akhirnya membuka matanya,
" eughhh, , , , , , , " Lenguhnya, Sean segera bangun dari kasurnya lalu meregangkan tubuhnya yang masih terasa kaku.
" sungguh tidur yang menyenyakkan, sepertinya dengan terobosan semalam membuat tidurku semakin menyenagkan " gumamnya.
dia melihat ke arah jendela, dimana sebuah pemandangan pagi yang indah menyambut pandangan pertama di pagi harinya ini, Sean tersenyum tipis dan segera pergi menuju kamar mandi.
"hari yang indah dan cerah telah menyambut pagi ku" ucap Sean dengan sedikit rasa bahagia.
Setelah beberapa saat, Sean telah menyegarkan diri dengan mandi, ia berdiri di depan lemari pakaiannya. Dia memilih dan mengambil sebuah pakaian yang tidak biasa, bukan jubah sutra atau pakaian sehari-hari yang ia pilih, melainkan seperangkat zirah besi yang kokoh dan berkilauan.
Hari ini, setelah menikmati cuti panjang selama sebulan, ia akan kembali menjalankan tugasnya sebagai anggota militer kerajaan.
Begitu zirah itu melekat di tubuhnya, Sean bertransformasi. Aura santai dan biasa yang selalu mengelilinginya di rumah lenyap seketika, digantikan oleh ketegasan dan wibawa seorang prajurit. Pantulan dirinya di cermin memuaskan hatinya.
" huh, , , sebulan telah berlalu, dan hari-hari yang cukup melelahkan akan di mulai kembali. Jika saja bukan karena merasa bosan mana mau aku melakukan pekerjaan ini, apalagi dengan harus menuruti perintah untuk melakukan pekerjaan dengan banyak misi yang sangat melenceng dari kebenaran " Sean geleng-geleng kepala sambil melihat dirinya di cermin, setelah merasa pas diapun melangkah pergi dari kamarnya.
Dengan langkah yang mantap, ia menuruni tangga menuju lantai bawah, di mana beberapa barang bawaannya telah tertata rapi.
Sejenak, Sean mengamati sekeliling ruangan,
"aku akan merindukan tempat ini, tapi sebaiknya untuk berjaga-jaga, rumah ini harus di sembunyikan agar tidak ada makhluk apapun yang akan penasaran dan mengacau di rumah ini "
Dia lalu merapalkan sebuah mantra dengan suara rendah namun penuh kekuatan. Ia melangkah keluar rumah secara perlahan, menuju halaman yang luas dengan membawa barang-barangnya. Seketika, sebuah pemandangan yang mencengangkan terjadi.
Bangunan rumah yang selama ini menjadi tempat berlindungnya perlahan terserap ke dalam tanah, lenyap tanpa jejak. Ajaibnya, di tempat yang sama, tumbuhlah pepohonan tinggi menjulang, seolah di sana tidak pernah berdiri sebuah bangunan.
Krkkk, , ,krkkk , , , krkkkk, , , ,
Kekuatan Sean sungguh di luar perkiraan. Mampu tinggal di sarang terdalam para monster roh dan melakukan hal semacam ini, ia jelas bukan kultivator biasa.
Para Lord manusia yang diagungkan sebagai pemimpin umat manusia pun pasti akan menganggap ini sebagai keajaiban yang mustahil. Namun, remaja ini dengan tenang menaiki kereta kudanya yang tiba-tiba muncul, dan barang bawaannya telah tertumpuk rapi di belakang.
Dalam sepanjang perjalanannya, Sean terus melantunkan mantra-mantra kuno. Jejak roda kereta kudanya di belakangnya seketika ditumbuhi pepohonan besar, menyulap kembali jalanan menjadi hutan lebat, seolah tidak pernah ada jejak kehidupan di sana.
