NovelToon NovelToon

Princess & Prince

Pameran

Agatha bersama Bi Nora pergi mengunjungi sebuah pameran lukisan. Dari sekian banyak lukisan yang ada di sana, Agatha hanya tertarik pada satu lukisan, yaitu lukisan yang di beri judul ''Calla Lily'. Lukisan yang melambangkan kesucian, kemurnian, ketulusan, kepolosan, kehidupan dan kebahagiaan.

"Agatha, kau tertarik dengan lukisan ini, ya?" tanya Bi Nora. Hingga Agatha jadi tersadar kalau sejak tadi dia sudah berdiri sangat lama sambil menatap lukisan itu.

"Bi, lukisan ini sangat indah. Aku suka sekali melihat lukisan ini," kata Agatha dengan wajah berseri sambil tersenyum manis pada Bibi nya.

"Kau tahu tidak, siapa pelukisnya?" tanya Bibi lagi pada keponakan nya itu.

"Tidak" jawab Agatha sambil menggelengkan kepalanya.

"Namanya Val Mahendra, dia adalah pelukis muda yang sangat berbakat saat ini. Dia sudah mendapatkan banyak sekali penghargaan dengan otaknya yang brilian itu dan dia juga seumuran dengan mu Agatha," ucap Bibi sambil tersenyum.

"Wahh hebat sekali!" Agatha sangat kagum dan terkejut mendengar cerita dari Bibinya, apalagi mengetahui Val seumuran dengannya tapi sudah begitu hebat, beda dengan dirinya yang tidak memiliki bakat walaupun Agatha juga sangat suka melukis.

"Bi, apakah Val itu orang Indonesia?" tanya Agatha.

"Benar, Val itu berasal dari Indonesia tapi dia sudah tiga tahun tinggal di Amerika bersama ayahnya. Val itu mewarisi bakat ayahnya yang juga seorang pelukis terkenal yaitu Gilang Mahendra," ucap Bibi dengan mata berbinar-binar.

Agatha sempat berpikir "kenapa Bibi bisa tahu begitu banyak tentang mereka, apakah bibi mengenal nya?" batin Agatha.

"Gilang Mahendra itu bukankah pelukis terkenal di Indonesia?" tanya Agatha karena ia merupakan salah satu penggemar lukisan Tuan Gilang.

Bi Nora mengangguk. "Ya, dan Val adalah anaknya Gilang Mahendra."

"Aku sudah belajar melukis dari sepuluh tahun yang lalu, tapi aku tidak akan bisa sehebat Val. Aku kan hanya pelukis pemula," Keluh Agatha tidak percaya diri.

Bibi menepuk-nepuk pelan kepala Agatha sambil tersenyum. "Kau pasti bisa, asal kau berlatih dengan tekun dan mungkin suatu saat nanti, Agatha juga bisa bertemu dengannya," ucap Bibi dengan percaya diri.

"Aku tidak mengerti maksud Bibi, bertemu? Apa mungkin itu bisa terjadi?" batin Agatha

Itulah kata-kata yang Bibi ucapkan pada Agatha saat kelas 3 SMP, hingga akhirnya ia pun belajar melukis dengan tekun dan mempunyai semangat hidup lagi setelah putus cinta dengan seorang pria.

Saat kelas 3 SMA, Agatha pun mengikuti perlombaan melukis antar sekolah dan memenangkan perlombaan itu sebagai juara pertama. Tapi sayang sekali, Bibi tidak datang ke acara itu karena sedang ke luar negeri untuk mengurus pekerjaannya. Ketika ulang tahunnya, Bibi baru pulang untuk menjenguknya dan itu pun saat Agatha sudah lulus SMA.

"Agatha! How are you? Sudah lama aku tidak melihat keponakanku ini," ucap Bibi sambil memeluk Agatha dengan erat.

"Kapan Bibi pulang dari Amerika?" Agatha terkejut melihat kehadiran sang Bibi yang tiba-tiba pulang tanpa memberi kabar terlebih dahulu.

"Semalam," ucapnya sambil tertawa.

"Kenapa Bibi baru pulang setelah lama menghilang tanpa kabar?" keluh Agatha sambil cemberut.

"Maaf, pekerjaan Bibi banyak sekali."

Agatha memasang wajah cemberut. "Bibi tidak tahu kan kalau aku menang lomba melukis kemarin."

"Bibi sudah tahu kok, dan Agatha menang sebagai juara pertama kan?"

