LONDON Bridge Is Falling Down
Eps1. Kakak dan adik
Malam diguyur hujan deras, disertai petir yang saling menyambar bersahut-sahutan
kedua anak kecil saling berpegangan tangan berjalan di tengah hujan
sang kakak memegangi ujung baju ibunya yang hampir robek, dengan satu tangannya yang lain menuntun sang adik yang kedinginan
ketiganya lalu berhenti di depan sebuah rumah berpagar hitam
tampak seorang wanita dengan payung usangnya, lalu menghampiri mereka
Bibi Nai
Apa yang kau lakukan di sini?
wanita yang diketahui bernama Nai itu menatap kedua anak kecil yang basah kuyup dan mengigil di belakang saudarinya
dia lalu mempersilakan mereka masuk, walaupun sekedar di teras saja
dia tampak khawatir akan seseorang yang datang dari dalam rumah
Mama
Aku mau titip anak-anak
Bibi Nai
Aku tidak bisa, bawa saja mereka pergi bersamamu!
Mama
Sebentar saja Nai, aku akan segera kembali
pada akhirnya Nai mengalah karena malas berdebat
dia takut suaminya terbangun dan berujung menyiksanya
Kakak
Mama mau pergi kemana?
Mama
Kakak... mulai hari ini kakak dan adik tinggal bersama bibi Nai, ya
Nai hanya berdecak dan cemas
Mama
Kakak harus janji pada mama untuk menjaga adik baik-baik
Mama
Mama akan segera kembali kalau kakak sudah melakukannya
putra sulungnya itu lalu mengangguk
lalu dia mengatakan hal yang sama kepada anak bungsunya
Mama
Adik... adik harus jadi anak yang baik dan menurut pada kakak ya
Mama
Mama akan segera kembali kalau adik sudah melakukannya dengan baik
Adik
Adik boleh minta gendong?
dia lalu menggendong putra bungsunya, memeluknya dengan erat, bahkan sampai beberapa kali menciumnya dengan berderai air mata
Nai lalu membawa mereka masuk, sementara saudarinya itu pergi tanpa mengatakan apapun lagi
Keesokan paginya, Nai melempar sapu dan alat kebersihan lainnya ke arah kedua keponakannya itu
mereka lalu terbangun dari tidur yang hanya beralaskan tikar tipis saja
Bibi Nai
Kalian berdua, tidak bisa tinggal di sini secara gratis
Bibi Nai
Kalian harus kerja!
Bibi Nai
Hidup ku saja sudah susah, mama kalian malah menambah beban saja bisanya
Nai memaksa kakak untuk langsung berdiri dan memegang sapu
nasib Nai tak lebih bagus dari saudarinya, dia harus hidup dengan membayar sewa rumah dan suami yang pengangguran
hanya punya seorang putri dan dililit hutang bekas pengobatan mertuanya yang sampai sekarang masih sakit-sakitan
wajah Nai juga selalu tampak lelah dengan penampilannya lusuh
Bibi Nai
Sapu rumah sampai halaman!
Bibi Nai
Kalau belum bersih, kau tidak akan dapat sarapan!
kakak pun segera menyapu sesuai perintah bibinya
sedangkan sang adik masih mengucek-ngucek matanya
Bibi Nai
Heh, kau juga tidak akan dapat sarapan kalau malas-malasan!
Nai memicingkan matanya menerka-nerka, pekerjaan apa yang cocok untuk tangan mungil si adik
adik dengan langkah kaki-kaki kecilnya pun langsung mengikuti kemana bibi Nai membawanya
terlihat seorang anak perempuan sedang mengaduk-aduk adonan tepung di dapur
adik lalu menghampirinya dan bertanya dengan kepolosannya
Adik
Kakak Shima cantik sekali
Nai lalu tersenyum melihat interaksi bocah-bocah itu
Shima
Kamu juga lucu sekali, siapa namamu?
Adik
Aku Ray, aku sering dipanggil adik oleh kakak ku
Shima lalu menatap ke luar dan melihat seorang anak laki-laki sedang menyapu halaman rumahnya
Shima
Siapa nama kakak mu?
Adik
Aku tidak tau, kamu tanyakan saja sendiri
Shima
Masa nama kakak sendiri tidak tau
Bibi Nai
Heh sudah, sudah!
Bibi Nai
Ray, kau pergi siapkan piring saja!
sejak hari itu kakak dan adik tinggal di rumah bibi Nai dan tumbuh bersama sepupunya
walaupun Nai sering membentak dan ketus pada kedua keponakannya, tapi dia tidak pernah pilih kasih
hingga suatu hari, Nai berteriak histeris dan semuanya berubah
dia mendapat kabar bahwa suaminya itu telah berselingkuh selama 8 tahun dan memiliki anak dari hasil perselingkuhannya itu
Bibi Nai
Aku merawat ibumu, melunasi hutang-hutangmu
Bibi Nai
Kau bahkan tidak mengurus putrimu sendiri, tapi kau bersenang-senang dengan j*lang di luar sana?
