Joana Alisa, gadis yang baru saja genap berusia 17 tahun. Joana tinggal sendiri di rumah yang ia sewa selama tinggal di kota JKT. Joana memang tidak tinggal dengan kedua orang tuanya. Joana memilih untuk tinggal sendiri dan meniti karir sebagai model di usianya yang masih sangat muda. Dia bahkan belum tamat SMA.
Tapi sore ini Joana tidak tau apa dirinya masih bisa melanjutkan cita citanya atau tidak.
Empat benda yang ada di meja belajarnya membuat Joana terdiam tanpa kata. Tubuhnya kaku dan sangat sulit untuk di gerakkan.
4 tes pek itu menunjukkan bahwa Joana positif hamil.
“Aku hamil...” Hanya itu saja suara lirih yang keluar dari bibir pucatnya.
****
Keesokan harinya Joana bangun dengan posisi tidur duduk di kursi dan kepala yang ber-bantalkan kedua tangannya sendiri.
Lagi, 4 tespek dengan hasil yang sama itu menjadi pemandangan pertama yang Joana lihat pagi ini.
Bak orang bodoh, Joana hanya diam. Tapi bukan berarti gadis cantik itu tidak punya pikiran apa apa pagi itu. Joana tau setiap sesuatu yang dia lakukan pasti akan ada konsekuensinya. Dan apa yang terjadi sekarang adalah akibat dari pergaulan bebasnya.
Beberapa menit merenung sambil menatap 4 tespek itu, Joana akhirnya beranjak. Joana sadar diam tidak akan menyelesaikan masalah besarnya.
“Oke... Tenang Joana.. Kamu harus tenang..” Gadis berambut coklat terang itu bergumam sendiri.
Joana menatap pantulan dirinya di cermin yang ada di kamar mandi. Apa yang terjadi pada dirinya sekarang tidak akan membuatnya tumbang apa lagi sampai putus asa. Kehidupan keras yang dia jalani membuat pikiran nya jauh lebih dewasa dari umurnya.
“Dante... Dia harus tau tentang ini.” Hela napas Joana pelan.
Joana yakin dia hanya melakukannya dengan Dante, mantan pacarnya. Bahkan saking bebasnya mereka berdua pacaran mereka sampai beberapa kali melakukan hal tersebut. Dan sekarang hasil dari apa yang mereka lakukan sudah terlihat.
Joana hamil setelah hubungan mereka berakhir.
****
Di sekolah.
“Dante udah 4 harian ini nggak masuk. Katanya sih lagi liburan ke luar negeri.” Nathan, sahabat dekat Dante memberitahu Joana tentang dimana Dante pagi itu pada Joana yang memang setelah putus tidak pernah lagi bertemu.
Mereka memang satu sekolah, namun tidak satu kelas.
“Begitu ya?” Joana berdecak pelan. Joana yakin Dante lah ayah dari janin yang sedang dia kandung. Karena satu satunya pacar yang tidur dengannya hanya Dante. Sekali lagi, mereka berdua melakukan itu berkali kali.
“Kenapa? Kangen ya sama Dante?” Nathan menaik turunkan alis menggoda Joana. Natha tau betul bagaimana keduanya berhubungan.
“Apaan sih?” Dengan mimik wajah kesal Joana berlalu. Dia memilih untuk tidak memberitahu siapapun dulu tentang kehamilan nya. Dalam benak Joana harus Dante lah yang tau lebih dulu tentang kehamilan nya sebelum orang lain.
Joana mencoba menghubungi Dante, namun nomornya sudah tidak aktif lagi. Joana berpikir mungkin Dante sudah mengganti nomornya. Sebenarnya Joana bisa saja datang ke rumah Dante. Tapi Joana merasa tidak sepantasnya dia mendatangi Dante ke rumah nya untuk membicarakan tentang kehamilan nya.
Takut, bingung, sedih semuanya Joana rasakan. Beberapa hari Joana terus berpikir keras bagaimana caranya supaya dia bisa bertemu dengan Dante. Joana bahkan rutin melewati kelas Dante berharap bisa menemui Dante.
Namun sayangnya Dante benar benar hilang bak di telan bumi. Tanpa kabar setelah mereka berdua memilih untuk mengakhiri hubungan.
