"TITA!! JANGAN BERTEDUH DI BAWAH POHON NAK!!" teriak seorang wanita yang tampak sedikit lebih tua dari gadis yang disorakinnya itu.
terlihat cuaca saat ini sedang turun hujan, dan petir yang menyambar-nyambar. gadis yang bernama tita, yang tidak sempat pergi ke gubuk atau ke saung untuk berteduh, memilih berteduh sejenak dibawa pohon yang rindang.
"iya Bu ..!!! Sebentar!!" teriak gadis itu.
mereka adalah sepasang ibu dan anak. gadis yang bernama tita itu, memutuskan untuk membantu ibunya menjadi buruh tani di sawah Pak Rojak. lagi pula, dia juga sedang tidak bersekolah. atau masih belum waktunya masuk sekolah.
tita kebetulan baru saja menyelesaikan sekolah menengah pertamanya, dan nanti akan melanjutkan sekolah menengah atas. beberapa hari yang lalu, dia sudah mendaftarkan dirinya bersama dengan teman-teman sekampungnya.
Jedar!!
Jedar!!
"tita!!" teriak ibunya lagi. tita yang mendengar teriakan ibunya melambaikan tangannya.
"Iya Bu!! sebentar.!! ini hujannya masih sedikit lebat.!"
Jedar!!
namun sesaat kemudian, petir langsung menyambar tepat ke arahnya, yang langsung membuat tita tersambar petir dan langsung tak sadarkan diri. ibunya yang melihat kejadian hal itu langsung teriak histeris dan sekaligus berdiri mematung.
"tita!!" teriaknya dengan penuh kecemasan. dia memandangi ke arah putrinya seolah-olah tidak tahu harus melakukan apa.
dan beberapa warga lainnya yang juga sedang berada di sawah itu langsung bergerak cepat.
"Ibu Susan!! ibu Susan!! cepat-cepat!! Tita sudah dibawa pulang!!" seru seorang wanita paruh baya menyadarkan Ibu dari tita yang dipanggil Susan itu.
"ayo cepat Ibu Susan!!" teriak ibu itu lagi eh langsung membuat Ibu Susan tersadar. dia pun langsung terengah-engah, seolah-olah nafasnya akan segera berakhir.
"anakku..." ucapnya dengan lirih. beberapa warga yang melihat Ibu Susan tampak syok seperti itu langsung membantunya, dan membawanya pulang ke rumah gubuk mereka yang tentunya hanya ditinggali oleh mereka berdua.
beberapa penatua dan juga orang-orang pintar mulai mendatangi rumah gubuk itu dan memeriksa tita. ada juga bidan yang ikut datang memeriksa. seluruh tubuh kita tampak sudah gosong akibat sambaran petir itu. tapi untung saja, tita masih bernafas walaupun masih terasa sangat lemah.
"tita... Nak... bangun nak.. Jangan tinggalkan Ibu.." ucap Ibu Susan dengan lirih. rumah kecilnya itu sudah dipadati oleh para penduduk yang juga ingin melihat tita yang konon katanya tersambar petir saat di sawah. Pak Rojak pemilik ladang sawah itu juga turut hadir. dia juga ingin melihat bagaimana kondisi tita.
di kampungnya, tita dikenal sebagai anak yang baik dan ramah. ibunya juga mengenalnya dengan anak yang sangat patuh terhadap sang ibu. tak pernah sekalipun tita meminta barang yang rasanya tidak bisa dipenuhi oleh ibunya.
para warga yang berdatangan untuk melihat pun mulai berdesas-desus.
"ini kronologinya bagaimana sih Bu..?" tanya beberapa warga yang tidak menyaksikan.
"aduh.. saya juga kurang tahu. tapi, dari insiden yang kami lihat, tita sedang berteduh di bawah sebuah pohon untuk menghindari hujan. dan ibunya memanggil-manggil untuk datang ke saung. tetapi karena hujan begitu lebat, tita memilih untuk bertahan sampai hujan sedikit mereda. Tapi, naasnya petir yang menyambar itu, malah menyambar pohon tempat tita berteduh. sehingga, tita yang berada di bawah pohon pun ikut tersambar petir. dan saat itu pula, tita langsung tidak sadarkan diri." ujar ibu-ibu yang juga bersama dengan Ibu Susan dan tita di sawah Pak Rojak.