Nai hampir gila karena depresi, dia juga sempat mencelakai putrinya
berujung Shima dibawa oleh kerabatnya dan dijauhkan dari Nai
sementara itu, kondisi mental Nai semakin hancur dan berani menganiaya kedua keponakannya yang masih kecil
Bibi Nai
Hidupku semakin hancur karena kedatangan kalian!
Bibi Nai
Dasar pembawa sial!
bahkan mereka sering dikurung di kandang dan tak diberi makan seharian
meringkuk di atas permukaan tanah yang dingin dan kotor
Adik
Kakak... perut adik sakit
sang kakak mencoba menenangkan adiknya yang menangis kelaparan, dia juga tak bisa menyembunyikan rasa laparnya itu
tubuh mereka bergetar dan mengigil
Kakak
Adik, kita tidur saja...
Kakak
Kalau kita tidur, sakit perut kita akan hilang
Kakak
Mau kakak nyanyikan sebuah lagu?
adik pun mengangguk dan menurut
Adik
London bridge is falling down, ayo nyanyikan lagu itu
tak ada hari dimana mereka tak mendapatkan siksaan
cara Nai membangunkan mereka juga berubah, dia menyiramkan air kotor disertai pukulan demi pukulan
belum sampai di sana, Nai juga memaksa mereka bekerja mengumpulkan botol-botol bekas lalu menjualnya ke penjajal
mereka tak diizinkan pulang jika belum mendapatkan uang
Sampai suatu hari, mereka berdua duduk di taman sambil bersembunyi dari bibi Nai
adik lalu memakan wafer yang dibelikan kakaknya dengan lahap
???
Kalian berdua sedang apa?
seorang tetangga, nenek tua yang menggandeng cucunya datang lalu duduk di dekat mereka
adik menjawab dengan kepolosannya lalu tersenyum pada cucu nenek tua itu
sedangkan kakak hanya tersenyum dan memberi salam
???
Apa kau tidak sekolah?
???
Sepertinya usiamu sudah cukup untuk sekolah, dibanding adikmu
kakak lalu menjawab dengan menggelengkan kepalanya
Kakak
Kalau saya sekolah, nanti adik saya sendirian
kakak kembali menggelengkan kepalanya
Adik
Adik belum jadi adik yang baik buat kakak, jadi mama belum kembali
mendengar adiknya berkata seperti itu, sang kakak langsung menangis tersedu-sedu
???
Malang sekali nasib kalian berdua
nenek tua itu lalu mengelus kepala mereka bergantian
tak lama lalu bibi Nai datang sambil membawa sebilah kayu yang biasa dijadikan pemukul kedua keponakannya
dia berteriak sambil menjambak rambut kakak dan menariknya dengan kasar
Bibi Nai
Kemari kalian anak-anak nakal!
sang adik hanya menangis melihat kakaknya diperlakuukan kasar, oleh orang yang justru seharusnya menjaga mereka
melihat secara langsung Nai menyiksa keponakannya, tetangga mulai berkerumun dan melindungi kakak adik itu
???
Mereka hanya seorang anak kecil yang tidak tau apa-apa
???
mental dan fisik mereka belum siap untuk menghadapi kerasnya kehidupan di dunia
???
karena didikan di masa kecil menentukan kehidupan di masa depannya
Kakak
*Suatu saat nanti aku akan membalasnya...*
Eps2. Rakha dan Ray
Kakak beradik bernama Rakha dan Ray itu pindah ke panti asuhan yang tempatnya tak jauh dari rumah bibi Nai
mereka akhirnya bisa hidup layak dan makan setiap hari berkat bantuan nenek tua yang hari itu menolongnya
namun sesekali Rakha terlihat mengunjungi rumah bibinya dan merawatnya ketika sakit
Rakha tetap bekerja walaupun sudah bisa sekolah, dia sudah terbiasa mandiri dan menghasilkan uang jajan untuk adiknya tersayang
hingga suatu hari keluarga konglomerat datang untuk mengadopsi Ray di saat Rakha sedang membantu salah satu pengasuh di ladang
ketika Rakha kembali, Ray sudah pergi
dia pun berlarian, hendak mengejar mereka namun yang dia kejar itu justru sudah pergi jauh
mereka sudah terbang ke luar negeri
Kakak
Hiks... adik tidak boleh pergi
Kakak
Bagaimana kakak bisa menepati janji pada mama
Kakak
Bagaimana kalau mama kembali, hiks huhuuuu
setiap kata-kata yang keluar dari mulut Rakha, rasanya terdengar sangat menyakitkan
setelah berlarian, menangis dan berteriak memanggil adiknya, kakak pun terjatuh dan tak sadarkan diri
Beberapa tahun kemudian telah berlalu
kakak yang saat itu masih kecil kini sudah menginjak usia remaja
dia masih giat bekerja seperti dulu, menghasilkan uang adalah kegemarannya
dari hasil kegemarannya itu dia mampu membiayai sekolahnya sendiri, bahkan di SMA elite yang notabene hanya siswa dari anak orang kaya saja yang bisa masuk ke sana
sedangkan kakak, hanya seorang anak yang hidup seorang diri
Genta Winata
Rakha, pinjami aku uang dong~
Rakha Harisdarma
Hah, apa aku tidak salah dengar?