Para monster roh yang mendiami kawasan itu berhamburan ketakutan mendengar derap langkah kuda Sean. Setelah merasa aman, mereka memberanikan diri menggunakan penglihatan jarak jauh mereka untuk mengamati apa yang sedang dilakukan oleh manusia misterius itu.
Selama ini, wilayah ini dikenal sebagai jantung kekuasaan para raja monster roh yang menakutkan, tempat yang mustahil ditembus oleh manusia mana pun. Namun, keajaiban kembali terjadi. Para raja monster roh itu sendiri menjauhkan diri begitu merasakan kehadiran Sean.
"Raja Serigala Emas, menurutmu manusia macam apa dia? Bagaimana bisa dia menginjakkan kaki di wilayah kita?" telepati Raja Harimau Api, suaranya bergetar penuh keheranan.
"Entahlah, aku tidak tahu," balas Raja Serigala Emas dengan nada khawatir yang sama. "Tapi yang pasti, manusia ini tidak tertandingi. Biarkan dia pergi. Jangan pernah ada di antara kita yang berani mencari masalah dengannya, karena hanya dengan merasakan auranya saja, nyawaku seakan melayang."
Di angkasa, Raja Elang Es mengepakkan sayapnya tanpa mengeluarkan suara sedikit pun, takut keberadaannya terdeteksi oleh manusia misterius bernama Sean itu.
Akhirnya, dengan helaan napas lega, para raja monster roh menyaksikan Sean keluar dari kawasan inti mereka. Mereka segera memulihkan kembali perisai pelindung untuk wilayah masing-masing, yang bulan lalu hancur akibat ulah Sean yang membangun rumah tepat di perbatasan semua wilayah kekuasaan mereka.
Kini, Sean telah berada di wilayah luar hutan keramat. Namun, kebingungan melandanya. Bagaimana mungkin ia terlihat keluar dari dalam hutan keramat yang seharusnya mustahil untuk dilewati manusia biasa?
Tak ingin menimbulkan kecurigaan bagi siapa pun yang mungkin melihatnya, Sean memutuskan untuk melanjutkan perjalanan lebih jauh dan mengambil jalan biasa, meskipun itu berarti memakan waktu yang lebih lama.
Selama perjalanan di jalanan umum, Sean merasa bosan. Pemandangan yang monoton dan suasana yang tenang jauh berbeda dari cerita-cerita yang sering ia dengar tentang perjalanan melalui hutan yang penuh rintangan, perampok, atau serangan monster roh.
Kehidupannya memang terasa datar setelah ia menarik diri dari interaksi dengan manusia. Dulu, ia sering mengalami kekerasan fisik dan emosional di tengah-tengah mereka. Namun, bayangan untuk kembali berbaur dengan manusia membuatnya takut akan pengalaman yang lebih buruk.
Ia tahu betul, bangsanya memiliki sisi gelap yang mengerikan, tersembunyi di balik topeng kepolosan atau kebaikan. Terlebih lagi, dengan yang namanya perempuan...
Ihhhhh...
Membayangkannya saja membuat bulu kuduk Sean berdiri. Ia memilih untuk memfokuskan diri pada jalan di depannya, berusaha mengusir pikiran-pikiran yang membuatnya tidak nyaman.
Namun, ketenangannya kembali terusik ketika telinganya menangkap suara teriakan melengking yang memecah keheningan.
"Tolong... tolong... tolong...!"
Sean sontak menoleh ke belakang dan terkejut melihat seorang wanita berlari panik ke arahnya dengan pakaian compang-camping. Tanpa ragu, ia menghentikan kereta kudanya dan turun untuk melihat apa yang terjadi.
Wanita itu, dengan napas tersengal-sengal, berhenti di hadapan Sean dan langsung bersembunyi di belakang tubuhnya yang tegap, tubuhnya bergetar hebat.
Sean masih diliputi kebingungan, namun suara gerombolan pria yang mendekat dengan langkah kaki kasar dan pedang terhunus di tangan menjelaskan segalanya.
