NovelToon NovelToon

Menjadi Istri Ke 2

Si Cantik Lova

Rok hitam di atas lutut dengan atasan berwarna putih itu membuat penampilan nya hari ini semakin terlihat seksi. Bibir penuh namun kecil itu sengaja ia oleskan perwarna agar semakin menambah kesan seksi pada wajahnya.

Senyumnya mereka kala seseorang tiba-tiba datang dan duduk di sebelahnya.

"Jangan cantik-cantik, gue nggak suka punya gue ini dinikmati banyak orang." Kenzo menatap kekasihnya yang setiap hari selalu membuatnya pusing.

Ada saja tindakan nya yang membuatnya merasa cemburu, meski sebenarnya kekasihnya itu tidak melakukan apa-apa, pada dasarnya memiliki seorang kekasih yang memang menarik perhatian banyak orang harus membuatnya lebih bersabar, dan itu resikonya memang. Memiliki pacar cantik dan seksi seperti Lova.

"Mereka cuma bisa memandang, tanpa bisa menyentuh."

Well, itu lah yang selalu Lova katakan pada Kenzo ketika cowok itu protes dengan penampilan Lova yang selalu terlihat mencolok, menarik perhatian teman-teman kampusnya, pacarnya itu tidak perlu diapa-apakan juga sudah cantik, tetapi Lova bukan lah gadis biasa, Kenzo bahkan bisa dikatakan rutin setiap minggunya mengantar Lova ke salon. Lova gadis masa kini yang tau cara merawat diri, dan dia termasuk gadis yang tidak rela tubuh indahnya dibiarkan begitu saja.

Kenzo menarik tangan Lova untuk ia kecup, lalu menyelipkan kata-kata romantis yang sudah menjadi makanan Lova sehari-hari, setiap saat bahkan ketika mereka bertemu.

"Love you bebe."

"Unch, manis banget si sayangnya Lova?" balas Lova mengelus pipi cowok itu dengan lembut, juga sedikit nakal yang membuat Kenzo mengecup tangan nya berulang-ulang.

"Lop, gue cariin dari tadi malah lagi pacaran di sini." Belvi datang dengan raut muka di tekuk. Gadis itu langsung duduk tidak peduli menganggu keromantisan kedua pasangan di depan nya.

"Apa sih? Ganggu tau nggak," protes Lova melirik Belvi malas.

"Kak Kenzo bisa pergi dulu nggak? Ini mau bahas masalah cewek banget soalnya," pinta Belvi hanya dibalas anggukan kepala oleh Kenzo.

"Oke, gue pergi ya? Have fun cantik."

Lova mengangguk dengan senyum. Ia menoleh ke arah Belvi setelah Kenzo benar-benar pergi.

"Apaan?" tanya nya malas.

"Lo pasti bakal kaget banget Lop, bentar-bentar." Belvi dengan semangat memperlihatkan layar ponselnya pada Kalalova.

Gadis itu menyipitkan matanya saat melihat seseorang pada layar ponsel milik sahabat dari TK nya itu.

"Serius ini dia? Kok jadi kaya tua ya?" tanya Lova seketika membuat Belvi tertawa.

"Sembarangan, coba liat lagi."

"Eh, bentar Lop, gue rasa apa yang lo bilang itu bener deh, jauh banget sama pas SMA." Belvi ikut menimpali. "Tetep cantik sih, tapi kaya yang jauh banget nggak sih penampilan nya?"

Lova mengangguk setuju, ia memikirkan apa yang membuat teman sekaligus musuh masa SMA nya itu menjadi berubah, dalam segi penampilan jelas terlihat sangat berbeda.

"Gue harus ketemu dia," ujar Lova tidak sabar.

"Eh sabar, lo pasti ketemu kok, mingdep angkatan kita mau ngadain reuni, kesempatan nggak sih buat lo kasih pelajaran buat tuh anak?"

Lova mengangguk membenarkan, ia memang tidak boleh gegabah dalam bertindak, apa lagi sudah cukup lama mereka tidak bertemu, akan ada banyak kemungkinan dalam kehidupan teman SMA nya itu.

"Baru pulang Lov? Sore banget?" tanya Gina, tante Kalalova.

Gadis itu mengangguk. Lalu duduk di sebelah tantenya yang sedang menonton acara di televisi.

Lova memang tinggal bersama dengan tantenya-Gina, sudah sekitar 6 tahun sejak kedua orang tuanya berpisah.

