NovelToon NovelToon

Hubungan Terlarang Bersama Ayah Mertua

Part 1

Perkenalkan namaku Tuti berusia 25 tahun, anak pertama dari dua bersaudara. Adikku namanya Nisa, berusia 18 tahun, masih kuliah dan tinggal bersama orang tuaku.

Ayahku, Bapak Yanto (46) bekerja di bengkel dan juga bekerja sampingan jual beli sepeda motor bekas. Sedangkan Ibuku, Ibu Tatik (45) hanya mengurus rumah tangga.

Aku sudah menikah satu tahun dan belum mempunyai anak. Suamiku, Mas Sugeng (26) dia anak tunggal. Sedangkan ayahnya, Bapak Hendra (46). Beliau pensiunan PNS, kebetulan beliau pensiun dini untuk membuka usaha di rumah nya.

Ibu dari mas Sugeng, Ibu Ani (42) kesibukannya menjaga toko di rumah. Aku dan mas Sugeng berkenalan saat dia KKN di desaku, desaku jauh dari perkotaan, kebetulan mas Sugeng kost di dekat rumahku, aku dan mas berbeda kota, sekitar 2 jam perjalanan jarak antara kota kami.

Aku sedikit minder saat berkenalan dengan mas Sugeng, karena mas Sugeng kuliah S1 Jurusan Teknik Industri di salah satu Universitas Negeri, sedangkan aku hanya sekolah SMK Pertanian.

Tetapi mas Sugeng begitu ingin nya berkenalan denganku, dia selalu datang ke rumah, kami saling bertukar nomor telepon dan akhirnya kami berpacaran. Kami saling cocok dan setelah mas Sugeng lulus kuliah kami memutuskan untuk menikah.

Mas Sugeng sendiri di terima bekerja di salah satu pabrik tidak jauh dari rumah mas Sugeng. Setelah menikah, aku tinggal di rumah mas Sugeng, tepatnya di rumah mertuaku.

Rumah tanggaku berjalan begitu bahagia, mas Sugeng sangat sayang padaku dan aku sendiri sangat sayang kepada mas Sugeng.

Sudah hampir satu tahun aku tinggal di rumah mertuaku, sejauh ini aku masih merasa nyaman, ibu Ani (Ibu Mertuaku) sangat baik kepadaku, aku di perlakukan nya seperti anak sendiri, begitu juga dengan pak Hendra (Ayah Mertuaku).

Sampai suatu ketika tingkah pak Hendra begitu aneh, tingkahnya jauh berbeda saat aku baru pertama kali tinggal di rumahnya. Akhir-akhir ini beliau selalu mendekatiku saat suamiku bekerja dan Ibu mertuaku sibuk menjaga tokonya.

Ayah mertuaku sengaja menabrakkan tubuhnya saat Kami berpapasan di dapur atau di ruang tamu, entah sengaja atau tidak.

Pak Hendrawan, memiliki postur tubuh standar dengan tinggi 165 cm, berambut cepak yang sudah dihiasi uban, berkulit sawo matang, berwajah tegas yang selalu dihiasi oleh senyuman, membuatnya selalu terlihat lebih muda.

Saat aku mandi beliau juga curi-curi pandang terhadapku, karena saat mandi aku hanya membalut tubuhku dengan handuk. Mulai saat itu aku selalu membawa pakaian ganti ke kamar mandi, untuk menjaga pandangan ayah mertuaku terhadapku.

Hampir setiap hari pak Hendra selalu menggodaku, entah apa yang di inginkan beliau. Aku jadi tidak enak jika suami dan Ibu mertuaku tahu tentang sikap pak Hendra kepadaku, jadi aku sedikit menjauh jika ada Pak Hendra.

...🍄🍄🍄...

Sampai pada suatu malam sekitar pukul 21.00 WIB. Saat aku tiduran di kamar, mas Sugeng menghampiriku.

"Dik, aku ke cafe dulu ya, mau main game sama teman-teman," kata suamiku sambil memasang jaket dan helmnya.

"Iya mas, jangan malam-malam pulangnya," ucapku sambil mengantarnya ke depan pintu gerbang.

Setelah suamiku berangkat aku masuk ke dalam kamar, dan bersiap untuk tidur. Saat aku tidur, tiba-tiba aku merasakan pahaku seperti ada yang menggerayangi, aku segera terbangun dan membuka mataku lebar-lebar.

Part 2

Setelah suamiku berangkat aku masuk ke dalam kamar, dan bersiap untuk tidur.

Saat aku tidur, tiba-tiba aku merasakan pahaku seperti ada yang menggerayangi, aku

segera terbangun dan membuka mataku lebar-lebar.

