“Saya terima nikah dan kawinnya, Naura Salsabila dengan Mas kawin 1 Set perhiasan dan seperangkat alat sholat di bayar TUNAI!.“
"Bagaimana para Saksi?" Tanya penghulu.
"Sah! Sah!" Jawab mereka serempak.
.
Masih teringat jelas di ingatan Naura, hari pertama Dirinya menjadi seorang istri dari Ilham Prasetya.
Hari itu Dirinya di sambut hangat oleh keluarga suaminya, walaupun pernikahan mereka di jodohkan dan awalnya Ibu mertuanya menolak keras perjodohan ini, tetapi akhirnya Ia menerima Naura untuk menjadi menantunya. Dengan syarat setelah menikah keduanya tidak boleh meninggalkan rumah.
Naura awalnya menolak, menurutnya tidak akan baik jika setelah menikah tinggal serumah dengan orang tua. tetapi Ilham meyakinkan dirinya. Lagipun kedua mertuanya tinggal berdua dirumah, sementara kakak dan adiknya sudah menikah dan punya rumah masing-masing. Akhirnya dengan berat hati Naura setuju untuk tinggal dengan mertuanya.
🌺Naura Salsabila, Dia menikah karena perjodohan oleh orang tua nya. Ayah Naura bersahabat baik dengan orang tua Ilham. Sedang Ibu kandung Naura sudah meninggal semenjak Naura berusia 16 tahun, kemudian sang Ayah menikahi teman Almarhumah istrinya.
.
.
.
...🌾🌾🌾🌾🌾...
.
.
Seperti biasanya, sehabis sholat subuh Naura merapikan rumah, menyapu dan mengepel. Saat Naura sedang menyiapkan sarapan untuk keluarganya, Ibu mertuanya keluar dari kamar dan menyapanya.
“Naura, jika masakan mu telah di hidangkan tolong kamu setrika baju ibuk dan ayah!.“ perintah sang mertua.
“Baik buk, Oh iya buk jam berapa nanti kita perginya?...“ tanya Naura. Hari ini mereka berencana pergi kondangan pernikahan sepupu Ilham, berarti keponakan ayahnya Ilham.
“Jam 10.20 wib udah berangkat kita, jadi kamu jangan lelet dandan nya.“_ Dirinya menyendok nasi goreng ke piring sang suami.
“Oh iya, Ilham pergi kan?..“ tanyanya lagi.
“Mas Ilham nggak bisa kayak nya buk, tadi dia bilang hari ini ada rapat mendadak“ jawab Naura.
Mertuanya hanya beroh-ria saja.
Setelah semua nya selesai sarapan, Naura segera membereskan dan mencuci piring serta alat masak lain nya. Setelah nya Ia masuk ke kamar untuk bebersih dan bersiap-siap.
.
.
Jam 10 Naura sudah siap dan keluar dari kamarnya.
Sambil menunggu kedua mertuanya, Naura duduk di ruang tamu sambil memainkan ponselnya.
Tidak berapa lama kemudian mertuanya keluar dari kamar.
“Yuk nak kita berangkat!.“ Ujar bapak mertua Naura. Orang tua ini memang baik, tidak pernah berkata kasar kepada sang mantu.
Mereka menaiki mobil yang di kendarai oleh bapak mertua Naura. Di rumah ada dua mobil, yang satunya di bawa Ilham kerja. Keluarga mereka termasuk kaya, berbanding terbalik dengan keluarga Naura sekarang. Dulunya keluarga Naura juga serba berkecukupan, tetapi semenjak Ayahnya menikah lagi dan punya anak tiri semua kekayaan mereka semakin menipis.
.
.
Setelah berkendara selama 30 menit, mereka tiba di Hotel tempat sepupunya menggelar resepsi. Bukan karena mau gaya-gayaan acara di Hotel, tetapi mengingat rumah sepupu Ilham di Gang sempit sehingga sulit mau mengadakan acara.
Naura mengikuti ibu mertuanya, karena memang dirinya tidak terlalu mengenal keluarga sepupu suami nya tersebut.