“Brengsek !!” Umpat Joana kesal.
Karena tidak kunjung ada kabar dari Dante, Joana pun nekat mendatangi rumah Dante. Kebetulan Dante juga tinggal seorang diri. Dante Memilih hidup mandiri dan menjauh dari kedua orang tuanya yang memang sudah tidak bersama lagi. Mereka sudah bercerai dan sibuk dengan bisnisnya sendiri sendiri. Sedang Dante, dia hidup seperti anak sebatang kara yang sudah tidak memiliki kedua orang tua. Meski memang segala kebutuhan nya tercukupi, namun tidak dengan kasih sayang yang sama sekali tidak Dante dapatkan. Itu karena kedua orang tuanya yang selalu sibuk sendiri sendiri.
Joana keluar dari taksi. Dia kemudian membuka pintu gerbang kediaman Dante dan masuk begitu saja. Meski belakangan Joana sudah tidak lagi wara wiri, namun Joana tetap bisa bebas masuk karena memang Dante tidak melarang.
Joana berhenti melangkah begitu sampai di pintu utama rumah Dante. Dia menarik napas dalam dalam sebelum akhirnya menghembuskan nya dengan kasar.
“Apapun yang terjadi, Dante harus tau tentang ini.” Batin Joana penuh tekad. Joana akan memperjuangkan apa yang menjadi haknya sebagai gadis yang di hamili oleh mantan kekasihnya. Dante harus bertanggungjawab.
Setelah tekad nya kembali penuh bahkan bertambah, Joana pun mengetuk pintu rumah Dante. Namun beberapa kali mengetuk, Dante tidak juga kunjung keluar. Joana yang memang tidak sabaran pun memutuskan untuk membuka pintu rumah Dante yang ternyata memang tidak di kunci.
Tanpa berpikir panjang Joana pun masuk. Begitu dia menginjakkan kakinya di ruang tengah, alangkah terkejutnya Joana melihat Dante yang sedang bercumbu mesra dengan seorang gadis yang tidak lain adalah Lea, sahabat Joana sendiri.
Joana terpaku di tempatnya berdiri. Detak jantung nya bahkan seperti berhenti sesaat melihat kenyataan menyakitkan di depannya. Lea adalah sahabat yang paling Joana percaya. Bahkan Joana berniat menemui Lea untuk meminta solusi atas masalahnya. Tapi sekarang bahkan Lea terlihat begitu lihai bercumbu dengan Dante, mantan pacar Joana yang juga adalah ayah kandung dari janin yang sedang Lea kandung. Ya, Joana sangat yakin Dante lah ayah biologisnya karena memang Joana hanya melakukannya dengan Dante saja.
“Kalian...”
Tidak mendengar suara Joana, Dante dan Lea pun terus asik dengan kegiatan panasnya diatas sofa. Mereka tidak menyadari kehadiran Joana.
Merasa muak dengan apa yang Dante dan Lea lakukan, Joana pun meraih vas bunga yang berada diatas meja tidak jauh dari tempatnya berdiri. Joana kemudian melemparkannya tepat di depan sofa yang sedang menjadi tempat pergumulan panas mantan kekasih juga sahabat nya itu.
Praaaankkkk !!
Dan berhasil. Suara keras pecahnya vas bunga itu membuat Dante dan Lea refleks menghentikan aktivitas panasnya. Saat itu juga mereka berdua menyadari kehadiran Joana.
Lea yang memang hampir polos pun segera menutupi bagian tubuhnya dengan jaket Dante. Sementara Dante, dia menatap Joana dengan tatapan terkejut.
“Jadi ini yang membuat kamu berpaling Dante?” Meski sedang menahan tangis, namun Joana berusaha tetap tenang.
“Kamu juga Lea.. Ternyata kamu bukan sahabat aku..” Joana beralih menatap Lea yang tidak tau harus berkata apa.
“Selama ini aku begitu bodoh karena percaya sama kalian. Kalian brengsek. kalian nggak pantes untuk aku kenal.”
Dengan rasa sakit dan kecewa yang begitu dalam, Joana pun berlari keluar dari rumah Dante. Air mata sudah tidak bisa Joana bendung lagi. Bahkan laju air matanya seolah sedang berlomba dengan laju lari Joana menjauh dari kediaman Dante.