Hampir saja aku menjerit sekuat tenaga begitu melihat orang yang sedang menggeluti

tubuhku, ternyata dia adalah ayah mertuaku sendiri. Melihat aku terbangun, pak Hendra berkata.

"Maafkan ayah Nak," ucap beliau sambil beranjak dan pergi keluar dari kamarku.

Setelah ayah mertuaku pergi aku tertegun dan melamun.

"Apa yang di lakukan ayah mertuaku saat aku tidur, kenapa ayah mertuaku sikapnya

berbeda." Gumam ku dalam hati.

Keesokan harinya, ayah mertuaku menghampiriku saat aku memasak di dapur.

"Nak Tuti, maafkan kejadian semalam, ayah minta maaf, Jangan ceritakan kepada siapa-

siapa ya, ayah janji tidak akan mengulanginya lagi," kata ayah mertuaku.

"Iya, Yah," jawabku sambil terus memasak.

Aku sebenarnya ingin menceritakan kejadian semalam kepada suamiku, tapi aku

urungkan, aku tidak mau terjadi apa-apa dengan suami dan ayah mertuaku, aku takut

hubungan mereka jadi renggang karena kejadian itu.

Hampir 3 bulan pak Hendra sudah tidak menggangguku lagi, sikapnya sudah biasa, sama seperti saat aku baru tinggal di rumahnya. Mungkin beliau takut aku menceritakannya kepada suami atau kepada Ibu mertuaku.

...🍄🍄🍄...

Sampai pada suatu ketika, sekitar pukul 21.00 WIB. Tepatnya malam Minggu, suamiku berpamitan untuk pergi. Karena setiap malam Minggu, suamiku memang rutin nongkrong sambil ngopi bersama teman-temannya, biasanya sampai pagi baru pulang.

Saat aku sedang duduk di kursi ruang tamu, suamiku menghampiriku.

"Aku mau ngopi dulu ya, Dik," ujar suamiku berpamitan kepadaku sambil memakai

jaketnya.

"Iya, mas," jawabku melihat ke arah mas Sugeng yang berdiri di hadapanku.

Setelah suamiku berangkat, aku masuk ke kamar untuk bersiap untuk tidur.

Kebetulan aku tidak menutup pintu kamarku, aku pikir ayah mertuaku sudah tidak akan

masuk ke kamarku lagi.

Tapi dugaan ku salah, saat aku terlelap tidur, ayah mertuaku diam-diam masuk ke dalam

kamarku.

Aku kaget saat beliau menggerayangi tubuhku. Melihat aku terbangun, ayah mertuaku hanya tersenyum. Terus saja beliau melanjutkan, sementara daster ku sudah terangkat.

"Ayah, jangan, Yah!" seruku dengan suara tertahan, karena takut terdengar oleh Ibu

mertuaku.

"Maafkan ayah Nak," ucap beliau dengan tatapan tajam ke arahku.

"Ayah tidak boleh begitu, cepat keluar, Tuti mohon," pintaku sedikit mengiba.

Karena aku melihat tatapan mata ayah mertuaku demikian liar, sambil tangannya tak

berhenti menggerayangi ke sekujur tubuhku.

Aku mencoba menggeliat bangun dan buru-buru menurunkan daster untuk menutupi pahaku, aku menjauh dan mepet ke ujung ranjang.

Akan tetapi ayah mertuaku makin mendesak maju menghampiriku dan duduk persis di pangkuan ku. Tubuhnya mepet kepadaku, aku semakin ketakutan.

"Kamu tidak kasihan melihat ayah seperti ini? ayolah Nak, ibumu sudah

tidak mau ayah ajak," desaknya.

"Tuti menantu Ayah, istri mas Sugeng Yah," ucapku mencoba menyadarkan ayah mertuaku.

Aku mencoba menghindar, tapi sudah tidak ada lagi ruang gerak bagiku di sudut tempat ranjang. Ketika aku tatap wajah ayah mertuaku, aku melihat wajahnya yang

nampak nya makin merah karena telah dipenuhi nafsu birahi.

Aku tidak tahu lagi bagaimana caranya untuk menurunkan hasrat birahi ayah mertuaku yang kelihatan sudah sangat menggebu.

Melihat caranya, aku sadar ayah mertuaku akan berbuat apa pun agar maksudnya kesampaian.

Part 3

"Ayah sayang padamu, ayah cinta padamu Nak.” Lanjutnya tak henti-henti membisikan untaian kata-kata indah yang terdengar begitu romantis.

