...“Tuhan melepaskannya darimu. Tapi ingatlah pada janjinya, sesuatu yang hilang darimu itu karena Tuhan ingin menggantikannya dengan yang lebih baik”...
...○○○...
Cahaya rembulan di kota Ankara menerangi seorang gadis yang tengah berdiri disebuah halaman rumah dengan piamanya yang berwarna putih, rambut panjangnya yang bergelombang sesekali terkibas oleh angin malam yang dingin, dan mata yang terus menerus mengeluarkan Air mata.
Disisi Lain terlihat seorang Wanita paruh baya, dengan wajah paniknya menghampiri suaminya yang berada di ruang kerjanya.
“Suamiku.., Lariessa.” Teriaknya panik.
“Ada apa?” Tanya suaminya terkejut.
“Lariesa ... Lariesa tidak ada dikamarnya!”
“Di bawah? Didapur?”
“Tidak ada pak, aku udah cari disemua tempat tidak ada!”
Sang istri yang merasa sangat khawatir karena anaknya tidak ada, sang suami pun langsung bergegas pergi mencari anak semata wayangnya itu.
“Kau tunggu disini, aku akan mencarinya." ujar suaminya lalu pergi.
“Cepat...” Ujarnya dengan khawatir.
...○...
Lelaki paruh baya itu mengelilingi rumahnya yang luas, dan mengatahkan beberpa pekerja dirumahnya untuk mencari anaknya. Di saat ia akan menuju kebun belakang ia menemukan anaknya yang tengah berdiri didekat pohon belakang rumah dengan tatapan yang kosong dan air mata yang berlinang.
“Rissa…” Panggilnya sambil berlari kecil menghampiri anaknya itu.
“Rissa... Lariessa anakku, sadar nak, ini ayah!” ujarnya sambil memegang kedua bahu anaknya itu.
“Rissa sampai kapan kau mau seperti ini , sayang? Apa kau tidak sayang dengan dirimu sendiri? Apa kau tidak sayang pada Ayah? Rissa ini ayah sayang...” Lirih sang ayah lalu menghapus air mata anaknya itu.
“Rissa kau tau tidak, ibumu dirumah sangat khawatir denganmu! Dia akan sakit jika kau terus seperi ini dan begitu juga dengan Ayah! Dia sangat Khawatir tentangmu!” Ujarnya dengan suara yang bergetar.
“Rissa Sayang, ayo kita pulang, kita istirahat” ujarnya dengan lembut seraya mengelus kepala belakang anaknya dengan lembut.
...○...
Musim panas yang terasa begitu kering, dengan matahari tepat berada diatas kepala saat siang hari, tapi seorang lelaki terlihat berdiri disamping danau disebuah taman, Wajahnya terlihat kesal karena ia tengah menunggu seseorang.
“Hey... sayang sayang sayang ” Kata seorang Wanita sambil berlari dan menghampiri lelaki yang sudah menunggunya hampir 2 jam itu.
“Sayang maafkan aku, aku benar-benar sangat sibuk tadi, ada banyak sekali pekerjaan di kantor” Ujarnya sambil berdiri disamping lelaki yang tak lain adalah pacarnya itu.
“Ya…yaa, kau selalu sibuk dengan pekerjaanmu.” Rajuk pacarnya yang terlihat menatapnya dengan senyuman.
“ Ouhh ya kau tau tidak, sejak CEOku mengambil cuti sakit, pekerjaanku menjadi sangat menumpuk setiap hari. Sampai tanganku sangat sibuk, tidak sempat melihat ponsel tidak sempat lihat jam--”
“Ya, kau selalu sibuk dengan pekerjaanmu, lalu bagaimana dengan hubungan kita?” Tanyanya.
“Aaah, itu... Aduhh!” rintih gadis itu yang tiba-tiba memegang bahunya.
“Kau kenapa?”
“Bahuku sangat sakit karena kelelahan. Kau tau tidak, aku masih mengerjakan pekerjaanku sampai jam 2 pagi, karena aku harus menghadari acara pertemuan tamu penting" Ujarnya sambil tersenyum pahit.
“Baiklah, Ria bagaimana menurutmu jika kita menikah saja? ibu dan Ayah sudah menyuruhku untuk menikah dalam waktu dekat ini.” usul pacarnya itu.
“AAA….AAA” Lagi lagi gadis Bernama lengkap Victoria itu merintih kesakitan memegang perutnya.
“Kenapa lagi?” tanya pacarnya yang sudah terlihat kesal itu.
“Kau tau tidak sayang, semalam aku tidak makan, sampai sekarang, karena aku tidak memiliki waktu untuk makan, karena sangat sibuk”
“Ria, jika kau menikah denganku kau tidak akan sesibuk ini” Ujar pacarnya itu sambil membuang muka. Ria tiba-tiba terhenti dan menatap pacarnya itu dengan kesal.
...○...
#Rumah Keluarga Rowan
Lagi-lagi gadis cantik bak bidadari itu Kembali terlihat murung dengan melihat keluar jendela. Kedua orang tuanya yang melihat itu dari ambang pintu merasa sangat khawatir dengan kondisi mental anak semata wayangnya itu.
“Selama dia memikirkan hal itu, dia akan stress seperti ini.” Ujar Mariana sang ibu.
