Gemericik suara air yang mengalir membangunkan sesosok gadis yang terbaring di pingir sungai. Gadis itu nampak linglung setelah melihat ke sekelilingnya.
"Ini ada dimana? Bukankah tadi aku berada di dalam apartemen. Kok bisa ada disini?" gumamnya dengan bingung.
Seingatnya ia pulang ke apartemen sang kekasih setelah pulang dari misi. Rencananya ia dan sang kekasih akan melakukan pernikahan setelah pulang dari misi yang ia emban.
Ia pulang tanpa memberikan kabar terlebih dahulu. Selain membawa koper, di tangan satunya ia membawa paper bag yang berisi oleh-oleh buat sang kekasih. Namun ia mendapatkan kejutan tak terduga dari sang kekasih yang ternyata sedang memadu kasih bersama sahabatnya.
Ia sangat marah. Ia sangat tidak menyukai pengkhianatan. Apalagi pengkhianatan itu dilakukan sang kekasih bersama sahabat dekatnya. Hatinya hancur.
plok plok plok
Jiang He memberikan tepuk tangan pada dua orang yang sedang memadu kasih dihadapannnya. Mungkin sangking nikmatnya sampai kedatangannya tidak disadari oleh keduanya.
"Hebat...aku tidak menyangka kalian sangat hebat diranjang. Bahkan sampai tidak menyadari jika ada orang lain di kamar ini," sindir Jiang He dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Bagaimanapun hubungannya dengan lelaki itu sudah berjalan lima tahun. Banyak suka duka yang mereka lewati berdua.
"Sayang...ini tidak seperti yang kau bayangkan. Kami-" lelaki itu segera melepas penyatuannya dari sang wanita dan berjalan menghampiri Jiang He tanpa rasa malu sama sekali.
"Berhenti! " teriak Jiang He dengan keras. Ia tidak rela jika tubuhnya disentuh olehnya.
Jiang He merasa jijik . Ia berjalan mundur untuk menghindari jangkauannya. Namun sang kekasih terus maju menghampirinya.
"Sayang..."
"Berhenti! Jangan panggil Aku sayang. Apa Kamu tidak merasa malu sama sekali telanjang seperti itu dihadapanku!" bentak Jiang he dengan keras.
"Kenapa harus malu. Jika kamu sudah merasakannnya pasti akan ketagihan," sahutnya enteng.
"Uek...."
Jiang He tidak bisa lagi menahannya. Ia segera muntah dihadapan Shimin. Otomatis Shimin mundur kebelakang. Wajahnya nampak jelek.
"kamu!!!!!"
"Sudahlah lebih baik Kau tutupi badanmu. Tidak semua orang menyukainya. Dan kamu juga!" Jiang He menatap wanita yang masih enggan untuk bangun dari kasurnya.
Setelah itu Jiang He berbalik dan keluar dari kamar. Sepasang lelaki dan perempuan yang ia tinggalkan saling pandang dan melakukan komunikasi melalui isyarat mata. Dengan geakan cepat sang wanita segera melempakan senjata yang sedari tadi mereka persiapkan.
Setelah Shimin mendapatkannya ia langsung menembak kepala Jiang He yang hampir tidak terlihat. Jiang He yang masih linglung langsung mati dalam satu tembakan. Karena shimin merupak sniper terbaik yang ia kenal.
"Jie Jie!" teriak seorang gadis yang baru masuk kedalam Apartemen. Di belakangnya ada dua orang pemuda yang dengan sigap berlari kearah shimin.
Mereka tidak akan membiarkan Shimin dan selingkuhannya kabur dari tempat itu. Shimin kembali melepaskan tembakan. Namun karena gugup, tembakannya kali ini meleset. Sehingga dimanfaatkan oleh kedua pemuda itu dengan baik.
Jiang He sudah tidak mengetahui itu semua. Ia berfikir telah dibuang ke tempat itu. Namun kenapa tubuhnya begitu lemah?
Tiba-tiba ingatan asing masuk kedalam memorinya. Ternyata saat ini ia berada di tubuh seorang gadis dari masa lampau. Gadis itu memiliki nama dan juga wajah yang hampir sama dengan wajah aslinya. Hanya saja tubuh yang saat ini ia tempati berwajah kuning kecoklatan. Sedangkan wajah Jiang He di dunia modern seputih salju.
