Malam itu Bintang yang hatinya kesal pun akhirnya berjalan ke sebuah restoran yang berada di sebuah hotel berbintang, untuk menuruti keinginan orang tuanya.
Selama ini perjodohan nya dengan seorang gadis memang diatur oleh orang tuanya sejak mereka sekolah di bangku SMA, tapi selama itu juga dia tak pernah bisa mencintai gadis itu, dia malah mencintai gadis lain, yang tak pernah dia beri tahu kepada orang tuanya.
perjodohan yang di atur hanya karena bisnis ini membuat nya sangat kesal, terlebih lagi saat ini dirinya sudah dewasa dan berhak memilih pilihan nya sendiri, namun meski dengan kesal Bintang tetap datang ke acara perjodohan ini.
Dan kini kakinya sudah berdiri di depan pintu masuk restoran tersebut, dan melangkah masuk untuk menemui orang tuanya dan juga keluarga dari gadis tersebut.
Dirinya di sambut hangat oleh kedua orang tuanya dan juga orang tua sang gadis.
Dengan tatapan penuh damba sang gadis pun menatapnya dengan penuh cinta, tapi tatapan Bintang sama sekali tak berubah masih sama seperti yang dulu, tatapan dingin bahkan tak ada keramahan disana.
kenapa sejak dulu kau tak pernah berubah Bintang.
Batin gadis tersebut.
"Kami fikir kau tidak akan datang lagi nak" ucap sang Mamah lembut.
"Ya Papah fikir kau akan menghindar seperti biasanya, apa sekarang kau telah sadar bahwa Bening sangat mencintai mu? " ucap sang Papah sedikit menggoda putranya.
Bintang yang sudah tak tahan dengan perjodohan ini akhirnya pun berbicara.
"Sejak dahulu aku sadar Papah kalau Bening sangat mencintai ku" ucap Bintang dingin.
Namun semua orang yang ada disana tersenyum bahagia mendengar itu, ber beda dengan Bening dia merasakan ada yang aneh dengan Bintang malam ini.
"Oleh karena itu aku memutuskan untuk membatalkan perjodohan ini karena aku tidak pernah bisa mencintai nya, seperti dirinya mencintai ku" ucapan Bintang tegas.
Senyuman orang tuanya dan juga orang tua dari Bening seketika sirna, saat mendengar putranya mengatakan hal yang tak pernah mereka duga.
Mereka fikir Bintang dan Bening bisa saling jatuh cinta setelah mereka di jodohkan saat masih sekolah, bahkan mereka selalu menjalani hari bersama-sama karena orang tua mereka sengaja menyekolahkan mereka di sekolah dan di kampus yang sama, tapi malam ini sungguh perkataan Bintang dan keputusan nya benar-benar di luar dugaan.
Tuan Fabian ayah Bening sangat terkejut, dadanya tiba-tiba terasa sakit dan sesak.
"Akh... " Tuan Fabian memegangi dadanya yang terasa sakit dan sesak.
Bening yang melihat Ayahnya seperti itu langsung panik.
"Ayah... Ayah... kenapa? " Bening panik.
***
Seorang pria berseragam cleaning service sedang membersihkan lantai di sebuah restoran, karena seorang anak kecil menjatuhkan ice cream.
Saat dirinya sedang fokus membersihkan lantai tersebut, dirinya mendengar ada keributan di meja seberangnya.
Pria cleaning service tersebut langsung melihat kearah pria paruh baya sedang memegang dadanya dan terlihat raut wajah pria tersebut tangah menahan sakit.
Tanpa berfikir panjang cleaning service tersebut langsung menjatuhkan mop yang di pegangnya untuk membersihkan lantai tersebut dan berlari ke meja seberangnya.
"Ayah... Ayah atur nafas Yah... " ucap Bening mencoba tenang meski dirinya panik.
"Sepertinya tuan ini terkena serangan jantung, kenapa kalian malah membiarkan nya" ucap cleaning service itu panik.
Bening, Bintang dan cleaning service tersebut saling bertatapan seolah terkejut.
Bagaimana tidak ternyata mereka saling kenal.
"Kalian berdua bukannya seorang dokter? kenapa diam saja melihat orang terkena serangan jantung seperti ini?! " ucap cleaning service tersebut kesal.
