NovelToon NovelToon

Akhir Dari Sebuah Pernikahan

Persiapan

Sinar matahari mulai terang ketika Santi Amalia keluar dari kamarnya untuk menyiapkan sarapan. Saat ini hari Sabtu, dan nanti malam dia akan merayakan ulang tahun pernikahannya yang ke-25 bersama suaminya.

Santi telah mengarungi bahtera rumah tangga selama dua puluh lima tahun dengan seorang pria yang luar biasa. Dani Prasetya adalah seorang suami dan ayah yang luar biasa, penuh perhatian, penyayang, dan juga baik.

Santi melihat ke luar jendela dan melihat sinar mentari pagi menyinari bunga-bunganya di taman. Dia merasa bahwa dia adalah wanita paling beruntung di dunia.

"Selamat pagi, sayang," sapa Dani, sang suami yang menyadarkan istrinya dari lamunannya.

"Selamat pagi. Kupikir Mas akan tidur lebih lama. Akan aku buatkan kopi untuk Mas." Jawabnya.

"Aku harus meninjau beberapa kontrak di perusahaan. Tapi, aku akan kembali dalam tiga jam lagi. Oh ya, jam berapa mereka akan datang untuk menyiapkan semua dekorasinya di taman?" Tanya Dani.

"Sekitar jam sebelas Mas," kata Santi sambil menyajikan sarapan untuk suaminya itu.

"Jam berapa anak-anak akan tiba?" Tanya Dani lagi.

"Sore nanti. Ingat ya Mas, Aleya akan mengajak pacarnya, Mirza, dan mereka juga akan datang bersama Amanda."

"Tentu saja. Aku sudah tidak sabar bertemu dengan pria yang bisa meluluhkan hati putri kesayanganku itu." Ucap Dani.

"Ingat Mas, jangan terlalu keras." Kata Santi.

"Hmmm... Oh ya, jangan lupa bawa jasku ke tempat laundry langganan kita." Balas Dani.

"Aku sudah melakukannya kemarin Mas. Aku akan mengambilnya sebentar lagi." Ucap Santai.

Dani tersenyum. Santi adalah istri yang baik, setia, dan penurut. Hidup bersamanya begitu nyaman bagi Dani. Mereka telah menikah selama dua puluh lima tahun dan memiliki dua putri yang luar biasa. Aleya, berusia 23 tahun, bekerja di sebuah perusahaan internasional di Ibu Kota. Sementara putri kedua mereka, Amanda, berusia 19 tahun, sedang kuliah di Universitas ternama di kota Bandung.

Setelah bertahun-tahun menikah, Ahmad Dani merasa begitu beruntung. Mereka pasangan yang rukun, dan di usianya yang ke-45, Santi masih terlihat cantik. Sementara di usianya yang ke-52, Dani sendiri tetap menjadi pria tampan yang bahkan masih mampu membuat para gadis belia mengagumi dirinya.

Malam nanti, mereka akan merayakan ulang tahun pernikahan mereka dengan mengadakan sebuah pesta besar yang dihadiri lebih dari lima puluh tamu.

"Aku pergi dulu. Sampai jumpa nanti," katanya sambil mencium pipi istrinya.

Dani masuk ke mobil sport barunya dan pergi ke kantor. Sementara itu, Santi menghabiskan sarapannya dan memeriksa daftar tugas yang panjang. Dia lantas bergegas menyelesaikan sarapannya untuk segera pergi itu atau dia tidak akan kembali ke rumah sebelum pukul sebelas saat katering pesanan mereka tiba, dan hal itu akan membuat suaminya marah.

Santi lantas naik ke kamar tidurnya dan memilih sepasang sepatu yang nyaman, celana linen, dan blus yang senada. Dua puluh menit kemudian, ia sudah berada di belakang kemudi. Pertama-tama ia pergi ke tempat laundry langganannya untuk mengambil jas milik Dani dan kemudian pergi ke butik untuk mengambil gaunnya, yang secara khusus dibeli untuk acara ulang tahun pernikahannya.

Santi ingin merubah penampilannya. Ia memasuki salon rambut. Rambutnya berwarna pirang dan panjang mencapai pinggang, dan dia terbiasa mengikatnya. Tapi kali ini dia ingin berubah dan memutuskan untuk memotongnya di atas bahunya. Meski hasil potongan rambutnya itu bagus, namun kali ini dia memilih untuk menutupi rambut indahnya itu dengan mengenakan hijab.

