Follow ig naendia9
Untuk tau visual dan update buku yang lainnya. Happy reading!!
Di pagi hari yang masih pukul setengah tuju. Banyak para siswa - siswi berada di halaman sekolah Bintang.
Karina, baru saja turun dari mobil nya dan melihat keramaian itu.
Ya, nama ku Karina, lebih tepat nya Karina Zanetta. Aku anak dari keluarga yang cukup terpandang di Kota Jogja.
Karina yang baru saja tiba di sekolahan dan melihat keramaian itu bingung ada apa sebenernya.
"Eh, tunggu." Karina langsung menarik salah satu siswa yang beda kelas dengan nya.
"Itu ada apa?" tanya Karina pelan.
"Gue juga gak tau ada apaan. Makanya gue langsung lari mau mastiin. Sorry yah! Gue duluan." Lelaki itu langsung melepas tangan Karina dari lengan baju nya.
Karina hanya menghela nafas nya begitu saja, lalu ia pun melanjutkan langkah nya untuk masuk kedalam kelas. Ia tak memerdulikan ada keramaian apa yang ada di halaman sekolahnya.
Hingga..
"Karina!!"
Suara itu seperti tak asing untuk Karina. Mendengar nama nya di panggil Karina yang sudah ada di koridor sekolah ingin langsung naik ke lantai tiga itu pun terpaksa harus menghentikan langkahnya.
Pasalnya kelasnya berada di lantai dua, tapi karena nama nya di panggil. Karina lantas menoleh ke arah sumber suara yang ada di halaman sekolah.
Sementara lelaki yang memanggil nya tadi langsung menghampiri dirinya..
Berjalan dan tersenyum ke arah Karina. Sementara Karina hanya terdiam, pandangan nya malah tertuju ke lelaki yang berdiri di salah satu lapangan sekolah.
Sementara yang memanggil nya tadi sudah berdiri di hadapan Karina.
"So- sorry. Gue nganggu waktu elo yah?" Lelaki itu sembari mengaruk tengkuk nya. Ia merasa malu dan canggung terlihat jelas dari ekspresi nya.
"Elo mau ngapain?" ujar Karina, tapi pandangan Karina masih tertuju ke lelaki yang berdiri di lapangan.
"Jadilah pacar gue Karina!"
Karina yang mendengar nya langsung membelalakkan matanya.
Ia juga masih berdiri di dekat gerbang yang menuju ke lantai atas.
Karina terkejut sampai ia menelan saliva nya sendiri, "Gimana? Elo mau kan jadi cewek gue?" ujar lelaki itu lagi.
Sementara siswa - siswi lain terkejut melihat kelakuan Davin dan langsung ramai.
Yap! Lelaki yang ada di depan Karina adalah Davino Abimanyu. Pemain band yang terkenal di sekolahannya.
Karina masih terdiam mematung, sementara anak yang lain pada ramai ribut dan bersorak sorai.
Tetapi, pandangan Karina masih tertuju pada lelaki yang masih berdiri di lapangan. Entah menatap nya atau bukan tetapi Karina mengartikan kalau lelaki itu sedang melihat ke arah dirinya dari kejahuan.
"Apa - apaan sih si Davin itu! Bukannya sama elo aja sih Jov!" Protes Zea.
Jovita masih terdiam dan menahan amarah nya melihat Davin seorang yang di cintai nya lebih memilih Kirana.
"Lagian lebih cantikan elo Jov! Si Davin itu buta apa gimana sih!" imbuh Alea.
Jovita langsung meninggalkan lokasi dengan kessal, sementara guru - guru lain yang sudah ada di ruangan guru itu langsung menghampiri anak siswa siswi nya di keramaian itu.
"Ada apa ini!" teriak Pak Ali selaku guru Fisika.
"Kenapa kalian gak masuk ke kelas!! Bubar kalian!!" teriak Pak Ali lagi.
Karina lantas bergegas masuk dan menaikki anak tangga untuk sampai ke lantai dua. Di susul dengan anak - anak yang lain.
Sementara Davin langsung masuk ke kelas yang ada di lantai dasar. Sekolah Bintang adalah sekolah dengan gedung bertingkat dan berbentuk letter L, yang mana setiap kelas ada di beberapa lantai.
Untuk kelas sepuluh berada di lantai tiga sedangkan untuk kelas sebelas ada di lantai dua. Namun, Karena berbentuk latter L ada kelas dua belas. Letak kelas nya berada di seberang kelas sebelas.
Sedangkan lelaki yang bernama Davino Abimanyu atau sering di sapa Davin tadi ada di lantai dasar. Lantai satu ia berada di kelas dua belas IPS.
Sedangkan Karina berada di kelas sebelas IPS dan lelaki yang sedari tadi memandangi Karina berada di kelas dua belas IPA, dan kelas nya berada di sebrang kelas Karina.
Jadi mau gak mau lelaki itu harus melewati depan kelas Karina. Sedangkan Karina yang udah di kelas langsung duduk di bangku depan nomer dua dekat pintu masuk kelasnya.
Karina pun langsung meletakkan tas nya dan duduk di bangku nya. Sementara teman - temannya yang lain pun menyusul masuk ke dalam kelas.
Karina duduk mematung memandangi meja nya yang masih kosong sebelum dia mengeluarkan buku - buku nya dari dalam tasnya.
Kejadian tadi pagi itu sangat membuat Karina terbayang - bayang dalam benak nya.
"Ck!" Hanya kata decikkan yang keluar dari mulut Karina.
Karina lantas mengeluarkan buku nya sesaat guru nya sudah ada di dalam kelas.
Namun, pandangan Karina pun tertuju pada pemandangan di luarran pintu masuk kelas nya itu.
Salah satu mengapa Karina ingin duduk di paling depan dan dekat pintu masuk adalah untuk melihat lelaki yang berdiri dan melihat nya di lapangan sekolah tadi.