Jiang He merupakan putri satu-satunya dari Perdana Menteri Jiang. Perdana menteri Jiang merupakan salah satu mentri kepercayaan Kaisar Wang Ming .
Kaisar Wang Ming memiliki tiga orang pangeran dan dua orang putri. Pangeran mahkota bernama Wang Tian Chen. Pangeran kedua bernama Wang Jia Xuan yang bergelar Raja Ji. Sedang pangeran terakhir bernama Wang Ren Zu yang bergelar Raja Zu.
Sedangkan kedua putrinya bernama Putri Wang Yuwan dan Putri Wang Chu Ran.
Kaisar Wang menjodohkan Raja Ji dengan Jiang He. Hal itu membuat saudara sepupu Jiang He yang bernama Yu Shu xin cemburu. Kemudian meminta ayahnya untuk mencari cara agar memutuskan perjodohan itu.
Tuan Yu tidak mungkin membujuk kakak iparnya yang tak lain ayah dari Jiang He untuk memutuskan perjodohan itu. Apalagi itu sudah menjadi keputusan Kaisar.
Tuan Yu tidak mempunyai pilihan lain selain membunuh Jiang He dan membuang mayatnya ke lembah Iblis. Tidak akan ada yang menemukan mayat itu. Karena tidak ada seorang pun yang bisa masuk kedalam lembah Iblis tanpa melompat dari atas tebing batu yang tingginya puluhan meter.
Lembah Iblis terkenal angker dan berbahaya. Lembah itu di kelilingi tebing batu yang tingginya puluhan meter. Siapapun yang jatuh dari atas tebing tidak mungkin bisa selamat. Meskipun tidak langsung mati, namun akan sulit untuk naik keatas.
Selain itu diwaktu-waktu tertentu akan ada asap beracun yang menutupi Lembah Iblis. Siapapun yang menghirup asap tersebut akan langsung pingsan. Jika tidak segera diobati akan mengalami kematian dihari yang ketujuh.
Masih banyak lagi misteri yang ada didalam Lembah. Apa yang akan dilakukan Jiang He untuk mempertahankan hidupnya?
Setelah pulih dari rasa terkejutnya, Jiang He membersihkan wajahnya dengan air sungai. Ada beberapa luka ditubuhnya dengan darah yang sudah mengering. Sepertinya tubuh itu sudah lama terbaring disana.
Saat sedang sibuk membersihkan luka, tiba - tiba segerombolan ikan mendekat kearahnya. Melihat bentuk ikannya, Jiang He segera menjauh dari sungai.
Ikan itu sama persis dengan ikan piranha. Yang membedakannya adalah ukurannya. Ikan itu terlihat lebih besar dan giginya lebih tajam dari ikan piranha yang pernah ia lihat.
"Bukankah ini ikan piranha. Kenapa bentuknya lebih besar? " gumam Jiang He bingung . Ikan-ikan itu nampak mengerubungi air bekas membersihkan darahnya. Tubuh Jiang He langsung merinding.
"Sial... tempat ini benar-benar berbahaya. Aku harus secepatnya keluar dari tempat ini. Kalau tidak bisa-bisa Aku mati untuk kedua kalinya."
Jiang mencoba berjalan secara perlahan. Menembus rimbunnya rerumputan di tengah pepohonan.
Jiang He dengan cermat mengamati kondisi sekitarnya. Di hutan lebat seperti tidak menutup kemungkinan terdapat ular yang ukurannya lebih besar dari tubuhnya.
Dia memang pandai dalam bela diri. Tetapi tanpa alat apapun akan sulit mengalahkannya.
Tiba-tiba muncul asap secara tiba-tiba. Reflek Jiang He menutup hidung dan juga mulutnya. Atas pelatihan rutin yang sering ia lakukan, Jiang He bisa menahan nafas sampai lima belas menit.
Saat ia kembali bernafas, ia pun menyadari jika asap itu mengandung racun. Untungnya ia segera tanggap tadi. Tidak masalah jika asap yang ia hirup hanya sedikit. Jika ia bernafas secara normal, entah apa yang akan terjadi dengan tubuhnya.