Kini mereka berkumpul di meja yang lumayan besar, di isi beberapa kursi.
“Ini menantu mbak kan?“_ tanya salah satu tantenya Ilham yang bernama Meta. Naura hanya tersenyum dan mengangguk.
“Iya, pernah sekali ketemu waktu pernikahan anak ku setahun yang lalu. Walah-walah..., belum hamil juga ya. Memang belum mau punya anak ya Nau, dan juga kok kelihatan nya kusam gitu? Bukannya Ilham itu kerja kantoran ya? Ya di rawat gitu Lo dirimu itu!“ tanya nya lembut, tetapi kalimatnya terselip sindiran.
Naura sudah sedikit faham dengan sifat dan sikap keluarga Ilham, apalagi Meta ini, Sang mertua dan ipar Mayan nya ini memang kerap kali perang dingin. Baik itu masalah kekayaan maupun soal cucu.
Sedangkan Lidya, ibu mertua Naura, wajahnya sudah pias mendengar celetukan Mayan nya.
“Tidak ada yang menunda, jika Allah belum menitipkan kepada kami ya mau diapakan lagi. Kami hanya berusaha, selebihnya berserah saja tante.“ balas Naura lembut.
“Masa sih, udah mau 4 tahun belum punya anak!?..., tuh!, lihat Erdian anakku, tahun lalu kan kalian hadir di pernikahannya, nah sekarang anak nya udah 9 bulan saja usia nya. Gita juga, anaknya Oom Yuda mu, 5 bulan lalu menikah sekarang sudah 3 bulan saja kehamilannya.“ Ucap ipar mayan mertua Naura yang bernama Meli.
“Tante, semua orang itu beda, nggak ada yang sama, anak Tante saja cuma Erdin. Sedangkan bude ada tiga.“ timpal Erna, salah satu istri dari sepupunya Ilham. Dirinya mengusap bahu Naura, seolah mendukung Naura.
Naura hanya tersenyum, sudah malas dirinya menanggapi ocehan para tantenya Ilham yang menurutnya tidak penting.
“Naura kan ya nama nya?“ tanya Erna. Dia menarik pelan tangan Naura, mereka berjalan menuju makanan prasmanan.
“Makan dulu, mendengar burung beo ngoceh juga butuh tenaga.’’ canda nya terkikik. Dirinya mengambil mangkok dan masukkan beberapa biji siomay dan bakso. Sengaja bikin satu wadah.
Sedangkan Naura, sudah tidak berselera makan karena mendengar hinaan yang di kemas dalam bentuk perhatian. Dirinya hanya mengambil dessert chesse cake dan ice cream saja.
Mereka sengaja memilih meja yang sudut agak sepi orang, supaya lebih enak ngobrol.
“Namaku Erna, istrinya Wili. Menikah udah mau dua tahun. Kamu pasti tidak pernah melihatku kan?... Karena aku baru 4 kali ke kota ini.“ ucap nya bertanya dan menjawab sendiri.
“Oh ya?... Aku juga pernah dengar kok tmtentang pernikahan Wili. Tapi nggak bikin pesta kan ya, makanya kita baru ketemu ini.“ Balas Naura tersenyum senang. Akhirnya punya teman ngobrol jika ke pesta saudaranya Ilham.
“Iya, aku kan di bandung kerja, Wili juga, jadi bisalah itu dijadikan alasan yang logis.“ dirinya kembali tertawa pelan.
Naura hanya menggeleng kepala.dan tersenyum. Iya belum bisa terlalu akrab karena baru kenal.
“Apapun ucapan mereka jangan berkecil hati, aku juga pernah di posisi kamu. Tapi aku cuek aja.“ ucapnya.
Memang Erna orangnya santai, apalagi mertuanya tidak memberatkan tentang keturunan. Jika di kasih bagus, jika tidak bukan masalah bagi mereka. Beruntungnya Erna ini karena menikah dengan anaknya adik ayah Ilham. Kedua mertua nya berfikiran modern, apalagi Wili anak tunggal, betapa di sayang Iya sebagai menantu.
