NovelToon NovelToon

Revenge Abandoned Princess

RAP 001

Druduk gruduk gruduk

" Minggir, semuanya minggir! Beri jalan!"

Seorang dokter muda berada di atas brankar sedang menekan tangannya pada luka seorang pasien. Pendarahan yang terjadi begitu banyak dan dia langsung membawa pasien itu ke ruang operasi.

" Dokter?"

" Panggil dokter utama dan juga dokter anestesi. Pasien ini harus segera di operasi."

" Baik!"

 Arinsa Gramel, dia adalah dokter residen tahun ke-4 yang bekerja di Emergency Room sebuah rumah sakit terkenal dan tersibuk di kota itu. Padahal seharusnya residen tahun ke-4 seperti dia sudah harus menyiapkan tesis. Tapi Arinsa tetap masih sibuk di bagian ER karena kesibukan di bagian itu yang begitu luar biasa.

Drap drap drap

" Dok?"

" Kerja bagus Arinsa, sekarang kau bisa istirahat."

" Baik."

Arinsa menghembuskan nafasnya penuh dengan kelegaan, dia pun kembali ke ER dan siap untuk menerima pasien lagi. Namun tiba-tiba matanya teraa berkunang-kunang, kepalanya juga terasa berat. Dan tanpa dia sadari sendiri dirinya sudah terjatuh. Namun dia masih mendengar semua orang yang memanggilnya dengan begitu keras.

" Rinsa ... Arinsa ... Apa kau masih mendengar ku!"

" Sial, dia mengalami serangan jantung. Arinsa! Arinsa!

" 180 Joule, Clear!

Degub

" 200 joule, Clear!"

Degub

Tuuuuuuuut

Suara monitor panjang menandakan bahwa pasien sudah tidak lagi bernyawa. Semua orang yang ada di sana tampak sedih. Bagaimana tidak, Arinsa adalah seorang dokter yang sangat rajin dan humble. Dia juga dengan senang hati menggantikan rekan kerjanya yang sedang ada keperluan. Para rekan Arinsa sungguh merasa begitu kehilangan.

" Waktu kematian pukul 15.30, Arinsa Gramel sudah tidak ada lagi bersama kita."

Nguuuuuuung

Sraaaas

Kreek kreeeek

Jegleeeer

Suara gemuruh disertai petir menyambar. Udara yang sangat dingin membuat tubuh seolah membeku. Dan suara ranting pohon saling bergesek semakin menambah suasana sepi semakin mencekam.

Eughhhh

Dia menggeliat di kasur yang dingin itu, matanya mengerjap dan perlahan terbuka. Yang pertama kali dilihat adalah tangannya, dua tangan yang berwarna putih pucat itu seolah bukan tangannya.

Brrrrr

" Di-dingin, gila nih tidak ada penghangat ruangan apa ya di sini. Sebentar, tunggu, aku kan tadi di rumah sakit. Dan ... ."

Nguuuung

Telinganya berdengung. Semua ingatan saling bertumpuk berada dalam kepalanya. Arinsa mengingat bahwa dirinya sudah mati karena kelelahan dan serangan jantung. Tapi saat ini jelas-jelas dia bisa melihat tangan dan juga ruangan yang ia tempati.

Namun yang jelas, Arinsa tahu bahwa tempat yang ia lihat sekarang ini bukanlah kamarnya ataupun rumahnya. Ini terllau luas untuk disebut sebuah kamar.

Jegleeeer

" Apa aku hidup lagi di dimensi yang berbeda? Hmmm, mari kita cari tahu dulu. Tapi ini aneh, kamar ini tampak lebih luas bahkan dari pada kamar VVIP kamar rumah sakit tempatku bekerja dulu."

Sreet

Tap tap tap

Arinsa menyibakkan selimutnya lalu berjalan menuju ke cermin. Dia membulatkan bola matanya saat melihat tampilan dirinya. Rambut berwana coklat dan warna bola mata yang senada dengan rambutnya, ditambah kulit putih pucat.

