Ayuna membuka amplop pemberian gaji suaminya, matanya membulat tersisa hanya 3 lembar uang berwarna merah. "Kenapa hanya tinggal segini, Mas?" protesnya.
"Kamu harusnya bersyukur masih aku beri uang belanja, bukankah kamu juga mempunyai uang sendiri?"
"Astaghfirullah, Mas. Meskipun aku bekerja, kamu tidak seharusnya memotong uang belanja untukku!" ujar Ayuna.
"Ayuna, tolong beri pengertian padaku. Gajiku bukan hanya buat kamu saja. Ada ibu dan ayahku juga adikku yang perlu aku bagi," ucap Romi.
"Mas, ayah dan ibumu bekerja. Adik-adikmu juga sudah dewasa, jangan terus berharap padamu," protes Ayuna lagi.
"Sebelum kita menikah, aku sudah membagi rejeki buat mereka jadi kamu harusnya paham!" Romi keluar dari kamar dan menutup pintunya secara kasar membuat Ayuna berjengit kaget.
Ayuna meraup wajahnya dan terduduk di ujung ranjangnya, hampir 10 bulan menikah suaminya tak pernah memberikan gaji utuh. Romi harus membagikan gaji untuk kedua orang tuanya dan 3 adiknya. Padahal ibu mertuanya juga meminta uang kepadanya dengan alasan kebutuhan rumah tangga yang terus menanjak naik jadi perlu tambahan.
Ayuna menikah dengan Romi karena mencintai pria itu, dia begitu tergila-gila kepada Romi meskipun kedua orang tua Ayuna tak merestuinya. Berbagai cara dilakukan Ayuna agar ayahnya mau menikahkan dirinya dengan Romi.
Perjuangan selama 6 bulan akhirnya berhasil, ayah Ayuna bersedia menjadi wali nikah Ayuna. Pernikahan Ayuna dan Romi dilangsungkan di kediaman orang tuanya Romi itu semua karena permintaan ibunya Romi. Ayuna pun tak keberatan dengan keinginan keluarga Romi.
Mahar yang diberikan Romi kepada Ayuna hanya uang sebesar 300 ribu. Biaya lainnya untuk mengurus surat-surat pernikahan semua dari Ayuna.
Ketika hari pernikahan dari pihak Ayuna hanya dihadiri oleh ayahnya Ayuna dan pamannya sedangkan ibunya dan keluarganya yang lainnya enggan datang dengan alasan mereka tak menyukai sosok Romi.
Saat bertemu dengan Ayuna, Romi tak memiliki pekerjaan tetap sehingga Ayuna yang mencarikannya makanya ia mengetahui berapa besaran gaji suaminya.
Ayuna keluar dari kamar dengan wajah sembab sehabis menangis, ia berjalan ke dapur meraih gelas dan menuangkan air teko ke dalamnya. Ayuna meneguknya hingga tuntas.
"Kak Ayuna, aku lapar. Buatkan mie rebus!" perintah Mayang, adik pertama Romi.
"Buat saja sendiri!" Ayuna memilih berlalu dan melangkah kembali ke kamar.
"Kak Ayuna!!" teriak Mayang memanggil.
"Ada apa Mayang? Berisik sekali!!" Romi muncul dari belakang rumahnya.
"Aku minta Kak Ayuna masakan mie rebus tapi dia malah menyuruhku," ucap Mayang.
"Kamu saja yang masak, kenapa harus dia?"
"Kak, aku capek baru pulang kerja. Ibu tidak mempunyai makanan dan aku lapar, aku hanya minta tolong kepadanya."
"Kalau malas beli aja sana!" kata Romi.
"Kak, aku capek dan uangku juga hanya cukup untuk ongkos besok kerja," jelas Mayang.
"Aku akan menyuruhnya!" Romi lantas ke kamarnya dan Mayang tersenyum seringai.
"Cepat buatkan mie rebus untuk Mayang!" perintah Romi menghampiri istrinya yang sedang rebahan sembari memainkan ponselnya.
"Kenapa harus aku?" Ayuna tampak protes.
"Jadi siapa yang aku suruh? Di rumah cuma ada kamu dan aku," kata Romi.
"Kenapa harus aku yang memasaknya? Memangnya Mayang tak bisa melakukannya sendiri?" Ayuna meletakkan ponselnya dan bangkit lalu duduk.