.
“Kemana sih Naura ini?“ ucap Lidya mencari sang menantu.
“Kamu ini buk!!!, di cari dulu, jangan mengomel saja, itu Lo Naura duduk sama menantunya Melda.“ Sang suami menunjuk ke arah meja Naura. Dirinya menggeleng kepala akan tingkah istrinya.
“Ck, setiap pesta pasti aku akan di permalukan begini!“ gerutu nya pelan sambil menuju ke meja sang menantu.
“Eh Tante, apa kabarnya?“ tanya Erna basa-basi.
“Erna? Tante baik, cocok sekali kalian berteman ya?!“ ujar nya menekankan kata cocok.
Erna mengerti maksud perkataan Lidya ini, tapi dia pura-pura tidak ngerti saja.
“Kamu di cariin dari tadi, rupanya disini. Ayo!, Ayah sudah menunggu di mobil!“ Lidya langsung meninggalkan kedua wanita itu.
“Aku pamit dulu ya, kapan-kapan kita nongki.“ Ucap Naura.
“Iya, hati-hati“ Jawab Erna.
.
.
Setelah masuk ke mobil, Ayah Indra langsung menjalankan kendaraan nya. Sepanjang perjalanan hanya keheningan, Lidya sibuk bermain ponselnya, sedangkan Naura hanya menatap ke luar jendela mobil melihat keramaian di jalan, ini waktu nya istrihat kerja dan anak-anak pulang sekolah. Sesekali Dirinya menimpali obrolan bapak mertuanya.
.
.
.
Assalamu'alaikum ini karya Author🙏
Malam harinya Ilham pulang dari kantor. Naura menyalami sang suami, lalu mengambil tas dari suami nya dan mereka berjalan bergandengan menuju ke kamar.
“Mas, Air hangat sudah Nau siapkan“_
Naura menaro handuk ke bahu suami nya.
“Nau ke ruang makan dulu, mau siapkan makan malam.“ lanjut Naura. Ia keluar dari kamar dan menuju ke dapur.
Setelah menghidangkan makanan di atas meja, Naura memanggil mertua nya untuk makan. Di ruang tamu kedua mertua nya sedang menonton televisi.
“Buk, ayah, makanan sudah siap!, Nau ke kamar sebentar panggilin Kas ilham.“
“Iya nak.“ jawab ayah mertua Naura.
.
.
Saat masuk kamar, Naura melihat ponsel Ilham menyala. Awalnya Naura cuek saja, tetapi kembali ponsel itu menyala.pertanda ada notifikasi. Naura menuju nakas dan mengambil ponsel itu, tetapi saat akan membuka ponselnya terkunci.
Naura mengernyitkan kening heran. Tidak biasa nya ponsel sang suami terkunci begini. Selama 4 tahun menikah belum pernah ponsel sang suami terkunci seperti ini, karena walaupun privasi, dirinya dan sang suami tidak pernah ada yang di tutupi. Ntah sudah lama ponsel suaminya terkunci, atau dirinya yang sudah lama tidak membuka ponsel suaminya.
Tak lama kemudian sang suami keluar dari kamar mandi dan sudah berpakaian santai.
“Mas, bapak sudah menunggu di ruang makan. Oh ya, ponsel mu sepertinya ada pesan masuk, kok di kunci? Tumben!“. Ucap Naura. Dirinya memasukkan pakaian kotor sang suami ke keranjang.
“Mungkin dari kantor sayang, ponselnya sengaja mas kunci. Kemarin ponsel teman mas hilang, tapi sudah tidak bisa di temukan, karena keburu di ganti Sim card nya.“ Ucap Ilham santai.
“Ooh“. Naura beroh-ria saja.
.
Di ruang makan
“Ngapain aja sih di kamar? Nggak tau kita udah lapar?!“ Sergah Bu Lidya.
“Maaf buk.“ ucap Naura. Dirinya segera menyendokkan nasi dan lauk serta sayur ke piring sang suami.