'Semoga aku bisa istiqomah.' ucap Santi dalam hati.

Sebenarnya sudah sejak lama Santi ingin mengenakan hijab. Namun hatinya belum sepenuhnya mantap. Kali ini dia sudah memantapkan hatinya untuk sepenuhnya menutup auratnya.

Sementara itu, Dani berada di kantornya, terlihat sibuk membaca dokumen yang telah disiapkannya.

"Kupikir kau tidak akan bekerja hari ini. Bukankah kau sedang sibuk menyiapkan pesta ulangtahun pernikahanmu?" Kata Satria, teman sekaligus rekan kerja Dani.

"Secara teknis, aku sedang tidak bekerja. Aku hanya datang untuk mengambil dokumen yang telah disiapkan Martin untukku." Jawab Dani.

"Apakah semuanya baik-baik saja? Kau tampak agak khawatir," komentar Satria.

"Aku cuma sedang berpikir," kata Dani sambil menyerahkan map yang dipegangnya itu ke Satria agar dibacanya.

Satria tampak terkejut. Dia tidak dapat memahami keputusan yang diambil Dani.

"Apa kau yakin? Kupikir kau sudah menyerah dan akan mengakhiri semua ini. Kenapa kau membiarkan hal ini terus berlanjut?" Tanya Satria.

"Aku sudah berniat melupakannya, dan nyatanya, aku bahkan sudah mengusirnya. Tapi hal itu masih terus menghantuiku. Aku tidak bisa menjauh. Jadi minggu ini aku sudah memutuskan semuanya. Aku bahkan sudah menemukan tempat yang cocok untukku. Sudahlah, jangan menatap aku seperti itu. Aku sudah berusaha sebaik mungkin. Aku pikir kau akan mengerti," jawab Dani.

"Aku tidak akan menghakimi mu. Kau temanku, dan aku mendukungmu. Tapi aku peduli pada Santi. Aku sudah mengenalnya selama 27 tahun. Pahamilah, aku peduli padanya, dan dia wanita hebat. Jika kau sudah membuat keputusan, kau seharusnya membatalkan pesta ulangtahun pernikahan kalian. Kapan kau akan berbicara dengannya?" Tanya Satria.

"Aku akan menunggu anak-anakku pergi lebih dulu. Aku rasa besok malam. Tolong pastikan semuanya beres, aku harus pulang." Ucap Dani.

Dani lalu pulang ke rumah pukul setengah sepuluh pagi dan, saat memasuki garasi, dia menyadari mobil Santi tidak ada di sana. Dia pun menuju dapur.

"Ibu di mana?" Tanya Dani pada asisten rumah tangganya.

"Ibu sedang pergi ke tempat laundry untuk mengambil jas dan akan membeli beberapa barang Pak. Ibu belum kembali," jawab Desi asisten rumah tangga itu.

Dani mendesah, tidak percaya bahwa Santi lupa jika dia harus mengawasi semuanya. Dia menuju ruang tamu dan hendak menghubungi nomor telepon Santi ketika dia melihat mobil berhenti di depan rumah. Dia menutup telepon, dan semenit kemudian, Santi memasuki dapur.

"Aku sudah pulang Desi. Tolong bawa semua barang dari mobil." Perintahnya. "Maaf, Mas. Aku tidak bermaksud terlambat pulang. Aku lumayan lama di salon." Lanjut Santi.

"Kau..." Dani tampak terkejut melihat penampilan baru Santi. "Kau terlihat anggun." Sambungnya.

Santi tersenyum padanya.

"Terima kasih Mas. Aku akan mengurus dekorasi di taman." Balas Santi.

Santi lalu berjalan pergi meninggalkan Dani yang masih menatapnya terpesona dengan penampilan baru Santi yang mengenakan hijab. Santi memang terlihat anggun.

...****************...

Dari jendela kamar tidurnya di lantai atas, Dani memperhatikan istrinya yang tengah menata seluruh taman, lantai dansa, meja, serta panggung untuk band. Semuanya dipilih dengan cermat oleh Santi.

Dani tampak mengambil ponselnya dan membaca pesan yang diterimanya. Dia tidak dapat menahan senyum di bibirnya.

(Aku sudah tak sabar untuk memulai kehidupan baru bersamamu sayang.) Isi pesan yang diterima Dani.