Rakha Harisdarma
Seorang Genta Winata meminjam uang padaku?
Genta Winata
Heiiyy... memangnya kenapa?
Genta Winata
Kau kan pengusaha muda, banyak uang
Genta Winata
Uang jajan ku bulan ini habis, boleh ya... 2 juta saja~
Rakha Harisdarma
Tidak, tidak!
Rakha Harisdarma
Mau kau pinjam 1 sen pun, aku tidak akan meminjamkannya
Rakha Harisdarma
Kecuali...
Genta Winata
Apa? Apa itu?
Genta Winata
Akan aku lakukan, asal kau pinjami aku uangmu
Genta Winata
Kau mau aku melakukan apa?
Genta Winata
Menghajar ketua OSIS, atau apa?
Rakha Harisdarma
Ketua OSIS itu kan, kau
Genta Winata
Lalu apa syaratnya?
Rakha Harisdarma
Kau harus mengembalikan uang yang kau pinjam 2 kali lipat
Genta Winata
Ya ampun... itu mudah sekali, bilang dari tadi
mereka pun berjabat tangan lalu melakukan perjanjian
setelah itu uang 2 juta dari tabungan Rakha berhasil di transfer ke rekening milik seorang anak pengusha, Genta Winata
Genta Winata
Hohoho... kau memang teman terbaikku
Rakha Harisdarma
Apa yang akan kau lakukan dengan semua uang itu?
Genta Winata
Tadi pagi aku tidak sengaja menggores nya
keduanya lalu menghampiri mobil Genta yang ada di parkiran sekolah
Genta lalu menunjukkan sebuah goresan yang sangat kecil dan hampir tak terlihat di body mobilnya
Rakha kemudian terkekeh-kekeh
Genta Winata
Apanya yang lucu?
Rakha Harisdarma
Serahkan padaku
Rakha Harisdarma
Aku akan membuat mobil mu kembali seperti baru
Genta menatap temannya itu tak yakin
di jam istirahat dia lalu memberikan kunci mobilnya pada Rakha
sebelum jam istirahat berakhir, dia sudah kembali dengan kondisi mobil yang benar-benar seperti baru
Genta Winata
Huwaahh... bagaimana kau melakukannya?
Genta Winata
Catnya mulus sekali, benar-benar kembali seperti semula
Rakha Harisdarma
Ini tidak gratis, kau harus membayarnya mahal
Genta Winata
Hey, kau saja meminjami ku 2 juta
Rakha Harisdarma
Kalau begitu bayar dengan uang tadi
Genta langsung kembali mentransfer uangnya pada Rakha
Rakha Harisdarma
Kau masih berhutang padaku ya, dan 1 juta tambahan
Rakha Harisdarma
totalnya jadi 5 juta
Genta Winata
Hey tunggu, sepertinya ada yang salah di sini
Rakha Harisdarma
Anggap saja yang memperbaiki mobilmu adalah orang bengkel
Rakha Harisdarma
Jadi barusan kau membayar biaya bengkel, bukan padaku
Genta lalu menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal itu
Rakha Harisdarma
Kau masih bingung?
Rakha Harisdarma
Berapa IQ mu?
Genta Winata
Aduuh jangan bawa-bawa IQ
Genta Winata
Ya sudah, aku akan membayar mu 5 juta minggu depan
Genta hanya bisa menggelengkan kepalanya karena masih bingung
begitulah salah satu trik Rakha menghasilkan uang lebih
dia tidak perlu banyak mengeluarkan tenaga karena otaknya yang lebih banyak bekerja
atau bisa dibilang, dia cukup licik?
pagi hari dia sekolah, sorenya bekerja menjadi kurir pengantar paket, dan malamnya bekerja paruh waktu di kedai angkringan
weekend pagi dia mengajar taekwondo anak-anak TK, siangnya dia bekerja paruh waktu di minimarket hingga larut malam
dia seperti orang yang sibuk, namun punya banyak waktu untuk melakukan hobbynya
bersantai menonton TV di atas sofa yang hangat, ditemani berkaleng-kaleng cola dan camilan
seorang pria paruh baya mengetuk pintu rumah
Rakha buru-buru beranjak dari sofa dan membukakan pintunya
???