Walaupun hanya sekilas dan berlalu begitu cepat sudah membuat hati Karina berbunga. Lelaki itu pun muncul di depan kelas Karina dan berjalan bersama dengan kedua temannya.
Karina hanya tersenyum sekilas, ia pun langsung tersadar sesaat temannya menutup pintu kelasnya karena pinta sang guru Matematika, yang bernama Ibu Retno.
Karina hanya menghela nafasnya dalam - dalam, dan tertunduk.
Ia pun memainkan bolpain yang di pakainya, "Karina!" teriak bu Retno.
Karina terperanjak kaget lalu melihat ke arah gurunya, "kamu kenapa gak memerhatikan saya yang sedang menerangkan!" bu Retno itu pun sudah berdiri di depan bangku Karina.
Sementara temen sebelahnya hanya terdiam sesaat Karina menatap nya begitu juga yang lain terdiam dan melihatnya.
"Coba, sampai mana saya jelasin tadi!" Bu Retno itu pun menatap tajam ke arah Karina.
Sementara teman sebangku nya memperlihatkan catatan yang di tulisnya tadi. Memperlihatkannya ke arah Karina secara diam - diam.
"Bilangan constan bu." Karina menjawab nya sembari tertunduk kembali.
"Kalau kamu melamun lagi keluar dari kelas saya!" tegas bu Retno.
Bu Retno kemudian kembali ke papan tulis menjelaskan pelajaran matematika.
Sementara temen sebangku nya bernama Anessa di sapa dengan Nessa ini, memberikan buku catatan yang lain.
Karina pun membaca tulisan Nessa, tertulis "Elo kenapa? Apa elo kepikiran soal Davin?"
Karina melihat ke arah Nessa lagi, dan hanya menggelengkan kepalanya saja.
Nessa lalu mengambil buku nya lagi dan di tulisnya lagi lalu di berikan ke Karina.
"Kalau elo masih belom bisa cerita ke gue, gak masalah kok. Gue bakalan nunggu elo buat cerita." Tulis nessa sembari memberikan emotikon tersenyum.
Karina hanya tersenyum tipis lalu mengembalikan buka nessa.
***
"Elo kenapa lakuin ini ke gue Davin?" ujar Jovita.
Jovita tiba - tiba saja sudah duduk di samping Davin. Davin juga terkejut saat Jovita duduk bersamanya di bangku yang sama bersama.
"Elo kenapa ada di sini." Davin langsung memberikan rasa gak suka nya kepada Jovita.
"Jawab pertanyaan gue vin. Apa elo suka mempermalukan gue di hadapan anak yang lain?" ujar Jovita lagi.
"Apaan maksud elo!" tandas Davin.
Davin hanya bisa duduk melihat ke arah papan tulis. Mereka berdua duduk di bagian belakang dan ujung. Berbeda sekali dengan Karina yang duduk di depan dan di dekat pintu masuk kelasnya.
"Orang tua kita kan udah jodohin kita, dan kita bakalan di nikahin kan! Setelah kita lulus." Jovita memberikan nada penekanan sembari setengah berbisik.
Karena kelas sedang berlangsung dan guru Geografi sedang menjelaskan. Davin hanya bisa terdiam.
"Elo tau! Perasaan gue hanya gue yang tau!" Davin langsung melempar bolpoin nya di atas meja sembari berdiri dan berjalan lalu berkata, "Saya ijin mau ke toilet."
Davin langsung berjalan keluar dan membuka pintu kelasnya. Namun, alih - alih mau ke toilet Davin malah pergi ke Kantin.
"Bisa - bisa nya dia bilang kaya gitu. Emang siapa dia!" Davin mengomel sembari berjalan ke arah Kantin.
Ia pun langsung memilih beberapa kantin yang buka di sekolahan nya.
"Kamu gak masuk kelas?" ujar sang Ibu kantin.
"Males buk!" tandas Davin.
Davin memang selalu memilih ibu kantin yang bernama Ibu Jum. Dari ke tiga kantin yang buka entah mengapa Davin lebih dekat dengan Ibu Jum ibu kantin di sekolahnya.
Bel sekolah pun sudah berbunyi menandakan pergantian pelajaran, begitu pula Davin yang sudah setengah jam berada di kantin sendiri.
Sementara itu di kelas Karina.
"Gue mau ke kantin, elo mau ikut ga?" ujar Karina di barengi diri nya yang berdiri dari bangku nya.
"Kita kan belom istirahat? Emang boleh?" Nessa memandangi Karina yang sudah berdiri yang akan bersiap keluar kelas.
"Gue laper. Tadi belom makan sih. Lagian udah jam delapan kan?" Karina sembari menunjuk jam yang ada di atas papan tulis.
Anessa pun ikutan melihat jam yang di tunjuk Karina, "iya juga sih! Gue ikutan deh!" Nessa pun antusias dan langsung ikutan berdiri, dengan segera Karina langsung merangkul nya, mereka berdua pun berjalan menuju kantin.
Namun, sebelum itu. Pandangan Karina menatap ke salah satu sosok yang sedang berdiri di balkon yang berada di depan kelas, bersama kedua temannya yang lain.
Karina yang sedang berjalan bersama Nessa itu secara gak langsung masih menatap sosok lelaki itu.
Nessa yang sedari tadi mengajak berbicara dengan Karina yang tanpa respon itu, ia penasaran dengan yang di tatap Karina.
Sontak Nessa langsung ikutan memandang ke arah di mana Karina menatap.
"Elo suka sama Binta?" ujar Nessa sembari menyenggol lengan Karina.
Karina tersadar saat Nessa menyebutkan nama Binta. "Apaan sih. Gak kok." Karina dengan cepat berjalan menuruni anak tangga dan langsung belok ke arah kantin.
"Kenapa elo jadi buru - buru jalannya sih! Tungguin gue rin!" teriak Nessa.
Nessa dengan susah payah mengejar langkah Karina yang berjakan sangat cepat.