Setelah tiga puluh menit, asap itu menghilang secara misterius. Jiang He menghela nafasnya lega. Sedari tadi ia tetap berdiri di tempatnya. Pandangannya terasa kabur. Dari pada terjadi sesuatu yang tidak diinginkan lebih baik tetap waspada.
Jiang He kembali melanjutkan langkahnya. Sangat sulit menembus semak belukar yang rimbun tanpa menggunakan alat apapun. Tanpa sadar ia mengeluh dalam hati.
"Sebenarnya ini ada dimana?" tanyanya dalam hati.
"Perut lapar lagi."
Sejak ia sadar perutnya memang belum ia isi sama sekali. Ia mencoba mencari sesuatu yang dapat ia makan. Setelah berjalan beberapa meter akhirnya Jiang He menemukan apa yang ia cari.
Jiang He menemukan ubi liar yang cukup banyak. Sebelum menggali ia mencari ranting yang cukup kuat. Dengan begitu akan memudahkannya dalam menggali.
Ubi yang Jiang He berukuran lumayan besar. Satu buah ubi mempunyai berat satu kilo lebih. Ia menggali tiga buah ubi. Satu untuk ia makan sekarang sedangkan dua lainnya sebagai bekal selama dalam perjalanan. Takutnya ia tidak bisa lagi menemukan makanan.
Setelah menggali ubi, Jiang He mengumpulkan ranting dan juga daun kering. Yang tersulit adalah menyalakan apinya.
Selama dua puluh tujuh tahun hidup di dunia modern, Jiang He sudah terbiasa menggunakan peralatan yang praktis dan mudah digunakan. Bahkan saat harus bertahan hidup di dalam hutan, ia menggunakan korek api untuk menyalakan api unggun. Sekarang bagaimana caranya ia mendapatkan korek api?
Jiang He tiba-tiba teringat tentang sebuah artikel yang pernah ia baca saat senggang. Namun belum pernah ia praktikkan.
Artikel itu menyebutkan bahwa dua batang kayu yang digesekkan secara terus menerus akan muncul percikan api.
Sekarang jiang He mencoba untuk mempraktekkannya. Ternyata tak semudah yang ia bayangkan. Butuh waktu dan tenaga yang lebih. Kedua telapak tangannya sampai memerah. Namun ia bukanlah orang yang mudah berputus asa. Jadi ia dengan sabar menggesekkan kedua kayu tersebut.
Usaha tidak mengkhianati hasilnya. Akhirnya ia berhasil menyalakan api. Ranting dan juga daun yang ia kumpulkan berhasil terbakar.
Jiang He meletakkan satu buah ubi kedalamnya. sambil menunggu ubinya matang, Jiang He merebahkan tubuhnya begitu saja di atas rumput.
Mungkin karena terlalu lelah dan tubuhnya pun dalam kondisi tidak fit, Jiang He langsung tertidur lelap saat matanya terpejam.
Seekor ular piton merayap kearah Jiang He yang sedang tertidur.Jiang He menghindar dengan sangat cepat. Meski ia sedang tidur namun instingnya sangat kuat. Begitu sang ular hendak merayap ke tubuhnya , ia langsung meloncat kearah lain.
"Ish...tubuh ini terlalu lemah," keluh Jiang He sambil menatap ular piton di depannya. Tatapan ular itu terlihat marah. Mungkin karena santapannya berhasil menghindar.
Ular itu kembali menyerang Jiang He. Lagi-lagi Jiang He berhasil menghindar. Saat ini Jiang He masih belum menemukan alat yang tepat untuk membunuh ular tersebut.
Kini sang ular dengan kekuatan penuh menggunakan ekornya untuk menyapu Jiang He. Namun ekor itu malah menabrak pohon sampai pohon itu bergetar.
Tatapan Jiang He akhirnya tertuju pada batu besar yang tak jauh darinya. Ia segera mengambil batu itu untuk melemparkannya kearah ular. Sasarannya kepala ular. Ular itu masih terdiam merasakan sakit disekitar ekornya. Hal itu tidak disia-siakan oleh Jiang He.
Dengan kekuatan penuh, batu itu berhasil menghantam kepala sang ular. Membuat sang ular berkunang-kunang dan mulai tidak fokus.
Jiang he kembali mengambil batu dengan ukuran yang lebih besar dari batu sebelumnya. Dengan gesit ia berlari menghampiri sang ular dan menghantamkan batu di tangannya ke kepala ular hingga berkali-kali sampai kepala ular itu remuk.