"astaghfirullahaladzim!! ada ya kejadian seperti itu. mudah-mudahan, dia tidak apa-apa. kasihan Ibu Susan, Dia tidak punya siapa-siapa di dunia ini. Dia sudah menjadi yatim piatu sejak kecil, dan memiliki suami yang memilih untuk menikah lagi dan menceraikannya hanya karena omongan orang tua. dan tujuan hidupnya hanyalah tita." ucap beberapa ibu-ibu yang juga merasa prihatin.
"ya mudah-mudahan saja.. kita doakan saja ya ibu-ibu." tutur ibu itu lagi.
***
sementara di dalam. Ibu Susan tempat meratapi dan menangisi putrinya yang masih terbujur itu. walaupun beberapa orang pintar dan bidan telah mengatakan, kalau tita tidak apa-apa, namun belum bisa menghibur hati Ibu Susan. Dia sangat takut kehilangan putrinya, karena hanya putrinya lah yang ia miliki satu-satunya di dunia ini.
"bangunlah nak.. buka matamu. Jangan tinggalkan Ibu.. Ibu tidak punya siapa-siapa lagi selain kamu di dunia ini." ucapnya dengan lirih.
"Ibu Susan yang sabar ya Bu.. insya Allah, dek tita itu nggak papa. nanti beberapa saat kemudian dia akan sadar. nanti kalau sudah bangun, Ibu jangan lupa berikan ini ya. ini adalah obat penambah stamina dan vitamin. biar tidak terlalu oleng.* ujar bidan desa itu.
"Iya Susan! dia tidak apa-apa. hanya perlu memberikan sedikit urutan saja, biar peredaran darahnya kembali berjalan dengan normal." ujar salah satu ibu-ibu yang tampak datang membawa obat-obatan kampung yang biasanya digunakan untuk mendukung pengurutan.
ibu itu pun langsung mendudukkan tubuhnya di samping Ibu Susan, dan perlahan-lahan ibu itu mulai mengusapkan tangannya yang telah dilumuri dengan herbal yang telah dihancurkan tadi. dia pun mulai mengurut pelan-pelan, di kaki dan juga tangan tita yang masih belum sadarkan diri itu. Ibu Susan juga ikut turut membantu. dia tentu ingin putrinya segera bangun.
setelah kondisi tita telah dipastikan baik-baik saja, beberapa warga pun mulai membubarkan diri. mereka semua kembali ke rumah masing-masing. begitu pula dengan orang-orang pintar dan juga bidan desa. sehingga tinggallah Ibu Susan dan putrinya yang masih tertidur itu.
ayah dari tita pun tak datang sama sekali untuk menjenguk putrinya. padahal dapat dipastikan, kalau ayahnya sudah mendengar berita tentang dirinya yang tersambar petir. namun, mungkin rasa kasihan dan prihatin untuk putrinya itu sudah tidak ada lagi di dalam hatinya.
sementara Ibu Susan, dia mulai menutup pintu gubuk itu. rumah mereka itu benar-benar terlihat sangat kecil dan bahkan mungkin lebih besar dari saung yang ada di sawah. tapi apa boleh buat, tak ada satu orang pun yang mau membantu mereka memperbaiki kediaman mereka. mereka hanya bisa mengandalkan diri sendiri, untuk melakukannya.
tapi akhir-akhir ini, mereka masih belum sempat melakukannya. karena tentunya, masih banyak pekerjaan-pekerjaan lain yang harus mereka lakukan. sehingga, pembaharuan gubuk mereka ini ditunda terlebih dahulu.
setelah selesai menutup pintu, Ibu Susan langsung duduk di samping putrinya yang sudah dibaluti dan ditutupi dengan kain tipis yang bisa menghangatkan badannya. Ibu Susan tentu tidak bisa tertidur, mengingat putrinya masih belum sadarkan diri ini.
Ibu Susan mengusap Sayang kepala putrinya sambil bergumam.
"bangun nak. Jangan tinggalkan Ibu.. Ibu tidak akan sanggup hidup tanpa kamu. hanya kamu harapan ibu satu-satunya, agar bisa bertahan hidup di sini." ucapnya dengan suara yang begitu lirih.
kalau seandainya Ibu Susan melakukan perawatan, Pasti wajah nya itu masih terlihat cantik dan masih muda. apalagi umurnya saat ini bisa dibilang Masih sekitar 30 tahun. Karena di masa lalu, dia menikah dengan ayah tita ketika umurnya masih belasan tahun.
