Rewritten Reality
Awal dari kesalahan
Eira, seorang siswi SMA yang biasa aja.
Kehidupannya monoton. Bangun pagi, sekolah, pulang, ulang lagi.
Dia terbangun karena suara alarm yang nyaring.
Tangannya meraba-raba meja di samping tempat tidur, lalu menekan tombol snooze tanpa melihat.
Alarm berhenti, tapi rasa malas masih menempel di tubuhnya.
Eira menghela napas, menatap langit-langit kamar.
Eira Callis
Udah pagi lagi,udah harus sekolah lagi
Setelah beberapa menit membuang waktu, dia akhirnya bangkit, menyeret kakinya ke kamar mandi.
Wajah di cermin terlihat sama seperti kemarin—mata sedikit bengkak karena kurang tidur, rambut berantakan, ekspresi datar.
Setelah siap-siap seadanya, dia turun ke bawah.
Meja makan udah kosong. Orang tuanya berangkat kerja lebih pagi, seperti biasa.
Sarapan cuma roti yang dia makan sambil berjalan keluar rumah. Langit mendung, angin dingin berhembus pelan.
Jalanan dipenuhi anak sekolah lain yang juga berangkat dengan wajah mengantuk.
Langkahnya menuju sekolah terasa ringan, tapi hatinya kosong.
Eira Callis
(Kenapa semuanya terasa... datar?)
Di sekolah, rutinitas berjalan seperti biasa.
Pelajaran pertama adalah Matematika.
Guru menjelaskan sesuatu di depan kelas, tapi Eira hanya mendengar suara monoton tanpa benar-benar menyimak.
Dia menopang dagu, menatap kosong ke luar jendela. Langit masih mendung, seolah mencerminkan perasaannya.
Ketika guru akhirnya menyuruh mereka mengerjakan soal, teman-temannya mulai bergumam pelan, beberapa mengeluh.
Eira melirik bukunya. Angka-angka di halaman itu terlihat jelas, tapi pikirannya gak ada di sana.
Vivian Lucas
Ra, lo dengerin gak sih?
Suara Vivi, temannya, masuk ke telinga tapi terasa jauh.
Eira menoleh pelan, memasang senyum tipis seadanya.
Eira Callis
Iyaa denger kok
Vivian Lucas
Alahh, bohong lu
Eira cuma nyengir kecil, malas berdebat. Vivi dan beberapa temen lainnya lanjut ngobrol soal tugas, drama sekolah, dan gosip receh.
Eira? Dia cuma dengerin sambil sesekali ngangguk.
Eira Callis
(Gw beneran ada di sini ga, sih?)
Pelajaran demi pelajaran berlalu tanpa ada yang menarik.
Jam istirahat, dia cuma duduk di kelas, ngemil roti dari kantin sambil nge-scroll HP.
Feeds media sosialnya dipenuhi hal-hal yang sama seperti kemarin. Gosip seleb, meme receh, berita gak penting.
Jari-jarinya berhenti di satu postingan.
📱“Pernah ngerasa hidup lo kayak diulang-ulang?”
Matanya sedikit menyipit.
Dia baca kolom komentar, tapi isinya cuma orang bercanda.
Entah kenapa, ada sesuatu di dalam dirinya yang gak bisa mengabaikan kata-kata itu.
Eira Callis
(Apa cuma gw yang merasa begitu?)
Tiba-tiba, layar HP-nya mendadak nge-glitch.
Garis-garis aneh muncul, layar seperti rusak sebentar sebelum kembali normal.
Dia tekan tombol power, HP-nya nyala seperti biasa. Gak ada yang aneh.
Eira Callis
(Paling error doang)
Dia membuang napas pelan, mematikan lagi layar HP-nya, lalu memasukkannya ke dalam tas.
Tapi sebelum HP itu benar-benar tenggelam di dalam tas, dia melihat sesuatu di layar hitamnya.
Bukan refleksinya sendiri.
Detak jantungnya berhenti sesaat.
Dia buru-buru mengangkat HP lagi, tapi layarnya cuma hitam biasa.
Hawa dingin merayap di punggungnya.
Eira Callis
(…Gue kurang tidur kali, yaa)
Dia menggelengkan kepala, berusaha mengabaikan perasaan aneh yang muncul barusan.
Dengan sedikit gemetar, dia beranjak dari tempat duduknya di kantin, melangkah menuju kelas.
Tapi jauh di dalam pikirannya, ada sesuatu yang bilang…
"Ini bukan cuma kebetulan."
____________________________
Bubay author lusyu mw nugas
Glitch???
Eira berjalan kembali ke kelas dengan langkah malas.
Suara riuh siswa yang bercanda di sepanjang koridor hanya terdengar samar di telinganya.
Pikirannya masih sibuk dengan kejadian tadi di kantin.
Eira Callis
(Itu cuma error biasa… kan?)
Dia menggigit bibirnya pelan, mencoba meyakinkan diri sendiri.