Joana hancur sehancur hancurnya. Joana merasa di khianati. Joana merasa di tusuk dari belakang oleh sahabatnya sendiri.
Jika saja yang dia sedang bersama Dante bukan Lea sahabat nya mungkin Joana tidak akan sehancur ini.
****
“Bagaimana ini?” Lea mulai tidak tenang setelah ke gep sedang bermesraan dengan Dante, mantan kekasih dari sahabat nya sendiri, Joana.
Lea mondar mandir di depan sofa dengan menggigit kuku jarinya. Dia memikirkan kemungkinan buruk yang akan terjadi nantinya yang pasti akan berimbas pada hubungan persahabatan nya dengan Joana.
“Bagaimana apanya? Ya sudah biarkan saja lah. Toh kita juga berhubungan setelah aku dan dia selesai kok. Kamu nggak perlu lah merasa se khawatir itu sama Joana. Joana sudah besar. Dia bukan anak kecil lagi. Dia pasti bisa menjaga dirinya sendiri.” Meski sempat terkejut karena Joana memergokinya sedang bermesraan dengan Lea, namun akhirnya Dante bisa tenang karena memang dirinya bersama Lea setelah putus dari Joana.
“Dante, kenapa kamu bisa setenang itu? Joana itu sahabat aku. Kamu mikir nggak sih bagaimana perasaan dia melihat apa yang kita lakukan tadi?” Lea mulai kesal. Dante terlalu santai menurutnya. Dante terkesan tidak memikirkan sedikitpun perasaan Joana.
Malas berdebat, Dante pun hanya melengos. Dante merasa sudah tidak ada lagi urusan dengan Joana. Hubungan nya sudah selesai. Dan itu juga murni karena kesalahan Joana yang terlalu sibuk dengan karir dan bisnis yang sedang di rintis nya.
“Aku harus jelasin sama Joana. Aku nggak mau persahabatan aku sama Joana rusak hanya karena masalah sepele seperti ini.” Lea bergumam penuh tekad. Tidak perduli akan reaksi Joana nantinya, Lea akan tetap menjelaskan semuanya.
Lea melirik Dante yang terlihat tidak perduli. Gadis itu kemudian meraih cardigan warna pink-nya lalu melangkah menjauh dari Dante yang duduk santai di sofa panjang tempat mereka berdua ketahuan bermesraan tadi.
Tanpa berkata sepatah katapun Lea berlalu keluar dari kediaman Dante. Lea berniat menyusul Joana dan menjelaskan semuanya.
****
Sementara itu di jalanan Joana terus berlari sambil menangis. Joana bahkan lari tak tentu arah. Gadis itu tidak perduli dengan orang orang yang menatap nya aneh. Hatinya benar benar sakit, bahkan hancur melihat Mantan kekasih nya bermesraan dengan sahabat yang sangat dia percaya. Di tambah lagi sekarang dirinya sedang hamil. Hamil anak dari mantan kekasihnya yang brengsek.
“Brengsek ! Kalian brengsek !!” Umpat Joana sambil terus menangis terisak.
Terlalu lama berlari, kaki Joana pun melemas. Dia jatuh terduduk di tepi jalan kompleks perumahan tempat Dante tinggal. Gadis itu menangis sampai seluruh tubuhnya bergetar. Isak tangisnya menggambarkan rasa penyesalan yang begitu dalam atas apa yang sudah dia lakukan dengan Dante saat masih pacaran.
Joana menangis begitu lama hingga akhirnya kesadaran nya menghilang.
Joana pingsan di tepi jalan sepi itu dengan posisi meringkuk.
Tak lama setelah tubuh Joana ambruk, sosok lain datang. Dia adalah cowok tampan dengan seragam putih abu abu. Sebenarnya sosok itu sudah dari tadi mengawasi Joana dari kejauhan.
“Dasar bodoh.” Decaknya.
Cowok yang masih lengkap mengenakan seragam sekolah beserta atributnya itu kemudian mengangkat tubuh Joana dan memasukan ke dalam mobilnya. Dia membawa Joana yang tidak sadarkan diri pergi dari tempat sepi itu.
Joana mengerjapkan beberapa kali kedua matanya untuk menyesuaikan pandangan nya dengan cahaya silau lampu yang begitu terang. dan begitu kesadaran nya pulih, Denyutan ngilu di kepalanya langsung terasa begitu hebat.