Gadis itu melirik tantenya yang sedang serius dengan layar besar di depan mereka. Terdengar decakan dari Lova ketika layar besar itu menampilkan selebriti yang sedang viral karena rumor perselingkuhan. Lova beranjak, ia malas menonton televisi yang beritanya semakin hari semakin tidak jelas.

"Udah makan siang kamu?"

"Udah tan, aku mau ke kamar dulu. Capek," balaanya meninggalkan tantenya.

Setelah sampai di kamarnya. Lova merebahkan tubuhnya. Ia teringat dengan kejadian masa kecilnya dulu. Ah, Lova tidak ingin mengingatnya lagi, ia ingin bisa melupakan kejadia itu, tetapi susah untuknya yang sudah tergambar jelas diingatan nya.

"Brengsek, beritanya nggak mutu banget anjir," geramnya memukul kasur miliknya.

Tidak lama pesan dari Belvi tertera di ponselnya, Lova yang memang sedang dalam mode kesal dengan ogah-ogahan mengambil ponsel miliknya, membuka room chat nya dengan Belvi dan seketika mulutnya ternganga mendapati satu fakta yang mengejutkan nya.

"Anjir, kok bisa?" tubuhnya langsung duduk dengan sempurna. Bad mood yang tadi sempat dirasakan olehnya seketika hilang, berganti menjadi rasa penasaran yang teramat besar.

"Ala taek si Belvi, kasih informasi nanggung banget," umpatnya setelah mendapat beberapa balasan pesan dari sahabatnya itu.

Lova kembali berbaring, menunggu malam dan bersiap untuk pergi bersama Kenzo, tadi Kenzo sudah mengajaknya untuk pergi, dan Lova tidak mungkin menolaknya, mengingat dia juga tidak ada kegiatan apa-apa nanti.

"Bye tan, duluan ya?" pamit Lova melambaikan tangan nya.

"Kenzo, bawa pulang Lova seperti biasa ya? Jangan sampai lewat jam 10 malam," peringat Gina dibalas anggukan kepala oleh Kenzo dengan senyum tampan nya.

"Kita mau kemana sih?" tanya Lova melihat penampilan Kenzo yang sedikit berbeda dari biasanya. Sedikit lebih rapih malam ini.

"Nanti lo juga tau," balas Kenzo membuat Lova berdecak. Tapi kekesalan Lova malah membuat Kenzo tertawa, ia suka melihat Lova yang terkadang kesal, wajahnya terlihat lucu.

"Btw, lo malam ini cantik banget," puji Kenzo.

"Ya gimana ya? Guenya emang udah cantik, terus dress yang lo kasih juga cantik, thank you Kenzo." Lova bergelayut manja di lengan Kenzo.

Hal itu membuat Kenzo mencium pucuk kepala Lova berulang-ulang, dengan satu tangan nya menyetir mobil.

Keduanya sudah berpacaran sekitar 2 tahun. Kenzo yang pada dasarnya sedikit play boy dulu langsung tertarik ketika melihat Lova sebagai mahasiswi baru. Banyak yang sudah Kenzo lakukan untuk bisa mendapatkan Lova dan berada sampai dititik ini, membuat Lova cukup bucin dengan nya. Treatment yang Kenzo lakukan tidak main-main, bahkan Kenzo bisa menghabiskan uang puluhan juta dalam sebulan hanya untuk kekasihnya itu, namun tidak menjadi masalah, toh.. Kenzo itu dari keluarga kaya raya yang tidak akan habis uangnya hanya untuk membuat kekasihnya senang.

"Heh? Ngapain ke sini? Lo gila?" Lova tidak habis pikir dengan Kenzo yang membawanya ke hotel mewah berbintang 5.

"Santai, kita ke sini bukan untuk aneh-aneh, cuma makan malam sama keluarga gue," jelas Kenzo seketika membuat Lova mendelik.

"Kenapa nggak bilang dari awal sih? Tau gitu gue ke salon dulu," kesal Lova langsung dibalas Kenzo dengan menggenggam tangan gadis itu.

"Hei, tenang lah, cuma makan malam aja, lo itu udah cantik banget tanpa harus ke salon, lo cantik Lova." Kenzo mengelus lembut pipi gadis itu.

Keduanya sama-sama saling menatap satu sama lain, Kenzo yang berusaha menenangkan Lova, sementara Lova yang mencoba percaya dengan apa yang Kenzo katakan.

Kebiasaan buruk Lova, tidak percaya diri meski sebenarnya dia semenarik itu, tetapi selalu ada alasan dibalik sikapnya itu.