“Sudahlah buk, tidak baik marah-marah di depan makanan.“ Ayah Indra menengahi.
Mereka pun makan dalam keheningan.
Usai makan malam, Naura mencuci piring dan memasukkan kelebihan makanan ke dalam kulkas. Setelahnya membuat minuman untuk suami dan ayah mertua nya. Sementara untuk ibu mertua, sengaja tidak di bikin, karena Gula darah nya tinggi. Tidak lupa menata bolu yang di bikinnya ke dalam piring.
Naura menyajikan minuman dan cemilan di meja ruang keluarga.
“Silakan diminum mas, ayah!“ Ucap Naura lembut.
“Makasih nak.“ jawab ayah Indra.
“Lo, untuk ibuk nggak kamu bikin Nau? Ck!!.“ Bu Lidya berdecak sebal.
“Maaf buk, bukannya Nau nggak mau bikin, kan kemarin pas di cek gula darah ibuk tinggi. Jadi, ibu libur dulu ya minum yang manis-manis. Untuk sementara saja ya buk?!.“ Ucap Naura hati-hati.
“Lihat tuh buk, bersyukur dapat menantu seperti Naura. Jangan kan suami, kesehatan kita saja di pikirkan.“ puji ayah Indra tulus.
Bu Lidya hanya melengos. Hati nya membenarkan ucapan sang suami, tapi egonya menolak. Semua kebaikan dan kelembutan Naura tertutupi hanya karena sang menantu belum bisa memberikan keturunan.
Setelah ngobrol ringan, Naura dan Bu Lidya masuk ke kamar masing-masing. Sementara ayah Indra dan Ilham, mereka masih ngobrol seputar pekerjaan.
.
...🌾🌾🌾🌾🌾...
Pagi harinya setelah sarapan, Ilham pergi bekerja dan Naura mengantar sang suami sampai depan rumah.
“Mas malam ini lembur lagi sayang, jadi nggak perlu nungguin mas makan malam dan tidur duluan saja.“ ucap Ilham.
“Yah..., kok lembur Mulu sih akhir-akhir ini, kamu nggak lupakan besok anniversary pernikahan ke 4 kita.“ balas Naura. Dirinya sedikit kecewa, karena lagi-lagi malam ini sang suami lembur.
"Udahlah Nau, Ilham itu cari uang, bukan main-main. Udah untung kamu nggak kerja, dirumah aja nungguin suami pulang. Nggak perlu lah acara-acara anniversary segala. Lagian udah mau 4 tahun juga, seharusnya bukan lagi ngurus anniversary, tapi ngurus anak.“ setelah berucap pedas, Bu Lidya nyelonong masuk rumah.
Naura menundukkan kepalanya, sakit hatinya mendengar ucapan sang mertua. Jika saja tidak mengingat beliau orang tua, sudah pasti akan dirinya lawan wanita itu.
“Maafkan ibuk ya sayang, jangan kamu ambil hati ucapan nya, namanya juga orang tua. Kamu yang sabar ya“_ Ilham merengkuh tubuh istrinya, memeluk sang istri.
“Apapun kata orang nggak usah kamu tanggapi. Selagi mas nggak masalah, jadi nggak perlu dengerin ucapan yang nggak penting. Kamu saja sudah cukup buat mas, soal anak itu hanya bonus.“ Ucap Ilham. ada rasa kasihan di hatinya. Tapi dirinya juga tidak bisa melawan orang tua.
“Ya sudah, mas berangkat dulu ya. Baik-baik di rumah, Jika capek istirahat, kan rumah kita sekarang sudah ada bibik“. Ucap Ilham lagi.
Ya!! Ilham sengaja menyewa pembantu, karena dirinya kasihan melihat sang istri tidak pernah mau berdiam diri. Karena Naura memang tipe yang suka kebersihan, selain itu Dia juga pintar masak.
“Iya mas, hati-hati!.“
Setelah suaminya berangkat kerja, Naura segera menuju ke dapur, lanjut memasak untuk makan siang mereka. Hari ini Naura memasak Nila saus Padang, sotong krispi, Cah kangkung dan puding ubi ungu.