Joana meringis sembari berusaha bangkit dari posisi berbaring nya.
“Kamu masih lemah. Sebaiknya jangan dulu banyak bergerak.” Suara berat itu membuat Joana tersentak. Refleks Joana menoleh dan mendapati sosok tampan yang tentu Joana ketahui siapa.
“Kamu...”
Sosok tampan itu menoleh membalas tatapan penuh keterkejutan Joana kemudian tersenyum manis.
“Dokter sudah memeriksa keadaan kamu. Dia juga memberikan vitamin untuk kamu.”
Joana menelan ludah. Dia masih berusaha mencerna ucapan sosok tersebut.
“Daniel, apa maksud kamu?” Tanya Joana kemudian. Meski begitu kenyataan bahwa dirinya sedang hamil membuat Joana deg degan. Joana tidak ingin siapapun tau tentang kehamilan nya.
“Aku sudah tau semuanya. Aku juga tau siapa ayah dari janin yang sedang kamu kandung Joana.”
Ucapan itu membuat jantung Joana berhenti sejenak. Bagaimana mungkin ada orang lain tau tentang apa yang bahkan belum Joana beritahukan pada siapapun.
“Apa maksud kamu?”
“Jangan pura pura bodoh Joana. Kamu nggak bisa mengelak lagi. Kamu hamil anak Dante kan? Dan sekarang Dante bersama Lea, sahabat kamu.”
Joana menggeleng tidak percaya. Bagaimana mungkin Daniel yang sebagai adik kelasnya tau segala permasalahan yang sedang Joana hadapi sekarang.
“Aku bisa bantu kamu.” Lanjutnya dengan tenang.
Joana tidak berkata apa-apa. Dia masih sangat terkejut dengan apa yang di dengarnya.
“Aku akan bertanggung jawab. Tidak masalah meski anak itu bukan anak aku.”
Mata Joana terbelalak. Lelucon apa yang sedang dia dengar sekarang. Daniel yang notabenenya adalah adik kelasnya yang bahkan usianya lebih muda darinya mengatakan akan bertanggung jawab atas kesalahan yang tidak pernah dia lakukan.
“Jangan bercanda. Aku tidak akan membawa nama orang lain dalam masalahku. Aku juga tidak mau menyusahkan orang lain.” Tegas Joana.
Daniel terkekeh geli.
“Kamu nggak punya pilihan lain Joana.” Katanya.
Joana tersenyum miring.
“Kamu salah. Aku punya banyak pilihan untuk melanjutkan hidup ini. Jadi entah itu kamu atau siapapun tidak bisa mengatur hidupku.” Tegas Joana.
Sejujurnya Joana memang tidak tau harus bagaimana. Tapi bukan berarti Joana akan begitu bodoh mengambil keputusan. Apa lagi jika harus mengulangi kesalahan untuk yang kedua kalinya. Terlebih dirinya juga tidak tau siapa dan bagaimana seorang Daniel. Yang Joana tau hanya Daniel adalah adik kelas di sekolah tempatnya menimba ilmu.
“Benarkah begitu? Memangnya siapa lagi yang akan kamu percaya selain aku disini? Sahabat kamu Lea? Atau pacar, ah maksudku mantan pacar kamu yang brengsek itu?”
Joana menatap Daniel dengan rahang mengeras. Kedua manusia brengsek itu memang sudah tidak bisa di percaya lagi. Sahabat dan mantan pacarnya mereka sama sama tidak punya perasaan.
“Sudahlah Joana.. Dengarkan apa kataku. Kamu tidak akan menyesal. Aku jamin.” Daniel berusaha meyakinkan Joana.
Ya, sejak dulu memang Daniel sangat mengidolakan Joana, bahkan Daniel juga memiliki perasaan spesial untuk Joana. Dan dengan adanya masalah ini Daniel merasa dirinya sudah seharusnya bertindak. Bukan hanya karena rasa ingin memiliki saja dirinya berniat bertanggungjawab atas janin yang sedang Joana kandung. Tapi juga karena rasa ingin melindungi. Perasaan Daniel tulus apa adanya tanpa ada niat terselubung sedikitpun atas Joana. Tidak masalah meskipun Joana sudah begitu jauh dalam berhubungan dengan mantan kekasihnya, Dante.