"Dia capek, Yuna. Harusnya kamu sadar kita tinggal di rumah orang tuaku dan kamu harus bantu meringankan pekerjaan mereka," kata Romi lagi.
"Aku juga capek, aku juga kerja dan baru dua jam lalu sampai rumah. Kamu sudah menyuruhku untuk meringankan pekerjaan mereka di rumah, kamu apa enggak mikir perasaan aku, hah?" Ayuna meninggikan suaranya.
"Sekarang kamu sudah berani bicara kasar dengan ku?" Romi menunjuk wajah istrinya.
"Memangnya kenapa? Kamu marah? Kamu ingin memukul?" Ayuna menatap penuh amarah wajah suaminya.
"Aku hanya meminta tolong kamu masakkan makanan untuk Mayang," ucap Romi.
"Aku tidak mau!" tegas Ayuna. "Kamu saja yang masakkan makanan untuk adik kesayanganmu itu!!" lanjutnya.
Romi menaikkan tangannya hendak menampar istrinya.
"Ayo tampar!!!" teriak Ayuna di depan wajah suaminya.
Romi menurunkan tangannya dan memalingkan wajahnya.
"Jika kamu berani memukulku, aku takkan segan meninggalkanmu!!" ancam Ayuna.
"Aku rasa kamu tidak berani meninggalkan ku!" Romi kembali menatap sinis wajah istrinya. Dua tahun lalu Romi ingin memutuskan hubungan dengan Ayuna namun wanita itu merengek agar dirinya membatalkannya. Ya, berkali-kali mereka putus Ayuna selalu membujuknya dan mengejarnya.
"Siapa bilang aku tidak berani?" Ayuna menantang suaminya.
Romi tertawa sinis.
"Aku bisa saja meninggalkanmu!!" ucap Ayuna.
"Ya sudah, pergi sana kalau kamu mau meninggalkan aku!!" tantang Romi.
"Kita lihat saja!!" Ayuna balas menantang.
"Aku yakin kamu akan menyesal dan meminta balik lagi padaku!" ucap Romi begitu percaya diri.
"Kamu mau bukti, hah?" Ayuna berjalan ke lemari mengeluarkan tas besar dan mengambil pakaiannya.
Romi yang melihat istrinya tak seperti biasanya ketika marah lantas mendekat dan memegang tangan Ayuna. "Kamu mau ke mana?" ia tampak ketakutan.
"Aku ingin membuktikan jika aku serius dengan ucapanku!" Ayuna berusaha melepaskan genggaman suaminya.
"Ayuna, cukup. Jangan seperti ini!!" sentak Romi.
"Kamu tidak pernah membelaku, aku juga capek!!!" air mata yang sempat ditahan Ayuna akhirnya jatuh.
"Aku akan katakan kepada Mayang agar tak menyuruhmu lagi," ucap Romi yang membuat Ayuna jadi mengurungkan niatnya kabur.
Romi keluar dari kamarnya, menghampiri adiknya yang malah santai menikmati siaran televisi.
"Mana Kak Yuna, Kak?" Mayang celingak-celinguk mencari keberadaan kakak iparnya.
"Dia di kamar," kata Romi.
"Dia mau 'kan buatkan aku mie rebus?" tanya Mayang.
"Kamu saja yang masak, dia capek. Jangan manja!"
"Kak, di rumah ini yang paling banyak mengeluarkan biaya kebutuhan itu aku. Kalian harusnya pengertian kepadaku, sudah capek pulang kerja eh malah enggak ada makanan. Memangnya ibu dan ayah ke mana?"
"Aku juga tidak tahu mereka di mana, aku pulang kerja mereka tak ada di rumah!" kata Romi.
"Rani dan Rino mana?" tanya Mayang.
"Enggak tahu, mungkin lagi main," jawab Romi.
"Mereka selalu tak pernah di rumah!" omel Mayang.
"Kamu dan ibu saja yang selalu memanjakan mereka!" singgung Romi.
"Kakak juga sering memberikan mereka uang, jadinya mereka malas!" Mayang menyalahkan Romi.
"Sudahlah, jangan bahas mereka lagi! Sekarang kamu kalau mau makan masak sendiri!!" ucap Romi kemudian berlalu.
Esok paginya, Ayuna sudah selesai berpakaian dan bersiap berangkat kerja. Ayuna melangkah ke ruang makan, seluruh keluarga suaminya telah pergi lebih awal melakukan aktifitas sehari-hari.