" Cantik, ini perempuan cantik banget. Tunggu, ini aku? Apa ini sungguh aku,?"

Arinsa menggerakkan tangannya sendiri dan memutar badannya, ia juga menepuk pipinya. Ya, bayangan yang terpantul di kaca itu merupakan dirinya.

" Waah ini benar-benar aku, sebentar."

Telinga Arinsa kembali berdengung, satu persatu ingatan dari pemilik tubuh asli mulai meresap kedalam kepalanya. Dan yang membuat Arinsa sedikit terkejut adalah nama depan yang sama dengan dirinya, namum usia Arinsa yang sekarang jauh lebih muda dari pada Arinsa yang sudah mati.

" Arinsa De Rouglas, seorang putri kerajaan Rou berusia 18 tahun. Sudah memasuki usia dewasa namun karena dia putri yang dibuang, putri yang tidak diinginkan, dan putri yang lahir dari seorang pelayan sehingga dia tidak mengadakan acara kedewasaan. Haah dasar bangsat. Kelaminnya yang bermasalah kenapa anaknya yang jadi salah. Kalau emang tidak mau punya anak dari seorang pelayan kenapa harus menggauli pelayannya. Dasar Raja bejat!"

Mendapat semua ingatan itu, membuat Arinsa merasa sangat geram. Di kehidupannya yang dulu, dia juga merupakan anak yatim piatu yang dibesarkan dalam sebuah panti asuhan. Beruntung dia memiliki otak yang cerdas dan panti asuhan yang ditempatinya juga baik sehingga dia mampu menempuh pendidikan dan menjadi dokter.

Pernah mencari orangtuanya yang ternyata ayahnya adalah orang yang memiliki pangkat. Awalnya Arinsa ingin menemuinya, namun ia urung karena ternyata dia hasil dari sebuah pelecehan pria itu terhadap gadis muda.

Ibunya yang masih muda meninggalkannya di panti asuhan karena jelas tidak mampu merawatnya. Beruntung ibunya masih memiliki belas kasih, Arinsa tidak digugurkan.

Dan sekarang dia masuk ke kehidupan putri yang terbuang. " Hahaha lucu, hidup ini benar-benar lucu bagiku. Takdir yang lucu dan kehidupan seperti lelucon. Arghhhhh!"

" Tuan Putri, Tuan Putri Arinsa! Apa Anda tidak apa-apa?"

Mendengar suaranya, otak Arinsa memberi sinyal dan kemudian mengingat, bahwa orang yang sekarang ada di depan pintu kamarnya itu merupakan pelayan pribadinya. Dimana pelayan tersebut pun sebenarnya enggan melayani Arinsa. Bagi seorang pelayan, siapa majikan yang dilayani menjadi nilai tersendiri. Jika dia melayani seseorang yang berpengaruh maka dia pun akan ikut menikmati kepopuleran itu. Tapi jika yang dilayani seorang yang tidak berguna maka dia pun akan direndahkan.

" Aku tidak apa-apa. Kembalilah ke kamarmu."

" Baik Tuan Putri."

Kotak klotak klotak

Suara langkah kaki sudah menjauh, Arinsa pun yakin bahwa pelayannya itu pasti juga sudah pergi.

" Sekarang, apa yang harus aku lakukan. Tapi aku berjanji Arinsa, aku akan menghancurkan kerajaan ini. Ya, aku akan membumihanguskan kerajaan ini termasuk orang-orang yang ada di dalamnya. Tapi dari amna aku harus memulainya, ughhhh."

Arinsa mengusap wajahnya kasar. Dia memang sudah bertekad akan membalaskan dendam pemilik tubuh asli, namun dia juga bingung. Saat ini Arinsa baru saja datang kemari dan tidak tahu sama sekali tentang apapun yang ada di dunia ini. Jadi dia pun tidak tahu bagaimana harus bergerak.