“Beberapa hari ini dia sudah sangat stress.” Ujar Pak Brams suaminya. “Sampai dia tidur, sampai dia pingsan. Kemarin aku sangat khawatir karena dia pergi tanpa memberi tau kita, entahlah dia mengalami mimpi buruk atau apa, tapi dia terlihat sangat kacau” Lanjut pak Brams.
“Dia terus memikirkannya, itu alasannya kenapa dokter menyarankan kita untuk memberi perhatian lebih padanya.”
“ Maria, dia sudah dewasa--”
“Tapi sampai kapan dia akan terus seperti ini? Sampai kapan?” ujar ibu Mariana seraya sedikit cemas.
“Sampai kapan dia akan terus sendiri, tidak ada menantu dan tidak ada cucu.”
“Maria, kita adalah orang tuanya, jika bukan kita yang mendukungnya , siapa lagi?”
Ibu dan Ayah Lariessa hanya bisa mengawasinya dari ambang pintu dengan rasa khawatirnya.
...○...
#Rumah keluarga Harisson
Keluarga sederhana itu terlihat sedang makan siang Bersama keluarga besarnya. Tapi anak bungsu dari keluarga itu nampak terlambat datang ke ruang makan.
“Kemana sifat disiplinmu sekarang?” Tanya Kepala keluarga itu dengan tegas.
“T-tadi ada kelas online Ayah, jadi aku terlambat datang.” Jelas anak bungsunya itu.
“Setelah itu kau harus cepat! Kita akan makan siang dan tidak boleh ada yang terlambat!”
“Iya Ayah."
Disisi lain saat Tuan Harisson sedang menasehati anak bungsunya, tiba-tiba saja sendok dari cucu pertamanya terjatuh, dan sontak matanya langsung tertuju pada cucu pertamanya itu.
Dengan cepat anak sulung yang tak lain ibu dari cucu nya itu langsung beranjak dan pergi, beralasan mencuci tangan, dengan diikuti anak bungsunya.
Kini hanya anak yang kedua yang berada dimeja makan, saat ia akan beranjak tiba-tiba sang ibu memintanya untuk duduk Kembali.
“Finn duduklah, ada yang ingin kami bicarakan denganmu.” ujar ibunya. Finn pun duduk dan mendengarkannya. “Finn jika kau menikah dengan Ria, apa dia bisa makan sederhana seperti ini?”
“Ibu tau kan Ria seperti apa, dia pasti bisa makan seperti kita, dia pekerja keras bu, dan dia selalu makan diluar karena sibuk.”
“Lalu kau menikah untuk apa?” Tanya ibunya.
“Mungkin dia bisa belajar masak secara perlahan.” Ujar Finn.
“Iya ibu tau Finn, itu tidak masalah dia bisa belajar perlahan-lahan, tapi Finn hubunganmu dengannya sudah 8 tahun! Bukan waktu yang sebentar, itu sangat lama Finn. Sampai kapan kau harus menunggu dia untuk siap menikah?” Tanya Ibunya.
“Ibu kenapa bicara seperti itu? Aku tidak mengerti.”
“Ayah dan ibu sudah tidak memilliki harapan dengannya lagi, Jadi Ayah harap kau bisa menerima apa pun keputusan kami nantinya.” Ujar Ayahnya lalu makan.
...○...
#Kamar Lariessa
Lariessa masih dalam posisinya di kursinya sambil memandang keluar jendela. “Kau tidak seharunya meninggalkan aku, Teressa” Ujarnya sambil memegang sebuah kalung di lehernya. “Kau adalah satu-satunya sahabatku dan saudaraku satu-satunya." Pandangannya kosong dan air mata mulai menetes dari matanya. “Iya, kita sebaya, tumbuh Bersama di kandungan ibu dan tumbuh bersama.” gumamnya.
Seorang gadis yang tampak mirip dengannya kini duduk dihadapannya.
“Ayah dan ibu pun sama--” Teressa yang duduk ditempat tidur melihat Lariessa.
“Lalu kenapa kau tidak ada disampingku lagi?” tanyanya.
“Sejak kita kecil sampai kita kuliah, kau selalu saja menempel denganku kan." tutur Teressa.
“Ressa, hanya kau yang mengerti aku, hanya kau yang tau aku luar mau pun dalam.” ujar Lariessa.
“Aku akan selalu bersamamu, meskipun tidak disampingmu tapi aku selalu ada didalam hatimu, Oke”
“Terima kasih” Gumam Lariessa kembali murung sambil memegang kalungnya dan menangis.
...○...
Malam pun tiba, Kini Lariessa hanya merebahkan dirinya ditempat tidur dan murung. Tak berselang lama, ibunya pun datang dan duduk disampingnya.
“Kau tidak selera makan lagi?” Tanya ibunya.
“Sudah makan obat?” Lanjutnya.
“Kalau begitu, ibu akan ambilkanmu makanan ya.”
“Tidak perlu, aku akan makan nanti.” ujar Lariessa.
“ Nanti sebelum tidur, jangan lupa minum obatnya, agar kau bisa tidur dengan nyenyak ya” ujar ibunya sambil mengelus kepala anaknya itu.
“Dalam hidup kita tidak ada istilah kesepian, kalau dihati kita ada Tuhan. ibu dan Ayah akan selalu ingatkan, Tuhan tidak pernah melukai hati kita.” ujar ibunya seraya terus mengelus lembut kepala anaknya itu.