Sementara sosok Binta menatap seseorang yang baru menuruni anak tangga.
Setelah sampai di kantin, terlihat ada Davin di sana. Karina hanya bisa terhenti dan mengerutkan keningnya.
Haaah!!
Lagi dan lagi Karina hanya bisa menghela nafasnya panjang.
"Gimana rin?" ujar Nessa.
Karina tetap saja berjalan ke kantin. Mau bangaimana lagi kantin yang ada di sekolahan nya hanya tiga tempat.
Sebenernya ada kantin di sekolah menengah pertama namanya SMP 1 Bintang.
Nama yang sama dengan nama sekolah Karina, namun untuk jalan ke sekolahan itu sangat lah jauh. Walaupun bersebelahan dengan sekolahannya tapi, tetap di rasa jauh bagi Karina.
Sekolah Karina sebenernya masih satu yayasan yang sama jadi nama sekolah nya selalu sama dengan sekolah SMP 1 Bintang. Bedanya hanya ia menengah pertama dan sekolahan Karina menengah atas. Bahkan sekolahnya pun bersebelahan dengan kampus juga.
Tapi, Karina sebenernya orang yang sangat mager untuk berjalan yang jauh. Jadi mau gak mau dia ke kantin sekolah nya saja.
"Karina, tunggu in gue napa sih." Keluh Nessa.
Namun, Karina lebih memilih Kantin pertama dari pada kantin ke dua di mana Davin ada di sana.
"Karina." Davin langsung berjalan menghampiri dirinya.
"Elo mau makan juga?" ujar Davin lagi.
"Udah! Gak usah peduliin gue. Elo makan aja yang udah elo pesen itu. Kasian tu makanan elo cuekkin." Karina masih saja memilih makanan yang akan di bawanya ke kelasnya.
"Buruan Ness! Elo mau beli makan apaan kita langsung ke kelas!" ujar Karina.
"Elo marah sama gue? Apa gue lakuin suatu kesalahan ke elo?" Davin melontar kan beberapa pertanyaan langsung ke Karina.
Namun, Karina langsung membayar makanannya dan pergi begitu juga. Tapi langkah nya terhenti saat tangan Karina di raihnya oleh Davin.
"Elo mau ngapain?" tanya Karina.
"Gue gak ada waktu buat ladenin elo. Lagian gak seharusnya elo begini ke gue!" Karina dengan kasar menarik tangannya dari genggaman Davin.
Dengan langkah cepat Karina langsung meninggal kan Davin dan menuju ke kelasnya lagi.
"Elo kenapa rin? Kenapa elo jadi jutek?" tanya Nessa penasaran.
"Lagian elo beneran mau masuk kelas? Kan bentar lagi kita istirahatkan? Toh guru lain juga udah masuk, kita gak mungkin kan bawa jajanan seambreng ini?" ujar Nessa lagi sambil memunjukkan jajanan yamg di belinya.
Sejenak Karina pun berfikir, "Bener juga kita cari tempat aja deh."
"Gue ada tempat yang pas ayok!" Dengan cepat Karina mengikuti langkah Nessa. Mereka berdua pun melewati depan kelas Binta. Namun, sayang nya pintu kelas itu tertutup. Karina hanya memandangi pintu kelas Binta.
Hingga akhirnya mereka berdua berada di pojok dekat ruangan Band.
"Kenapa di sini sih?" Keluh Karina.
Namun, Nessa langsung memilih duduk di anak tangga, "Elo tau kan jalanan ini jalan yang gak banyak orang akses. Lagian gak mungkin kan pada lewat di sini lantai bawah juga di tutup akses nya sama pintu gerbang juga, dan hampir gak pernah di buka juga kan, jadi mana ada yang kesini."
"Tapi kan-"
"Udah! Kita mojok aja disini, lagian Davin gak bakalan di ruangan band itu!" tegas Nessa sembari memakan gorengan yang di beli tadi.
Karina kemudian duduk mendekati Nessa di anak tangga sembari meletakkan jajanan nya yang di belinya.
"Elo suka sama Bintara?" Nessa langsung menebak isi hati Karina.
"Dia itu Bintara fernandez. Kalau elo gak tau nama nya. Dia anak pembina pramuka sama ketua osis. Dia di tunjuk langsung sama bu Indah. Guru Sosiologi kita. Dia yang punya wewenang buat nyuruh Binta jadi petugas pramuka itu. Kalau osis kan dia di pilih anak - anak," jelas Nessa lagi - lagi sambil memakan gorengan nya dan meminum es cekek yang di bawa.
"Iya gue tau. Gue kan sekolah di sini juga masa iya gue gak tau kabar itu." Karina pun memakan bungkusan yang berisi nasi goreng.
"Kali aja kan elo gak tau, secara elo kan terkenal jadi manusia ice cube!" kekeh Nessa.
"Apaan sih elo."
"Tapi, jawab pertanyaan gue. Elo suka kan sama Bintara alias si Binta - binta itu." Nessa memandang lekat ke arah Karina.
Karina yang sedang memakan nasi goreng nya langsung menghentikan aktifitas makan nya.
"Gak. Gue gak suka sama dia. Lagian dia anak populer juga di sekolahan kita. Banyak wanita yang suka sama dia. Gue gak pantas buat dia, banyak wanita cantik, yang ada tar mereka adu saingan sama gue." Karina tertunduk sambil mengaduk - aduk nasi goreng yang di bawanya dengan menggunakan sendok.
Nessa hanya mengangguk - angguk paham, "Kalau elo suka sama orang itu gak salah kok. Tanda nya elo normal. Tapi, untuk Davin gak seharusnya elo ketus sama dia. Tar elo jadian loh sama Davin."
"Gak."
Nessa hanya terkekeh mendengar jawaban singkat Karina, "Dia tadi begitu kayak nya gak enak sama elo soal kejadian tadi pagi."