Tak terasa azan subuh pun mulai berkumandang. tita yang masih terlelap dalam tidurnya itu tiba-tiba mulai menggerakkan jari-jarinya. perlahan-lahan dia membuka matanya, dan langsung mendapati dirinya berada di rumah gubuk milik dirinya dan ibunya.
"ibu..." panggilnya dengan suara yang lirih. sementara Ibu Susan yang tertidur dengan posisi duduk itu langsung mengerjap ketika mendapati pergerakan kecil dari putrinya. kemudian langsung membuka matanya, dan merasa senang ketika melihat putrinya akhirnya terbangun juga.
"putriku.. akhirnya kamu bangun juga nak.. kamu benar-benar membuat Ibu khawatir.." ucapnya sambil mengusap air matanya. dia bahagia karena akhirnya putrinya selamat dari maut.
"apa yang terjadi Bu..?" tanya tita.
"kemarin kamu tersambar petir nak. sampai membuat Ibu tidak bisa bernafas. tapi untung saja, kamu tidak apa-apa." ucap Ibu Susan sambil membelai kepala putrinya. tita yang mendengar penuturan ibunya itu langsung mengerutkan keningnya dan mencoba mengingat-ingat. dan seketika dia pun langsung mengingat kejadian yang membuatnya berakhir di tempat tidurnya.
"astaghfirullahaladzim.. ternyata Allah masih baik kepada tita ya Bu. Allah tidak langsung memanggil tita untuk menghadap." ucap tita kepada ibunya.
"dan kalaupun Allah memanggil Tita, Ibu juga pasti akan ikut menyusul." tita yang mendengar penuturan ibunya pun tersenyum.
"hehehe. Ibu jangan ngomong gitu lah. sekarang tita kan sudah tidak apa-apa." ucapnya lagi.
akhirnya keduanya pun langsung tersenyum penuh haru dan bahagia. kemudian tita langsung mengajak ibunya untuk melaksanakan salat subuh bersama-sama. awalnya Ibu Susan melarang putrinya melakukannya, karena takut putrinya masih merasa kesakitan akibat sambaran petir kemarin.
tapi nyatanya, tita sudah sehat dan tidak apa-apa. bahkan kita tidak merasa ada rasa sakit yang tertinggal di pikirannya.
setelah dibujuk-bujuk, akhirnya Ibu Susan dan tita pun langsung melaksanakan salat subuh berjamaah.
*****
kini matahari telah memancarkan sinarnya. sementara seorang gadis nampak sedang duduk termenung di belakang gubuk miliknya dan ibunya. dia sebenarnya ingin ikut ibunya untuk kembali pergi ke sawah Pak Rojak. tetapi sang Ibu ngotot dan melarang putrinya untuk ikut.
sehingga membuat tita duduk sambil termenung di belakang gubuk itu. saat dirinya sedang duduk termenung, tiba-tiba terlintas sebuah ingatan yang menunjukkan ada sebuah cara untuk menghasilkan uang dengan ikan.
tita yang tidak sadar dengan hal itu langsung menggelengkan kepalanya. lagian ngapain juga tiba-tiba ingatan Itu melintas di kepalanya. namun lagi-lagi, ingatan Itu kembali memberitahunya, tentang beberapa herbal yang harus ia siapkan dan juga untuk mendapatkannya itu cukup mudah.
beberapa tumbuhan yang dicarinya itu tumbuh di samping bubuk mereka dan tentunya itu tidaklah sulit.
tita yang menyadari hal itu memandangi tumbuhan yang tepat berada di bawah kakinya. dia berpikir apakah dirinya akan mempraktekkan ingatan yang tiba-tiba terlintas di kepalanya itu ?
"ah!! aku pasti berpikir seperti itu, karena saking laparnya perutku. Dan begitu inginnya aku untuk makan ikan. Ah.. lama-lama,aku bisa gila juga." rutuknya pada dirinya sendiri. Dia pun kembali mengalihkan perhatiannya dengan melakukan beberapa gerakan kecil untuk merenggangkan otot-otot miliknya. Ternyata, sisa-sisa Sambaran petir kemarin, malah meninggalkan rasa pegal di bagian tertentu tubuhnya.
saat dia sedang meregangkan otot-ototnya, di sana dia langsung mendapati dan melihat nenek dari pihak bapaknya melewati samping rumah mereka. mereka hanya melirik sekilas ke arah tita, namun tidak menyapa gadis itu. sementara tita yang memang sudah tidak mengharapkan apa-apa pun juga tidak peduli.
dia memilih untuk mengabaikan mereka Dan menganggap orang-orang itu adalah orang asing. kalaupun dia harus bermanis-manis, itu tidak akan pernah berhasil dan dirinya malah akan mendapatkan cacian dan bagian dari neneknya itu.
sementara neneknya itu sedang berjalan dengan saudaranya yang satu ayah. neneknya Itu tampak menyayangi saudaranya itu. dan tita yang sebenarnya melihat hal itu juga merasa sedikit keirian di dalam hatinya. tapi lagi-lagi, dia memilih untuk diam dan tidak melakukan apa-apa.