Ya Bintang dan Bening adalah seorang dokter dan cleaning service tersebut adalah teman mereka saat mereka SMA dulu.
"Hup" cleaning service tersebut langsung mengambil tindakan menggendong tuan Febian di punggung nya.
"Ayo kita bawa kerumah sakit" ucap cleaning service tersebut sambil berlari kearah pintu keluar restoran tersebut.
Bening pun tanpa fikir panjang lagi langsung mengikuti langkah kaki cleaning service tersebut.
"Dimana kalian memarkirkan mobil? " tanya cleaning service tersebut.
"Disana" Bening menunjuk kearah tempat parkiran mobil.
"Itu mobil yang berwarna putih mobil ku" lanjut Bening yang melangkah cepat kearah mobilnya.
Cleaning service tersebut pun mengikuti langkahnya, Bening menekan tombol kunci dan langsung membuka pintu mobilnya cleaning service tersebut menaruh tubuh tuan Fabian perlahan.
"Biar gue yang nyetir, elu temenin bapak lu ajah di belakang sambil kasih pertolongan pertama" ucap cleaning service tersebut dengan santainya.
Tuan Fabian meski kesakitan melihat interaksi putrinya dengan cleaning service tersebut, yang seolah saling mengenal pun tak bisa berkata-kata lagi.
"Baiklah tolong ya Awan" ucap Bening pada cleaning service tersebut yang bernama Awan.
Apa mereka saling kenal? kenapa gaya bicara anak muda ini sesantai itu dengan putri ku.
Batin tuan Fabian.
"Oke Bening tolong elu jaga keseimbangan gue akan tancap gas ala-ala supir ambulance nih" Awan langsung mengendarai mobil tersebut dengan kecepatan tinggi bak supir ambulance yang membawa pasien yang dalam kondisi gawat.
"Wiung.... wiung... wiung" ucap Awan sambil mengendarai mobil.
Bening jadi geram dibuat nya karena Awan seolah malah bermain-main.
"Awan... jangan bercanda nyawa Ayah ku dan kita berdua ada di tangan mu saat ini" sentak Bening.
"Ya... ya... " Awan akhirnya menghentikan suara ambulance yang dia serukan dari mulut nya sendiri.
"Dari dulu galaknya nggak berubah" gumam Awan.
"Apa kau bilang?! " Bening tambah kesal karena mendengar gumaman Awan.
"Gue bilang dari dulu galak Lu nggak berubah" celetuk Awan.
"Apa?! " Bening tambah kesal.
Dia berniat ingin membalas ucapan Awan tapi Tuan Fabian tiba-tiba meronta kesakitan.
"Akh... " hanya itu yang dapat beliau katakan.
"Ah... Ayah maafkan aku, bertahanlah, Awan bisa kau percepat laju mobilnya" pinta Bening.
"Tadi katanya takut mati sekarang minta gue jadi pembalap ala supir ambulance lagi" keluh Awan menyebalkan.
"Awan! " Bening emosi.
" Aaaa iya... iya hehe sorry "Awan pun langsung tancap gas.
" Kapan sih kamu ini bisa serius "gumam Bening.
Bening mengenal Awan sejak dahulu, yang dia tahu Awan memang tak pernah bisa serius dalam hal apa pun juga, semua yang dilakukannya selalu konyol. berbanding terbalik dengan Bintang yang selalu kaku dan dingin bagaikan freezer.
Tapi justru itu dia sangat mencintai pria tersebut karena tidak mudah di dekati oleh banyak orang terutama wanita, namun sayangnya cinta tulusnya selama ini tak pernah berbalas.
Padahal Bening adalah wanita yang cantik dan juga pintar, tapi Bintang sama sekali tidak pernah tertarik padanya. Bagi Bintang wanita macam Bening terlalu membosankan wanita yang terlalu dewasa tak ada tantangan dalam menaklukkan nya karena Bening mencintai nya terlebih dahulu.
Mobil yang di kendarai Awan pun akhirnya tiba di rumah sakit terdekat, Awan langsung memutar stir ke arah IGD rumah sakit tersebut dan berhenti di depan pintu IGD.
Sampai di depan pintu IGD seorang petugas keamanan yang sedang berjaga membantu Awan yang langsung turun dari mobil dan membuka pintu belakang mobil saat melihat siapa yang dibawa Awan security tersebut terkejut.