To Be Countinue...
...| Lariessa Bailey Rowan |...
EISTE GRUP
Finn terlihat berjalan menelusuri lorong kantor bersama sahabatnya, Raphael.
"Oh ya, aku ingin menanyakan tentang Ria. Apa kau sudah mengakhiri hubunganmu dengannya?" tanya Raphael.
"Itu tidak mungkin." sahutnya
"Apa dia menerima lamaranmu?"
"Tidak, tapi yang jelas aku tidak akan menikah dengan wanita selain Ria." kekehnya.
"Tapi bagaimana jika ibu dan ayah mu itu benar-benar akan menikahkanmu?" tanya Raphael, langkah Finn terhenti dan menatap Raphael dengan sinis.
" Tidak, Aku akan menunggu Ria sampai dia siap untuk menikah denganku." ujar Finn.
"Emmhh kau tidak akan menyesal kan?" ujar Raphael yang meyakinkan sahabatnya itu.
"menyesal, apa maksudmu?" tanya Finn.
"Lupakan. Yang penting dalam waktu dekat kau ini akan menikah." Ujar Raphael sambil menepuk bahu Finn lalu pergi.
"Ehh Rap--"
"Kau harus siap yaa." ujar Raphael yang mulai berjalan menjauh dari Finn
...○...
#Rumah keluarga Rowan
Lariessa nampak duduk dikursi disamping jendela dengan buku yang tebal ditangannya yang sedang ia baca, Tiba-tiba sang ibu datang menghampirinya bersama sang Ayah.
"Rissa, kau sedang apa? membaca buku?" tanya ibunya.
Lariessa hanya mengangguk kecil, tak melepaskan pandangannya dari buku yang ia pegang.
"Rissa, kalau kau sedang pusing dan stress seperti ini, bagaimana kalau kita pergi liburan saja?" Usul sang ayah.
"Atau... kau mau pergi memancing dengan ayah?" tanya ibunya.
"Ibu tau, Aku sudah tidak mood untuk melakukan semua itu." ujar Lariessa dengan lembut.
"Kalau kau mau mengerjakan sesuatu dirumah juga boleh, kau sudah lama juga kau tidak membuka laptop mu, melanjutkan penulisan Novelmu, atau membuat Novel baru?" tanya sang ibu.
"Sudah tidak ada ide." ujar Lariessa sambil menggelengkan kepalanya pelan.
Ibu dan ayahnya langsung bertukar pandangan.
"Ahh kalau begitu bagaimana kalau kita buka butik, spa atau tidak kau mau menerbikan bukumu? jika kau tidak ingin bertemu dengan banyak orang biar ibu yang bicara" bujuk ibunya.
Lariessa kembali menggelengkan kepalanya, dan itu membuat ibunya kehilangan ide untuk membujuknya.
"Lebih baik kita pergi mancing saja, kita sudah lama tidak mancing bersama?" bujuk ayahnya.
Lariessa terlihat menatap ayahnya dengan mata sendunya.
...○○○...
Beberapa hari kemudian
Kantor Rowan Grup
Seorang lelaki nampak berdiri diambang pintu bertuliskan kantor CEO. ia memandang ke arah lelaki tua yang tak lain adalah pak Brams Rowan.
"Aku akan dapatkan apa yang pernah hilang dulu" Batin lelaki itu
ia pun langsung mengetuk pintu.
Tokk....tokk....tokkk...
"Selamat Siang boss..." ujarnya.
"Siang, masuk." ujar pak Brams yang masih memeriksa sebuah berkas.
Saat pak Brams melihat siapa yang datang ia langsung tersenyum menyambutnya dengan hangat.
"Ethan? ayok duduk..duduk" ujar pak Brams
"Boss masih ingat saya?" tanya lelaki bernama Ethan itu.
"Tentu saja aku ingat."
"Bagaimana kabarmu?" lanjut pak Brams.
"Baik." ujar Ethan
"Syukurlah. Ethan Fariz Kau Asisten manager Rowan grup, bagaimana bisa aku lupa denganmu" ujar Pak Brams
Ethan hanya tersenyum mendengar itu.
"Setelah 4 tahun anda masih ingat saya ternyata" ujar Ethan
"Bagaimana kau sekarang?" tanya Pak Brams
"Aku melanjutkan bisnis hotel keluagaku di LA, kebetulan saja minggu kemarin aku dipindahkan kesini, jadi aku menyempatkan diri untuk bertemu dengan bos ke sayanganku ini." Ujar Ethan.
"Woww kau sudah menjadi luar biasa sekarang ya" puji pak Brams
"Terima kasih boss" ujar Ethan seraya tersenyum. "Oh ya bos, sepertinya aku tidak melihat Rissa disini?" tanya Ethan.
"Tunggu, tidak perlu panggil aku bos lah, panggil saja paman, kau kan sudah tidak bekerja disini lagi" ujar Pak Brams "Sekarang Rissa hanya dirumah saja" Lanjut pak Brams
" Dia sakit?" tanya Ethan
"Tidak, dia hanya berpindah profesi saja. Dia ingin menjadi penulis."