Tapi entah kenapa, rasa tidak nyaman itu tetap menempel di dadanya, seperti ada sesuatu yang tidak beres.
Begitu sampai di depan kelas, dia menarik napas dalam lalu mendorong pintu.
Seisi ruangan masih berisik seperti biasa—teman-temannya sibuk mengobrol, beberapa ada yang tiduran di meja, dan yang lain sibuk mengerjakan tugas dadakan sebelum guru datang.
Eira berjalan ke bangkunya di dekat jendela dan duduk dengan malas.
Ia melirik HP-nya sekilas, berharap layarnya tidak lagi menampilkan keanehan tadi.
...Normal. Tidak ada glitch. Tidak ada suara aneh. Tidak ada pesan misterius.
Eira Callis
(See? Cuma halu)
Pikirnya sambil bernapas lega.
Namun, saat dia mengarahkan pandangan ke luar jendela, napasnya tiba-tiba tercekat.
Di tengah lapangan sekolah, di antara kerumunan siswa yang lalu-lalang, seseorang berdiri diam.
Dia mengenakan seragam yang sama, tetapi ada sesuatu yang… aneh.
Wajahnya sedikit kabur, seolah-olah tidak bisa diproses oleh otaknya dengan benar.
Dan yang paling membuat Eira merinding
—dia menatapnya langsung.
Detak jantungnya seakan berhenti sesaat.
Dan dalam sekejap, sosok itu...
____________________________
Seseorang yang seharusnya tidak ada
Eira langsung mengusap matanya, memastikan kalau dia nggak salah lihat.
Tatapannya kembali menyapu lapangan sekolah. Tapi…
Cuma anak-anak yang lalu-lalang, beberapa bercanda, ada juga yang duduk di bawah pohon sambil main HP.
Sama sekali gak ada sosok itu.
Napasnya tercekat, tangannya sedikit gemetar saat menggenggam meja.
Eira Callis
(T-tunggu, tadi aku beneran lihat seseorang kan?!)
Dia berusaha berpikir logis.
Mungkin tadi cuma orang random yang lagi berdiri di sana dan kebetulan dia merasa diperhatikan.
Atau mungkin efek kurang tidur? Tapi… kenapa rasanya ada yang aneh?
Suara Lia membuyarkan lamunannya.
Dengan cepat, dia mengalihkan pandangannya dari jendela dan menoleh ke arah sahabatnya yang baru aja duduk di kursi sebelah.
Lia nyengir, lalu mencondongkan tubuhnya.
Lia Avelyn
Tatapan lu kayak liat hantu barusan
Eira menghela napas, berusaha menenangkan diri.
Eira Callis
Ga ada apa-apa kok
Lia nyempil di samping meja Eira, melipat tangan.
Lia Avelyn
Ayo ngaku, abis ngelamunin siapa?
Eira Callis
Please, Li. Gue ga mood
Lia akhirnya menyerah, mengangkat tangan.
Lia Avelyn
Tapi kalo ada apa-apa, kasih tau gw
Eira hanya mengangguk kecil.
Tapi masalahnya… dia sendiri ga tau ini "apa-apa" atau bukan.
Hari berlalu seperti biasa—kelas, tugas, ngobrol sama Lia dan Vivi, pulang ke rumah.
Tapi Eira gak bisa berhenti kepikiran tentang kejadian tadi.
Sosok pria yang berdiri di lapangan, tatapannya yang seolah menembus jiwanya, lalu lenyap dalam sekejap.
Eira Callis
(Siapa dia? Kenapa rasanya seperti... bukan manusia?)
Sampai akhirnya, malam tiba.
Eira berbaring di kasurnya, lampu kamar sudah dimatikan, hanya layar HP yang menyala redup.
Dia men-scroll media sosialnya dengan setengah fokus, mencoba mengalihkan pikiran.
Layar HP-nya tiba-tiba glitch sebentar.
Eira langsung duduk tegak.
Eira Callis
Buset, ini hp kenapa dahh
Detik berikutnya, HP-nya mati
Nggak ada suara notif. Nggak ada layar loading.
Jantungnya berdebar kencang. Dengan ragu, dia menekan tombol power.
Layar menyala. Logo ponselnya muncul sebentar, lalu langsung masuk ke layar utama.
…Dan ada satu aplikasi baru di sana.
Aplikasi yang dia ga pernah download.
Ikonnya hitam pekat, hanya ada simbol glitch kecil di tengahnya.
Tiba-tiba, udara di kamarnya terasa lebih dingin.
Jari-jarinya sedikit gemetar saat menyentuh ikon itu.
Layar berganti ke tampilan awal aplikasi. Kosong. Cuma ada satu tombol bertuliskan:
Eira Callis
(Harus gak? Ini cuma aplikasi random… kan?)
Tapi sebelum dia bisa berpikir lebih jauh—
Aplikasinya terbuka sendiri.
Layar langsung berubah gelap.
Satu pesan muncul di tengah layar.
> “Akhirnya, aku menemukanmu.”
____________________________
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!