"Biarin aja. Gue males sama dia." Karina pun memakan nasi gorengnya lagi.
"Elo berdua kenapa di sini?"
Jangan lupa follow ig naendia9
Untuk tau visual dan update buku yang lain, dan jangan lupa baca buku aku yang lainnya yahh!!
Happy Reading!!
***
"Elo berdua ada di sini?" ujar lelaki bernama Binta.
Ya! Benar, lelaki yang sedang di bicarakan Karina dan Nessa.
Sontak Keduanya terutama Karina langsung tersedak dengan makanan nya karena terkejut.
Uhuuukk!! Uhuukk!!
Binta juga ikutan terkejut. Namun, Nessa lebih dulu memberikan minuman nya kepada Karina.
"Elo kenapa sih! Ngagetin kita berdua. Mana lagi makan! Gue kira guru dateng ke sini," keluh Nessa sembari masih memberikan minum ke Karina yang di beli tadi.
"Ya gue kan gak tau." Binta kemudian berdiri di balkon menatap lapangan Basket.
"Tumben elo udah keluar kelas. Padahal kan belom jam istirahat," ujar Karina. Karina dengan susah payah bicara panjang lebar apalagi berbicara ke orang yang dia sukai memang membutuhkan effort untuk dia berbicara.
Biasanya Karina hanya akan diam dan enggan berbicara ke orang yang baru di kenalnya, atau orang yang di sukai nya.
Ia akan banyak bicara ketika dengan teman yang dekat dengan dirinya. Tapi, ia kali ini berusaha keras melawan dirinya sendiri untuk berbicara di hadapan Binta.
"Elo bisa ngomong juga ternyata." Binta hanya tersenyum sejenak.
"Bentar lagi kan jam istirahat. Jadi gue keluar kelas lebih dulu," imbuh Binta lagi.
"Lagian elo yah! Ngapain di sini sih! Kita udah lebih dulu disini!" ketus Nessa.
Nessa langsung berdiri menghampiri Binta. Sementara Karina masih duduk di anak tangga dan melihat keduanya.
"Eh! Ini kan daerah gue. Deket kelas gue, elo berdua tuh nyasar disini. Harusnya gue yang nanya elo. Kalau elo mau cabut dari kelas ya jangan disini kalau elo gak mau liat gue."
Karina sontak bangkit dari duduk nya, "kita ke kelas Ness."
Sesaat Karina mengucapkan kata hal tersebut bel sekolah berbunyi menandakan jam istirahat.
Namun, tiba - tiba saja..
"Elo ternyata."
Jovita Kanandhita namanya, dia sudah berhasil menemukan Karina.
"Elo udah deketin tunangan gue, sekarang elo deketin Binta? Semua cowok populer elo deketin. Apa semurahan itu elo jadi cewek!" Jovita yang sudah berdiri di hadapan Karina, memandangi Karina dengan tatapan sinis dan dengan melipat ke dua tangannya.
Sementara Zea dan Alea juga berada di samping Jovita. Ketiga wanita itu langsung menghampiri Karina begitu saja.
Binta yang mendengar nya langsung menghampiri para gadis tersebut.
"Jaga mulut elo yah! Dia bukan gadis seperti itu!" pekik Binta sembari menunjuk - nunjuk ke arah Jovita.
Anak - anak lain pun kemudian langsung berkerumun dan melihat per tengkaran itu.
"Elo belain dia?" Jovita langsung menjawab ucapan Binta sembari menunjuk ke arah Karina.
"Sorry! Gue mau balik ke kelas." Karina menarik Nessa dan menerobos keluar dari kerumunan itu.
Namun apa daya, Alea langsung menghalangi langkah Karina, "Gak semudah itu!" ujar Alea.
Jovita lantas menyeringai menatapnya. "Masalah Davin nyatain cinta ke Karina, itu bukan salah dia! Paham kan elo," Binta langsung menyela omongan memberi pembelaan kepada Karina secara gak langsung.
"Elo beneran belain anak cupu ini?" Jovita membelalakkan matanya seolah tak percaya.
"Dia udah ngerebut tunangan gue! Dia yang ngrusak hidup gue! Paham gak elo. Apa pantas! Cewek ini di bela! Gue gak ngerti sama jalan pikiran elo Binta! Elo itu cowok populer juga di sekolahan ini! Tapi, malah bisa - bisa nya elo belain cewek udik!" Jovita langsung menarik paksa lengan Karina.
Karina pun menahan sakit akibat cengkraman yang di lakukan perempuan ini.
"Heh! Elo apa- apaan sih!" Nessa berusaha dengan keras melepas cengkraman Jovita.
Binta dengan segera melepas cengkraman Jovita lalu menarik Karina menjauh dari keramaian, melewati anak - anak yang berkumpul di koridor sekolah.
Karina hanya bisa mengikuti langkah Binta yang berjalan dengan cepat dan dengan langkah kaki yang lebar.
"Lepasin gue!" Karina meronta - ronta tapi genggaman tangan Binta jauh lebih kuat.
Mereka akhirnya tiba di belakang gedung sekolah, "apaan sih! Elo ajakkin gue kesini! Lagian, tadi banyak anak lain ngeliatin. Gue gak suka! Jadi pusat perhatian."
"Tapi nasib elo berkata elo jadi pusat perhatian," tutur Binta.
"Hah?"
Binta lantas berjalan lalu memunggungi Karina, "Udah jelas kan Davin suka sama elo."
Karina hanya terdiam dan melihat punggung Binta, "Tadi pagi, elo ngapain liattin gue?" Karina langsung tertunduk kembali.
'Bodoh! Harusnya gue gak bipang gitu ke dia! Lah kalau dia beneran liat gue? Kalau kgak? Kan gue yang jadi kayak kepedean! Bodoh elo Karina!! Bodoh! Bodoh!' Jeritan suara hati Karina.
Binta yang baru saja mendengar pertanyaan Karina ia, hanya tersenyum lalu berbalik badan melihat Karina.