"Baguslah." Ujar Ethan
"Kalau begitu main saja ke rumah, belakangan ini dia hanya diam dirumah saja, karena tidak ada yang mengajaknya untuk main atau jalan-jalan" ujar Pak Brams
"Aku akan main ke rumah nanti paman" ujar Ethan.
setelah itu Ethan mencoba berkeliling dan melihat kantor lamanya bersama Rissa, kantor itu sudah kosong, Tapi Ethan terus mengingat saat momen-momen indahnya bersama Rissa disana.
...○...
#Danau.
Dihari weekend ini Finn melepas penat dihari liburnya dengan memancing dengan sang kekasih, Victoria.
Finn begitu menikmatinya, lain hal dengan Victoria yang terlihat kepanasan karena harus duduk disamping danau menemani Finn.
"Sayang kau tau tidak, hari ini adalah hari yang paling bahagia, karena kau menemaniku memancing setelah sekian lama." ujar Finn sambul tersenyum pada Ria
"Jika kau tau, ayahku sangat suka memancing, Saat ia melihat ada danau atau pun tempat pemancingan lainnya, dia pasti akan berhenti dan mancing. kecuali ada satu, dia tidak suka mancing dilaut, entahlah dia bilang mahal lah, tapi sebenarnya dia takut, takut mabuk laut." Kata Finn.
"Iya, aku tau kita sudah lama tidak kesini, bagaimana kalau kita pulang saja? Aku sudah kepanasan" ujar Ria yang terus mengipasi dirinya karena kepanasan.
"T-tapi kita baru saja 1 jam disini, Ria. bahkan kita belum dapat ikannya."
"Finn, tadi memang tidak terlalu panas tapi sekarang, matahari sudah tepat berada diatas kepala kita, ini panas sekali." Rengek Ria. "Kau tau, aku punya kulit sensitif, jika terus seperti ini kulitku akan melepuh!" lanjutnya.
"Baiklah, tapi tunggu sebentar saja ya, sampai kita mendapatkan 1 ikan saja, setelah itu kita pulang oke." bujuk Finn.
"FINNN...Aku tidak mau! aku mau pulang... pulang sekarang juga!" gerutu Ria lalu pergi meninggalkan Finn.
Finn segera bergegas mengikuti langkah Ria yang tengah kesal itu. Namun saat tengah terburu-buru ia tak sengaja menubruk seorang perempuan yang tak lain adalah Lariessa.
"Maaf." ujar Finn lalu pergi
Lariessa hanya mengangguk lalu kembali melanjutkan jalan-jalan seorang diri ditepi danau.
...○...
Di sebuah Malam disaat pak Brams akan pulang dari kantor, ia tak sengaja bertemu dengan sahabat lamanya yang bernama Ray.
"Ray.." panggil pak Brams
"Brams?" ujar pak Rey.
Mereka pun berpelukan singkat seraya tertawa khas seorang lelaki paruh baya, setelah itu mereka pun menyempatkan waktu pergi ke cafe untuk berbincang-bincang.
"Bagaimana kabarmu sekarang?" tanya pak Brams.
"Baik baik, bagaimana denganmu?" tanya pak Ray
"Ya seperti ini, banyak yang kami hadapi setelah kepergian anak kami yang pertama, kembaran Lariessa, Teressa. Tapi syukurlah seiring berjalannya waktu keluarga kami bisa pulih tapi tidak dengan Lariessa. " ujar pak Brams
"Kau benar, kita ini sudah tua jika bukan masalah anak apa lagi, aku turut berduka cita." ujar pak Ray.
"Terima kasih. Aku berencana untuk menikahkannya dalam waktu dekat, tapi aku belum menemukan kandidatnya." ujar pak Brams sambil terkekeh.
"Ehh kau sedang mencari jodoh untuk anakmu? kalau begitu permasalahanmu ini sama denganku." Ujar pak Rey.
"Benarkah?" tanya pak Brams.
"Iya" mereka berdua tertawa, menertawakan masalah yang sama yang tengah mereka hadapi.
...○...
Beberapa hari kemudian.
Pagi itu Lariessa yang baru saja keluar dari rumah tiba-tiba melihat ada sebuah coklat di meja dengan diikat oleh vita berwarna merah.
"milik siapa ini?" Gumamnya seraya mengambil coklat itu.
"Hallo Nona Baik, Cantik dan lucu. lama tidak berjumpa." ujar Seseorang dibalik tembok.
Wajah murung Lariessa seketika berubah menjadi sumringah saat melihat sahabatnya Ethan.
"ETHAAAANNNN?"
"Yes" ujar Ethan seraya membuka tangannya lebar-lebar.
Lariessa langsung berhambur memeluk Ethan, melepas rindunya selama ini.
Mereka saling berbincang sambil meminum teh di taman depan rumah.
disisi lain Ayah dan ibu Lariessa, melihat anaknya yang kembali tertawa dan tersenyum, mulai merasa sedikit lega. "Lihat, dia kembali tertawa, aku merasa sangat bahagia." ujar ibu Lariessa.
"Kau benar, Ethan datang pada waktu yang tepat untuk Rissa" ujar pak Brams.
"Rissa dan Ethan hanya sahabat saja" ujar istrinya.
"Benarkah?" ujar pak Brams sambil menautkan alisnya.
...○...