Ayuna melihat ke arah meja tak ada tersisa makanan untuknya.
"Ayuna, kamu sarapan beli di luar saja, ya. Lauk yang Ibu bawa dari rumah bibinya Romi sudah habis di makan suami dan adik-adik kamu," ucap Mida, 49 tahun.
Ayuna tersenyum tipis dan berucap, "Tidak apa-apa, Bu. Aku sarapan di luar saja."
Ayuna menyalim tangan ibu mertuanya dan melangkah ke luar rumah, ternyata suaminya masih menunggu dirinya biasanya ia berangkat kerja seorang diri.
"Aku antar, ya!" Romi menawarkan diri.
"Tumben sekali, ada apa?" Ayuna menaikkan satu alisnya.
"Pagi-pagi jangan cari ribut, ayo aku antar!" Romi melangkah menuju motornya yang terparkir di halaman rumah sembari memakai helm.
Ayuna meraih helm di meja yang ada di teras lalu memakainya juga. Ia duduk di bagian belakang.
Romi mengantarkan Ayuna ke sebuah toko pakaian, sejak mereka memutuskan menikah Ayuna memilih bekerja di toko tersebut. Ketika pertama kali mengenal Romi, Ayuna saat itu sedang berada di rumah temannya. Romi kebetulan menjadi kurir makanan tempat langganan teman Ayuna.
Sejak itu Ayuna selalu meminta temannya memesan makanan padahal teman Ayuna sudah bosan dengan makanan dari restoran tempat Romi bekerja.
"Ayuna, aku tidak mau memakannya," kata Rere, teman Ayuna.
"Kita bisa memberikannya kepada orang lain," ucap Ayuna.
"Kamu kalau suka dengan dia, katakan saja!" ujar Rere karena sudah seminggu Ayuna selalu memesan makanan.
"Memangnya dia belum punya kekasih?"
"Aku enggak tahu, coba saja bicara dengan dia!" usul Rere.
Dan saat itu, Ayuna mulai memberanikan diri mengajak Romi berkenalan. Ayuna juga tak segan meminta nomor ponsel Romi. Ternyata, rasa suka Ayuna berbuah manis. Romi menerimanya namun keluarga Ayuna tak menyukai Romi.
Ayuna sebenarnya sudah dijodohkan dengan pria lain tetapi Ayuna menolaknya. Dia ingin mencari pasangan sendiri yang disukai dan dicintainya makanya sejak mereka menjadi sepasang kekasih Ayuna tak pernah memperkenalkan Romi kepada keluarga besarnya. Ayuna hanya 2 kali mempertemukan ayahnya kepada Romi ketika hendak menikah dan menjadi wali nikah.
Ayuna akhirnya sampai ke tempat kerjanya, perjalanan ke sana membutuhkan waktu 20 menit. Begitu turun dari motor, Ayuna membuka helmnya dan menyerahkannya kepada suaminya. "Apa nanti kamu akan menjemputku?"
"Sepertinya tidak, aku main futsal dengan teman-teman ku. Jadi, kamu pulang naik angkot saja!"
"Hmm, baiklah."
-
Pukul 5 sore, Ayuna pulang dari tempat kerjanya. Ia menaiki angkot untuk sampai ke rumah mertuanya. Ditengah perjalanan, ia melihat sekilas suaminya sedang membonceng seorang wanita. Ayuna mencoba menajamkan pandangannya memastikan jika yang baru saja dilihatnya adalah Romi.
Ayuna lalu mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Romi namun tidak mendapatkan jawaban. Ia penasaran apakah pria yang sedang berboncengan dengan wanita lain adalah suaminya atau bukan.
Sesampainya di rumah 30 menit kemudian, Ayuna melangkah ke kamarnya membersihkan diri. Ia lalu keluar ke arah dapur menyiapkan makan malam buat dirinya dan sekeluarga.
Ayuna memasak makan malam seorang diri, Rani ke kamar sibuk menonton drama di ponselnya disuruh mencari pekerjaan malah malas keliling melamar. Sedangkan Rino, masih sekolah tapi tak pernah belajar lebih sering menghabiskan waktu bermain game kadang kumpul dengan temannya hingga larut malam.