"Gue gak mau elo salah jalan." Binta kemudian pergi meninggalkan Karina sendiri.
Mendengar kata Binta, Karina langsung mendongakkan kepalanya dan menatap Binta yang sudah berjalan menjauh.
"Apa maksudnya?" gumam Karina.
Karina lantas berjalan dan kembali masuk ke dalam kelasnya.
Terlihat guru belum masuk di dalam kelasnya, Karina langsung duduk di bangku. Nessa yang udah ada di bangkunya lanhsung berkata, "Elo tadi kemana?" ujar Nessa penasaran.
"Gue gak kemana - mana kok." Karina langsung duduk.
"Kalau elo gak kemana - mana kenapa gue nyariin elo, tapi elonya gak ada di mana pun?" Nessa sembari mengangkat satu alis nya.
Karina hanya bisa menghela nafas panjang, sembari menggelengkan kepalanya.
'Tadi apa maksud Bintang?' batin Karina sambil masih menatap Nessa.
Karina lantas menepiskan pikirannya, tak berselang lama guru sosiologi pun masuk. Bu Indah nama nya, guru yang pernah di ceritakan oleh Nessa.
"Anak - anak semua, di sini bu indah mau nawarin siapa yang mau jadi pengurus pembinaan pramuka?" tutur bu Indah yang sudah berdiri di meja guru.
Sontak anak - anak lain yang ada di dalam kelas langsung ramai dan riuh. Banyak yang antusias untuk mengikuti pembinaan tersebut.
"Elo gak ikutan rin?" tanya Nessa
"Disana ada Binta loh." sambung Nessa kembali sembari menatap tajam ke arah Karina yang masih terdiam memandangi Nessa.
"Rin! Mendingan elo ikutan deh. Kalau elo suka sama Binta elo deketin. Kali ini elo harus keluar dari zona pribadi ice lo itu. Sorry bukan maksud gue menggurui elo. Cuman, kalau sama - sama diem begini gak akan ada yang bisa jalan Rin." Nessa berusaha menyakinkan Karina untuk mengikuti ke anggotaan pramuka.
"Tapi-"
"Udah! Elo ikut yah!" seru Nessa.
Belom sempat Karina menjawab ucapan Nessa, suara ketukan pintu di kelas terdengar..
Bu indah selaku guru sosiologi dan yang bertugas untuk membina Pramuka, berjalan mendekati pintu kelas. Saat pintu kelas di ketok seseorang dari luar.
Saat di buka, ada beberapa anak kelas dua belas yang lain, termasuk ada Davin dan di susul dengan Binta.
"Rin! Itu bukannya Davin?" bisik Nessa yang mendekati arah Karina.
"Tapi ada Binta juga," imbuh Nessa lagi.
"Elo mau ikut gak Nes?" Ujar Karina sembari melihat Binta di samping Davin.
Davin pun hanya melihat Karina, sembari tersenyum seperti biasanya.
Sementara Karina menatap Binta. Namun, Binta menatap ke seluruh ruangan kelas Karina. Teman - teman Karina yang lain pun tak kalah heboh saat Binta dan Davin masuk ke dalam kelas.
Hiruh pikuk dan sorak sorai menggema di dalam kelasnya. Bagaimana tidak, Binta dan Davin adalah anak populer di sekolahan Bintang.
Binta anak populer ketua osis dan ketua pramuka. Sedangkan Davin anak band yang populer di sekolah.
"Sudah - sudah! Diam kalian semua. Jangan sampai brisik begini. Nanti ada guru lain yang masuk loh!" ucap Bu Indah.
Ketua kelas juga menyuruh teman - temannya untuk tenang.
"Woy! Tenang kalian ini! Bisa diem kgak lu semua!" teriak ketua kelas, sampai ia mengebrak mejanya.
"Diem wooy!" ujar anak - anak yang lain. Perlahan anak - anak lain mulai diam.
Sedangkan Karina masih terfokus menatap Binta. Nessa teman sebangkunya pun benar - benar sangat yakin kalau temannya ini beneran menyukai Binta dari pada Davin.
Sementara Davin masih menatap Karina, perlahan Binta pun mengucapkan kata - kata nya.
"Saya di sini sebagai ketua pramuka, ingin kalian mengikuti ke anggotaan pramuka sebelum kita lulus sekolah nanti," ujar Binta.
"Kalau kita ikut apa kita bisa ketemu sama kalian!" ujar teman Karina yang lain.
Teman yang lain pun langsuk bersorak "huuu... Huu!!"
"Apaan sih elo. Elo aja yang ganjen kan!" seru anak yang lain.
Sontak yang lain langsung tertawa keras. Sesaat temannya berkata seperti itu.
"Gue kan tanya. Kan ada pepatah! Malu bertanya tersesat di jalan. Kalau gue tersesat di hati Davin atau Binta oke aja gue!"
"Huuu!! Huuu!!! Basi elo!! Ngarap aja elo!! Huuu!!!" Sorak anak - anak yang lainnya.
"Sudah - sudah! Kalian ini." Bu Indah berusaha merrdam keramaian yang ada di kelas.
Binta kemudian menjawab "Tentu. Karena saya kan pengurusnya bareng Davin juga."
Karina menoleh kembali ke arah Binta. Binta juga sekilas menatap Karina.
Tak berselang lama Jovita pun masuk ke dalam kelas Karina.
"Maaf bu Indah saya terlambat, tadi saya mengumpulkan tugas ke ruang guru." Jovita menunduk sembari tersenyum.
"Ya sudah. Tapi udah bereskan?" tanya bu Indah saat bu Indah sudah berdiri di samping bangku Karina.
"Udah buk," jawab Jovita dengan antusias dan tersenyum. Jovita pun melirik ke arah Karina saat dirinya hendak berjalan ke arah Binta dan Davin.
Sontak anak - anak lain langsung terdiam saat Jovita memasukki kelas Karina.
