NovelToon NovelToon

Kampus Terkutuk!

Bab 1: Kedatangan Baru

**Happy Reading**
Alea melangkah keluar dari taksi, melihat sekelilingnya dengan rasa cemas. Universitas Jaya Bangsa tampak lebih besar dan lebih kuno dari yang ia bayangkan. Bangunan tinggi berwarna abu-abu tua dengan jendela-jendela yang seolah mengawasi setiap orang yang lewat. Udara pagi itu terasa berat, seolah menyimpan misteri yang belum terungkap.
Alea Dwi Salsabila
Alea Dwi Salsabila
(berbisik pada dirinya sendiri) Ini baru hari pertama. Aku harus kuat.
Sambil menarik koper kecilnya, Alea berjalan menuju gerbang kampus yang besar. Di depan gerbang, seorang gadis berambut panjang dengan senyum cerah menghampirinya.
Nara Pramudya Putri
Nara Pramudya Putri
(tersenyum lebar) Hei! Kamu Alea, kan? Aku Nara, teman satu angkatan. Selamat datang di Universitas Jaya Bangsa!
Alea Dwi Salsabila
Alea Dwi Salsabila
(menerima jabat tangan Nara dengan ragu) Iya, aku Alea. Terima kasih sudah menyambutku.
Nara Pramudya Putri
Nara Pramudya Putri
Wah, kamu kelihatan tegang banget. Tenang aja, kampus ini memang agak angker, tapi nggak seseram yang dibilang orang-orang. Aku bakal jadi guide kamu hari ini. Gimana, siap berkeliling?
Alea Dwi Salsabila
Alea Dwi Salsabila
(tersenyum, sedikit lega) "Pasti. Aku cuma butuh sedikit waktu buat menyesuaikan diri."
Mereka mulai berjalan bersama melewati gerbang utama, menuju bagian dalam kampus. Setiap langkah yang diambil Alea seolah semakin menguatkan perasaan aneh yang menghinggapinya.
Alea Dwi Salsabila
Alea Dwi Salsabila
(melihat sekitar dengan curiga) Kampus ini tua sekali, ya? Terasa banget aura sejarahnya.
Nara Pramudya Putri
Nara Pramudya Putri
(tertawa) Iya, kampus ini memang punya sejarah panjang. Dulu, banyak kejadian-kejadian misterius yang nggak bisa dijelaskan. Tapi, itu semua cuma cerita. Gak usah dipikirin.
Alea menatap Nara, sedikit bingung. Ia sudah mendengar beberapa cerita dari teman-temannya yang lebih dulu kuliah di sini. Kampus ini terkenal angker dan sering jadi bahan pembicaraan.
Alea Dwi Salsabila
Alea Dwi Salsabila
Kejadian-kejadian misterius, ya? Maksudnya gimana?
Nara Pramudya Putri
Nara Pramudya Putri
Aduh, cerita lama sih itu. Tapi ada yang bilang, setiap mahasiswa yang hilang di sini selalu meninggalkan jejak aneh. Ada yang bilang mereka nggak pernah benar-benar pergi. Ya, pokoknya banyak cerita yang bikin merinding deh. Tapi kita nggak usah bahas itu, yuk!
Alea Dwi Salsabila
Alea Dwi Salsabila
(tertawa kering) Serius? Itu terdengar seperti cerita horor.
Nara Pramudya Putri
Nara Pramudya Putri
Haha, iya sih. Tapi aku jamin, kamu bakal lupa sama cerita-cerita itu setelah kamu mulai kuliah. Yang penting, jangan takut sama apa yang nggak kamu lihat.
Alea merasa sedikit terhibur dengan sikap Nara yang ceria. Namun, rasa cemasnya tak sepenuhnya hilang. Saat mereka melangkah lebih jauh, ia mulai melihat lebih banyak sudut-sudut kampus yang gelap, dengan pohon-pohon besar yang menutupi sebagian besar cahaya matahari.
Alea Dwi Salsabila
Alea Dwi Salsabila
Kenapa banyak pohon-pohon besar di sini? Seperti di labirin.
Nara Pramudya Putri
Nara Pramudya Putri
Ah, itu taman tua. Dulu, katanya ada yang hilang di sana. Tapi itu semua hanya mitos. Di sini, segala hal yang aneh jadi cerita. Jadi jangan mudah percaya.
Mereka melanjutkan perjalanan ke bangunan tua yang terlihat seperti gedung utama kampus.