Selesai sholat Maghrib, Ayuna menikmati makan malam bersama keluarga suaminya tanpa Romi. Selesai makan, Ayuna mencuci piring. Dia sempat berbicara kepada ibu mertuanya agar ketika ia masak atau mencuci piring Rani diharapkan membantunya. Namun, jawaban Mida membuat dirinya harus menarik napas dalam-dalam. Mida mengatakan jika Rani tak boleh mencuci pakaian atau mengerjakan pekerjaan rumah karena Rani akan menjadi seorang model.
Ayuna juga sempat protes kepada suaminya jika dirinya terlalu lelah harus mengerjakan pekerjaan di rumah setelah mencari uang di luar. Romi hanya bilang Ayuna perlu sabar yang besar.
Sejak saat itu, Ayuna tak lagi protes. Ia melakukannya dengan ikhlas selama suaminya tidak menduakan hatinya.
Romi tiba di rumah pukul 10 malam, Ayuna belum tidur. Ia masih rebahan sembari memainkan ponselnya. "Kamu sudah makan?" tanya Ayuna.
"Sudah, makan di warung tadi di traktir teman," jawab Romi.
"Waktu aku naik angkot, aku melihatmu membonceng wanita lain. Siapa dia?" tanya Ayuna pelan.
"Di mana?" Romi balik tanya.
"Pas lewat jalan Bunga, aku melihat kamu membonceng wanita berbaju biru. Aku lihat pakaiannya tidak sama dengan pakaian kerja kamu," jawab Ayuna. Karena Romi bekerja di toko serba ada yang menyediakan barang-barang kebutuhan sekolah, rumah tangga dan mainan anak-anak. Sebelumnya bekerja di restoran dan sempat menganggur selama 2 bulan.
"Oh, dia karyawan toko ponsel tepat di sebelah toko tempatku bekerja," ucap Romi menjelaskan.
"Kenapa bisa berboncengan dengan kamu?" tanya Ayuna.
"Kamu cemburu?" Romi menatap istrinya.
"Aku hanya bertanya saja," ujar Ayuna.
"Dia minta tolong mengantarkannya ke apotik, jadi aku bantu saja," ucap Romi.
"Oh, gitu." Ayuna manggut-manggut paham.
"Aku mau keluar lagi, kamu kalau mau tidur duluan tidak apa-apa," kata Romi.
"Kamu mau ke mana lagi?" tanya Ayuna.
"Aku mau kumpul dengan temanku, biasa cuma main game aja," jawab Romi.
"Ini sudah malam, kenapa tidak lain waktu saja?" saran Ayuna.
"Sebagian temanku besok kerja dapat shift malam, jadi mereka bisa kumpul malam ini saja. Kamu tenang saja, aku tidak akan macam-macam, kok!" ucap Romi menenangkan.
Ayuna akhirnya pun mengizinkan suaminya keluar malam lagi menikmati waktu berkumpul dengan teman-temannya.
Seminggu kemudian...
Ayuna hari ini tidak bekerja karena dia mendapatkan jadwal libur gantian dengan rekan kerja lainnya. Dia berencana akan pergi ke mall bersama Rere dan ia bersiap-siap untuk berangkat.
"Kamu mau ke mana?" tanya Mida ketika Ayuna meminta izin kepada dirinya.
"Aku mau pergi dengan temanku, Bu." Jawab Ayuna seraya mengikat tali sepatunya.
"Oh," ucap Mida.
"Aku pergi, ya, Bu!" Ayuna meraih tangan ibu mertuanya dan menempelkannya di kening.
"Ayuna, apa kamu punya uang lagi?" tanya Mida.
"Buat apa, Bu?" Ayuna balik bertanya.
"Buat belanja bahan masakan," jawab Mida.
"Bukankah aku sudah memberikan uang bulan ini, Bu?" tanya Ayuna lagi, karena dia sudah menyetorkan jatah bulanan kepada ibu mertuanya.
"Tidak cukup, Yuna."
Ayuna mengernyitkan dahinya, tak biasanya ibu mertuanya meminta uang dua kali dalam sebulan. Seluruh anggota keluarga suaminya semua mendapatkan jatah masing-masing. Ya, 30 persen gajinya dibagikan kepada kedua mertuanya dan 3 adik iparnya.
"Bulan ini Romi tidak memberikan uang kepada ibu," kata Mida.
"Memangnya kenapa Mas Romi tidak memberi uang bulan ini, Bu?" tanya Ayuna.
"Katanya toko tempat dia bekerja lagi sepi, jadi bonusnya tak keluar," jawab Mida.