Di kemudian hari, Ethan dan Lariessa joging pagi bersama, kehidupannya mulai kembali ceria setelah Ethan kembali masuk kekehidupannya.
Setelah berjoging beberapa menit, Akhirnya mereka pun memutuskan untuk beristirahat di taman dekat danau.
"Ini seperti mimpi kau ada disini, setelah 4 tahun pergi, kau akhirnya kembali padaku." ujar Lariessa. Ethan hanya tertawa kecil lalu menatap Lariessa.
"Kitakan sahabat. Best Friend forever " ujar Lariessa.
"Apa seperti itu kah Best Friend forever?" Tanya Ethan.
"Kenapa? kau tidak merindukan sahabatmu ini?" tanya Lariessa, pertanyakan persahabatannya. "Kalau aku bilang aku tidak merindukanmu berarti aku berbohong." ujar Ethan.
"Emmhh aku tau kau pasti merindukanku." ujar Lariessa seraya tersenyum lebar.
"Rindu~~~" Ethan langsung bersenandung. Dan itu mengundang gelak tawa Lariessa.
"Oh ya bagaimana dengan pekerjaanmu jika kau disini?" tanya Lariessa. "Ohh... itu sebenarnya pagi ini aku tidak ada pekerjaan, jika Sore, baru aku ada meeting." ujar Ethan.
"Apa kau akan menetap disini?" tanya Lariessa dengan tatapan sendu.
"Sepertinya tidak, aku akan tinggal 1-2 bulan saja mungkin setelah itu aku akan kembali ke LA lalu kembali lagi kesini setelah beberapa bulan." Jelas Ethan.
"Tapi aku sedikit tenang karena aku memiliki asisten yang sangat baik, dia bisa menghendel semua pekerjaan." ujar Ethan.
"Ekhheemm, apa dia tampan? Ayolah kau temanku, aku bosan sendiri terus, kau bisa mengenalkan dia padaku." ujar Lariessa.
"Aku rasa, aku lebih tampan dari pada asistenku. Tidak apa-apa jika kau bosan sendiri terus, asalkan kau tidak bosan untuk melihatku" Kelakarnya. "Tapi aku senang jika kita jadi pasangan saja" lanjut Ethan.
"Pasangan?" ujar Lariessa lalu tertawa. "Oke karena kau ada disini sahabatku, aku sudah menuliskan daftar seperti menonton bioskop, shopping, jalan jalan, kau maukan? seperti pasangan yang kau bilang." Lanjutnya.
"Anything for my lady." ujar Ethan seraya tersenyum bak pangeran.
"Tapi dengan satu syarat." ujar Ethan seraya menatap Lariessa.
"Kau harus melawanku 2 keliling lagi." tantang Ethan.
"3 keliling" sahut Lariessa. mereka langsung tertawa bersama. "2 saja lah, kasihan kakiku." pinta Ethan
"oke, dalam hitungan 1 2 3 kita lari!" uje Lariessa
"Oke"
" 1.......2....." Dalam hitungan 2 Lariessa langsung berlari.
"Heyyy kau licik Lariessa!" ujar Ethan langsung berlari .
...○...
Selepas pulang Joging, ia membersihkan tubuhnya lalu duduk di tempat tidur berhadapan dengan seorang wanita yang tak lain adalah Teressa kembarannya yang sudah tidak ada sebenarnya.
"Ressa, kau tau Ethan kembali kesini dan kami kembali menjalani hubungan BFF, dia juga menanyakanmu." Ujar Lariessa.
"BFF?" tanya Teressa.
" Iya, kami akan pergi kebioskop bareng, pergi belanja dan joging disetiap pagi, kami sangat bersenang-senang" papar Lariessa.
"Persahabatan wanita dan laki-laki, Ada yang pernah bilang, wanita dan laki-laki memang bisa bersahabat tapi sebagian besar mereka akan jatuh cinta." ujar Teressa.
"Ressa itu tidak akan pernah terjadi, Neverrr, Aku tidak akan pernah jatuh cinta pada Ethan, oke" ujar Lariessa membantahnya.
"Tapi kan persahabatan wanita dan laki-laki itu akan terasa romantis dan menimbulkan rasa kepedulian dan kenyamanan." ujar Teressa sambil menyematkan rambut kebelakang telinga Lariessa.
"Iya aku tau. Karena aku akan menyimpan cintaku hanya untuk Cinta pertamaku dulu, selagi dia masih single dan belum menikah aku akan setia menunggunya." ujar Lariessa seraya tersenyum lebar, dan Teressa pun tersenyum melihat Lariessa yang sangat bahagia.
...○...
Ibu dan ayahnya yang mendengarkan perkataan Lariessa dari balik pintu nampak sangat khawatir, karena Lariessa kerap berbicara seorang diri.
"Kenapa? kau mendengar dia berbicara dengan seseorang di dalam kamar?" tanya pak Brams. Istrinya hanya mengangguk kecil dengan raut wajah khawatir.
"Sudahlah, kau tidak perlu terlalu khawatir padanya, dia akan baik-baik saja. lebih baik kita istirahat saja."
"Tap--"
"Besok aku akan mengajaknya pergi memancing lagi untuk menghilangkan rasa bosannya." ujar pak Brams.
...○...