" Haaah entahlah, mari tidur dulu. Pas sekali. Sudah berapa hari akau tidak tidur. Jadi sekarang mari tidur, siapa tahu ada petunjuk saat aku tidur nanti."

Arinsa kembali berjalan menuju ke tempat tidur. Dia lalu menjatuhkan tubuhnya di sana. Meskipun istana ini begitu sepi namun tempat tidur yang saat ini ia gunakan sangat empuk dibanding tempat tidurnya di kehidupan sebelumnya.

" Besok pikir besok, sekarang aku akan tidur. Tapi aku sungguh berjanji Arinsa, kita memiliki nama yang sama. Aku akan membuat kepergianmu tenang. Aku sungguh akan menghancurkan kerajaan ini hingga rata dengan tanah."

TBC

Hay hay Readers, ini karya ketiga aku. Semoga kalian suka ya. Dan selamat menjalankan puasa bagi yang menjalankannya.

Mohon dukungannya dengan memberi like dan komen. Jangan lupa di subscribe ya biar langsung dapat notif kalau up.

Terimakasih banyak. Selamat membaca

RAP 002

" Ku pikir aku akan mendapatkan mimpi sebagai petunjuk. Tapi ternyata tidak. Aiiish, terus bagaimana aku bisa hidup. Biasanya kalau di novel-novel itu kan akan mendapatkan sebuah mimpi begitu, jadi aku bisa mengerjakan apa yang selanjutnya harus dilakukan . Haaah, ini tidak ada apapun sama sekali.

Awalnya Arinsa begitu yakin bahwa dia mampu bersikap tenang dan bisa mencari jalan keluar, tapi ternyata tidak demikian. Saat matanya terbuka, tidak ada hal yang luar biasa. Dia benar-benar tidur sampai pagi. Bahkan jika pelayannya tidak datang, ia pun juga tidak akan bangun.

Semangatnya yang tadi malam begitu menggebu-gebu pun kini seakan lenyap begitu saja. Dan Arinsa merasa bahwa hidupnya pun tidak akan bertahan lama di sini. " Mati ya mati saja lah," gumamnya lirih dengan diliputi rasa putus asa yang besar.

Tap tap tap

Cekleek

Barina, pelayan Arisa itu datang entah dari mana. Dia hanya tiba-tiba muncul tapi tidak tahu apa saja yang dilakukan olehnya.

" Anda ingin sarapan apa Tuan Putri."

" Terserah. Memangnya di sini ada makanan yang bisa aku pilih?"

Arinsa menjawab dengan ketus, dan itu membuat Barina terkejut. Bukan tanpa alasan, selama ini Arinsa selalu bicara lembut dan terkesan takut bahkan itu dengan Barina sekalipun. Akan tetapi agaknya Barina mengabaikan hal itu, dia melenggang pergi begitu saja tanpa bicara apapun. Tentu saja apa yang dilakukan oleh Barina ini membuat Arinsa menyadari sesuatu yakni pelayan itu bersikap tidak sopan kepadanya.

Splaaasss

Nguuuung

Kepala Arinsa seperti tersambar sebuah kilatan cahaya, kepalanya juga berdengung. Rasanya sungguh sakit, Arinsa bahkan memejamkan matanya untuk sejenak.

" Ughhh, kenapa kepalaku mendadak sakit sekali begini? Tuan Putri, kamu tidak punya penyakit parah yang mematikan kan? Tapi kenapa ini terasa begitu sakit, ughhh."

Saking sakitnya, Arinsa bahkan sampai memegang erat kepalanya dengan dua tangan. Matanta mendadak berat dan pandangannya mulai kabur.

Bruk!

Tubuh Arinsa terjatuh dari kursi, ya dia pingsan tak sadarkan diri. Dalam pandangan Arinsa saat ini hanya ada gelap, dan sosok jiwa lain yang ia lihat dalam cermin saat dia bangun pertama kali, kini berdiri di depannya.