Jovita pun sudah berdiri di depan kelas di antara mereka berdua, Binta dan Davin.
Karina hanya menghela nafasnya panjang, dan enggan memandang ke arah depan.
Binta sekilas melihat Karina yang tertunduk sembari mengerutkan kening nya. Lalu menoleh ke arah Davin.
Binta hanya tersenyum sekilas, lalu melihat ke sekitar lainnya.
"Itu kenapa nenek sihir dateng sih!" keluh Nessa.
"Hust! Elo gak boleh kayak gitu," ujar Karina. Karina lantas tertunduk kembali.
Sementara anak - anak yang lain pun ikutan terdiam dan suasana menjadi tenang. Sesaat Jovita memasukki ruangan kelas.
"Kalau kalian mau ikut ke anggotaan bisa daftar ke saya Atau Davin atau-"
"Ehh bukan ke Davin tapi ke gue aja." Jovita langsung memutus perkataan Binta.
"Bu Indah udah nyuruh gue. Bener kan bu?" ujar Jovita.
Bu indah hanya mengangguk saja dirinya pun masih berdiri di samping Karina.
"Karina! Elo!" Jovita langsung menunjuk ka arah Karina.
Karina pun mendongakkan kepala nya, "Elo mendingan ikutan aja," Ajak Jovita sembari masih menunjuk ke arah nya.
Karina terkejut, sampai menahan nafasnya, "Iya, elo ikutan aja," ujar Davin lembut.
Jovita dan Binta menatap Davin secara bersamaan, "Elo gak salah Jov! Ajak si Karin. Dia kan manusia ice cube! Mana bisa ngomong tu anak!" ucapan Sarkas itu terlontar dari salah satu teman Karina.
Nessa yang ingin membela Karina langsung di hentikan oleh Karina. Karina menahan tangan Nessa sembari menggelengkan kepalanya.
"Elo ngapa in ajak si Karina? Elo lagi gak rencanain sesuatu kan! Elo kan habis labrak dia tadi pas istirahat." Nessa langsung berucap dengan lantang.
Davin pun menatap Jovita langsung, begitu pula dengan hu Indah.
"Apa bener?" ujar Davin.
"Sudah- sudah! Jadi untuk pendaftaran kali ini kalian bisa langsung daftar ke Binta atau Jovita." Bu Indah langsung menengahi pertikaian yang baru saja terjadi.
"Kalau begitu saya akhirri terimakasih untuk antusias kalian." Binta menundukkan badan begitu pula dengan Davin dan Jovita. Mereka pun langsung undur diri, dan kekuar kelas.
Setelah keluar kelas Davin langsung menarik Jovita di depan toilet.
"Gue dah bilang kan sama elo! Jangan pernah elo sentuh Karina!" teriak Davin
"Tapi vin-"
"Elo sadar diri Jovita! Gue nerima perjodohan kita, tapi gue gak cinta sama elo! Hubungan kita cuman hanya perjodohan! Selebihnya gue gak bisa sama elo!" Davin langsung meninggalkan Jovita begitu saja.
Binta hanya terdiam menatap pertikaian keduanya. Sementara di dalam kelas Karina meminta ijin dan tanpa di sangka - sangka.
Karina melihat Binta yang berdua saja di depan Toilet, sembari memberikan sapu tangan nya.
"Buat air mata elo tuh." Binta mengulurkan sapu tangan dari dalam saku nya.
Sementara Karina masih berdiri di depan kelasnya dan menatap kejadian tersebut.
"Binta," gumam Karina.
Binta lantas menoleh dan melihat ke arah Karina. Karina langsung menyeka air mata nya.
Toilet itu emang dekat dengan ruangan kelas Karina, ruangan kelas Karina memang paling ujung dan dekat dengan toilet dan berulah anak ada anak tangga.
Karina lantas memilih toilet yang lain walaupun dia harus melewati beberapa kelas lain.
Binta hanya menatap Karina yang berjalan menjauh dari pandangan nya.
Binta langsung menuruni anak tangga untuk masuk ke ruangan Pramuka. Membahas masalah rapat ke anggotaan.
"Kenapa elo berbuat gitu? Apa elo emang baik ke semua orang? Tapi kenapa gue jatoh nya ngatur elo? Boleh juga sih elo baik ke siapapun tapi, gue kan jadi... aargghh!!" gumam Karina di sepanjang jalan menuju toilet.
"Bodok lah udah!" Karina mengusak kepala nya dengan kasar.
Karina pun masuk ke dalam toilet. Namun beberapa saat kemudian..
"Haah!!" Karina pun panik dan sedikit ketakutan di dalam toilet tersebut.
*** Follow ig naendia9 ***
Untuk tau update buku dan visual.
maaf kalau cerita ini keliatan maksa dan kaku. Tapi, aku harap semoga kalian suka.
Happy Reading!!
****
Beberapa jam setelah bersama Karina di belakang gedung sekolah.
Binta yang akan masuk ke lantai dua dan masuk ke kelas tiba - tiba saja di hadang.
"Binta!"
Binta lantas menoleh, "Kamu itu kemana aja. Di cari in kemana pun kamu gak ada malah baru kelihatan."
Ternyata bu Indah pengurus Pramuka. Binta lantas menjawab, "Ada apa, ibu cari saya?" ujar Binta.
"Nanti kamu masuk ke kelas sebelas IPS, Ibu mengajar di kelas itu setelah istirahat," ujar bu Indah.
"Kenapa harus saya? Bukannya ada Davin?" Binta merasa keberataan saat bu Indah menyuruh nya untuk mengurus organisasi pramuka.
"Kamu kan ketua Pramuka dan ketua Osis juga kan. Nah, karena ketau Osis belom terlalu sibuk. Ibu minta kamu untuk ikut sertakan anak kelas sebelas. Sebelum nanti kelas dua belas lulus," jelas bu Indah panjang lebar di depan pintu gerbang yang akan masuk ke tiap lantai kelas.