Bibik baru tiba di rumah.
“Maaf ya non, bibik telat datangnya. Bibik ngurus anak yang sakit dulu“. Ucap bibi tiba-tiba.
“Eh bibik, kapan datangnya? Kaget aku.!
Jika anak bibik sakit bibik libur dulu saja kerjanya. Bibik tenang saja, soal gaji nanti saya bilang ke mas Ilham untuk tidak memotong gaji bibik.“ Ucap Naura seolah mengerti jika sang pembantu terpaksa masuk kerja di tengah anaknya sakit, karena takut gajinya di potong.
“Benar ini non?...“ Tanya bik Imah antara percaya dan tidak.
“Iya bik. Sudah bibik pulang saja. Lagian nggak ada pekerjaan berat kok hari ini, jadi nggak usah khawatir. Nih, ada sedikit untuk anak bibik“_ Naura mengulur beberapa pecahan uang warna merah. Bibik Imah kaget dan terharu. Naura mengambil box makanan dan menuju kulkas, lalu memasukkan makanan ke dalam box.
“Oh iya, ni ada makanan tadi malam, bukan sisa kok bik, Ini kelebihan nya.“ Naura memasukkan box ke dalam plastik.
“Ya Allah non, Udah di kasi uang, ni lagi di kasi makanan!, terima kasih banyak ya non. Bibik nggak tau mau ngomong apalagi. Tapi semoga Gusti Allah membalas kebaikkan non dengan berlipat ganda.“ Ucap bibi, matanya berkaca-kaca. Kagum akan kebaikan menantu majikannya ini.
“Aamiin!!! Sudah nggak apa-apa, setelah ini bibik langsung bawa anaknya berobat ya!“ balas Naura tulus.
.
“bagus ya!!!“
.
.
.
“Tega ibu menjodohkan mas Ilham, sementara aku istri sah nya ada di sini.“
Tidak seberapa lama Ilham berangkat, di rumah mereka kedatangan tamu salah satu teman arisan Bu Lidya dan anak nya.
“Kemana sih?!, Sebentar ya jeng, saya kebelakang dulu.“ Ucap Bu Lidya, dirinya menuju ke dapur.
.
Sementara di belakang, setelah bibi pulang, Naura menutup pintu dapur. Saat berbalik, dirinya kaget akan kedatangan sang mertua. Perasaan nya jadi tidak nyaman.
“Bagus ya, Uang dari Ilham di hambur-hamburkan dan makanan di kasi sembarangan tanpa izin ku. Ingat ya Nau, walaupun kamu istri anakku, tetapi kamu tetap orang asing di rumah ini. Kamu tidak berhak memberi uang kerja keras anak ku ke orang lain. Jangan berlagak jadi nyonya kamu!“ Sarkas Bu Lidya menuding jari telunjuknya ke arah Naura.
“Satu lagi!, kamu itu seharusnya sadar diri, sudah 4 tahun jadi menantu saya tapi tidak bisa memberikan anak untuk Ilham. Putraku itu sempurna, tampan, dan beruang. Hanya satu kekurangan nya!, yaitu menikahi wanita dekil dan mandul seperti kamu!.“ lanjutnya lagi menghina sang menantu.
Naura tersulut mundur. Tidak menyangka hari ini dia bakalan di hina habis-habisan hanya karena dirinya memberi pembantu makanan dan sedikit uang.
Mendengar keributan di dapur, kedua tamu Bu Lidya menyusul nya.
“Maaf Bu, Nau nggak izin dulu ke ibu. tapi, uang yang Nau kasi ke bibik itu hasil kerja Nau kok.“ ucap Naura hati-hati.
“Alah... Uang dari mana kamu memangnya? Kerja juga nggak. Palingan itu uang hasil kerja keras anak ku!.“ Balas Bu Lidya lantang. Sudah dari kemarin saat kondangan dirinya menahan diri, hari ini akhirnya meledak juga. Iya merasa bebas, karena sang anak dan suami tidak ada di rumah.