Arinsa yang asli, Arinsa De Rouglas dan bukan Arinsa Gramel. Saat ini Arinsa yang datang dari dimensi waktu yang berbeda menggunakan tubuh aslinya sendiri dan bukannya Tuan Putri.

" Anda Tuan Putri Arinsa? Kalau begitu, apakah Anda benar-benar sudah meninggal? Apa penyebab Anda meninggal, dan apakah Anda tahu mengapa saya di sini menempati tubuh Anda?"

Tuan Putri Arinsa menggeleng, yang berarti semua pertanyaan yang diutarakan oleh Arinsa Gramel tidak bisa dijawab. Tuan Putri tersebut hanya tersenyum lalu menarik tangan Arinsa Gramel.

" Anda mau membawa saya kemana?"

Sentuhan yang lembut namun dingin, Arinsa Gramel bisa merasakan bahwa jiwa itu memang lah bukan jiwa yang sudah tidak ada dalam kehidupan.

Dari tempat yang sangat gelap, Tuan Putri Arinsa membawa Arinsa Gramel menuju ke sebuah hutan. Pepohonan yang hijau dan rimbun membuat udara segar. Lalu mereka tiba-tiba sampai di sebuah danau, sang Tuan Putri mengajak Arinsa Gramel untuk duduk.

Ketika dia menghempaskan tubuhnya di sebuah batu besar, danau yang bermula berair tenang itu tiba-tiba bergejolak. Lalu tenang kembali, dan muncul sebuah gambar.

Arinsa Gramel mengerutkan alisnya, apa yang ia lihat pada permukaan danau seperti sebuah video bioskop. Tapi yang ditampilkan di sana bukanlah sebuah film, melainkan kisah hidup dari Tuan Putri Arinsa De Rouglas. Sepanjang melihatnya, Arinsa Gramel yang datang dari dunia berbeda itu tidak bisa membendung air matanya. Hingga gambar terakhir yang ditampilkan, air matanya masih sangat deras mengalir.

" Ya Tuhan, ini sungguh sangat menyakitkan. Bagaimana kau bisa bertahan, Tuan Putri?"

Greb

Tidak ada kata yang keluar dari Sang Tuan Putri, dia hanya memeluk Arinsa Gramel dengan erat.

" Maka dari itu, aku minta tolong. Aku minta tolong padamu untuk membalaskan rasa sakit ku ini. Kau adalah wanita yang kuat dan hebat, tidak seperti ku yang lemah. Aku yakin kau bisa melakukannya. Kau pasti bisa menghancurkan negera ini. Jika kau kesulitan untuk melakukannya sendiri, maka pergi dan minta bantuan. Seingat ku ada undangan pesta dansa yang diadakan di Istana Kekaisaran Sein, ada dua orang keturunan Naga, mereka pasti akan membantumu."

Tuan Putri Arinsa padahal tidak membuka mulutnya sama sekali, namun ada suara yang masuk ke telinga Arinsa Gramel. Dan saat Arinsa Gramel ingin bertanya, sosok Tuan Putri Arinsa menjadi kabur dan lama-lama menghilang.

" Tuan Putri! Tuan Putri Arinsa! Bangun Yang Mulia. Tuan Putri!"

Eughhh

Arinsa membuka matanya secara perlahan. Di depannya sudah ada Barina yang tengah berusaha membangunkannya. Wajar khawatirnya tergambar jelas. Jika tadi dia tidak melihat tentang apa yang dialami tuan putri yang asli, maka pasti Arinsa akan beranggapan bahwa Barina adalah pelayan yang tulus dan setia.

Srrak

" Maaf, kenapa Tuan Putri mendorong saya?" Barina tampak terkejut dengan perlakuan Arinsa yang berubah menjadi kasar. Yang Barina tahu, putri yang ia layani ini adalah seorang penakut. Dia bahkan akan menurut saja dengan apa yang Barina lakukan.

" Jangan berlagak bodoh kamu, Barina. Kau pikir aku tidak tahu apa yang kau perbuat dibelakang ku. Meskipun aku ini memang putri yang terbuang dan dilupakan, seharusnya kau tetap bisa menyadari bahwa aku tetaplah keturunan Raja."