"Lo udah siap kan?" tanya Kenzo mengecup lembut tangan Lova.

Bertemu Keluarga Besar Kenzo

Dengan berjalan anggun dan juga elegan, tangan Lova diselipkan di lengan Kenzo, keduanya terlihat sangat serasi, memiliki paras yang sama-sama menawan.

Hingga ketegangan yang tadi sempat memudar kembali dirasakan oleh Lova ketika keduanya memasuki ruangan yang memang sudah disiapkan untuk pertemuan keluarga besar Kenzo, tidak dipungkiri Lova merasa gugup sekarang.

"Tenang, ada gue," seakan mengerti kegelisahan Lova, Kenzo mencoba untuk menenangkan kekasihnya itu.

"Sumpah, gue nggak nyiapin apa-apa buat ketemu keluarga lo," kesal Lova malah dibalas kekehan oleh Kenzo. Menyebalkan sekali memang.

"Nggak perlu bebe, lo cukup jadi pendamping gue di sini," ujarnya kembali mencoba menenangkan Lova.

"Nah, ini yang ditunggu nongol juga." Zean salah satu sepupu Kenzo menatap kedatangan Kenzo bersama dengan seorang gadis cantik.

"Gila Ken, dapat dari mana lo?" bisik Zean sontak membuat Kenzo meliriknya malas.

"Lova kenalin, Zean sepupu gue," ujarnya memperkenalkan Lova kepada salah satu sepupunya itu.

Zean berniat menjabat tangan Lova, namun belum sempat Lova membalasnya, Kenzo sudah lebih dulu mengajaknya menemui kakek dan neneknya, juga orang tua Kenzo pastinya.

"Sialan," umpat Zean merasa diabaikan.

"Awas aja lo Ken," geramnya ikut berkumpul kembali dengan yang lain.

"Jadi ini yang namanya Lova ya?" Yesi mama Kenzo memberi senyum manisnya.

Seakan paham apa yang harus dilakukan. Lova mendekat dan memperkenalkan diri secara sopan kepada kedua orang tua Kenzo.

"Iya tante, saya Lova teman dekat Kenzo."

"Pacar ma, kita pacaran bukan temenan," koreksi Kenzo membuat mamanya tersenyum.

"Lova, kenalan sama eyang dulu yuk," ajak mama Kenzo berusaha akrab dengan pacar anaknya.

Lova mengangguk dengan senyum tipis, ia mengikuti mama Kenzo yang membawanya ke meja lain, dimana ada seorang wanita tua yang sedang mengobrol dengan seorang wanita. Lova rasa itu asisten pribadi beliau, dilihat dari cara duduk juga anggukan kepalanya yang begitu sopan.

"Ma, ini ada pacar Kenzo," beritahu Yesi.

Wanita tua itu mendongak, lalu tersenyum tipis dengan tangan melambai mengisyaratkan Lova untuk mendekat.

"Cantik, siapa namamu?" tanya beliau.

"Lova eyang," balasnya sopan.

"Sama seperti orangnya, sudah lama mengenal Kenzo?" tanya beliau lagi.

Lova menjawabnya dengan sedikit gugup, meski begitu ia cukup mudah dekat dengan keluarga Kenzo, bahkan beberapa tante Kenzo yang lain juga sudah berkenalan dengan Lova. Kini semua duduk di depan meja makan besar yang memang bisa untuk belasan orang. Lova duduk di dekat Kenzo.

"Ngobrol apa aja sama eyang?" tanya Kenzo melirik Lova.

"Emmm banyak sih, jangan kepo dulu gue mau makan," balas Lova seketika membuat Kenzo terkekeh.

"Dimana anak itu? Masih belum datang juga?" tanya eyang Kenzo.

"Mungkin sebentar lagi ma," balas salah satu tante Kenzo.

"Ken, gue ke toilet bentar ya?" pamitnya.

"Mau gue temenin?" tawar Kenzo mendapat gelengan kepala Lova.

"Nggak usah, bentaran kok." Lova beranjak dari duduknya, kemudian pamit kepada semua, tidak mungkin dia pergi begitu saja, yang ada nanti kesan pertama bertemu dengan keluarga besar Kenzo akan jelek, meski Lova tidak berniat menjalin hubungan serius dengan Kenzo, tetap saja image nya harus baik.

"Mau apa lo? Tetep duduk," peringat Kenzo melihat Zean berniat pergi dari sana.