“Maaf jeng, ada apa ni?“ tanya temannya Bu Lidya.
“Eh, nggak apa-apa, mari kembali ke ruang tamu“_ Ucap Bu Lidya tidak enak hati terhadap tamu nya.
“Bikinin jus dan cemilan!, Ingat! Jangan lama-lama!.“ perintah Bu Lidya.
.
Naura menghela nafas pelan, mengusap dada berharap di beri kesabaran.
Dirinya segera membuat jus pesanan mertua nya, juga menyiapkan chesse cake buatannya .
...*****...
Diruang tamu
.
“Ada apa sih jeng? Berani ya pembantunya make uang kalian?’’ ucap teman Bu Lidya.
“Itu istrinya ilham.’' jawab Bu Lidya cuek.
“Apa? Jadi itu istri nya Ilham? Masa sih Tante? Kok dekil sekali...!?, dulu itu setau aku, selera Ilham tinggi Loh Tan. mantannya itu cantik-cantik.’’ Timpal Ghea anak dari teman Bu Lidya.
Saat mereka asik ngobrol, Naura datang membawa nampan berisi cemilan dan jus. Dia mendengar semua obrolan ketiga wanita itu, tetapi pura-pura tidak mendengar.
“Silakan di minum Tante, mbak!’’ tutur Naura sopan.
“Terima kasih ya.’’ Ucap Ghea sok ramah.
“Sama-sama, saya ke kamar dulu, Permisi.’’ Naura beranjak menuju ke kamarnya.
Hari ini dia sudah janjian dengan Erna untuk ketemuan di luar.
Selesai mandi dan berpakaian, Naura duduk di meja rias. Memoles tipis wajahnya menggunakan make up natural. Naura sedari dulu memang tidak suka dandan menor, dirinya lebih suka terlihat natural. dulunya walaupun Naura tidak dandan, dia tetap kelihatan begitu cantik, tapi setelah menikah dirinya jadi tidak begitu merawat diri. Karena di sibukkan oleh pekerjaan rumah. Sementara uang belanja di pegang oleh mertuanya, sehingga dirinya tidak bisa membeli peralatan untuk merawat diri.
.
.
.
“Aku mau saja jadi yang kedua Tan, tapi aku yakin Ilham nggak akan mau. Lagipula nanti pasti istrinya nggak akan setuju. Mana ada wanita mau di madu.’’ ucap ghea.
Bu Lidya berniat menjodohkan sang anak dengan anak temannya. Seakan lupa jika Ilham sudah punya istri.
“Soal itu gampang, nanti Tante yang atur. Yang penting kamu nya mau di jodohkan sama Ilham. Soal Naura setuju atau nggak, itu nggak akan merubah niat Tante. Dia itu cuma orang asing di sini, gimana pun Ilham anak Tante, jadi Tante yang berhak atas hidupnya.’’ Tutur Bu Lidya bersemangat.
“Tega ibuk menjodohkan mas Ilham, sementara aku istri sahnya ada di sini!’’_ Naura tiba-tiba sudah ada di belakang mereka.
“Apa salah Nau buk, sehingga ibu melakukan ini?..., selama ini Nau sudah berusaha jadi menantu yang dan istri yang baik untuk mas ilham!.’’ Ucap Naura lantang. Dirinya tidak bisa menahan gejolak hati mendengar perjodohan yang mertuanya ucapkan. Air mata nya tidak mampu terbendung lagi.
’’Salah nya, kamu tidak bisa memberi ku cucu. Dan lagi, di kamar mu ada cermin kan? Lihat wajahmu itu, begitu kusam!. Aku selalu di permalukan karena kemandulan mu dan kekusaman wajahmu ini!’’_
“Bukan kah anak ku bekerja hingga malam, kemana uang nya? Kenapa tidak di gunakan untuk merawat dekilmu itu?... Kamu itu hanya memberi malu untuk anakku!’’ Ucap Bu Lidya lantang.