Gluph!

Barina menelan saliva nya dengan susah payah. Sorot mata yang sangat tajam itu membuat tubuhnya merinding ketakutan.

Sruuuk

Barina seketika itu juga langsung berlutut dan bersujud. Dia masih belum tahu sejauh mana Sang Tuan Putri mengetahui tentang perbuatannya.

" Ma-maafkan saya Tuan Putri, saya~"

" Cih! Kau pikir dengan minta maaf saja cukup hah! Dimana kau menjual perhiasan-perhiasan yang selama ini kau curi dariku? Dan dimana juga kau mengambil jatah bulanan yang diberikan oleh Ratu?"

Jedeeeer

Barina kini benar-benar menciut. Rupanya putri yang ia anggap bodoh dan penakut selama ini mengetahui semua perbuatannya. Tapi yang jadi pertanyaan, mengapa Putri Arinsa hanya diam saja dan baru bicara sekarang.

" Kau pasti berpikir kan kenapa selama ini aku diam saja? Aku hanya ingin tahu sejauh mana kau berbuat culas terhadap majikanmu ini."

" Ampun Tuan Putri, saya sungguh mohon ampun. Sa-saya tidak akan melakukannya lagi. Saya berjanji, saya akan melakukan apapun untuk menebus kesalahan saya."

Arinsa menyeringai, memang ini yang dia harapkan. Dia harus punya sebuah alat, dan saat ini alat itu dalah Barina. Bukannya dia bodoh karena masih memakai pelayang yang tidak jujur, melainkan saat ini dia sama sekali tidak punya pilihan lain. Orang yang berada di sisinya sekarang hanyalah Barina.

Namun Arinsa tidak serta merta menerima, dalam hal ini dia harus pura-pura tidak membutuhkan Barina.

" Cih, kau pikir aku percaya. Selama ini kau sudah mencuri dariku, aku pikir kau pun bisa saja mengkhianati ku. Aaah benar, kau bukan berasal dari kalangan bangsawan bukan? Lebih baik aku melaporkanmu saja, dan hukuman berat pasti akan kau dapatkan."

" Tidak! Jangan Tuan Putri, saya ... Saya tidak ingin mati. Tolong beri saya kesempatan satu kali lagi. Saya berjanji akan setia kepada Tuan Putri."

Tubuh dan suara yang bergetar sera sorot mata penuh ketakutan itu bisa dirasakan jelas oleh Arinsa. Dan memang harus begini, dia akan membuat perubahan yang mencengangkan.

" Baiklah, aku akan memberimu satu tugas. Jika kau berhasil maka aku akan membiarkanmu tetap berada di sisi ku."

" Baik Tuan Putri, saya akan berusaha. Terimakasih. Apa tugas yang Anda berikan."

" Jangan berterimakasih dulu, selesaikan tugas mu. Ku dengar akan diadakan pesta dansa di Istana kekaisaran Sein, dapatkan satu undangan untukku."

Duaaaaar

TBC

RAP 003

" Waktumu dua hari, Barina. Jadi lakukan dengan benar."

" Ya? Aah baik Tuan Putri. Kalau begitu setelah saya membuatkan Anda sarapan saya akan langsung melakukan tugas itu."

Arinsa mengangguk pelan, ia benar-benar puas. Setidaknya ada alat yang bisa digunakan untuk saat ini. Tapi dia tidak boleh berpuas dengan itu. Masih ada banyak hal yang harus dilakukan untuk menggapai tujuannya.

" Ohoo Tuan Putri Arinsa, putri yang bodoh dan terbuang ini sudah lama tidak mengunjungi keluarganya bukan? Aah aku harus menunjukkan diri. Bagiamana pun aku harus menunjukkan bahwa aku ini adalah anak dan adik yang perhatian. Bukan begitu Ayahanda, ibunda dan Kak Ariga? Aku yakin kalian pun juga merindukanku."