Tinggal Bersama

"Kok bisa? Padahal aku mau kasih kejutan buat Bibi," Agatha kecewa, padahal ia ingin melihat reaksi Bibinya setelah tahu bahwa ia menang lomba dan keluar sebagai juara pertama.

"Ibumu yang memberitahuku dan Bibi sudah yakin kau pasti bisa memenangkan perlombaan itu," ucap Bibi sambil tersenyum karena tebakannya benar.

"Ini semua berkat Bibi yang selalu mendukungku sampai saat ini," ucap Agatha kemudian memeluk Bibinya.

"Agatha kan keponakan kesayangan Bibi. Oh yah! Bibi bawa hadiah untukmu, selain sebagai kado ulang tahun juga sekaligus untuk kemenangan mu," ucap Bibi sambil melepaskan pelukan Agatha dan pergi untuk mengambil kado nya.

"Benarkah? Mana?" tanya Agatha tidak sabar, karena kali ini Bibi bisa dimaafkan karena tidak melupakan hari ulang tahunnya.

"Ini dia, ayo bukalah,"

Agatha pun segera membuka kado besar itu dan begitu terkejut karena Bibi memberikannya sebuah lukisan. Lukisan itu adalah lukisan yang ia lihat tiga tahun yang lalu di pameran lukisan. Lukisan itu berjudul 'Calla Lily' yang sangat ia kagumi.

Mata Agatha terbelalak. "I-ini, Ini kan?" Agatha hampir tak percaya dan sangat terharu, karena Bibi memberikannya hadiah sebagus itu untuknya.

"Apa kau suka?" tanya Bibi.

"Suka sekali, sangat suka... bagaimana Bibi bisa mendapatkan lukisan ini?" tanya Agatha heran dan sangat penasaran.

"Rahasia," jawab Bibi hingga membuat Agatha semakin penasaran.

"Terimakasih ya Bi," Agatha kembali memeluk Bibinya, Bibi memang sangat baik, walaupun sudah berusia 30 tahun, tetapi ia masih kelihatan sangat muda dan cantik. Perempuan itu juga belum menikah, karena sebagai model terkenal ia suka berpetualang dan gonta-ganti pasangan.

"Agatha, sebentar lagi kan kau mau masuk kuliah, bagaimana kalau kau tinggal bersama Bibi saja? Kampusmu kan dekat dengan rumah Bibi," ucap Bibi padanya.

"Bibi serius mau ngajak aku tinggal bersama?" Agatha tak percaya dengan ajakan Bibinya itu.

"Di rumah itu Bibi hanya tinggal sendiri jadi sangat membosankan dan tidak punya teman ngobrol. Agatha mau kan tinggal bersama Bibi?," bujuknya dengan wajah memelas.

Agatha ragu, mata hitamnya menyipit mencermati wajah Bibinya itu. "Kenapa Bibi tiba-tiba menyuruhku untuk tinggal bersama? Bukankah selama ini Bibi suka hidup seorang diri saja tanpa ada yang mengganggu," ucap Agatha tidak mengerti dengan perubahan jalan pikiran Bibinya yang begitu tiba-tiba.

"Ya.... bisa saja kan suatu saat nanti Bibi merasa bosan tinggal sendiri," ucap Bibi mencoba memberikan alasan.

"Kalau begitu, kenapa Bibi tidak menikah saja?" tanya Agatha.

"Bibi masih senang hidup seperti ini dan merasa nyaman, seharusnya kau yang cari pacar, kau kan sudah berumur 19 tahun" ucap Bibi nya.

"Aku mau seperti Bibi saja tidak menikah" ucap Agatha yang pasti akan membuat Bibinya marah.

"Kau ini jangan bicara sembarangan! Bagaimana kalau mama mu dengar!"

"Aku ini tidak secantik Bibi dan tidak punya tubuh sebagus Bibi yang seorang model, mana ada cowok yang tertarik denganku, gadis pendek dan berkacamata tebal." jelas Agatha.

"Apa kau masih tidak bisa melupakan kejadian tiga tahun yang lalu?" tanya Bibi yang mengungkit masa lalu yang ingin sekali Agatha lupakan.

"Aku sudah melupakannya, hanya saja aku tidak mau pacaran lagi," ucap Agatha dengan wajah serius.

"Tenang saja, Bibi yakin suatu saat nanti pasti akan ada pangeran tampan yang akan menyukaimu Agatha," ucap Bibi meyakinkan Aletta.

Anak?