Lagi!, Naura kembali di hina dan di maki. Selama ini dia terus diam jika kerap kali di hina oleh keluarga Ilham dan juga ibunya, tapi kali ini bukan hanya hinaan yang di terima, dengan teganya sang mertua malah ingin menjodohkan anaknya yang telah beristri. Dimana hati nurani Bu Lidya sebagai sesama perempuan.
Naura tidak lagi menanggapi ucapan mertuanya. Dia segera keluar rumah dan menaiki taxi yang telah iya pesan.
Di dalam mobil, Naura memakai masker. Dirinya yakin jika wajahnya kini telah sembab,
karena habis menangis.
.
.
Beberapa menit kemudian taxi yang di tumpangi Naura, berhenti di depan cafe.
“Makasih ya pak!, Biayanya telah saya transfer.’’ ucap Naura. Segera iya turun dari taxi.
Saat kaki nya melangkah memasuki cafe, tidak sengaja iya menabrak perempuan cantik dan sexy.
“Maaf ya mbak!, nggak sengaja.“ sesal Naura.
“Gunakan mata untuk melihat jika Edang berjalan!.’’ sergah wanita itu.
“Heh!, teman saya sudah minta maaf loh mbak, jika bicara yang sopan donk.’’ timpah Erna yang baru datang.
“I don't care!.’’ balas wanita sexy itu. Dan segera memasuki cafe.
“Sudah, nggak usah di tanggepin.’' Naura pula yang menenangkan sahabat baru nya ini.
Erna masih menggerutu pelan.
Mereka pun memasuki cafe dan memilih meja pojokan. Waiters pun menghampiri mereka dan mencatat pesananan keduanya.
Sambil menunggu pesanan datang, Naura dan Erna ngobrol santai, sesekali di timpal oleh candaan Erna.
“Kok mata mu sembab Nau?’’ tanya Erna Hera.
’’Ngak tau juga, mungkin karena tadi malam kurang tidur.’’ jawab Naura dusta.
Tidak berapa lama pesanan mereka datang, mereka pun makan dengan lahapnya. Karena baik Erna maupun Naura belum sarapan tadi pagi.
Saat asyik makan, netra Naura tidak sengaja melihat ke arah pintu cafe dan melihat sang suami masuk. Buru-buru Naura mengambil buku menu dan menutup wajahnya.
Erna yang melihat tingkah Naura menatap heran.
“Kenapa sih?..., kek takut ketahuan selingkuh aja!.’' Ucap Erna. Dirinya mengaduk jus alpukat.
“Aku seperti melihat mas ilham.’' jawab Naura celingak-celinguk mencari keberadaan sang suami.
“terus kenapa juga harus nutupin wajah?.’’ Erna memutar bola matanya malas.
“Ntar deh aku cerita, aku mau telfon mas Ilham dulu.’’ balas Naura. Dirinya mengambil ponsel di dalam tas dan menelphone sang suami.
Tut....tut...
“Kok nggak di angkat sih?!’’. Kembali Naura menelphone suaminya.
“Hallo sayang, apa ada masalah dirumah?...’’
’’Nggak kok mas. Kamu lagi ngapain? Kok lama angkat telpon Nau..., sibuk ya?..’’
“Maaf sayang, mas masih meeting di kantor, nanti mas telpon lagi ya, bye sayang.’’
Panggilan berakhir, Naura meletakkan ponselnya ke atas meja. Wajahnya mendadak pias, curiga mulai merasuk hatinya.
Erna yang melihat ada yang tidak beres pada Naura dari raut wajahnya, tidak berani bertanya. Bukan hak nya juga untuk kepo. Jika memang butuh teman cerita, tentunya iya siap mendengar.
’’Aku pulang dulu ya, nanti ibuk malah khawatir.’’ ucap Naura setelah lama melamun.
“Oh ok jika begitu. Hati-hati ya Nau!’’.
Naura hanya tersenyum dan berjalan meninggalkan cafe.
.
.
.
.
“Siapa dia? Dan ada hubungan apa-apa mereka?’’
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!