"Tuan besar" ucapnya terkejut.
"Ya pak tolong ya" ucap Bening lembut.
"Ya... ya Bu dokter" security tersebut langsung mempercepat gerakannya untuk membantu Awan mengeluarkan Tuan Fabian dari dalam mobil.
Security tersebut pun meminta rekannya yang lain untuk membawa brankar dan memanggil petugas medis yang bertugas malam itu.
Dan karena tahu sang pemilik rumah sakit sedang membutuhkan bantuan dan nyawanya sedang dalam bahaya para petugas yang bertugas malam itu pun bergegas memberikan tindakan medis kepada Tuan Fabian.
Bening pun ikut andil dalam tindakan medis tersebut.
Sementara itu di restoran.
Plak.
Sebuah salam lima jari dari sang Papah bertengger manis di pipi putranya, sang Papah melakukan itu karena sangat kecewa pada Bintang.
"Kamu benar-benar keterlaluan Bintang, entah apa yang saat ini terjadi pada sahabat ku?! kau harus meminta maaf pada beliau dan menarik ucapan mu barusan?! " ucap sang Papah menahan emosinya.
"Tapi Pah... " Bintang masih kukuh dengan pendiriannya.
"Bintang.... Bintang.... sudah jangan bicara pagi saat ini Papah mu sangat kecewa pada mu" sang Mamah mencoba menahan anaknya agar tak membalas perkataan Papahnya karena tak ingin terjadi keributan di tempat umum dan itu akan sangat memalukan pasti nya.
Bintang pun terdiam dan akhirnya memilih pergi dari sana tanpa berkata sepatah kata pun pada kedua orang tuanya.
Sang Papah melihat punggung anaknya dengan tatapan kecewa, dirinya tak habis fikir kalau putra nya akan membuatnya malu seperti ini.
"Telpon Bening Mah tanyakan bagaimana keadaan Fabian" pinta Tuan Rama pada istrinya.
"Baik Pah" Nyonya Silvi pun langsung mengeluarkan ponselnya dan menelpon Bening.
Beberapa kali Nyonya Silvi menelpon tapi tak diangkat oleh Bening.
"Tidak di jawab Pah" ucap Nyonya Silvi pada suaminya.
Tuan Rama mengepalkan tangannya karena geram dan sangat kecewa pada anaknya sendiri.
"Aku khawatir dengan keadaan Fabian" ucap Tuan Rama cemas.
"Ehm... bukannya rumah sakit dekat dari sini Pah mungkin Fabian di bawa kesana, kita coba saja datangi dulu rumah sakit tempat Bening dan Bintang bekerja" ucap Nyonya Silvi.
"Ah... ya kau benar, ayo kita kesana Bening pasti membawa Ayahnya kesana kenapa tak terfikirkan oleh ku" Tuan Rama pun langsung bangkit dari posisi duduknya dan mengajak istrinya untuk segera pergi ke rumah sakit milik Tuan Fabian yang letaknya memang tidak jauh dari sana.
Setelah beberapa waktu ditangani Tuan Fabian akhirnya bisa di pindahkan ke ruang rawat VVIP rumah sakit tersebut, melihat keadaan Tuan Fabian yang berhasil tertolong Awan yang masih berada disana pun akhirnya pamit pulang pada Bening yang masih menunggui Ayahnya.
"Ning... gue balik dulu ya... semoga Bapak lu lekas sehat ya"ucap Awan sebelum dirinya pergi meninggalkan rumah sakit tersebut.
" Eh... iya Awan Terima kasih dan ini untuk mu sebagai tanda Terima kasih dari ku"Bening memberikan uang sebesar lima ratus ribu pada Awan.
"Nggak usah gue ikhlas kok nolong" Awan mendorong tangan Bening karena tak mau menerima uang tersebut, dirinya tak tersinggung dengan itu tapi dirinya juga benar-benar tulus membantu Bening dan Ayahnya.
"Jangan pura-pura lu apa kurang? nih gue tambahin" tiba-tiba Bintang muncul dari arah belakang Bening dan menyodorkan segepok uang di depan wajah Awan.
"Bintang... " gumam Bening yang terkejut dengan kedatangan nya.
Awan menatap tajam pada Bintang kali ini dia sangat tersinggung oleh sikap laki-laki tampan tersebut, namun Awan bisa menutupinya dengan sikap cueknya.