Nara Pramudya Putri
Nara Pramudya Putri
Ini gedung tempat kita kuliah nanti. Semua jurusan ada di sini. Jangan khawatir, ruang kelasnya nggak serem kok.
Alea Dwi Salsabila
Alea Dwi Salsabila
(berbisik, sambil melihat ke arah jendela-jendela besar yang gelap) Tapi jendela-jendela itu... ada sesuatu yang aneh.
Nara Pramudya Putri
Nara Pramudya Putri
(melirik ke jendela dan tertawa) Itu cuma desain klasik. Semua orang juga ngerasa begitu pertama kali. Kamu bakal terbiasa.
Tiba-tiba, langkah Nara terhenti. Ia menatap ke arah pintu utama yang terbuka. Dari dalam, terdengar suara bisikan halus yang tidak jelas asalnya. Alea menatap Nara dengan rasa bingung.
Alea Dwi Salsabila
Alea Dwi Salsabila
(memperhatikan Nara yang berhenti) Ada apa?
Nara Pramudya Putri
Nara Pramudya Putri
Nggak ada apa-apa, cuma angin lewat. Kadang-kadang, suara-suara kayak gitu memang sering terdengar. Tapi nggak usah dipikirin, kita masuk aja.
Alea merasa sedikit aneh, namun mengikuti langkah Nara yang sudah lebih dulu masuk ke dalam gedung. Di dalam, suasana terasa lebih sunyi. Lampu-lampu gantung yang besar menggantung tinggi, memancarkan cahaya kuning yang memberi kesan suram.
Alea Dwi Salsabila
Alea Dwi Salsabila
Tempat ini... gelap sekali.
Nara Pramudya Putri
Nara Pramudya Putri
Iya, emang agak tua, kan? Tapi ada hal menarik di sini, jadi santai aja.
Saat mereka berjalan lebih jauh ke dalam, Alea merasakan sesuatu yang tidak bisa dijelaskan. Sesuatu yang seolah mengikutinya dari belakang. Ia menoleh, namun tidak ada apa-apa.
Alea Dwi Salsabila
Alea Dwi Salsabila
(berbisik pada dirinya sendiri) Aneh…
Nara Pramudya Putri
Nara Pramudya Putri
(berbalik, melihat ekspresi Alea) Kamu baik-baik aja?
Alea Dwi Salsabila
Alea Dwi Salsabila
(tersenyum paksa) Iya, cuma sedikit capek.
Mereka sampai di aula besar yang menghadap ke halaman utama kampus. Nara berhenti dan menunjuk ke sekeliling.
Nara Pramudya Putri
Nara Pramudya Putri
Ini tempat paling sering dipakai buat acara kampus. Banyak yang bilang kalau ini tempat yang paling angker. Tapi, sejujurnya, aku nggak merasa apa-apa sih.
Alea Dwi Salsabila
Alea Dwi Salsabila
(menatap tempat itu dengan curiga) Benarkah?
Nara Pramudya Putri
Nara Pramudya Putri
Iya, ini cuma gedung tua. Nggak ada yang aneh.
Namun, seiring Alea menatap aula itu lebih lama, ia merasa ada mata yang mengawasinya dari dalam ruangan gelap. Sesuatu yang tak bisa ia lihat, namun bisa ia rasakan.
Alea Dwi Salsabila
Alea Dwi Salsabila
(berbisik, lebih pada dirinya sendiri) Ada yang salah di sini.
Nara Pramudya Putri
Nara Pramudya Putri
(menepuk bahu Alea) Alea, kamu nggak usah khawatir. Itu cuma perasaan aja. Ini kampus yang terkenal banget, lho. Semua orang yang masuk di sini nggak pernah ngerasain hal aneh.
Alea Dwi Salsabila
Alea Dwi Salsabila
Iya, kamu benar.
Namun, di dalam hati, Alea merasa ketegangan yang semakin lama semakin memuncak. Ada sesuatu yang lebih besar dari sekadar cerita di balik kampus ini. Sesuatu yang mungkin lebih berbahaya dari yang pernah ia bayangkan.
**Lanjut**

Bab 2: Kenangan Gelap

**Happy Reading**
Alea melangkah ke dalam ruang kelas pertama dengan langkah ragu, matanya masih memandang sekitar. Pagi ini, kampus terasa lebih sepi daripada biasanya. Angin yang masuk melalui jendela berderit pelan, mengusik ketenangan ruang kelas yang besar dan kuno. Tembok-tembok yang dipenuhi dengan poster acara kampus, peta perpustakaan, dan daftar jadwal mata kuliah, tampak seperti saksi bisu dari banyak kejadian yang sudah terlupakan.