Tidak berhenti sampai di situ saja. Ia juga menghancurkan bagian ekor ular. Konon katanya meski kepala ular sudah hancur, jika ekornya masih utuh , ular itu bisa kembali hidup lagi.
Bangkai ular itu kemudian ia kubur di dalam tanah. Jiang He tidak suka daging ular, jadi tidak perlu repot untuk memasaknya.
Setelah itu semua, Jiang He akhirnya bisa bernafas lega. Ia kembali duduk di depan api unggun yang sudah padam. Kemudian mengambil ubi yang tadi ia kubur di dalamnya.
Harumnya ubi yang sudah dibakar membuat perut Jiang He keroncongan. Ia segera membelah ubi itu menjadi dua bagian. Kemudian dengan rakus memakannya.
Menurut Jiang He ubi yang ia makan saat ini merupakan ubi terlezat yang pernah ia makan. Tanpa sadar ubi seberat satu kilo itu habis dimakan sendiri.
"Kenyangnya..."
Jiang He
Jiang He merupakan putri satu-satunya Perdana Menteri Jiang. Sejak kecil ia sudah menjadi kesayangan keluarganya. Tidak hanya cantik tetapi juga baik hati.
Sejak kecil Jiang He sudah belajar tentang etika dan beberapa keterampilan seperti musik, kaligrafi dan Syair. Namun yang paling ia sukai tentu saja menyulam.
Tingkah lakunya yang lembut dan sopan sering menjadi buah bibir masyarakat sekitar. Banyak pemuda yang ingin menjadikannya istri.
Perdana Menteri Jiang memiliki seorang adik perempuan. Dia menikah dengan seorang saudagar yang bernama Tuan Yu. Dari hasil pernikahan mereka ada tiga anak lelaki dan seorang anak perempuan.
Yu Li Tian
Yu Xian
Yu Wei Yi
4.Yu Shu Xin
Hubungan Jiang He dengan para sepupu juga terbilang baik. Dia tidak menyadari jika salah satu sepupunya sangat iri dengannya.
Perdana Mentri Jiang sangat dihormati karena dedikasinya yang sangat tinggi. Hal itu berdampak pada Jiang He. Banyak gadis yang ingin menjadi temannya. Tidak satu dua kali mereka mengirimkan hadiah pada Jiang He.
Yu Shu Xin sangat iri padanya. Namun ia mampu menutupinya dengan sangat baik. Sehingga tidak ada yang menyadarinya. Bahkan keluarganya sendiri selain Tuan Yu yang memang sangat memanjakannya.
Yu Shu Xin tidak segan menyebarkan rumor buruk tentang Jiang He di masyarakat. kebenciannya makin menjadi saat mendengar Jiang He akan dinikahkan dengan Pangeran kedua Jia Xuan yang juga dikenal dengan Raja Ji.
Raja Ji terkenal akan ketampanannya. Tidak hanya itu saja, Raja Ji juga terkenal akan kehebatannya. Orang- orang biasanya hanya menguasai satu elemen. Namun Raja ji memiliki tujuh elemen sekaligus.
Belum ada yang menandingi kejeniusannya. Meski usianya baru delapan belas tahun namun pencapaiannya sangat membanggakan.
Di dataran ini terdapat sepuluh elemen yang terkenal di dunia persilatan. Ada elemen air, api, angin, tanah, petir, cahaya, kristal, es ,elemen kayu dan yang terakhir elemen kegelapan.
Raja Ji mampu menguasai tujuh elemen sekaligus yang tak lain elemen air, angin, api, tanah,kristal petir dan kayu.
Raja Ji tidak suka ilmu politik. sejak kecil dia lebih suka bertarung dan memegang senjata. Dia juga ahli perang yang sangat berbakat meski diusianya yang masih muda.
Saat ini Raja Ji menjaga perbatasan dengan kerajaan siluman. Jika lengah sedikit saja, bangsa siluman akan masuk kedalam kerajaan dan membuat huru hara.
Kerajaan siluman berada di tengah empat kerajaan besar. Wilayahnya juga lebih sedikit dari kerajaan lainnya. Sehingga mereka sering berperang untuk memperluas wilayahnya.