"Sorry ye... harga diri gue nggak bisa elu beli, lagi pula uang segitu mah cuma cukup buat gue jajan cilok, dah bye" singgung Awan dan dia pun pergi dari hadapan Bening dan Bintang.
Bintang hanya tertawa menyeringai melihat kepergian Awan.
"Cilok apaan yang harganya dua juta?" gumam Bintang.
"Cilok versi dia lah" celetuk Bening ketus dan dia pun ikut meninggalkan Bintang sendirian di lorong ruang VVIP itu dan masuk ke ruang rawat Ayahnya.
Bintang hanya dapat mengernyitkan dahinya saja saat pertama kali dirinya mendengar Bening berkata ketus, karena selama ini Bening tak pernah berkata seketus itu padanya, kecuali dengan Awan.
Bening adalah sosok wanita yang lemah lembut di hadapan Bintang, tapi entah kenapa bila berhadapan dengan Awan kepribadian nya bisa berubah 180°, Bening yang biasanya berkata lembut bisa berubah menjerit dan berteriak bila Awan sedang berkelakuan absurd di hadapannya, Bening yang biasanya tertawa anggun bila di hadapan Bintang bisa tertawa terbahak bila melihat kelakuan konyol Awan.
Bening yang dikenal pendiam bisa banyak bicara bila dihadapan Awan, entahlah kenapa Awan bisa mengubah Bening seperti itu.
Keesokan harinya.
Bening meninggalkan Ayahnya di ruang rawatnya untuk pergi ke dapur rumah sakit, dirinya kesana untuk memesan menu makan pagi untuk sang Ayah kepada ahli gizi disana.
Tok... tok...
"Ya masuk" ucap Tuan Fabian saat mendengar pintu ruangannya di ketuk.
Tiba-tiba muncul lah seorang pria dari balik pintu tersebut dan langsung melemparkan senyum kepada Tuan Fabian.
Tuan Fabian pun tersenyum kepadanya.
"Ada apa kau datang sepagi ini anak muda? " tanya Tuan Fabian ramah.
"Hehe saya bekerja disini Tuan" ucapnya sopan.
"Eh... bukannya semalam kau bekerja di restoran? lalu kenapa pagi ini kau bekerja disini? " tanya Tuan Fabian bingung.
"Ya semalam saya memang bekerja di restoran tapi semalam itu saya terakhir bekerja disana dan mulai pagi ini pihak kantor menugaskan saya untuk bekerja disini" jelas Awan.
"Ooo begitu... bagus kalau begitu" ucap Tuan Fabian ambigu.
"Bagus apanya Tuan? " Awan bingung.
"Ya bagus karena saya tidak perlu mencari mu untuk berterima kasih karena telah menolong saya semalam, Terima kasih atas bantuan mu semalam" ucap Tuan Fabian bijak.
"Ooo itu hehehe itu memang sudah kewajiban kita sebagai manusia harus tolong menolong,maaf Tuan saya bersihkan dahulu ruangan ini, biar bersih dan steril" ucap Awan dengan sopannya.
"Ya silahkan"
Tak lama Bening masuk keruang rawat Tuan Fabian dan melihat keberadaan Awan disana dirinya cukup terkejut dengan keberadaan Awan disana.
"Kamu sedang apa disini?! " tanya Bening ketus.
"Eh buset galak bener" celetuk Awan.
Tuan Fabian mulai memperhatikan interaksi mereka berdua.
"Aku tanya kamu mau ngapain disini sepagi ini hah?! " Bening tambah kesal.
"Nggak liat" Awan menunjukan apa yang dia bawa yaitu satu set alat kebersihan.
Tapi Bening masih tak merubah wajah ketusnya.
Saat Awan ingin masuk kedalam toilet, tiba-tiba Bening menegurnya lagi.
"Hei apa yang kamu lakukan?! " tanya Bening ketus.
"Mau tidur" jawab Awan asal.
"Ya lu nggak liat dari tadi? mata lu kemana sih bu dokter...? " singgung Awan yang sejak tadi memperlihatkan peralatan kebersihan.
Bening nampak bingung.
"Ngapain kamu bersihin kamar mandi ini? " tanya Bening ketus lagi.