Alea Dwi Salsabila
Alea Dwi Salsabila
(dalam hati) Kenapa aku merasa seperti ada yang mengawasi?
Dia duduk di bangku paling belakang, jauh dari jendela besar yang menghadap ke halaman. Sudah beberapa menit, dan meskipun ruang kelas itu cukup penuh dengan mahasiswa lain, Alea merasa seperti ia berada di ruang yang terisolasi. Ada ketegangan yang menggantung di udara, sesuatu yang hampir tak bisa dijelaskan.
Dosen masuk, seorang pria berambut pendek dengan kacamata tebal, memperkenalkan diri sebagai Pak Hendra. Suaranya yang monoton mulai mengisi ruang kelas, namun Alea merasa tidak bisa fokus. Matanya terus melirik ke sekitar, mencoba untuk mengusir rasa cemas yang menggelayuti dirinya.
Pak Hendra
Pak Hendra
Baik, kita mulai perkenalan ya. Silakan, sebutkan nama kalian dan jurusan.
Seorang mahasiswa di depan mulai berdiri dan memperkenalkan dirinya. Satu per satu, semua mahasiswa di kelas mengikuti, hingga tiba giliran Alea.
Alea Dwi Salsabila
Alea Dwi Salsabila
(berdiri, agak canggung) Alea, dari jurusan Sastra.
Pak Hendra
Pak Hendra
(mengangguk) Selamat datang, Alea. Semoga kalian betah di sini.
Alea kembali duduk dan melipat tangannya di meja. Matanya masih tidak bisa lepas dari sudut ruangan yang agak gelap. Di situ, ada sebuah lemari tua yang tampaknya tidak pernah dibersihkan. Beberapa buku berserakan di atas meja, namun tak ada yang benar-benar menarik perhatian Alea selain bayangan yang baru saja melintas.
Alea Dwi Salsabila
Alea Dwi Salsabila
(berbisik pada dirinya sendiri) Apa itu tadi?
Ia terdiam, mencoba meyakinkan dirinya bahwa itu hanya halusinasi. Namun, saat ia menoleh, bayangan itu kembali melintas di sudut pandang matanya, kali ini lebih jelas. Bayangan hitam itu bergerak dengan cepat di belakang lemari, seolah menghindari cahaya.
Alea Dwi Salsabila
Alea Dwi Salsabila
(mencoba berpikir rasional) Mungkin hanya bayangan dari pohon di luar jendela...
Namun, rasa itu tak hilang. Suasana kelas yang tampaknya biasa saja mulai terasa mencekam. Bahkan suara Pak Hendra seakan semakin jauh terdengar, seolah Alea berada di dunia yang terpisah dari kenyataan.
Tiba-tiba, sebuah suara bisikan terdengar begitu jelas di telinga Alea, seolah datang dari dalam ruang kelas, namun tak ada siapa-siapa yang berbicara.
Suara Bisikan: "Jangan lupakan aku."
Alea terkejut, hampir melompat dari tempat duduknya. Ia memalingkan kepala dengan cepat, mencari sumber suara itu, namun ruangan itu tetap sunyi. Semua mahasiswa lain tampak sibuk dengan tugas mereka, tidak menyadari apa yang baru saja terjadi.
Alea Dwi Salsabila
Alea Dwi Salsabila
(berbisik) Apa yang aku dengar?
Nara, yang duduk beberapa kursi di depannya, menoleh dan tersenyum.
Nara Pramudya Putri
Nara Pramudya Putri
Alea, kamu oke?
Alea Dwi Salsabila
Alea Dwi Salsabila
(tersenyum canggung) Iya, cuma sedikit pusing.
Nara Pramudya Putri
Nara Pramudya Putri
(mengernyitkan dahi) Pusing? Kamu nggak demam, kan?
Alea menggelengkan kepala, berusaha menenangkan diri. Mungkin itu hanya kelelahan karena perjalanan jauh, atau bisa jadi hanya imajinasinya yang bekerja terlalu keras. Namun, ada sesuatu yang terus mengganggu pikirannya.
Ketika kelas berlanjut, Alea semakin merasa tidak nyaman. Setiap kali ia mencoba fokus pada penjelasan Pak Hendra, matanya selalu tertarik pada sudut gelap di ruangan itu, tempat bayangan tadi melintas. Dan setiap kali ia melihatnya, bayangan itu semakin nyata.