“Dasar gila !!” Umpat Joana penuh amarah.
Tidak mau berlama lama bersama Daniel, Joana pun lekas bangkit kemudian turun dari ranjang mewah itu. Dengan sisa tenaga yang dia miliki, Joana pun melangkah keluar dari kamar Daniel kemudian berlalu meninggalkan kediaman mewah itu.
Daniel yang tidak mau sesuatu yang tidak di inginkan terjadi pun segera menghubungi seseorang untuk mengikuti Joana dan memastikan Joana baik baik saja.
“Ikuti dia. Pastikan dia selalu baik baik saja.” Perintah Daniel pada seseorang yang ada di seberang telepon.
Daniel kemudian kembali memasukan ponselnya ke dalam saku celana rumahan yang dia kenakan. Dia menghela napas. Meski dirinya tidak ada hubungan darah dengan janin yang sedang Joana kandung saat ini, namun Daniel tidak keberatan jika harus menganggap nya sebagai darah daging nya sendiri nantinya. Lagi pula Dante dan Joana sudah tidak lagi bersama. Di tambah profil keluarga Dante yang cukup buruk membuat Daniel yakin Joana dan anaknya tidak akan aman jika bersama mereka.
“Joana... apapun alasannya kamu harus bersamaku.” Batin Daniel yang memang tidak menerima penolakan apapun dari Joana.
Joana memang menolak dengan keras. Tapi itu tidak menyurutkan niat Daniel untuk bertanggung jawab.
*****
Beberapa hari setelah kejadian itu Joana pun mengurung dirinya di rumah. Joana sama sekali tidak keluar sama sekali bahkan untuk sekedar berjemur di pagi hari.
Hal itu membuat si mbok yang bekerja dengan Joana bertanya tanya. Pasalnya tidak biasanya Joana murung seperti itu. Apa lagi Joana adalah gadis yang periang dan ramah pada siapa saja.
“Eum.. Sarapan nya sudah siap non...” Suara si mbok berhasil mengalihkan perhatian Joana.
“Nanti saja mbok.” Jawaban yang sama selama beberapa hari keluar dari bibir pucat Joana. Suaranya bahkan terdengar sangat tidak bersemangat.
Si mbok menghela napas pelan. Dia sangat khawatir pada majikan cantiknya itu.
“Non harus sarapan. Beberapa hari ini non tidak semangat makan. Non tidak bekerja, non juga tidak sekolah. Kalau boleh si mbok tau, apa non sedang ada masalah?” Si mbok berkata dengan suara sangat lembut. Wanita tua itu sudah sangat mengenal bagaimana Joana. Apa lagi selama ini papah Joana yang tinggal di luar negeri juga sangat percaya padanya.
Joana menghela napas pelan. Beberapa hari berpikir mencari jalan keluar namun sampai sekarang Joana belum juga menemukannya. Joana malah semakin bingung. Joana merasa sendiri dan tidak ada tempat untuk bercerita.
“Aku kangen sama mamah mbok..” Jawab Joana sedih. Joana tidak sepenuhnya berbohong karena memang dirinya juga sangat merindukan mendiang sang mamah yang sudah 5 tahun ini tidak ada di sampingnya.
Si mbok tersenyum simpul. Entah kenapa si mbok merasa bukan hanya itu masalah yang sedang di hadapi Joana.
Pelan pelan si mbok mendekati Joana yang duduk di sofa panjang di kamarnya. Wanita tua itu mengusap lembut bahu Joana.
Joana yang mendapat usapan lembut dari si mbok pun menangis. Pertahanan nya runtuh saat itu juga. Joana langsung terisak dan memeluk si mbok erat.
“Aku takut mbok... Hiks hiks...” Tangis Joana dengan tubuh bergetar.
Si mbok yang sedikitpun tidak tau permasalahan yang di hadapi Joana hanya bisa membalas pelukan erat Joana sembari mengusap usap lembut punggung Joana. Si mbok berharap hal itu bisa membuat Joana sedikit tenang dan tidak merasa sendiri.
TBC
Guys jangan lupa tinggalkan jejak ya..
Like dan komentar
Kritik dan saran di butuhkan disini🥰
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!