Zean berdecak karena Kenzo tahu niatnya.

Kenzo cukup paham tabiat Zean, keduanya tidak jauh beda, tidak bisa melihat gadis cantik diangguri, namun Kenzo perlahan mulai berubah sejak mendapatkan Lova. Dia tidak segila dulu.

Keluar dari toilet, Lova merapihkan penampilan nya. Ia kembali mengoleskan lipstik pada bibirnya.

"Gila aja si Kenzo, ngajak ketemu keluarganya pakai baju kaya gini?" gumamnya merapihkan tatanan rambutnya.

Ia mengamati penampilan nya yang sedikit terbuka. Pantas saja Zean sedari tadi terus memerhatikan nya, seakan mengincar Lova meski tahu Lova milik sepupunya sendiri.

"Dikira gue nggak gugup apa ya?" gerutunya lagi.

Lova memang terlihat santai, tetapi sebenarnya gadis itu sedikit gugup. Apa lagi keluarga Kenzo ini ternyata pemilik hotel bintang 5 yang sekarang mereka tempati untuk acara pertemuan keluarga besar. Tidak membahas hal yang serius memang, hanya makan malam bersama yang terkadang dilakukan 3 bulan sekali agar keluarga besar tersebut tetap bisa berkumpul lengkap meski sudah disibukan dengan urusan masing-masing.

Setelah memastikan penampilan nya rapih. Lova keluar dari lorong toilet, ia berjalan kembali menuju dimana keluarga kaya raya itu berkumpul, namun siapa sangka di tengah jalan. Lova tidak sengaja menabrak seseorang sampai membuatnya hampir saja jatuh jika tidak dengan sigap ditahan oleh laki-laki tampan di depan nya ini.

Harum maskulin dan mata tajam itu membuat hati Lova berdebar. Sialan, Lova tidak pernah merasakan nya karena Kenzo, tetapi laki-laki asing ini sudah membuatnya merasakan sesuatu aneh dalam dirinya.

Keduanya sama-sama saling menatap satu sama lain untuk waktu beberapa detik. Sebelum akhirnya laki-laki itu melepaskan Lova dan berlalu begitu saja.

"Anjir, gue dicueki?" mulut Lova ternganga mendapati laki-laki itu mengabaikan nya.

"Seorang Lova dicueki?" masih tidak habis pikir rasanya dengan apa yang baru saja terjadi.

Ini untuk pertama kalinya Lova dilirik tanpa minat oleh seorang laki-laki, biasanya mereka akan memberi tatapan ingin pada gadis itu, bahkan meski dari jarak yang jauh, laki-laki pada umumnya akan meliriknya, meski tidak lama tetapi Lova selalu berhasil mengambil atensi mereka.

"Nggak normal maybe," celetuknya lagi.

Sebenarnya Lova masih tidak terima ada yang mengabaikan begitu saja, bukan karena Lova haus akan pujian atau tatapan minat dari mereka, tetapi ya, itu termasuk aneh bagi Lova, seorang laki-laki pergi begitu saja tanpa mengatakan sepatah kata. Atau setidaknya basa-basi meminta maaf atau semacamnya, tetapi tidak sama sekali.

"Bebe kok lama? Ada masalah?" Kenzo datang menghampiri Lova.

Menggeleng dengan senyum Lova kembali menggandeng mesra lengan Kenzo. "Enggak kok, ayo ke sana."

Namun baru berapa langkah, ponsel Lova bergetar, tante Gina mencoba menghubunginya.

"Tante," beritahunya pada Kenzo.

"Angkat aja, siapa tahu penting," titah Kenzo diangguki Lova.

Gadis itu sedikit menjauh dari Kenzo, mengangkat sambungan telepon dari tantenya.

"Kenapa tan?"

"Oke, aku pulang sekarang," balasnya segera mematikan sambungan telepon nya.

"Ken, gue balik sekarang ya? Sorry banget buru-buru, sampaikan salam buat ortu sama keluarga lo ya," pamit Lova berniat ingin langsung pergi. Namun dengan cepat Kenzo sudah menahan tangan nya.

"Gue antar oke? Gue yang bawa lo, jadi gue juga yang harus pulangi lo."

Tidak ingin membuang waktu, Lova mengangguk saja, ia segera berjalan keluar hotel agar cepat sampai di tempat tujuan.