Tak lama setelah itu, bel tanda waktu istirahat berbunyi. Semua mahasiswa mulai beranjak keluar dari ruang kelas, dan suasana menjadi lebih riuh. Nara mendekat pada Alea dengan ekspresi penuh perhatian.
Nara Pramudya Putri
Nara Pramudya Putri
Alea, kamu nggak apa-apa? Sepertinya kamu kelihatan nggak enak.
Alea Dwi Salsabila
Alea Dwi Salsabila
(mencoba tersenyum) Aku... aku nggak tahu. Ada yang aneh di sini.
Nara Pramudya Putri
Nara Pramudya Putri
(heran) Aneh? Maksud kamu gimana?
Alea Dwi Salsabila
Alea Dwi Salsabila
(menatap dengan khawatir) Bayangan... aku melihat bayangan bergerak, tapi nggak ada siapa-siapa di sana.
Nara Pramudya Putri
Nara Pramudya Putri
(tertawa, meskipun sedikit cemas) Ah, itu pasti cuma pikiranmu aja. Kampus ini memang terkenal angker, tapi jangan terlalu dipikirin. Banyak yang udah ngerasain kayak gitu.
Alea Dwi Salsabila
Alea Dwi Salsabila
Tapi... rasanya nyata, Nara. Bayangannya begitu jelas.
Nara Pramudya Putri
Nara Pramudya Putri
(diam, lalu menepuk bahu Alea) Yah, kalau kamu merasa nggak nyaman, mungkin kita bisa jalan-jalan di luar kampus sebentar. Tadi aku lihat ada kafe bagus, kita bisa ngobrol di sana.
Alea mengangguk, mencoba mengalihkan pikirannya dari hal yang mengganggu. Namun, seiring mereka berjalan keluar kelas, perasaan aneh itu kembali menghampirinya. Ada sesuatu di luar sana yang belum ia pahami, dan ia merasa semakin dekat dengan jawaban yang menakutkan.
---
Di luar kelas, di sepanjang koridor kampus yang sepi, Alea dan Nara berjalan menuju pintu keluar.
Alea Dwi Salsabila
Alea Dwi Salsabila
(memperhatikan setiap sudut koridor dengan hati-hati) Nara, kamu yakin tempat ini aman?
Nara Pramudya Putri
Nara Pramudya Putri
Kenapa? Tadi nggak ada yang aneh, kan?
Alea Dwi Salsabila
Alea Dwi Salsabila
Aku nggak tahu. Rasanya ada yang mengawasi.
Nara Pramudya Putri
Nara Pramudya Putri
(berhenti sejenak dan menoleh ke Alea) Yah, mungkin kamu cuma merasa kesepian. Semua orang di sini udah biasa, kok.
Namun, saat mereka melangkah lebih jauh, Alea merasa ada sesuatu yang mengikuti mereka. Bayangan yang bergerak lebih cepat daripada mereka, menyusuri dinding, melintas di ujung koridor. Saat Alea berbalik, ia hanya melihat lorong yang kosong.
Alea Dwi Salsabila
Alea Dwi Salsabila
Nara, aku—
Tiba-tiba, Nara berhenti berjalan dan menatap ke depan dengan ekspresi bingung.
Nara Pramudya Putri
Nara Pramudya Putri
Apa itu?
Alea mengikuti arah pandang Nara dan melihat sebuah lukisan besar di ujung koridor. Lukisan itu menggambarkan seseorang yang tampak sedang duduk di kursi, menatap lurus ke depan dengan mata yang kosong. Tapi, ada yang salah. Matanya tampak bergerak, mengikuti mereka.
Alea Dwi Salsabila
Alea Dwi Salsabila
(berbisik) Ini... nggak mungkin.
Nara Pramudya Putri
Nara Pramudya Putri
(terkejut) Lukisan itu... nggak pernah bergerak sebelumnya.
Alea Dwi Salsabila
Alea Dwi Salsabila
(menatap Nara dengan cemas) Apa maksudnya?
Nara Pramudya Putri
Nara Pramudya Putri
Aku nggak tahu. Tapi kita harus keluar dari sini sekarang juga.
Namun, sebelum mereka bisa berbalik, sebuah suara bisikan kembali terdengar jelas di telinga Alea.
Suara Bisikan: "Kau tidak akan pernah pergi."