Bersambung...

Pesta

Tepat pukul tiga sore, anak-anak gadis mereka akhirnya tiba di rumah, ditemani oleh Mirza.

Santi bergegas ke pintu untuk menyambut putrinya.

"Hai, Ma. Ini Mirza pacarku." Ucap Aleya.

"Halo Tante, selamat sore. Saya senang akhirnya bisa bertemu dengan Tante," kata Mirza.

"Selamat datang, Mirza. Kamu sudah disini sekarang, anggap saja seperti di rumah sendiri." Balas Santi.

"Hai, Ma. Mama terlihat cantik sekali dengan penampilan baru Mama," kata Amanda sambil memeluk ibunya. Tidak seperti Aleya, Amanda memang lebih dekat dengan ibunya, sedangkan Aleya lebih dekat dengan ayahnya.

"Papa, ini Mirza," kata Aleya sambil memeluk ayahnya.

"Halo, Mirza. Selamat datang," kata Dani, mengamati pemuda yang menemani putrinya itu.

...----------------...

Malam hari pun tiba dan semuanya sudah siap untuk menerima tamu. Santi telah mengurus setiap detailnya. Para pelayan mulai bekerja saat para tamu tiba, dan band memainkan musik klasik.

Satria tiba ditemani istrinya, Marlina.

"Dani, selamat ya sayang. Di mana Santi?" Tanya Marlina saat Satria berjabat tangan dengan Dani.

"Dia sedang bersiap-siap. Kau pasti tahu, dia sudah mengurus semuanya sampai saat-saat terakhir. Jadi dia butuh waktu lebih lama untuk berdandan." Jawab Dani.

"Seperti biasa! Itulah mengapa dia adalah ibu rumah tangga yang sangat hebat. Dia benar-benar mengurus semuanya dengan luar biasa." Puji Marlina.

"Oh ya, silakan duduk dulu. Aku akan segera bergabung dengan kalian," kata Dani, yang masih harus menerima tamu lainnya.

Dani lalu melihat jam tangannya ketika mendengar suara-suara di belakangnya. Ia berbalik dan melihat Santi tengah berjalan. Santi tampak memukau malam ini, mengenakan gaun panjang berwarna soft dengan hijab yang kini menutupi rambut panjangnya. Dani tersenyum padanya saat Santi berjalan ke arahnya.

Meskipun Santi tidak lagi muda, tapi dia masih memiliki bentuk tubuh yang bagus. Para tamu undangan yang merupakan kerabat mereka tampak pangling melihat penampilan baru Santi. Dia memang terlihat lebih anggun setelah mengenakan hijab.

"Maaf, aku agak terlambat," kata Santi pada suaminya itu.

"Kau tampak cantik," kata Dani padanya.

"Terima kasih, Mas juga terlihat sangat tampan." Jawab Santi.

Setelah itu mereka melanjutkan menerima tamu lainnya yang masih berdatangan.

Beberapa saat kemudian, orang tua Dani datang. Santi bergegas menemui mertuanya itu yang datang dengan ditemani oleh perawat mereka. Orangtua Dani Prasetya kini sudah berusia sekitar 80 tahun. Mereka telah menikah selama lebih dari lima puluh tahun. Mereka begitu mengagumi Santi, karena Santi memang menantu yang sempurna bagi mereka.

Selama ini, Santi memang selalu merawat mereka. Bahkan sejak awal pernikahan Santi dan Dani dua puluh lima tahun yang lalu, Santi sudah mendedikasikan hidupnya benar-benar untuk keluarga suaminya itu. Bahkan mertuanya sudah menganggap Santi seperti anak kandung mereka sendiri.

Santi memperkenalkan mertuanya pada Mirza, kekasih Aleya.

"Ma, Pa, kenalin ini teman dekatnya Aleya." Ucap Santi.

Mirza tersenyum dan bersalaman dengan mereka berdua.

"Rasa-rasanya baru kemarin Opa menimang Aleya, cucu Opa. Sekarang Aleya sudah akan memberikan cicit untuk Opa." Ucap Pak Pras, ayah mertua Santi.

Wajah Aleya tampak memerah mendengar celetukan Opanya itu.

Merekapun mengobrol santai dan pestapun berlanjut dengan begitu meriah.

Dani tampak naik ke atas panggung, dan mengucapkan beberapa kata untuk tamunya dan juga istrinya.