Dadaku berdegup sangat kencang dalam situasi seperti ini, apalagi ayah semakin mendekatkan wajahnya ke wajah ku yang gugup.

Perlahan ayah memiringkan kepalanya, mendekatkan bibir kami, dan hingga akhirnya bibirnya menyentuh bibirku. Perasaanku tidak menentu, kenapa ini datang nya dari lelaki yang bukan semestinya aku sayangi.

Sekarang posisi kami menempel tanpa jarak, tanpa sadar tanganku memeluk ayah mertuaku. Mengapa kenikmatan ini aku alami bersama ayah mertuaku sendiri, bukan dari anaknya yang menjadi suamiku.

Ciumannya begitu lembut dan membuai, beliau sangat meresapi setiap sentuhan bibirnya di bibirku. Ayah mengerti sekali cara memperlakukan seorang wanita.

Lambat laun ciumannya berubah menjadi liar dan panas, seolah-olah ayah meluapkan hasrat yang selama ini terpendam.

Aku hanya bisa memejamkan mata, Menikmati setiap gerakan bibirnya yang tengah menghisap bibirku dengan buas. Lidahnya, yang nampak mencari celah, mencoba mecari lidahku yang sembunyi di dalam bibir.

Entah kenapa aku menuruti ambisinya. Aku membuka mulutku perlahan-lahan dan menjulurkan lidahku untuk beradu, lalu terpejam dibuai belaian lidahnya. Sesekali bibirnya menjepit bibir bawahku kemudian atas, dan lalu menjalar ke bagian leherku.

"Yah......" Aku memanggil ayah dengan suara lirih.

Nafas ku terengah-engah, begitu juga dengan ayah. Aku bisa mendengar desahannya dengan kedua telingaku. Pertautan lidah dan bibir kami, cukup membuat kami berdua kehabisan nafas.

Kali ini aku tidak bisa berbuat apa-apa. Aku tak bisa mengelak. Aku membiarkan apapun yang ingin dia lakukan padaku sekarang. Punggung, rambut, bahkan sampai dadaku beliau raba dengan kedua tangannya. Kali ini ayah menjelma menjadi lebih liar dari sebelumnya. Aku lemah dan tidak bisa melawan.

Aku mencoba mengelak ketika tangannya mulai bergerak membuka dasterku, tapi elakan tanganku tidak sanggup menahan kekuatan tangannya, aku merasakan sekarang dia agak memaksaku.

"Jangan, Yah." Aku bisikkan itu di telinganya, berharap ayah lebih mendengarkan ku daripada keinginannya.

Tetapi sepertinya bisikan ku tertutup dengan nafsunya, terlihat dari ciumannya yang semakin liar di leher dan telingaku, bajuku sudah terbuka, ciumannya mulai turun mengarah ke dadaku.

Kemudian ayah membuka bajunya dan selanjutnya menarik lenganku, membuat tubuhku terlentang di ranjang. Selanjutnya aku merasakan sesuatu yang hangat menyentuh tubuhku, aku ingin menolak, tapi entah kenapa tubuhku tidak bisa bergerak.

Untuk sesaat, nafasku tertahan akibat ulah ayah mertuaku. Bibirnya tidak berhenti mengecupi bibir, leher dan seluruh tubuhku. Aku tidak berdaya berada di bawahnya.

Tubuh ku menegang menerima sentuhannya, dengan tempo perlahan dan semakin lama semakin cepat.

Kemudian ayah menggeram seiring pelepasan yang di dapatnya dan berguling di sampingku. Aku mendengar deru nafasnya yang putus-putus dan sebuah kecupan mendarat di keningku.

"Maafkan Ayah," ucapnya dengan suara serak.

Aku hanya diam dan tidak merespon, tanpa terasa air mataku menetes jatuh ke pipiku. Ayah mertuaku terkejut melihatnya, beliau tampak begitu khawatir melihatku menangis.

"Kenapa nangis?" bisik ayah mertuaku sembari memegang pipiku dengan lembut.

"Maafkan ayah Nak." Lanjutnya seraya memeluk dan mengelus rambut ku dengan penuh kasih sayang.

"Sudah jangan di bahas lagi Yah, Tuti mohon keluar dari kamar Tuti," ucapku dengan terisak.

"Iya sayang," kata ayah mertuaku, seraya mencium Kening dan pipiku.

Lalu ayah pergi meninggalkan kamarku.

Aku sudah terlalu lelah untuk memperhatikan ayah mertuaku dan akhirnya aku tertidur melupakan semua konsekuensi dari peristiwa di malam ini di kemudian hari.

  

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!