"Mau numpang mandi gue" Awan asal bicara lagi.
Tuan Fabian bahkan sampai tergelak saat mendengarkan ucapan Awan.
"Hei aku serius Awan.... kanapa sih dari tadi jawaban kamu nggak ada yang benar?! " Bening semakin kesal.
"Ya gue juga serius gue mau kerja tapi dari tadi elu ganggu gue terus, kenapa sih elu mau bantuin gue emangnya bersihin toilet?! " Awan sewot.
"Tapi bukannya kamu kerja di restoran semalam? " tanya Bening bingung.
"Itu semalam, lagi pula panjang cerita nya kalo gue cerita nanti elu tidur lagi, serasa di dongengin sama gue" asal bicara lagi Awan.
Tuan Fabian semakin tergelak.
"Iiihhh Ayah lihat tuh dia" Bening merajuk bahkan sampai menghentakkan kedua kakinya seperti anak kecil yang merajuk manja.
"Hahaha" Tuan Fabian malah tertawa karena sudah tak tahan lagi.
"Ihhh Ayah kenapa Ayah malah tertawa?!" Bening kesal-kesal manja.
"Udah-udah jangan nangis nih buat lu" tiba-tiba Awan memberikan sebuah permen lolipop pada Bening seolah merayu anak kecil yang sedang merajuk.
"Awan... ih... apaan sih lu nyebelin banget" Bening kesal dan malah melempar lolipop itu ke sembarang arah.
"Hahaha" Tuan Fabian semakin terbahak menyaksikan interaksi keduanya.
"Sudah Bening sudah... biarkan dia bekerja, kau juga apa tidak bersiap untuk bekerja? " ucap Tuan Fabian lembut.
Bening yang masih kesal pun berbalik badan sambil menghentakan kakinya, dan itu membuat Tuan Fabian tersenyum sambil menggelengkan kepala nya pelan, sedangkan Awan memungut permen lolipop yang berada di lantai dan mengantonginya di kantung celananya.
Awan pun masuk kedalam toilet untuk bekerja. sedangkan Bening pamit pada Ayahnya setelah petugas dapur mengantarkan sarapan pagi untuk Tuan Fabian.
Setelah selesai membersihkan toilet ruangan tersebut, Awan keluar dari sana dan pamit dengan sopan pada Tuan Fabian.
Tuan Fabian memperhatikan anak muda yang ada di hadapannya, entah kenapa terlihat begitu menyenangkan. Tuan Fabian akhirnya mengambil ponselnya yang terletak di nakas dia lalu menelpon asistennya.
"Syarif tolong kamu selidiki pemuda yang bernama Awan, kebetulan dia bekerja di rumah sakit ku sebagai cleaning service" ucap Tuan Fabian serius.
"Baik Tuan, oiya apa anda sudah merasa lebih baik saat ini? " tanya Syarif.
"Ya ini semua berkat anak muda itu, jadi secepatnya aku ingin kau mendapatkan data tentang dirinya" ucap Tuan Fabian serius.
"Baik Tuan" jawab Syarif dan tak lama Tua Fabian pun mematikan saluran telpon nya.
"Entah kenapa aku jadi tertarik dengan anak itu, apa lagi setelah melihat reaksi Bening saat berbicara dengannya, Bening seolah menjadi dirinya sendiri, berbeda bila dia bertemu dan berbicara dengan Bintang, huftt apakah ini petunjuk dari yang maha Kuasa pada ku? " gumam Tuan Fabian.
Satu jam kemudian.
Pak Syarif datang berkunjung ke ruang rawat Tuan Fabian, dia juga memberikan laporan tentang Awan, saat mengetahui indentitas Awan yang sebenarnya Tuan Fabian hanya tersenyum saja.
"Maaf Tuan sebelumnya, kenapa anda ingin mengetahui tentang anak muda ini? " tanya pak Syarif.
"Semalam dia yang menolong ku dan aku berencana untuk berterima kasih padanya itu saja" jawab Tuan Fabian.
Tanda tanya muncul di kepala Pak Syarif karena sungguh tak masuk akal hanya untuk berterima kasih saja bos nya ini sampai harus menyelidiki latar belakang orang yang menolongnya.
Tengah hari.
Bening berjalan kerumah rawat ayahnya, karena sedang beristirahat, dia ingin melihat keadaan ayahnya yang tengah di rawat saat ini di rumah sakit tempat nya bekerja.