Empat kerajaan yang mengelilingi kerajaan siluman antara lain kerajaan Ming, Kerajaan Nan Ping, kerajaan Hao dan kerajaan Qian.
Yu Shu Xin sangat marah dan membuat keributan di rumah. Sebagai anak perempuan satu-satunya ia dimanja oleh keluarganya. Apapun yang diinginkannya selama keluarga mampu pasti akan dituruti. Bahkan jika harus merebut dari Jiang He sekalipun.
Yu Shu Xin mengatakan pada orang tuanya bahwa ia ingin menikah dengan Raja Jin. Orang tuanya sangat terkejut. Apalagi kaisar sudah secara resmi melamar Jiang He untuk Raja Ji.
Tetapi Yu Shu Xin tidak mau tahu. Yang penting ia bisa menikah dengan Raja Jin. Apapun caranya yang penting orang tuanya harus menurutinya.
Nyonya Yu menyerah. Dia tidak ingin melawan sang kakak dan juga Kaisar. Bisa-bisa nyawanya yang di pertaruhkan.
Tetapi tidak dengan Tuan Yu. Dia sangat menyayangi Yu Shu Xin. Tidak ingin putrinya terlalu sedih. Jadi dia mencari cara agar pernikahan antara Jiang He dan Raja Ji tidak pernah terwujud.
Setelah berfikir dengan matang, satu-satunya cara agar pernikahan itu tidak terwujud adalah kematian. Tuan Yu menyewa pembunuh bayaran untuk melaksanakan tugas tersebut. Setelah Jiang He dipastikan mati mayatnya langsung di buang ke lembah Iblis.
Perdana menteri Jiang belum mengetahui jika putrinya sudah meninggal. Ia mengerahkan banyak orang agar Jiang He bisa ditemukan.
"Bagaimana suamiku? Apa ada kabar tentang putri Kita?" tanya Nyonya Jiang dengan antusias. Perdana Mentri Jiang menggelengkan kepalanya dengan murung.
Sudah dua hari Jiang He menghilang. Tidak ada kabar sama sekali. Semua temannya sudah dihubungi , tidak ada satupun yang mengetahuinya.
"Maafkan Aku."
"Kemana sebenarnya anak itu? Tidak biasanya ia pergi tanpa pemberitahuan seperti ini."
"Apa ini ada hubungannya dengan titah Kaisar?"
"Tidak mungkin. Kalaupun ada hubungannya pasti Ia akan memberitahukannya pada Kita. Aku takut jika ada yang sudah menculiknya."
Deg!
Nyonya Jiang bertambah khawatir. Apa yang akan Ia lakukan jika putri satu-satunya celaka?
"Tolong temukan putri Kita suamiku," pinta Nyonya Jiang dengan mata yang berkaca-kaca.
"Tanpa istri pinta pun Aku akan mencarinya. Doakan agar dimanapun Ia berada tidak mendapat kesulitan apapun."
Nyonya Jiang mengaminkan dalam hati.
Kabar menghilangnya Jiang He sudah menyebar kemana-mana. Kaisar pun ikut mengetahuinya. Beliau secara pribadi mengundang Perdana Menteri Jiang ke ruang kerja Kaisar.
"Apa kabar yang menyebar itu benar?" tanya Kaisar Wang Mingyu tanpa berbasa-basi. Tatapannya sangat tajam.
"Maafkan Hamba Kaisar...berita itu benar adanya. Putri hamba tidak kembali setelah pulang dari akademi."
"Sudah berapa hari?"
"Tiga hari sekarang."
"Apa tidak ada petunjuk apapun?" Perdana Menteri Jiang menggelengkan kepalanya.
"Tidak ada Yang mulia."
"Apa ini ada hubungannya dengan titah yang sudah Aku turunkan?"
"Tidak mungkin Yang Mulia. Jika memang ada, pasti gadis itu membicarakan langsung pada Hamba. Apalagi Jiang He sangat mengagumi Raja JI sejak lama."
"Aku juga harap seperti itu. Aku akan memerintahkan para prajurit untuk membantu."
"Terima kasih, Kaisar."
"Jangan sungkan. Aku sudah menganggap Jiang He sebagai putriku sendiri."
Raja Ji yang berada di perbatasan tidak mengetahui itu semua. Ia sibuk melawan para Siluman yang hendak memasuki wilayahnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!