(hah!! kenapa mereka harus lewat ke sini sih. biasanya juga ogah-ogahan lewat sini! itu si nenek peot pasti sengaja memperlihatkan cucu kesayangannya. iya, aku tahu kalau Mira itu adalah cucu kesayanganmu. karena dia adalah anak orang kaya yang berasal dari keluarga terpandang.) batinnya sambil memutar bola matanya.
jujur saja, dia tidak bisa memungkiri rasa iri itu. tapi mau bagaimana lagi, kalau mereka memang sengaja memperlihatkan kedekatan mereka kepada dirinya, maka dia harus terima.
setelah nenek dan saudaranya satu ayah itu berlalu dari sana, tita kembali mendudukkan tubuhnya. dia kembali menghela nafas, seolah-olah mencoba untuk mengurai rasa sesak yang tiba-tiba muncul di dadanya itu.
"huh!! tenanglah tita. ini tak sekali dua kali mereka melakukannya. tolong jangan terpengaruh." gumamnya pada dirinya sendiri.
hadiah pun mencoba menarik nafasnya dan membuangnya perlahan. ketika dirinya sudah merasa lebih baik, tiba-tiba ingatan tentang ramuan itu kembali terlintas di kepalanya. dan ia kembali menjatuhkan pandangannya pada rumput yang berada tepat di bawah kakinya.
"apa aku coba aja ya..? dia sudah dari tadi seliweran di kepala aku. ah coba aja deh!! di sekitar sini juga ada sungai, dan tepat 900 meter dari sini juga ada lautan. Aku akan melakukan testimoninya di sungai saja." akhirnya tita pun mencabut tanaman itu dan mengamatinya dengan seksama. dia tahu kalau tanaman yang ada di tangannya ini adalah tumbuhan liar.
tapi kenapa di dalam ingatannya tumbuhan ini sangat bermanfaat. kemudian, tita kembali menggali ingatannya dan mencabut beberapa rumput lagi yang tentunya berbeda. dan setelah itu, dia pun langsung membawa tanaman itu masuk ke dalam gubuk. dia meletakkan tanaman itu terlebih dahulu dan membersihkan akarnya.
kemudian dia langsung melanjutkan untuk mengupas kelapa dan langsung mengkukurnya dengan halus dengan menggunakan alat yang sederhana.
setelah selesai, dia langsung mengikuti petunjuk yang ada di dalam ingatannya. dia menumbuk semua herbal itu secara bersamaan, dan kemudian mencampurkannya ke kelapa parut yang telah selesai itu.
"hehehe.. kalau dipikir-pikir, aku kok tiba-tiba jadi ngawur ya. tapi nggak papa deh.. daripada bengong sendirian di dalam gubuk. mending mencoba hal-hal yang baru. walaupun tidak berhasil, tidak akan ada yang mengejek." ucapnya lagi.
setelah selesai, dia pun langsung membuat perangkap sederhana dari nilon yang sudah selesai dirajut. dan itu berbentuk sebuah tangguk kecil, dengan lobang-lobang di sekitarnya.
setelah selesai memodifikasinya, dia pun langsung membawa semua itu untuk pergi menuju sungai yang jaraknya tidak jauh dari rumah mereka.
kebetulan sekali, di sekitar rumah tidak terlalu rame. sehingga tidak ada yang melihatnya pergi dengan membawa bahan-bahan aneh menurutnya itu.
Kini, tita pun telah sampai di pinggiran sungai. tampak sungainya sedang surut, dan memperlihatkan beberapa dasar sungai yang tidak terlalu dalam.
Tita yang melihat hal itu langsung bertekad, dan sekaligus bersiap untuk turun ke bawah. tak lupa dia langsung membawa alat itu dan juga herbal yang sudah ditumbuk olehnya.
dia pun langsung memasang perangkap tersebut, dan di sana dia langsung menebar umpannya. dia melakukannya dengan mengikuti ingatan aneh yang terlintas di kepalanya.