Di kemudian hari, pada Siang itu Finn mulai berpamitan kepada ayah dan ibunya untuk pergi memancing, tapi ibu Finn terlihat menyuruh Finn untuk duduk sebentar.
"Finn bisa kau duduk sebentar sebelum pergi?" tanya ibunya. "Baik" Kata Finn patuh. Fin pun duduk dihadapan kedua orang tuanya.
"Finn, sebenarnya Ayah dan ibu ingin kau menikah dengan gadis pilihan kami." ujar ibunya dengan lembut.
"Tidak bu!" Tolak Finn seketika. "Ibu dan ayah tau kan aku dan Ria sedang menjalani hubungan dan hubungan kami sudah lama. Kenapa ibu dan ayah memaksaku untuk menikah dengan wanita lain?" Kata Finn.
"Masalahnya Finn... Ria itu tidak siap menjadi seorang istrikan?" tanya Ibunya.
"Kenapa ibu bilang Jika Ria tidak siap menjadi istri?" Lirih Finn.
"Ya dia tidak siap untuk menjadi istri dan menjadi menantu dikeluarga kita ini." ujar sang ibu. Finn hanya menundukan kepalnya saat ibunya berbicara.
"Kau mengertikan? apa yang ibu katakan Finn?"
"Tidak bu, Aku tidak mau. karena yang aku tau dan yang aku mau adalah Ria, Ria akan menikah denganku dan akan menjadi istriku. Ayah dan ibu tidak perlu susah-susah carikan aku wanita lain. Maaf." ujar Finn lalu beranjak dan pergi.
"Finn.....Finnn" panggil ibunya.
Finn pun pergi berlalu.
To Be Countinue...
...| Finn Harisson |...
#Danau
ini adalah kali ketiga Lariessa pergi macing bersama ayahnya, meskipun da tidak ikut memancang, tapi ia setia menemani ayahnya yang sedang memancing.
"Rissa pasti sebentar lagi kita akan dapat ikannya" ujar pak Brams sambil tersenyum hangat.
"Semoga saja" ujar Lariessa.
"Kau suka tidak, ikut ayah memancing seperti ini?" tanya Pak Brams.
"Tentu saja, ini adalah hal yang paling aku suka ayah. Apa lagi dengan lelaki yang paling Rissa sayang didunia ini" ujar Lariessa.
"Kau ini." ujar ayahnya seraya tertawa ringan. "Ayah juga sangat senang melihatmu bahagia dan tersenyum seperti ini, rasanya Hati ayah tenang sekali." ujar Pak Brams.
"Ayah, mimpi buruk itu sudah tidak datang lagi." Tutur Lariessa sambil tersenyum menatap ayahnya.
"Benarkah? Syukurlah kalau begitu" ujar ayahnya senang. "Mungkin aku sudah bebas dan sembuh."
"Tapi, Ayah ingatkan jangan sampai kau lupa minum obat " ujar ayahnya.
"Iya ayah"
"kau tau tidak, ibumu itu setiap hari pekerjaanya hanya menghawatirkanmu saja"
"Iya, aku akan mencoba untuk tidak membuat ibu khawatir lagi, lagi pula Ethan selalu ada " ujar Lariessa.
"K-kau dan Ethan, K-kalian... maksud ayah jika kau ingin cepat menikah dengannya ayah tidak apa-apa."
mendengar perkataan ayahnya itu, Lariessa langsung tertawa.
"Ayah Ethan itu hanya sahabat saja." Jelas Lariessa.
"Hah?"
"Kenapa semua orang mengira jika Aku dan Ethan itu ada sesuatu?" gumamnya
"Oke...oke ayah salah paham ternyata tentang hubungan kalian. Jadi kau punya seseorang yang kau suka?"Tanya ayahnya antusias.
"Kalau ada, aku akan langsung menikah dengannya ayah."
"Kalau begitu, kau menikah saja dengan Ethan."
"Ayah....Ayah, dia itu Sahabatku, hanya sahabat. Terkadang Aku merasa dia seperti kakakku."
"Kakak?"
"Yes." ujar Lariessa.
"benarkah?" Pak brams terus menggoda anaknya itu sampai ia malu.
"Ahh bosan. Ayah aku akan jalan-jalan saja ya."
"Emmhh, Baiklah" kata ayahnya sambil terkekeh.
Larriesa pun berjalan cukup Jauh menelusuri pinggiran sungai. Ia mengambil beberapa foto dengan ponselnya, Saat ia akan memotret yang lainnya, tak sengaja ia menabrak seorang lelaki yang tengah memancing.
"Kau ini kenapa? kau buta apa?" Gerutu seorang lelaki yang tak lain adalah Finn.
Lariessa hanya terdiam menatap Finn, wajahnya terlihat tak asing tapi ia berfikir 'Tidak mungkin' jika lelaki yang ada didepannya itu adalah lelaki yang ia kenal.
"kenapa kau melihatku seperti itu? Kau bisa jalan kembali kan!" ketusnya.
Meskipun sipatnya sangatlah jutek, tapi Lariessa masih tersenyum, lalu kembali berjalan.
...○...
Lapangan olahraga.
Setelah pulang memancing Pak Brams mendapatkan pesan dari pak Rey untuk bertemu dilapangan olah raga yang tak jauh dari rumahnya.
"Tentang anakmu Finn, apa kau sudah membicarakan tentang perjodohan ini?" tanya Pak Brams.