Mereka menatap wanita yang bersembunyi di belakang Sean dengan pandangan mesum.
"Halo, tampan," sapa seorang pria dengan senyum menjijikkan yang tampak seperti pemimpin gerombolan itu.
"Apakah kamu bisa menyerahkan wanita itu kepada kami? Kamu bisa mendapatkan 'kenikmatan' dari kami jika mau bekerja sama."
Rasa jijik yang mendalam langsung menghantam Sean.
Tanpa mengeluarkan sepatah kata pun, ia bergerak cepat. Tatapan matanya yang tadinya santai berubah menjadi tajam dan bengis.
Ia meraih ranting kering di tanah dan dengan gerakan kilat menebaskannya ke arah kemaluan para pria itu satu per satu. Anehnya, mereka hanya bisa menerima serangan itu dengan jeritan kesakitan yang tertahan. Kemudian, dengan dingin, Sean menusukkan ujung ranting yang lebih kecil ke mata setiap pria, membuat darah segar mengalir deras.
Untuk mengakhiri semuanya, ia menguliti mereka perlahan, membiarkan mereka merasakan setiap detik rasa sakit yang tak terperi.
Setelah puas dengan pembalasannya yang mengerikan, Sean berbalik dan mendapati wajah pucat pasi wanita yang tadi ketakutan. Dengan ekspresi datar, Sean mengeluarkan sebuah kantung berisi beberapa koin emas, makanan, dan sehelai pakaian wanita.
"Kamu bisa pergi dari sini dengan aman. Tapi sebaiknya jangan mengikutiku," ucap Sean dengan nada dingin sebelum berbalik dan meninggalkan wanita itu yang masih gemetar ketakutan, menahan napasnya seolah tak percaya dengan apa yang baru saja ia saksikan.
"Ba... bagaimana bisa aku bertemu dengan manusia semengerikan itu?" gumam wanita itu dengan tubuh bergetar hebat. Dengan susah payah, ia meraih kantung yang ditinggalkan Sean.
Matanya kemudian tertuju pada tulisan kasar yang terukir di batang pohon besar di dekatnya:
'Manusia yang dikendalikan nafsu, apalagi nafsunya yang sudah keluar dari kodrat manusia, sudah sepantasnya mendapatkan hukuman seperti ini, bahkan sepertinya lebih lagi. Jika saja aku menemukan orang seperti ini lagi, bersiap-siaplah untuk mendapatkan penderitaan yang lebih seperti para manusia biadab itu.'
Wanita itu terisak tertahan setelah membacanya. Rasa takut yang mendalam mencengkeram hatinya, sebuah trauma yang mungkin akan membekas seumur hidup.
Ia sering mendengar tentang orang-orang yang menyukai sesama jenis, dan kini ia membayangkan nasib mereka jika bertemu dengan manusia sesadis dan menakutkan seperti Sean. Dengan langkah tertatih-tatih, ia berusaha menjauhi tempat mengerikan itu.
Sementara itu, Sean telah tiba di sebuah desa dan disambut oleh seorang anggota militer yang dikenalnya, yang sudah menunggunya.
Sean turun dari kereta kuda dan menjabat tangan pria itu. "Apa kabar, Bang? Apakah dirimu sudah lama menungguku?"
"Hehehe... tidak juga, Sean. Tapi... Sang Agen, apakah kamu baik-baik saja? Kenapa tubuhmu penuh darah?" tanya pria yang merupakan senior Sean, namun masih berpangkat prajurit di bawah seorang jenderal besar.
Ia heran melihat penampilan Sean yang tidak seperti biasanya.
Sean menatap tangannya yang berlumuran darah, lalu tertawa kecil. "Hahaha... ah, ini tadi aku bertemu dengan hewan pengganggu yang menjijikkan. Sekalian saja kubereskan agar tidak mengganggu orang lain yang lewat." Dengan santai, Sean mengajak seniornya itu untuk pergi menuju penginapan.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!