Ayuna yang mendengarnya tak percaya.
"Ibu tidak mungkin memaksa Romi untuk memberikan uang, kasihan dia!" kata Mida.
Ayuna yang iba dengan mertuanya, membuka tas dan mengeluarkan 2 lembar uang berwarna merah. "Cuma segini, enggak apa-apa 'kan, Bu?"
"Tidak apa-apa, Yuna. Terima kasih!" Mida meraih uang yang disodorkan menantunya.
Ayuna pun berangkat ke rumah temannya Rere menggunakan ojek online.
-
Malam harinya Ayuna pulang pukul 9 malam karena terlalu asyik mengobrol dengan Rere yang sudah lama tak bertemu semenjak dirinya menikah.
Begitu sampai Ayuna tak menemukan suaminya di rumah, Ayuna lalu bertanya kepada ayah mertuanya, "Di mana Mas Romi, Yah?"
"Dia tadi keluar di jemput temannya," jawab Anton.
"Pantas saja motornya ada di depan," ucap Ayuna.
"Yuna, Ayah mau beli rokok. Minta uang!" Anton menengadahkan tangan kanannya.
"Aku 'kan sudah memberi Ayah uang seratus ribu," kata Ayuna.
"Sudah habis, tadi Ayah minta dengan Romi tapi dia bilang enggak ada uang," ucap Anton lagi.
"Memangnya Mas Romi tidak memberikan uang kepada Ayah?" tanya Ayuna.
"Katanya gaji bulan ini kecil, semua diberikan kepadamu," jawab Anton.
Ayuna semakin bingung karena gaji yang ia dapat hanya 300 ribu, tidak mungkin suaminya hanya mendapatkan gaji segitu.
"Iya, Kak Ayuna. Kami juga tidak mendapatkan uang bulan ini. Biasanya dia memberikan aku seratus ribu," sahut Rino tanpa menoleh karena fokus menatap layar ponselnya.
"Aku hanya diberi tiga ratus ribu," kata Ayuna.
"Tidak mungkin Kak Ayuna cuma diberi segitu, biasanya ibu mendapatkan lima ratus ribu dari Kak Romi!" sahut Mayang.
"Memang benar, Mayang. Kakak kamu paling besar hanya beri uang lima ratus ribu," ucap Ayuna.
"Kami tidak percaya, jangan-jangan Kak Ayuna yang sudah menahan gaji Kak Romi sehingga kami tidak mendapatkan jatah bulanan!" sahut Rani yang sangat membenci Ayuna.
"Astaghfirullah, buat apa aku berbohong. Aku juga ikhlas dia membagi gajinya dengan kalian!" ujar Ayuna tak mau disalahkan.
"Dari sebelum menikah, Romi selalu membagi gajinya jadi kamu jangan harap menguasai uangnya," timpal Mida.
"Aku tidak menguasai uangnya, gajiku juga lebih...." Ayuna menghentikan sejenak ucapannya. "Gajiku pun juga ada," lanjutnya.
"Jadi uang Romi ke mana? Tidak mungkin dia membohongi kami sebagai orang tua," ujar Anton.
"Coba saja Ibu dan Ayah tanyakan lagi, mungkin dia ingin menabung dan terpaksa berbohong agar kalian tidak meminta uangnya lagi," sindir Ayuna.
"Ibu curiga kamu yang mencoba mengatur keuangannya dan berpura-pura memberikan kami uang padahal dari uangnya Romi," tuding Mida.
"Astaghfirullah, aku tidak seperti itu, Bu. Lagian apa yang aku katakan benar. Aku hanya menerima gaji bulan ini tiga ratus ribu darinya!" Ayuna menegaskan kata-katanya.
"Ya sudah, nanti kita tanyakan saja. Awas saja, kalau kamu ikut campur dalam urusan keuangan Romi!" Mida memberikan peringatan.
"Aku juga memberikan kalian uang," ucap Ayuna.
"Anggap saja sebagai bayaran karena Kak Ayuna menumpang di rumah ini!" cetus Rani.
"Aku bukan orang lain juga memberikan uang kepada ayah dan ibu, apa aku juga dikatakan menumpang?" singgung Mayang melirik adiknya yang selalu mendapatkan keuntungan.
Rani terdiam.
"Bahkan aku memberikan separuh gajiku untuk keperluan rumah ini," lanjut Mayang menyinggung.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!