"Sudah, tapi kau tau kami belum membicarakannya dengan serius karena dia sangat sibuk bekerja" ujar Ray.
"Begitu. Finn CEO di perusahaan EISTE Grupkan?" tanya Pak Brams
"Iya"
"Selain itu dia pernah bekerja dimana?"
"Ada dibeberapa tempat, tapi tidak cocok dengannya sampai ia bergabung dengan EISTE grup sampai sekarang." ujar Ray
" Baguslah. Aku ini masih bingung bagaimana aku membicarakan hal ini pada dia" ujar Pak Brams
"Dia tidak punya pacar kan?, Bagaimana kalau kita cepat jodohkan saja mereka berdua." ujar pak Ray.
pak Brams pun langsung tersenyum dan menyetujuinya.
...○...
Pagi itu seperti biasa Ethan dan Lariessa berjoging bersama, setelah berlari beberapa menit dengan keringat yang bercucuran. mereka pun akhirnya duduk ditepi danau.
"Tidak biasanya kau ajak aku duduk ditepi danau? biasanya disana didekat pohon" ujar Lariessa.
"Aku mengajakmu duduk disini, karena aku punya sesuatu untukmu."
"Apa?" tanya Lariessa penasaran.
"Tutup matamu" pinta Ethan.
Lariessa pun menutup mata sebelah kanannya.
"Dua duanya Rissa."
"Oke maaf" ujar Lariessa sambil tersenyum lalu menutup kedua matanya.
Ethan mengambil sesuatu dari sakunya.
"Meskipun hadiah in tidak seberapa, tapi aku menyiapkannya hanya untukmu, Silahkan dibuka matanya." ujar Ethan.
"Saputangan? wow, tapi cara pengemasannya aku sangat menyukainya, sangat cantik. Tapi kenapa sapu tangan?" tanya Lariessa.
"Bukankah dulu kau suka hal semacam ini?" tanya Ethan
"Tapi aku punya banyak yang seperti ini" ujar Lariessa
"Eittss tapi ini berbeda, lihat ini. Aku mengukir nama kita berdua disini" Ujar Ethan
" Waw....La and Et, luar biasa. Aku suka, Terima kasih" ujar Lariessa sambil tersenyum manis.
"Apa Kau benar-benar berterima kasih padaku?"tanya Ethan.
"Iya, Aku akan menerimanya kok" ujar Lariessa sambil membentangkan saputangan itu.
"Tidak, maksudku kau benar-benar berterima kasih atas kasih sayang aku ini?" ujar Ethan.
Lariessa hanya menghela nafasnya.
"Karena kalau aku sayang dengan seseorang, aku akan sayang sepenuhnya. Kalau ada orang yang jadi ratu didalam hatiku, itu akan menjadi keberuntungan untuknya." Tutur Ethan.
"Oke, baiklah aku akan cari, Aku akan carikan untukmu" ujar Lariessa.
"Untuk apa mencarinya jika sudah ada didepan mata?" tanya Ethan.
Lariessa hayan tertawa ringan.
"Oke, minumlah ini untukku." ujar Lariessa seraya memberikan 1 botol jus orange.
"Siapa yang memberikan ini padamu? bukan kah kau sangat membenci jus orange?"tanya Ethan.
"Aku, aku yang membelinya untukmu."Ethan pun mengambilnya dan langsung meminumnya. "Emmhh segar sekali." gumam Ethan.
"Ouhh, sangat menjijikan." Ujar Lariessa lalu pergi berlari.
"A-apa? bukankah kau yang menyuruhku untuk meminumnya? Rissa.... Lariessa!"
...○...
#Taman
Setelah sekian lama Finn dan Ria tidak berkencan, dan hari ini Fin mengajar Ria pergi ke taman bunga, mereka duduk berdua berdampingan dikursi taman.
"Sayang?" panggil Finn.
"Emmh?" ujar Ria menatap Finn
"Kau sayang padaku kan? Kau cinta padaku kan?" tanya Finn.
"Ya, tentu saja" ujar Ria seraya membetulkan duduknya.
"Oke, kalau kau sayang padaku, kalau kau cinta padaku, bagaimana kalau kita menikah bulan depan?" Usul Finn.
"Tidak, tunggu, bagaimana kalau minggu depan?" Ralatnya.
"T-tunggu sayang, menikah itu jangan terburu-buru. " ujar Ria.
"Ria, aku serius padamu." ujar Finn dengan penuh keseriusan.
"Aku tidak mau keluargaku menikahkanku dengan wanita lain. Apa yang kita tunggu lagi?" ujar Finn
"Sayang, kau tidak perlu khawatir. Mereka hanya menggertakmu saja, karena kau takut, lalu kau akan menikah lebih awal, itu saja" ujar Ria. Finn menghela nafas dalam-dalam.
"Lalu apa masalahnya, kau cinta aku, aku cinta kamu, jadi?" ujar Finn.
"Baiklah, sayang dengar. Pekerjaanku dengan pekerjaanmu sangat berbeda, kau adalah CEO, kau mau menyuruh orang kerja ini... itu, atau apa pun, itu bebas, sedangkan aku? Aku hanya bekerja sebagai orang pemasaran, berbeda dengan mu" jelas Ria.