Saat sampai di ruangan ayahnya dia melihat sang ayah sedang meeting melalui daring, Bening pun hanya menggelengkan kepala nya pelan karena bisa-bisanya sang ayah bekerja disaat dirinya sedang dirawat.
Tuan Fabian langsung mengakhiri meeting tersebut saat melihat raut wajah anaknya menapakkan ketidak sukaan.
"Kenapa sayang? " tanya Tuan Fabian lembut.
"Ayah kan sedang sakit kenapa tidak menyerahkan semua tugas ayah pada Pak Syarif? " Bening kesal.
"Iya maaf tapi tadi Pak Syarif ada pekerjaan lain yang ayah berikan khusus untuk nya, kamu kesini apa sudah selesai bekerja? " tanya sang ayah penuh kasih sayang.
"Aku istirahat dan menyempatkan diri kesini aku khawatir pada ayah" ucap Bening manja.
"Bening... apa kau yakin dengan keputusan mu semalam? " tanya Tuan Fabian lembut.
Bening hanya mengangguk saja.
"Yakin tidak menyesal? " tanya Tuan Fabian kembali.
"Ya ayah aku yakin, malah mungkin bila aku memaksakan Bintang menjadi suami ku kemungkinan aku yang akan menyesal" ucap Bening yakin.
Jadi semalam ketika Awan meninggalkan rumah sakit dan Tuan Fabian di pindahkan ke ruang rawat nya, tak lama Bintang dan orang tuanya datang karena mengkhawatirkan keadaan Tuan Fabian.
Tapi pada saat itu juga Bening memutuskan untuk membatalkan perjodohan ini, meski dirinya sangat mencintai Bintang, tapi dirinya sadar kalau selama ini Bintang tak pernah mencintai nya, sekeras apa pun dirinya berusaha untuk merebut hati Bintang, tak pernah ada hasil malah hasil yang sama yang dia dapat yaitu kecewa, kecewa dan kecewa hingga tadi malam adalah puncak kekecewaan Bening pada Bintang dan itu membuat nya akhirnya menyerah, dia tak ingin terikat lebih jauh dengan Bintang karena itu sama saja menyakiti dirinya sendiri.
"Baiklah kalau itu sudah menjadi keputusan mu" ucap Tuan Fabian bijak.
"Oia bagaimana kalau kau dengan teman mu itu saja? " tiba-tiba Tuan Fabian nyeletuk.
Bening bingung teman mana yang dimaksud ayahnya ini.
"Teman yang mana maksud ayah? " tanya Bening bingung.
"Itu si Awan... kau tak menjadi orang lain bila berhadapan dengan dia, ayah rasa kalian coc_"
"Tidak ayah?!" Bening langsung memotong ucapan ayahnya.
"kenapa harus pria yang otak nya kurang sehat seperti Awan sih?!"Bening kesal.
Tuan Fabian hanya tersenyum saja saat mendengar perkataan putrinya mengenai Awan.
" Kenapa ayah malah tersenyum seperti itu?! "Bening makin kesal.
" Tuh... kan baru juga ayah sebut namanya tingkah mu yang manja dan menggemaskan itu keluar"goda Tuan Fabian.
"Coba di depan Bintang kau itu selalu kaku bagaikan balok kayu sayang... kau sadar nggak sih? " tanya Tuan Fabian.
Bening terdiam seolah berfikir dan mencerna ucapan ayahnya. dan memang yang dikatakan ayahnya itu benar adanya dirinya menjadi orang lain bila di hadapan Bintang.
"Tapi jangan dengan Awan juga ayah" ucap Bening maja dan merajuk.
"Sudah ah... aku ke ruangan ku dulu,ayah jangan melakukan aktivitas yang melelahkan dulu ya... nanti setelah jam kerja ku selesai aku akan kesini lagi"dengan wajah cemberut namun menggemaskan bagi ayahnya Bening pun pamit.
Bening pun keluar dari ruangan ayahnya dan berjalan di lorong rumah sakit saat di lorong yang sepi dirinya tak sengaja berpapasan dengan Bintang, dirinya tak menghiraukan keberadaan pria tersebut.
Bintang yang merasa Bening bersikap lain padanya langsung mencegat jalannya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!