"tuh kan!! nggak terjadi apa-apa.. Hah!! bikin susah hidup aja deh." ucapnya mengeluh. padahal dia masih belum lama menunggu umpan itu untuk disambar. dan ketika dirinya merasa sedikit putus asa, dia pun langsung berniat untuk mencabut perangkap itu kembali.
namun saat itu juga, dia langsung mendapati pergerakan yang begitu besar yang membuatnya langsung terkejut. ternyata di sana sudah terperangkap beberapa kepiting yang ukuran jumbo, dan juga beberapa ikan sungai yang juga masuk ke dalam perangkapnya. bahkan terlihat, di tempat sekitar dirinya menebar umpan itu masih memperlihatkan keberadaan keberadaan ikan yang tampak sedang berebutan untuk mendapatkan umpan itu.
tita yang menyadari hal itu langsung melongo, sekaligus terkejut. Dan dengan refleks dia langsung mengangkat jebakan yang dibuat olehnya.
"wah akhirnya dapat juga!! apa ingatan yang aku dapatkan itu adalah ingatan milikku.? tapi kan aku bodoh, aku bukan siswi yang cerdas dan cerdik. apalagi masalah tentang herbal dan juga ramuan." ucapnya dengan wajah sumringah.
"ah tapi sudahlah!! tidak usah banyak berpikir. yang penting aku telah berhasil mendapatkan ikan ini hahaha.. Ibu!! anakmu sungguh sangat cerdas.!! Malam ini kita tidak akan kelaparan." ucapnya dengan riang gembira. Untung saja sungai itu juga terlihat sepi. karena tidak ada orang yang melakukan aktivitas di sekitar sungai tersebut.
melihat ikan yang masih banyak terdampar di bagian tepi-tepi sungai itu, tita pun langsung mencoba menangkap ikan-ikan itu dengan tangan kosong. dan alhasil, dia langsung mendapatkan banyak ikan dan plus dengan kepiting-kepitingnya.
wajah tita sangat sumringai bahagia. dia tidak menyangka kalau ingatan abstrak itu bisa mendapatkan hasil yang berlimpah seperti ini. dia pun langsung mengisi jebakan ikannya itu dengan ikan-ikan yang telah ditangkapnya. sementara kepiting kepiting itu diikatnya dengan tali.
setelah selesai, dia pun langsung bergegas pergi. tubuh kurusnya langsung berjuang keras untuk mengangkat ikan yang berat itu. saat dirinya melewati beberapa rumah penduduk, mereka Langsung melihat ikan tersebut. dan dengan cepat dipanggil.
"tita.. Apa itu nak..?" tanya seorang ibu-ibu yang rumahnya cukup dekat dengan gubuk mereka.
tita yang dipanggil oleh ibu-ibu itu langsung menoleh. jangan lupakan pipinya yang dipenuhi dengan lumpur gara-gara menangkap ikan dengan tangan kosong.
"ikan bu.." ucapnya. berhubung ke desa mereka sangat kekurangan ikan, dan lebih banyak mengkonsumsi sayur-sayuran membuat ibu itu langsung berbinar. biasanya, orang-orang kaya akan membeli ikan itu di pasar kota, yang jaraknya sekitar 2 jam dari desa mereka.
"banyak sekali ikannya tita!! tidak mungkin kau dan ibumu akan memakan semuanya.!! berikan beberapa ekor kepada saya. dan saya akan memberikan kamu uang." ucap Ibu tersebut yang tidak mungkin ditolak oleh tita.
"wah benarkah Bu!! kalau begitu boleh deh." ucapnya. dia pun langsung mengeluarkan 5 ekor ikan dengan ukuran lebih besar dari tangan orang dewasa, dan beratnya sekitar setengah kilo. kemudian ibu itu langsung mengambilnya dan menyerahkan uang sebanyak 50 k kepada tita. karena tentunya ibu itu tahu berapa harga ikan per kilonya. seharusnya, kalau mengikuti harga pasar, ikan itu bisa dihargai sekitar 70 sampai 80 per kg-nya. namun, tita tidak masalah akan hal itu. Yang penting dia bisa membeli beras satu gantang untuk dirinya dan ibunya di rumah.
"wah makasih ya Bu!!" ucap tita.
"ya sama-sama tita. oh iya, itu kepiting ya..?" tanya ibu itu lagi yang belum sempat memperhatikan ikan yang dibawa oleh tita.