"Aku tidak mau menikah!" ucap Agatha dengan percaya diri.

"Tapi kau mau kan tinggal bersama Bibi?" tanya Bibinya lagi.

"Aku setuju saja kalau Mama mengizinkan ku untuk tinggal bersama Bibi" ucap Agatha

"Tenang saja, Bibi yang akan bicara pada mama mu jadi sekarang lebih baik kau siapkan barang-barang mu. Besok ikut Bibi pulang ke rumah," kata Bibinya dengan penuh semangat.

"Kenapa secepat itu? Ini kan masih liburan," Agatha tak percaya kenapa Bibinya itu begitu terburu-buru ingin mengajaknya tinggal bersama.

"Lebih cepat, lebih baik Agatha!" ucapnya sambil tersenyum.

"Bibi ini aneh deh" Agatha mengernyitkan wajah dan sedikit memiringkan kepalanya menatap Bibi dengan curiga.

"Bibi mau temui mama mu dulu" ucap Bibinya kemudian pergi meninggalkan Agatha.

"Yakin sekali akan diizinkan" gumam Agatha.

...****************...

Akhirnya Agatha pindah juga ke rumah Bi Nora, ia tak menyangka mamanya bisa secepat itu memberikan keputusan dan tanpa syarat pada Bibi hingga mau mengizinkannya tinggal bersama Bibi nya.

"Selamat datang di rumah Bibi!" ucap Bi Nora dengan senang.

"Kalau ada Agatha pasti tidak akan bosan lagi," ucap Bibinya.

"Aku mau ke kamar dulu mau membereskan semua barang-barangku" ucap Agatha yang hendak menarik kopernya.

"Tunggu sebentar! Ada yang mau Bibi kenalkan padamu" Bibi dengan cepat mengambil alat pengeras suara.

"Apa?" Agatha mengerutkan dahinya tidak mengerti maksud Bibi dengan mengenalkan, bukankah selama ini Bibinya tinggal sendirian kecuali pembantu rumah, lalu siapa yang akan dikenalkannya? Apa pacar baru Bibi?

"Anak-anak, semuanya turun ke bawah sekarang juga!" teriak Bibi dengan keras melalui alat pengeras suaranya itu.

"Ha? Anak-anak? Sejak kapan Bibi punya anak?" Agatha tampak terkejut karena Bibi semakin membuatnya bingung.

Dari lantai dua, keluarlah tiga pria tampan dari kamarnya masing-masing yang kelihatan masih seumuran dengan Agatha.

"Ada apa sih? Pagi-pagi sudah teriak-teriak gak jelas," keluh pria yang menurut Agatha memiliki wajah yang sangat manis dan cantik dengan rambutnya yang agak gondrong. Tapi kelihatannya rambut pria itu lebih bagus dan halus dari rambutnya sendiri yang tak pernah ia rawat seperti kebanyakan perempuan lainnya yang suka melakukan perawatan di salon. Ia sudah lama tak pernah ke salon dan ia sendiri juga sudah lupa kapan terakhir kalinya ia pergi ke salon.

“Kenapa sih, harus panggil kami semua turun?” ucap si cowok yang berambut pirang.

“Semuanya ayo cepat turun sekarang juga!” teriak Bi Nora lagi.

“Iya, iya… apa tidak bisa di pelan kan sedikit suaranya, kupingku bisa sakit nih” sedangkan cowok yang satu lagi hanya bisa mendesah.

Menurut Agatha, mereka semua rata-rata memiliki postur tubuh yang tingginya kira-kira 180 cm.

“Mereka anak Bibi?” tanya Agatha sambil mengerutkan dahinya.

“Tentu saja bukan, mereka bertiga kos di rumah Bibi" ucapnya sambil tertawa.

"Bukankah Bibi bilang padaku kalau Bibi tinggal sendirian di rumah ini? Tapi kenapa sekarang ada tiga pria yang tinggal di rumah ini?” sebelah alis Agatha terangkat ke atas dengan sikap tak percaya.

“Ayolah Agatha, jangan marah pada Bibi” Bi Nora tahu kalau keponakannya sudah sangat marah kepadanya karena telah membohonginya.

"Aku mau pulang saja!” Agatha segera menarik kopernya, tapi dengan cepat Bibi menahan tangannya.

“Masa kau mau pulang begitu saja?” tanya Bibinya mulai panik.

Agatha mengeluarkan suara serak dengan nada kecewa, “Bibi telah membohongiku!”

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!