Alea Dwi Salsabila
Alea Dwi Salsabila
(berteriak pelan) Apa itu?! Nara, kita harus pergi!
Nara hanya terdiam, wajahnya pucat. Mereka berdua berlari menuju pintu keluar, namun perasaan aneh itu semakin kuat. Bayangan itu semakin nyata, semakin dekat, dan Alea tahu... ada sesuatu yang sangat gelap dan terlarang di kampus ini.
**Lanjut**

Bab 3: Suara di Lorong

**Happy Reading**
Alea berjalan menyusuri lorong kampus yang gelap dan lengang. Pagi tadi, suasana kampus terasa biasa saja, tetapi kini, setelah kejadian aneh yang terjadi di ruang kelas, perasaan tidak nyaman itu semakin menggerogoti pikirannya. Tidak ada seorang pun di sekitar; lorong-lorong itu terasa kosong, hanya dihiasi oleh bayang-bayang panjang yang terbentuk dari cahaya lampu yang redup.
Alea menarik napas panjang, berusaha menenangkan dirinya. Nara sudah pergi lebih dulu setelah kelas selesai, dan Alea memilih untuk tidak pulang langsung. Ia merasa ada yang tidak beres, dan entah mengapa, rasa penasaran itu mengalahkan keinginannya untuk meninggalkan kampus ini.
Suasana yang hening dan sepi membuatnya semakin tidak tenang. Saat langkahnya bergema di lantai, ia merasa seolah suara itu terlalu keras di tengah keheningan. Semua yang ada di sekelilingnya tampak begitu sunyi, bahkan udara pun terasa begitu berat, seolah ada sesuatu yang menunggu.
Tiba-tiba, sebuah suara terdengar samar-samar. Alea berhenti.
Suara Bisikan: "Jangan pergi..."
Alea menoleh dengan cepat, namun tidak ada siapa-siapa. Hanya dinding-dinding yang suram dan lantai yang berkilauan di bawah cahaya lampu yang sedikit redup. Ia merasa darahnya membeku sejenak.
Alea Dwi Salsabila
Alea Dwi Salsabila
(dalam hati) Apa itu?
Alea menatap sekelilingnya, berharap suara itu hanya halusinasi. Tetapi, sesuatu di dalam hatinya mengatakan bahwa ini bukan hanya imajinasinya. Suara itu nyata, meskipun samar. Mungkin dari balik pintu ruang kelas yang tertutup, atau dari balik tangga yang menuju lantai atas.
Ia memutuskan untuk mencari sumber suara itu. Dengan hati-hati, ia melangkah maju, mendekati lorong yang lebih sempit dan gelap. Langkahnya terdengar keras, berulang-ulang di dinding-dinding lorong yang panjang ini. Setiap langkah membuat perasaan cemasnya semakin besar.
Tiba-tiba, suara itu terdengar lagi, kali ini lebih jelas.
Suara Bisikan: "Jangan buka..."
Alea terhenti. Bisikan itu terdengar sangat dekat, seolah berbisik langsung di telinganya. Namun, tidak ada seorang pun di dekatnya. Semua pintu ruangan di sekitar tertutup rapat, dan tidak ada gerakan di mana pun.
Alea Dwi Salsabila
Alea Dwi Salsabila
(berbisik) Siapa itu?!
Namun, suara itu tidak menjawab. Tidak ada yang menjawab. Hanya kesunyian yang semakin menekan. Alea merasakan ketegangan yang semakin besar. Matanya mulai berkeliling, mencari-cari sesuatu yang bisa memberi petunjuk. Apa yang sedang terjadi di sini? Kenapa kampus ini terasa begitu mengerikan?
Ia melanjutkan langkahnya, memutuskan untuk mendekati pintu yang terletak di ujung lorong. Pintu itu tidak seperti pintu ruangan lainnya. Pintu ini lebih tua, tampak usang dengan gagang pintu yang tergores-gores, seolah sudah lama tidak pernah dibuka. Ada sesuatu yang ganjil tentang pintu itu, seperti ia menyembunyikan sesuatu yang sangat berbahaya.
Saat ia mendekatkan tangan untuk memegang gagang pintu, sebuah bisikan terdengar kembali, kali ini lebih keras, hampir memekakkan telinga.
Suara Bisikan: "Jangan buka pintu itu..."