"Tapi kan, Ujian masih lama bu," protes Binta sambil tubuh nya ia sandar kan di pintu gerbang kelas.
"Sudah! Pokok nya kamu harus lakuin. Nanti juga ada Davin dan Jovita mereka akan nemenin kamu."
"Hah! Jovita?" Binta terkejut mendengar nama Jovita di sebut.
"Bukannya Jovita gak ikut di organisasi ini. Kenapa ada dia?" ujar Binta lagi.
"Jovita ibu yang suruh. Sudah! Pokok nya nurut ibu!" Bu Indah meninggalkan Binta yang masih berdiri di depan gerbang.
"Ck!" Suara decikan dari mulut Binta.
"Kenapa harus gue sih. Salah juga gue ikutan organisasi ini." Binta sampai menggaruk tengkuk nya lalu berjalan ke ruangan organisasi Pramuka. Dirinya tak jadi kembali ke kelas karena perintah Bu Indah barusan.
Benar saja Binta dan yang lainnya masuk ke kelas sebelas IPS. Di sana sudah ada bu Indah di dalam kelas.
Setelah menjelaskan beberapa hal poin mereka pun keluar.
Tapi tak di sangka oleh Binta. Karina melihat dirinya sedang memberikan sapu tangan kepada Jovita.
Namun, Karina lebih memilih pergi dan tak melihat kedua nya. Binta hanya terdiam dan melihat Karina yang pergi menjauh dari pandangannya.
Hingga Karina masuk ke dalam toilet. Namun...
Brakk !!
Brakk !!
"Siapapun yang di luar tolongin gue. Bukain pintu toilet ini."
Brakk !!!
Brakk !!!
Brakk. !!!
"Bukain tolong!! Siapapun yang di luar. Gue mohon." Karina sampai panik dan ketakutan sampai dirinya benar - benar menangis sangat kencang.
"Tolong bukain siapapun yang di luar. Gue mohon," pinta Karina.
"Makanya elo jadi orang gak usah sok kecakepan! Tau rasa kan elo!" ujar seseorang yang ada di luar Toilet.
"Kalian!! Tolong in gue. Gue mohon!!" teriak Karina.
Karina semakin panik sampai ia masih mendobrak - dobrak pintu Toilet tersebut.
Namun hanya terdengar suara tertawa yang semakin keras.
"Gue mohon buka," Ujar Karina sampai menangis ia pun sampai duduk jongkok di samping pintu toilet dan menangis.
"Rasain elo!" ujar yang lain.
"Kalian apa - apaan sih!!" teriak seorang lelaki.
'Davin?' batin Karina.
"Tolongin gue!" Karina kemudian berdiri kembali sambil mendobrak - dobrak pintu.
"Buka gak!" Davin sampai memarahi wanita yang ada di depan toilet.
Sampai akhirnya Davin pun terpaksa harus mendobrak paksa pintu toilet. Lalu, tangan Davin meraih tubuh Karina yang sudah ketakutan dan gemetar.
Davin pun memeluk Karina di depan Toilet tersebut. Begitu pula Karina tanpa sadar membalas pelukan tersebut sembari menangis.
"Apaan sih elo semua! Kenapa elo lakuin ke Karina!!" teriak Davin.
"Elo sadar gak sih Vin! Elo tuh udah dua in Jovita!"
Karina pun langsung tersadar dan melepas pelukannya dan menghindari Davin. Pandangan nya langsung mengedar kesekitar.
Banyak anak - anak lain yang mengelilingnya terutama teman Jovita Alea dan Zea.
"Heh!" Alea langsung menoyor pundak Karina.
"Elo yah! Jadi cewek kenapa ganjen sih!" ujar Alea lagi.
Davin langsung menarik Karina di balik tubuhnya. Namun, Karina masih terfokus dengan pandangannya. Pandangannya mengedar kesekelilingnya, hingga sosok Binta ada di sana.
Binta hanya terdiam dan menatap Karina dari kejauan, 'Binta?' Batin Karina.
Karina langsung menatap seseorang yang ada di depannya.
"Davin? Jadi-" karina sampai mengerutkan keningnya. Lagi dan lagi Karina hanya menghindari pertikaian tersebut dan langsung berjalan ke kelasnya.
Sementara anak dua belas yang lain terutama teman - teman Binta pun ikut manatapnya.
"Dia bukan nya si ice cube itu? Gila yah! Kelakuan nya aja udah bikin heboh," ujar teman Binta lelaki yang lain.
Binta hanya menoleh sesaat ke arah teman sekelasnya saat berbicara di samping dirinya.
Binta kemudian berlalu begitu saja dan masuk ke dalam kelasnya. Sementara Karina masuk ke dalam kelas di mana bu Indah masih mengajar Sosiologi.
Karina pun membuka pintu kelas nya 'untung aja temen - temen gue gak ada yang tau. Tapi Binta..' tutur Karina di dalam batin nya. Ia kemudian menuju ke tempat duduk nya.
"Kenapa kamu lama Karina?" tanya bu Indah berbalik dan mendekati bangku Karina.
"Ah, itu sa- saya tadi mampir ke UKS sebentar untuk minta obat sakit perut," dusta Karina.
"Apa kamu sakit?" tanya Bu Indah lagi.
"U- udah mendingan bu." Karina langsung membuka buku tulisnya dan bersiap menulis materi yang di jelaskan.
Bu Indah pun kembali menjelaskan pelajarannya. Sebenernya pelajaran nya dua jam dan telah bersisa setengah jam, karena ada informasi Pramuka tadi yang berjalan satu jam, dan Karina yang terjebak di toilet.
***
"Vin! Kita harus bicara."
Jovita toba - tiba saja datang menghampiri Davin. Davin lantas menatap Jovita.