"Kau tau kan sayang, bagaimana sibuknya aku, jadi jangan bicarakan lagi tentang pernikahan ya" ujar Ria
"Ria, sekarang ini aku sangat takut keluargaku akan menikahkan aku dengan wanita lain, sebenarnya kau mengerti tidak bagaimana perasaanku?" tanya Finn dengah rasa khawatirnya
" Aku mengerti sayang, aku sangat mengerti. tapi aku mohon berikan aku waktu. karena sekarang aku sedang merintis karirku. Jadi kalau aku menikah aku takut semua kerja kerasku selama ini akan jatuh" ujar Ria
"Bagaimana jika setelah menikah aku hamil, Aku akan berhenti selama beberapa bulan. bagaimana dengan karirku?" ujar Ria
"Aku mengerti" ujar Finn sedikit kecewa
"Jadi kau tidak mencintaiku dengan tulus." ujar Finn
"Heyyy, Aku sangat mencintaimu, aku sangat tulus mencintaimu Finn" Ujar Ria
"Bagaimna jika aku menikah dengan orang lain? apa kau akan marah?" tanya Finn
"Sayang! Siapa yang berani mengambil My Finn dari Victoria Revinia. Jika dia mengambil pacarku tercinta ini, aku akan hajar dia sampai seperti bubur" ujar Ria.
Mendengar itu Finn terlihat tersenyum.
"Aku janji, tidak akan ada yang bisa mengambilmu dariku Finn" ujar Ria.
...○...
2 minggu kemudian
Ibu Lurin dan juga Finn terlihat bersantai diruang tamu, tapi tiba-tiba saja sang ibu mulai membuka pembicaraan.
"Sepertinya 2 minggu sudah cukup Finn, untukmu berfikir?"
"Dan aku masih tetap dengan keputusanku" ujar Finn
"Ehh, jika Ayahmu dengar dia akan marah. Kau seperti tidak tau saja sifat ayahmu seperti apa" ujar ibunya
"Finn, Ayahmu ingin wanita sempurna untukmu" lanjut ibunya
"Sempurna" ujar Finn seraya terkekeh
"Finn!" tegas Ayahnya yang baru datang.
"Gadis yang alan aku nikahkan denganmu dia sangat sempurna, tidak seperti Victoria!" cetus sang ayah
"Aku tidak mengerti, kenapa kalian terus mengungkit masalah ini!"
"Finn, kami ingin kau mendapatkan wanita yang layak untuk kau jadikan istri, masa depanmu" ujar sang ibu
"Jangan seperti anak remaja yang masih cinta monyet Finn, kau harus serius dengan masa depanmu" lanjut sang ibu
"Bu, aku sedang serius dengan Ria, dan aku sudah menentukan waktu untuk kami menikah, tapi tidak sekarang" ujar Finn
"Serius? kalau serius dia sudah melakukan apa untukmu? terus saja seperti itu, tidak ada akhir dari cerita. kau hanya membuang-buang waktumu saja" ujar ayahnya "Apa ayah salah?" lanjut ayahnya
"Tapi aku sayang padanya, bagaimana aku bisa mencampakannya begitu saja Ayah?" ujar Fin dengan penekanan
"Ibu mau kau melupakannya!"
"Tidak! Tidak akan, aku bilang tidak ya tidak!" ujar Finn dengan penekanan
"FINN HARISSON!" bentak ayahnya
"Jika ayah mengatakan iya, maka Iya! Berhenti sampai disini Finn! Oke!" Tegas Ayahnya
Finn Hanya terdiam tak bisa berkata apa pun selain menuruti apa kata ayahnya.
...○...
#Kamar Lariessa
Ibu Marianan nampak duduk dihadapan putrinya dengan membawa sebuah foto ditangannya. "Tunggu, bu tunggu! ini hanya rencana saja kan?" tanya Lariessa.
"Iya, habisnya kau bilang dengan Ethan itu hanya sahabatkan? jadi ibu setuju setuju saja jika Ayah akan menjodohkanmu dengan anak temannya." ujar ibunya.
"Ibu~ Aku tidak mau. Bu aku sedang menunggu cinta pertamaku," Rengek Lariessa.
"Kau ini, Bahkan kau belum melihat fotonya, main bilang tidak setuju saja, Jika kau sudah melihat fotonya pasti kau akan langsung jatuh cinta." ujar ibunya seraya memberikan sebuah foto diponselnya.
Lariessa langsung membuang muka dan tak mau melihat foto itu.
"Rissa sayang, lihat dulu" ujar ibunya
Lariessa pun akhirnya melihat foto itu, Saat pertama kali melihat foto itu, matanya langsung terbelalak.
"D-dia, d-dia bu?" tanya Lariessa tak menyangkan.
" Iya dia."
"Aku benar-benar akan... akan dijodohkan dengannya bu? Apa ini mimpi bu?" Tanya Lariessa antusias
"iya, kau ini kenapa?" tanya Ibunya heran
"Coba aku lihat lagi" Saat melihat lagi fotonya, Lariessa pun pura-pura pingsan dipangkuan ibunya.
"Riss... Rissa... bangun!" ujar sang ibu.
"Ibu ini seperti mimpi. Aku tidak percaya ini bu" ujar Lariessa.
To Be Countinue...
...| Victoria |...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!