Alea terkejut dan mundur sedikit. Suara itu terdengar sangat jelas, dan kali ini ada rasa urgensi yang menggetarkan tubuhnya. Pintu itu... Apa yang ada di baliknya? Mengapa suara itu begitu mengancam?
Alea Dwi Salsabila
Alea Dwi Salsabila
(dalam hati) Apa yang harus aku lakukan?
Namun, rasa ingin tahu yang kuat mengalahkan rasa takutnya. Alea meraih gagang pintu dan menariknya. Pintu itu berderit keras, seakan menahan kekuatan yang ingin membuka jalan. Begitu pintu terbuka sedikit, Alea merasa udara dingin menyapu wajahnya.
Di balik pintu, hanya ada kegelapan. Tidak ada cahaya, hanya ruang kosong yang tampaknya sangat luas, lebih besar dari yang bisa dibayangkan oleh Alea. Ada bau lembap dan basi yang menyengat, menciptakan suasana mencekam di ruang itu.
Alea Dwi Salsabila
Alea Dwi Salsabila
(berbisik) Ini... ruang apa?
Namun, suara bisikan itu tidak lagi terdengar. Keheningan yang mencekam menggantikan bisikan yang sebelumnya terdengar mengganggu. Alea merasa seperti ada sesuatu yang mengawasinya dari dalam kegelapan itu. Suara langkah kaki yang pelan, hampir tak terdengar, mulai terdengar di ruang yang gelap.
Alea cepat menutup pintu itu kembali, tubuhnya bergetar. Ia merasa ada sesuatu yang sangat salah dengan tempat itu. Seakan ada sesuatu yang sudah lama terkunci di baliknya, menunggu saat yang tepat untuk keluar.
Alea Dwi Salsabila
Alea Dwi Salsabila
(dalam hati) Aku harus keluar dari sini.
Ia berbalik, dan saat itu, suara bisikan terdengar sekali lagi, kali ini lebih dekat dari sebelumnya.
Suara Bisikan: "Jangan biarkan mereka tahu..."
Alea berlari meninggalkan lorong itu. Langkah-langkahnya cepat dan panik, dan ia merasa semakin terperangkap. Suara langkah kakinya yang terburu-buru bergema keras, seolah mengganggu kedamaian yang telah lama hilang dari tempat itu. Setiap sudut seolah memantulkan bisikan-bisikan yang semakin menggema.
Tiba-tiba, langkahnya terhenti saat ia melihat sosok di ujung lorong.
Sosok itu tampak seperti seorang wanita muda, berdiri dengan wajah tertunduk. Rambutnya panjang, terurai, menutupi sebagian wajahnya, dan tubuhnya tampak sedikit menggoyang, seolah ia sedang terhanyut oleh angin yang tidak ada.
Alea menelan ludah, dan dengan perlahan melangkah maju. Ia ingin bertanya, ingin mengetahui siapa sosok itu, namun seiring langkahnya, wanita itu mulai menghilang. Ia tidak bergerak ke samping, tidak berjalan pergi—wanita itu hanya... menghilang begitu saja, seperti dibawa oleh kegelapan.
Alea Dwi Salsabila
Alea Dwi Salsabila
(terkejut) Siapa itu?
Hatinya berdegup kencang. Suasana semakin aneh. Ia merasa seolah berada di dunia yang terpisah, di mana waktu dan ruang tidak berlaku seperti biasanya. Semua terasa sangat salah.
Tanpa pikir panjang, Alea berbalik dan berlari menuju keluar, keluar dari lorong yang mencekam itu. Namun, begitu ia mencapai pintu keluar, suara bisikan itu kembali terdengar, kali ini lebih keras dan lebih jelas.
Suara Bisikan: "Kau tidak akan bisa pergi."
Alea menoleh, tubuhnya gemetar hebat.
Di ujung lorong, tempat wanita itu menghilang, kini ada sosok lain. Lebih besar, lebih gelap, dan semakin mendekat.
Alea merasakan ketakutan yang tak terlukiskan, namun ia tahu satu hal—apapun yang ada di dalam kampus ini, ia tidak bisa menghindarinya. Apa pun itu, ia terjebak di dalamnya.
Dengan langkah tergesa-gesa, Alea berlari ke luar, meninggalkan lorong yang sepi dan gelap itu, namun perasaan takutnya tidak pernah hilang. Suara bisikan itu terus mengikuti, menambah ketegangan yang semakin memuncak. Alea tahu, apa pun yang ada di dalam kampus ini, ia tidak akan bisa keluar begitu saja.
**Lanjut**

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!