"Terimakasih untuk Santi, istriku. Sudah menemaniku menjalani kehidupan rumah tangga ini selama dua puluh lima tahun bersamaku. Semoga kau tidak bosan selalu melihat wajahku yang masih kusut setiap kali kau bangun tidur." Ucap Dani yang membuat para tamu undangan tertawa.

Pesta itu berlangsung dengan sangat meriah. Para pelayan membagikan makanan. Para pemain band memainkan alunan musik yang indah. Semua orang menikmati pesta itu dengan gembira.

Dani tampak menggandeng tangan istrinya dan menuntunnya ke tengah lantai dansa. Mereka menari mengikuti lagu favorit mereka sejak masa pacaran dulu.

"Lihatlah mereka, tidakkah menurutmu mereka pasangan yang begitu serasi?" Kata Amanda sambil memperhatikan kedua orangtuanya yang tengah berdansa.

"Ya, kau benar sekali." Jawab Aleya yang juga menatap kedua orangtuanya.

Saat lagu berakhir, Santi dan Dani berpose untuk difoto. Santi lalu memberikan isyarat kepada kedua putrinya untuk mendekat. Dia ingin berfoto bersama dengan putrinya.

Mereka semua berpose untuk difoto, seperti keluarga bahagia.

...****************...

Clara Marisa berjalan di apartemen barunya, sebuah penthouse mewah di tengah kota. Di usianya yang ke-20, dia telah meninggalkan kehidupan yang serba kekurangan. Tak lama lagi, dia akan menjadi Nyonya Prasetya.

Dani telah menjanjikan hal itu kepadanya setelah sebelumya Dani meninggalkannya dan malah memindahkannya untuk bekerja di kantor cabang lain. Hal itu membuatnya menyadari bahwa Dani benar-benar peduli padanya. Meskipun awalnya dia tertarik pada Dani hanya karena alasan yang sepele, tapi Dani berhasil membuatnya jatuh cinta.

Bagi Clara, bagaimana mungkin dia tidak jatuh cinta pada Dani. Meskipun sudah berusia lebih dari 50 tahun, Dani adalah pria yang sangat tampan, percaya diri, dan mampu membangkitkan gairah terdalamnya.

Dia tahu bahwa pria itu akan berada di sana bersamanya dalam beberapa jam ke depan. Pria itu telah berjanji padanya saat mereka ingin kembali berhubungan, dan syaratnya adalah dia hanya akan kembali padanya jika lelaki itu meninggalkan istrinya.

Dan sebagai bukti bahwa Dani akan menepati janjinya, dia telah membeli apartemen mewah ini untuk mereka bisa tinggal bersama.

Clara tahu bahwa beberapa hari ke depan akan terasa sulit dilalui, dan Dani mungkin mulai ragu untuk menepati janjinya, terutama mengingat dia masih sangat mengagumi Santi, istrinya.

Memikirkan semua itu membuat Clara mendapat sebuah ide agar Dani tak mengingkari janjinya. Clara pergi berbelanja sore itu. Ia membeli pakaian dalam paling seksi yang bisa ia temukan di mall.

Tiba di apartemen, Clara langsung mencoba pakaian seksi yang dibelinya tadi. Dia lalu bercermin, membiarkan rambut cokelatnya yang panjang terurai. Lalu berpose di depan cermin, dan mengambil beberapa foto dengan ponselnya. Kemudian, ia mengirimkannya kepada Dani.

"Kau tidak akan bisa menolak setelah melihat semua foto ini sayang. Aku tahu bagaimana dirimu. Andai saja hari ini bukan pesta ulang tahun pernikahan mu, kau pasti akan langsung menemui ku." Ucap Clara pada dirinya sendiri saat melihat pantulan tubuhnya di depan cermin.

Clara benar-benar merawat tubuhnya dengan baik. Baginya, tubuh yang indah adalah aset utamanya. Dia bahkan menghabiskan ratusan juta hanya untuk perawatan. Tentu saja semua biaya itu ditanggung oleh Dani.

Dia mungkin tidak menikah selama dua puluh tahun atau punya anak dengan Dani. Dia juga bukan istri yang patuh, tetapi dia punya apa yang dibutuhkan untuk melawan Santi agar Dani bisa sepenuhnya berada dalam pelukannya, yaitu tubuh indahnya.

Bersambung...