Arinsa masuk ke dalam kamar. Jika tidak salah ingat, kastel yang ada di bagian utara kerajaan Rou ini sudah ditempatinya bahkan semenjak Arinsa masih dalam kandungan.

Semua itu adalah ulah dari Ratu Beatrix De Rouglas, ratu saat ini yang merupakan ibu tiri dari Arinsa. Ratu Beatrix langung memerintahkan ibu dari Arinsa untuk pergi ke kastel ini saat ketahuan dirinya hamil anak raja. Ratu jela tidak suka ada wanita lain yang mengandung anak dari suaminya karena hal tersebut akan mengancam suksesi dari sang putra mahkota yang tidak lain adalah anaknya sendiri, Pangeran Ariga De Rouglas.

Tapi saat yang terlahir itu adalah seorag putri, Ratu Beatrix tidak lagi memerhatikan nya. Atau bisa dibilang Ratu Beatrix tidak lagi peduli. Dan dia memutuskan untuk membiarkannya mereka berdua.

Namun nahas bagi ibu dari Arinsa, karena tidak mendapat pengobatan yang benar pasca melahirkan, kesehatannya lambat laun menurun dan pada akhirnya meninggal saat Arinsa berusia 1 tahun.

Air mata Arinsa tanpa sadar mengalir begitu saja saat mengingat itu semua. Ia sangat sedih mengetahui bagaimana perjuangan ibunya yang merupakan seroang pelayan dalam bertahan hidup.

" Kok aku bisa sangat sedih begini ya. Aah air mata ku bahkan tak mau berhenti. Fyuuuh."

Arinsa menyeka matanya, ia lalu membuka lemari dan menemukan sebuah gaun yang layak digunakan untuknya untuk mengunjungi ' ayah dan ibunya' di istana kerajaan Rou.

" Duh, mantel. Aku tidak memilikinya. Kalau aku keluar hanya dengan gaun begini, bisa mati bahkan sebelum sampai di Istana."

Sang Tuan Putri terdiam sejenak, dia memikirkan sesuatu yang sekiranya pasti ada. Ibunya berada di istana ini sejak hamil, pasti dia juga beberapa gaun dan mantel. Karena mengandung anak raja dia juga pasti memiliki anggaran karena hitungannya dirinya adalah selir.

" Barina!"

Drap drap drap

Sangat kebetulan sekali, ketika Barina telah selesai dengan makanan yang dibuatnya, Arinsa memanggilnya.

" Tuan putri, Anda ada di kamar?"

" Barina, baju milik ibu ku, apa kau juga menjualnya?"

" Ti-tidak Tuan Putri. Semua barang milik Nyonya masih ada di kamar beliau. Saya sama sekali tidak menyentuhnya."

Drap drap

Arinsa bergegas menuju ke kamar ibunya. Padahal dia belum pernah tahu bagaimana denah kastel itu. Akan tetapi tubuhnya seolah bergerak dan mengetahui segalanya.

Apa mungkin jiwaku sudah terkoneksi dengan tubuh ini seutuhnya, sehingga seolah-olah aku memang Arinsa yang asli?

Pertanyaan itu muncul dalam diri Arinsa. Namun ia mengabaikannya untuk saat ini. Yang penting apa yang ia cari harus ketemu karena itu akan jadi bekalnya untuk melakukan tahap lainnya dalam misi menghancurkan kerajaan Rou.

Braak

Klaak

Sraak

" Woaaah sungguh-sungguh masih ada. Hmmm, kenapa kau tidak mengambilnya?"

" Ya? Ehmm itu."

Arinsa memicingkan matanya ketika melihat ekspresi takut pada Barina. Ia yakin pasti pelayannya itu menyembunyikan sesuatu.

" Katakan?"

" Itu, soalnya barang peninggalan Nyonya tidak ada yang mau membelinya."

" Alasannya?"