Diajak Ke Rumah

Loba baru saja tiba di kampus ketika suara Belvi sudah memenuhi gendang telinganya. Gadis berambut sebahu itu menarik Lova untuk ke tempat yang lebih sepi, ada banyak yang ingin dia beritahu kepada Lova tentang gadis yang selama ini dia cari. Dan memang harus di tempat sepi agar Kenzo tidak mudah menemukan keberadaan mereka.

"Lop, lo liat deh," tangan nya menunjukan layar pada ponselnya.

Semalaman Belvi sengaja mencari tahu tentang gadis atau mantan teman mereka dulu ketika di SMA, dari mulai kehidupan sampai ke hal yang lebih serius, pasangan dari gadis tersebut.

"Ternyata nggak jauh beda sifatnya," jelasnya membuat Lova terdiam sebentar.

Ia menatap Belvi dan mengangguk setuju. Ingatan tadi malam kembali datang. Ah, rasanya Lova sangat lelah sekali. Banyak yang harus dia lakukan.

"Lo ngga papa kan?" tanya Belvi melihat keterdiaman Lova.

"Ia'm oke kok," sudut bibirnya tertarik ke atas untuk meyakinkan Belvi.

"Jangan dipendem, gue bakal bantuin dan selalu ada buat lo sampai dititik terakhir," ujarnya seketika membuat Lova memutar bola matanya.

"Lebay, udah ah ayo masuk, masalah tuh anak nanti gue pikir-pikir lagi," beranjak dari duduknya, Lova dan Belvi berniat langsung masuk ke kelas saja.

"Kasih tahu gue, biar gue bantu," peringat Belvi mendapat anggukan kepala Lova. "Iya bawel."

"Hai Lova."

"Hai, cantik."

Lova memberikan senyum manisnya saat beberapa teman kampusnya menyapanya. Sedikit genit memang, tetapi Lova sama sekali tidak menanggapi, hanya saja gadis itu suka menjadi pusat perhatian mereka.

"Pada nggak tau malu, udah tahu sahabat gue ini punya si Kenzo." Belvi melirik malas beberapa cowok yang menyapa Lova dengan terang-terangan tadi.

"Ya biarin sih. Lagian gue suka ini disapa mereka."

Belvi mendelik, lalu menoyor kepala Lova sampai membuat gadis itu mengaduh sakit.

"Lo nggak bisa gitu berusaha buka hati buat kak Kenzo?"

"Ya gimana gue udah usaha tapi masih gini-gini aja. Anehnya hati gue berdebar pas ketemu-"

Lova teringat dengan kejadian tadi malam, dimana ia tanpa sengaja bertabrakan dengan seorang laki-laki, tampan sih, sangat malah, tapi sangat sombong sekali, setelah kejadian itu tidak ada kata maaf atau ucapan yang keluar dari mulutnya. Sialan, Lova jadi kesal sendiri menginga kejadian itu. Bagaimana bisa seorang Lova tidak dilirik sama sekali oleh seorang laki-laki? atau laki-laki tampan tadi malam itu tidak normal? Bisa saja.

"Heh, ngalamun."

"Gue cantik nggak sih?"

Mendengar pertanyaan aneh Lova membuat Belvi kembali ingin menoyor kepala Lova. Aneh-aneh saja pertanyaan gadis itu.

"Ya menurut lo? Gue males beropini yang ada lo tambah gede kepala."

Mendengar jawaban Belvi seketika membuat Lova tersenyum. Ia paham dengan jawaban tidak terus terang sahabatnya itu.

"Kalau gitu sayang banget dong. Ganteng-ganteng belok."

Belvi langsung mengernyit bingung. Ia menatap Lova aneh.

"Siapa yang ganteng tapi belok?" tanya Belvi sudah penasaran.

"Ada, nanti gue ceritain, sekarang kita masuk dulu." Lova langsung menarik tangan Belvi untuk segera masuk ke dalam kelas yang sebentar lagi akan dimulai.

Lova sudah sampai di rumahnya. Hari ini ia tidak bertemu sama sekali dengan Kenzo, bahkan cowok itu juga tidak masuk kuliah. Lova penasaran, tetapi ia malas bertanya. Biar saja lah, dia akan habiskan waktunya untuk tidur tanpa gangguan dari Kenzo yang seakan tidak bisa jauh darinya. Ini keberuntungan bagi Lova.

"Lov, ada Kenzo di depan," suara tante Gina terdengar dari depan pintu kamarnya.

"Panjang umur, baru juga gue ngebatin, uda muncul aja." Lova beranjak dari kasurnya.