Keputusan Dani

Pesta telah berakhir, orang tua Dani tetap tinggal di rumah bersama putri-putrinya begitu juga dengan kekasih Aleya, Mirza. Mereka akan menginap malam ini, dan akan kembali besok. Sekarang mereka semua tengah berada di kamar tidur masing-masing.

"Semuanya berjalan lancar," komentar Santi, sambil berdiri di depan cermin tengah melepaskan perhiasan yang menempel ditubuhnya.

Sementara Dani Prasetya tengah melihat foto-foto yang Clara kirimkan kepadanya di ponselnya.

"Semuanya selalu berjalan baikan sempurna untukmu, atau hampir semuanya. Apakah kau ingat ketupat dan opor ayam mu saat hari raya pertama kita? Itu adalah kegagalan mu yang pertama," kata Dani mengingatkan Santi akan kejadian lucu di masa lalu mereka sambil tertawa.

"Mas memang takkan pernah membiarkanku melupakan hal itu selamanya. Ketupatnya gosong, opor ayamnya keasinan, sungguh memalukan," jawab Santi sambil masih tertawa.

"Saat kita masih tinggal dikontrakan kecil itu, kukira kau akan meninggalkanku," kata Dani sambil mematikan ponselnya.

"Aku memang sempat memikirkan hal itu. Dulu udaranya dingin sekali di malam hari. Belum lagi banyak sekali tikus yang berkeliaran. Tapi aku rasa ayahku tidak akan mau menerima aku kembali jika aku pulang ke rumah setelah aku ngotot menikah dengan Mas," canda Santi, dan mereka berdua pun tertawa.

"Terima kasih telah mempercayaiku saat tak seorang pun mau melakukannya. Selama bertahun-tahun kita selalu bersama, kau selalu di sisiku bahkan dalam keadaan paling sulit sekalipun." Ucap Dani.

"Dan masih banyak hal yang harus kita lakukan di masa depan. Saat anak-anak gadis kita menikah, mereka akan memberikan kita cucu-cucu yang lucu. Aku harap kita akan punya banyak cucu," kata Santi dengan gembira.

Dani tersenyum padanya.

Dia lalu pergi ke kamar mandi, menanggalkan pakaiannya, dan menuju ke ruangan khusus tempat berganti pakaian dimana disana terdapat dua buah lemari yang masing-masing miliknya dan Santi. Dia lalu mengenakan piyamanya. Sambil menatap dirinya di cermin, dia tidak dapat menahan perasaan yang semakin buruk dalam dirinya. Tapi dia telah membuat keputusan.

Keputusan untuk meninggalkan Santi, wanita yang selama ini selalu bersamanya dalam suka dan duka. Demi untuk bisa bersama wanita idaman lain yang usianya bahkan lebih muda dari putri pertamanya, Aleya.

Santi memasuki ruang ganti. Dia melepas sepatunya, lalu membuka lemari dan mencari gaun tidur.

"Apakah ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu Mas?" Tanya Santi.

Dani tersadar dari lamunannya.

"Akhir-akhir ini aku sering melihat Mas merenung," lanjut Santi.

"Tidak, aku hanya sedikit lelah," jawab Dani.

"Hari-hari ini memang berat. Mas sudah bekerja begitu keras. Mas perlu bersantai. Bagaimana kalau kita pergi berlibur ke villa akhir pekan ini? Mas bisa pergi memancing, bermain golf, dan aku akan bersantai di kursiku yang nyaman sambil membaca buku," usul Santi.

Dani merasa bahwa dia tidak pantas membuat Santi begitu khawatir. Dia lalu mendekati Santi dan menciumnya. Dani berpikir, kalau saja dia bisa memutar balik waktu. Sejujurnya dia tidak ingin hal ini terjadi.

Pertama kali Dani Prasetya bertemu Clara Marisa, saat dia membutuhkan seorang sekretaris pengganti untuk sementara. Karena sekretaris pribadinya mengalami kecelakaan yang membuatnya tidak bisa bekerja selama dua bulan.

Dani masih ingat pertama kali dia melihat Clara si rambut cokelat yang cantik itu masuk ke kantornya, mengenakan rok mini hitam, blus putih ketat yang menonjolkan lekuk tubuhnya, dan rambut cokelatnya yang panjang tampak begitu indah. Dani masih ingat betul bagaimana kancing yang dipasang begitu ketat itu menghalangi pandangan belahan dadanya yang cantik, sensual, dan padat.