" Karena semua orang meyakini bahwa Nyonya menggoda Yang Mulia Raja untuk bisa naik ke ranjang beliau dan semua itu dilakukan untuk mengangkat status sosialnya.

Grrrrrt

Rasa marah menyelimuti hati Arinsa. Padahal yang dibicarakan bukan ibunya, melainkan ibu dari pemilik tubuh. Akan tetapi dia sungguh sangat marah sekali. Dan Arinsa yakin bahwa ibunya tidak lah seperti itu. Dia memiliki keyakinan penuh bahwa ibunya bukan wanita jalangg yang menggoda suami orang lain, bahkan jika itu raja sekalipun.

Itu pasti perbuatan Ratu Beatrix.

Arinsa menggumamkan nama ratu kerajaan Rou. Dengan keyakinan sepenuh hati, ia merasa bahwa semua itu pasti perbuatan Ratu. Dia membenci ibu dari tuan putri karena dianggap rival. Terlebih wanita itu hanyalah pelayan yang berasal dari rakyat biasa. Dimana dia tidak memiliki keluarga yang berpengaruh dibelakangnya.

Konspirasi yang terpikirkan oleh Arinsa yakni, jika ibunya hamil seorang anak laki-laki, maka anak itu memiliki hak suksesi tahta kerajaan Rou. Tentu saja Ratu tidak mau, sehingga dia menyebar rumor buruk tentang ibunya Arinsa.

" Ya aku yakin seperi itu, semua itu banyak terjadi di film-film ataupun di novel yang pernah aku baca. Aah sial, semakin geram saja aku ini dibuatnya. Hmmm sekarang bukan waktunya marah, aku harus segera menemukan mantel yang bagus untuk pergi ke istana. Aah jika perlu aku akan menggunakan gaun milik ibu, itu akan membuat sebuah kejutan lagi bukan?"

" Tu-tuan Putri mau pergi ke istana? Kenapa tiba-tiba begini."

" Ya aku akan pergi setelah makan, jadi bersiaplah Barina. Dan itu pun bagus buatmu, karena kamu bisa melakukan tugas pertama yang kuberikan.x

Gluph!

Barina sangat terkejut mendengar Arinsa yang ingin pergi ke istana. Seumur-umur dia menjadi pelayan dari putri bodoh dan terbuang ini, baru sekarang dia mendengar keinginan seperti ini.

Namun Barina tersenyum, dia senang juga jika bisa menginjakkan kaki ke Istana. Sudah lama sekali sejak terakhir dia datang ke Istana. Yakni saat dia di terima kerja sebagai pelayan. Namun itu tidak bertahan lama karena Barina langsung di kirim ke kastel ini untuk melayani Arinsa.

" Kenapa kamu senyum-senyum begitu?"

" Aah tidak Tuan Putri, saya senang akhirnya Anda akan bertemu dengan keluarga Anda. Selama ini saya tidak pernah mendengar keinginan Anda yang seperti itu. Bagaimanapun pasti Anda rindu bukan? Katanya dulu sesekali Anda akan datang ke Istana untuk menghadiri acara ulang tahun Putra Mahkota Ariga. Tapi saya tidak tahu mengapa Anda sudah tidak pernah datang lagi sejak usia Anda 12 tahun. Ehmmm iyu berarti sejak 6 tahun yang lalu."

" Hmm lama ya, baiklah setelah makan bantu aku bersiap. Benar aku merindukan keluargaku, dan aku yakin mereka pun juga merindukanku."

Arinsa menyunggingkan senyum atau lebih tepatnya seringai. Sebuah seringai tentang bayangan kehebohan yang akan terjadi nantinya.

Ada alasan mengapa Arinsa berhenti datang ke istana saat perayaan ulang tahun Ariga, yakni karena dia selalu dibilang bodoh dan juga putri haram. Dia juga mendapat hinaan yang membuatnya sedih.

" Ya kita lihat saja nanti, apa yang akan terjadi. Arinsa yang sekarang bukanlah Arinsa yang dulu."

TBC

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!