"Iya Bu. tapi saya tidak menjualnya. soalnya Ibu saya sangat menyukai kepiting. aku juga sangat menyukainya." ucap tita lagi.
"ya.. begitu ya!! padahal ibu juga mau beli loh. tapi nggak papa deh. kamu isi nutrisi dulu bersama dengan ibumu. tapi kalau besok-besok ada lagi, jangan lupa tawarin sama ibu ya." ujar ibu itu lagi. dan ibu itu biasa dikenal dengan nama ibu Rossa.
"baik bu. kalau begitu saya pamit ya Bu." Ibu Rossa pun langsung menganggukkan kepalanya. dan, tita pun langsung membawa pergi ikan-ikan itu kembali sebelum ada yang melihat lagi.
*****
sesampainya kita di rumah, atau lebih tepatnya gubuk. dia langsung tersenyum senang. dia pun dengan cepat meletakkan ikan-ikan itu di atas baskom yang berukuran besar. dan perlahan-lahan mulai membersihkannya.
"setelah ini aku akan pergi membeli beras. Hehehe.. Ibu pasti akan terkejut melihat ikan-ikan ini. pasalnya, ikan di pasar sangat mahal dan kami pun tidak akan sanggup membelinya." gumamnya lagi.
dan setelah kita berhasil membersihkan ikan-ikan itu. dia pun langsung menyimpannya dulu di tempat yang aman bersama dengan kepiting-kepiting tersebut. dia pun kembali bergegas keluar dari rumah, dan pergi ke warung.
"assalamualaikum Bu." ucap tita. Ibu pemilik warung yang melihat keberadaan tita di sana langsung memasang wajah cemberut.
"ada apa? Aku tidak mau mengutangi kalian lagi ya. soalnya hutang ibumu sudah sangat banyak di sini." ucap Ibu tersebut. tita yang mendengar penuturan Ibu warung itu langsung tersenyum kecut.
"Maaf sebelumnya ibu Ani. nanti kami pasti akan melunasi hutang-hutang kami. aku ke sini mau beli beras dan juga garam. serta bawang se-ons. dan kali ini aku bayar kok bu Ani. tapi mengenai hutang-hutang ibu saya, nanti kami akan Cicil perlahan ya Ibu." ujar tita dengan perasaan tidak enak. lagian siapa juga yang mau hutang kalau tidak kepepet.
Ibu Ani memandang ke arah tita sedikit nyalang.
"Aku tidak mau tahu! kalau begitu perlihatkan dulu uangmu. kalau ada, aku akan memberikannya. kalau tidak jangan harap bisa mendapatkannya." ucap Ibu Ani dengan tegas. tita yang diperlakukan seperti itu benar-benar sangat malu. namun dia akhirnya mengeluarkan uang lebaran rp50.000 itu.
"ini! jangan Ibu pikir kalau aku mencurinya. aku mendapatkan uang ini dari hasil menjual ikan tadi." kali ini tampang tita sudah tidak bersahabat. sementara Ibu Ani yang memang ingin menuduh kita seperti itu langsung terbantahkan. namun dia tetap kekeh, karena dia tidak melihat tita menjual ikan.
"jangan bohong kamu ya!! Saya tidak melihatmu menjual ikan tadi.!!" seru Ibu Ani. tita menghela nafasnya. dia yang masih seorang remaja dan memiliki sifat yang masih labil itu membuatnya tersulit emosi.
"Ibu mau menerima apa enggak! kalau nggak mau saya ke tempat lain aja deh.! lagian, uang ini diberikan oleh ibu Rossa. Dan kalau Ibu tidak percaya tanyakan saja pada ibu Rossa. teriak aja kalau bisa, lagi pula suara Ibu Rossa masih terdengar di sini." ucap tita dengan sedikit jengkel.
sementara Ibu Ani yang mendengar penuturan itu langsung membuktikannya. di sana dia langsung berteriak kepada Ibu Rossa yang tampak sedang bersiap untuk membakar ikan di halaman.
"Ibu Rossa!! Apa benar kamu yang memberikan uang kepada tita.!!" teriaknya. Ibu Rossa yang mendengar penuturan itu langsung mengangkat wajahnya.
"Iya Ibu Ani! saya membeli ikan darinya dan memberikan uang rp50.000. memangnya kenapa Ibu Ani!" seru Ibu Rossa lagi.
"oh tidak apa-apa Ibu Rossa! terima kasih." ucap Ibu Ani yang akhirnya tidak melanjutkannya lagi.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!