Gadis itu berjalan menuju ke pintu dan membukanya, tanpa berniat merapihkan baju atau pun rambut cepolnya yang sedikit berantakan. Namun malah membuat Lova terlihat cantik dan semakin seksi.

"Ya ampun Lov, nggak ganti baju dulu kamu?" heran tante Gina melihat penampilan Lova sekarang.

"Cuma nemui Kenzo di depan kan? Repot tan," balasnya.

Gina hanya menggeleng saja melihat tingkah keponakan nya itu. Ia membiarkan Lova menemui Kenzo yang sudah menunggu sejak tadi, sementara Gina sendiri kembali pada kegiatan nya.

"Hai," sapa Lova seketika membuat Kenzo menoleh.

Kenzo terdiam beberapa saat melihat penampilan Lova saat ini. Bukan karena rambutnya yang sedikit berantakan, tetapi baju yang Lova kenakan membuat hati Kenzo berdebar dengan sangat kencang. Juga sedikit tegang pastinya.

Lova mengenakan daster yang memperlihatkan kulit mulusnya. Sudah seperti seorang istri yang menunggu suami pulang di rumah saja. Kalau begini Kenzo kan jadi tidak sabar untuk membuat Lova menjadi miliknya seutuhnya.

"Sibuk nggak?"pertanyaan Kenzo langsung mendapat gelengan kepala dari Lova. "Enggak, lagi malas-malasan tadi," balasnya jujur.

Ya Lova memang lagi bermalas-malasan tadi, juga menikmati waktu tanpa adanya Kenzo. Eh, tiba-tiba saja cowok itu langsung muncul. Tahu gitu Lova tidak usah membatin tadi.

"Mama pengen ketemu lo, kalau sekarang bisa nggak?"

"Mendadak gini? Aduh gue belum belanja apa-apa lagi."

"Santai bebe, lo cukup dateng aja mama udah seneng banget pasti. Lagian mumpung ada om sama istrinya juga di rumah. Lo tadi malam belum sempet ketemu mereka," jelas Kenzo akhirnya mendapat anggukan Lova.

Gadis itu setuju saja. "Oke, gue siap-siap ya?"

Setelah Kenzo mengangguk. Lova langsung bersiap untuk pergi ke rumah Kenzo. Meski agak sedikit kesal karena terlalu mendadak, tetapi pada akhirnya ia iyakan ajakan Kenzo.

"Lo udah makan bebe?" tanya Kenzo melirik Lova yang duduk di sebelahnya.

Keduanya sudah berada di perjalanan menuju ke rumah Kenzo.

"Udah Kenzo sayang," balas Lova seketika membuat Kenzo terkekeh.

Cowok itu langsung mengambil satu tangan Lova untuk dia kecup.

"Lo tahu, gue jadi nggak sabar pengen nikahi lo," ujar Kenzo jujur.

"Apa sih? Kita masih kuliah Ken."

"Kenapa memangnya? Om gue malah nikahi gadis yang baru aja lulus sekolah," jelasnya.

"Ya itu kan om lo, dan mungkin itu cewek udah siap buat jadi ibu rumah tangga," balas Lova seketika membuat Kenzo terkekeh.

"Jadi lo belum siap?"

"Untuk sekarang belum, sorry Ken. Lo tau kan masih banyak banget yang harus gue lakuin, lagian gue tinggal sama tante, kasihan kalau gue tinggal sendiri, tante nggak nikah-nikah sih."

Kenzo tertawa mendengar ucapan Lova. Memang benar apa yang dikatakan Lova. Lagi pula sampai sekarang Lova belum mengenalkan orang tuanya. Jika ditanya pun Lova selalu menghindari. Seakan tidak ingin membahas apapun itu mengenai orang tuanya, gadis itu akan antusias jika ditanya tentang tantenya yang masih single di umur yang seharusnya sudah mempunyai pasangan hidup.

Kenzo tidak memaksa, mungkin memang Lova memiliki masalah dengan orang tuanya sampai membuat gadis itu demikian.

"Sampai," ujar Kenzo.

"Rumah lo gede banget," puji Lova membuat Kenzo terkekeh.

"Makanya jangan main di apart terus, sekali-kali ke rumah," balas Kenzo membuat Lova memajukan bibirnya.

Cup

Karena gemas, Kenzo memberikan kecupan pada bibir gadis itu.

"Nakal ya?"

"Lo sih sengaja banget goda gue." Kenzo mengacak lembut pucuk kepala Lova sebelum keluar dari mobil.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!