Lalu mengikuti langkah Jovita, mereka menuruni anak tangga dan lalu berjalan ke arah parkiran sekolah, "kebetulan elo ajakin gue ketemu. Ucapan gue tadi gak masuk dalam benak elo?" tutur Davin, yang ada di belakang tubuh Jovita.
Jovita lantas berbalik lalu melipat kedua tangannya di dada nya.
"Apa?" Jovita keheranan dengan prilaku Davin.
"Kenapa sih! Elo selalu belain Karina! Gue ini tunangan elo Davin!!" teriak Jovita sampai dia mengertakkan kaki nya di atas tanah yang di pijak oleh Jovita.
"Kenapa perhatian elo dan pandangan elo ke Karina! Apa spesial nya dia!! Apa!!" Jovita sampai menatap dengan tatapan amarah sampai memegang kedua lengan Davin.
"Kenapa elo lakuin ini ke gue vin!" tutur Jovita ia sampai meneteskan air mata nya yang tanpa ia sadari
"Ya karena gue suka nya sama Karina! Udah lah, elo bisa cari lelaki yang pantas buat elo. Jangan gue!" Davin langsung pergi meninggalkan Jovita begitu saja.
Lalu, Davin masuk ke kelas nya lagi. Pelajaran demi pelajaran sedang berlangsung.
Kelas Karina juga sudah ada beberapa guru yang menerangkan, begitu juga dengan Davin dan Binta.
"Rin. Elo yakin elo gak kenapa - napa? Abis dari toilet tadi elo beda Rin," bisik Nessa.
Kali ini kelas Ekonomi dan sedang ada ujian tertulis, sehingga kelas menjadi sunyi senyap.
Karina lalu menghela nafas panjang sebelum menjawab pertanyaan Nessa.
"Apaan sih. Udah diem aja! Tar kita di marahin Pak Herman. Gue gak mau di hukum sama dia lagi!" ujar Karina berbisik juga.
"Karina! Nessa! Ada apa kalian." Pak Herman langsung memanggil nama keduanya dari meja dan kursi guru di kelas.
"Kalian berdua ada di depan jadi sangat jelas bapak melihat Kalian!" pekik Pak Herman.
"Kerjakan dengan baik!" Imbuh pak Herman lagi.
"Tuh kan!" Karina menyikut lengan Nessa dengan kesal.
Sampai akhirnya satu jam berlalu, bel sekolah berbunyi dan sudah waktunya untuk pulang ke rumah.
"Hari ini semua kertas jawaban kalian sudah ada di saya. Kalau begitu silahkan kalian pulang dengan hati - hati," tutur Pak Herman selaku guru ekonomi sambil berdiri di ruang meja guru yang ada di kelas.
Pak Herman pun keluar kelas disusul dengan anak - anak yang lain. Semua kelas pun keluar dan kembali ke rumah masing - masing.
"Elo mau bareng gue apa gimana rin?" ujar Nessa.
"Kayak nya gue bakalan di jemput sama sopir gue. Pasti dia udah di depan, atau elo mau gue anter aja sekalian?" ujar Karina menawarkan bantuan ke Nessa.
"Gak lah! Gue gak pede naik mobil elo. Gue lebih pede naik angkot aja. Lagian rumah gue sama elo gak se arah gaes!!" Nessa sambil memasukkan buku - buku nya di dalam tas.
"Yaudah kalau gitu. Ayok kita balik." Karina pun mengulurkan tangan nya di hadapan Nessa.
Mereka berdua lantas keluar kelas setelah kelas sudah kosong dan sepi.
Mereka berdua sampai pada gerbang utama sekolahannya.
Memang sekolahan SMA Bintang selalu banyak pagar. Bahkan untuk naik ke kelas pun di batasi pagar. Apalagi untuk masuk ke halaman utama sekolahan udah pasti ada pagar gede.
Di tempat ini banyak anak - anak yang lain mulai dari kelas sepuluh, sebelas dan dua belas. Berkumpul, pasalnya memang gak ada kegiatan sekolah alhasil semua murid di SMA Bintang pada menyerbu pintu utama sekolahannya untuk menunggu angkutan umum.
Karina pun mengedarkan pandangan nya di semua siswa yang ada hingga akhirnya mata Karina tiba - tiba saja tertuju pada Davin.
Davin pun keluar dari kelasnya, "Davin?" gumam Karina. Karina sungguh gak sengaja melihat Davin dari kekahuan.
"Elo kenapa rin?" tanya Nessa penasaran. Namun, lagi - lagi Karina gak menjawab pertanyaan Nessa.
Seperti biasa mobil Rolls-Royce berjenis Phantom Extended Wheelbase milik Karina sudah tiba di sekolahan.
Sang sopir lantas membuka pintu nya dan berjalan menuju ke Karina.
Sontak anak - anak yang mengetahui nya pun ramai membicarakan Karina sembari berbisik. Pandangan mengintimidasi terlihat dari teman - temannya.
Sekolahan Karina sebenarnya memanglah sekolahan favorit di Jogja dan bahkan banyak anak - anak kaya berkumpul di sekolahan SMA Bintang.
Pandangan teman - teman nya kepada dirinya membuat Karina sudah terbiasa akan responnya orang - orang ke dirinya.
"Gue balik dulu ya Ness. Elo mau bareng gak sama gue?" ujar Karina mengajak temannya untuk pulang bersama.
"Gak ah! Gue mau naik angkutan umum aja udah! Buruan elo balik." Nessa langsung mendorong - dorong Karina untuk menuju ke mobilnya. Seperti biasa sopir pribadi Karina pun membuka kan pintu untuk nya, dan Karina masuk ke dalam mobil.
Setelah itu Pak Eko yang berstatus sopir Pribadi Karina langsung masuk ke kursi kemudi.
Dalam perjalanan Karina sibuk membuka ponsel nya, hingga suatu ketika..
"Ini kan-"
"Ini bukannya dia?" Karina sampai memerhatikan vidio dengan seksama di grub kelasnya sendiri.
****
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!