Sebulan setelah bekerja bersama, sebulan penuh Dani merasakan siksaan setiap hari melihat kaki-kaki indah milik wanita itu.

Suatu hari, mereka menghadiri sebuah acara. Dia meminta wanita muda itu untuk mencatat selama pembicaraannya dengan klien. Setelah acara itu, dia menawarkan diri untuk mengantarnya pulang dan di depan pintunya, dia mencium wanita itu untuk pertama kalinya.

Begitulah, bulan berikutnya berlalu, selalu begitu mengasyikkan bagi mereka berdua. Clara terus menggodanya di meja kerja, di kamar mandi kantor, bahkan di mobilnya. Tidak peduli tempat atau waktu, wanita itu selalu bersedia kapanpun Dani menginginkannya.

Saat sekretaris pribadinya sudah pulih, Clara pun harus kembali ke posisinya yang awal, dan dia pun dipindahkan ke departemen lain.

Empat bulan kemudian, Dani memutuskan untuk mengakhiri hubungan dengan Clara. Dia memindahkan Clara ke cabang penjualan, berharap dia bisa menjaga jarak dengannya. Dia bahkan mencoba untuk lebih dekat dengan Santi istrinya, dan mereka pergi jalan-jalan. Dani berusaha untuk bisa melupakan Clara dan berharap rasa cinta pada istrinya akan kembali lebih besar. Tapi tetap saja dia tidak bisa menghilangkan bayangan tubuh Clara yang terus menari-nari dalam pikirannya.

Dia sadar betul bahwa Santi adalah istri yang baik. Jika saja dia tidak kehilangan gairah terhadap istrinya, mungkin semuanya akan baik-baik saja.

Dan di sinilah Dani, berbulan-bulan kemudian, dengan surat perceraian di tas kerjanya.

Clara si gadis muda yang mampu membangkitkan gairahnya, sudah menunggunya di apartemen baru mereka untuk memulai hidup bersama, sementara disini Santi membuat rencana untuk masa depan yang tidak akan mereka lewati.

Malam itu, setelah bercinta dan melihat Santi tidur dalam pelukannya, Dani Prasetya sudah membuat keputusan yang mantap untuk mengakhiri pernikahan yang sudah dia lalui selama 25 tahun bersama Santi.

...****************...

Keesokan harinya, setelah makan siang, orang tua Dani kembali ke rumah mereka, sementara putri-putrinya dan Mirza kembali ke kota tempat mereka bekerja dan kuliah.

Dani dengan alasan ingin bertemu beberapa teman untuk minum kopi, malah pergi ke apartemen untuk menemui Clara.

Lampu apartemen itu benar-benar mati, dengan lilin di lantai yang membentuk jalan setapak. Musik terdengar mengalun begitu lembut. Dani mengikuti jalan setapak itu dan kemudian ia melihat wanita idaman barunya itu berdiri di samping sofa. Ada lilin dan sebotol minuman favoritnya.

"Aku menunggumu," kata Clara, sambil membuka jubah sutra yang dia kenakan dan membiarkannya jatuh ke lantai, memperlihatkan pakaian dalam renda merah mungil yang nyaris tidak menutupi bagian penting ditubuhnya.

"Lihatlah, sekarang aku sudah disini." Jawab Dani.

"Sudah kubilang aku ingin selalu bersamamu," kata Clara.

Dia lalu mendekati Dani dan mulai menanggalkan pakaiannya.

Dia mencium Dani dengan penuh gairah, dan setelah mereka berdua tidak lagi mengenakan busana, Clara membimbingnya ke sofa, memegang tangannya, dan merekapun memadu kasih disana.

...****************...

Pada dini hari, saat Dani kembali ke rumahnya, Santi sudah tertidur lelap. Dani menatapnya sesaat lalu menuju dapur.

Ada catatan di meja dapur.

(Aku meninggalkan makanan untukmu di dalam oven, panaskan selama sepuluh menit.)

Dani menuangkan segelas air untuk dirinya dan menuju kamar tidur.

Keesokan paginya, saat Santi sedang menyiapkan sarapan, dia melihat makanan masih di dalam oven. Dia merasa terkejut menyadari bahwa Dani belum juga bangun. Dia pun memutuskan untuk pergi ke kamar tidur untuk melihat apakah Dani baik-baik saja.

Bersambung...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!