Selamat malam nak Rakha
Rakha Harisdarma
Ooh paman, sudah waktunya membayar sewa rumah ya?
Rakha Harisdarma
Tunggu sebentar!
Rakha kembali masuk dan membiarkan pintu sedikit terbuka
pria tua itu lalu mengintip dari luar, melihat keadaan di dalam rumah
namun Rakha segera kembali dan memblokade penglihatan pria tua itu
Rakha Harisdarma
Ini... 1,5 juta, kan?!
Rakha Harisdarma
Silakan dihitung dulu
dia pun menghitung uangnya di depan Rakha
???
Uangnya sudah pas, nak Rakha
???
Hehe, terima kasih banyak ya
Rakha Harisdarma
Sama-sama paman
ketika Rakha hendak kembali menutup pintu, pria tua itu kembali berbicara
mau tidak mau, dia harus menahan tangannya sambil memegang pedal pintu
???
Omong-omong nak Rakha...
???
Anu... aku mau bertanya sesuatu
Rakha Harisdarma
Ya silakan, tanyakan saja
???
Apa bibi mu baik-baik saja?
Rakha Harisdarma
Maksud paman, bibi Nai?
???
Iya benar, sudah lama sekali aku tidak melihatnya
Rakha Harisdarma
Wah sayang sekali
Rakha Harisdarma
Beberapa waktu lalu bibi Nai pergi mencari putrinya
???
Kudengar dia kurang sehat
Rakha lalu tersenyum lebar
Rakha Harisdarma
Benar, aku sempat merawatnya beberapa waktu lalu
Rakha Harisdarma
Walaupun begitu, bibi tetap memaksakan diri dan pergi tanpa sepengetahuan ku
???
Ya ampun, semoga Nai baik-baik saja
Rakha Harisdarma
Terima kasih sudah mengkhawatirkan bibi
???
Meski begitu, nak Rakha..
???
Apa kau tidak mau pindah dari rumah ini?
???
Ah aku tidak berniat apa-apa, hanya saja...
???
Kau mungkin bisa tinggal di rumah yang lebih layak
???
Dari pada tetap tinggal di rumah yang sudah berjamur ini
Rakha Harisdarma
Paman, aku hanya mampir sesekali
Rakha Harisdarma
Meski begitu aku tetap membayar sewanya tepat waktu
Rakha Harisdarma
Sebenarnya aku sudah pindah ke apartemen Blanco
Rakha Harisdarma
Jadi paman tidak perlu khawatir
???
Oh syukur lah kalau begitu...
???
Tapi... Apa kau masih menunggunya?
???
Mendengar kau sudah pindah, tapi tetap datang ke sini...
???
Apa itu artinya, kau menunggu adik kecilmu itu?
senyum Rakha yang indah itu tiba-tiba menghilang dari raut wajahnya
pria tua pemilik rumah itu langsung meminta maaf begitu menyadari ekspresi Rakha yang tiba-tiba berubah
dia lalu pamit pergi dan tak menoleh ke belakang lagi
meninggalkan Rakha yang masih terdiam di depan pintu
lalu berlinangan air mata
Rakha Harisdarma
Adik... sebenarnya kau ada dimana
Seorang pria setengah berteriak memanggil anaknya yang pergi mengunci diri di dalam kamar, setelah pulang dari sekolahnya
Pak Riady
Kenapa lagi anak itu?
supir pribadinya menghampiri sambil menenteng tas tuan muda
???
Tuan muda masih merajuk, karena ingin ikut ke Indonesia bersama tuan dan nyonya
Pak Riady
Haaa... ya ampun
pasangan suami istri keluarga Riady sebentar lagi akan melakukan perjalanan bisnis
yang mengharuskan mereka kembali dan menetap di Indonesia dalam waktu yang tidak bisa ditentukan
mereka berencana untuk pergi berdua dan meninggalkan putra mereka di rumah
namun kini putranya merajuk dan ingin ikut bersama mereka
pak Riady pun menyusul putranya itu ke dalam kamar, dan mencoba untuk membujuknya
Pak Riady
Ray... ayo bicara sebentar
Ray lalu menggulung dirinya di dalam selimut, dan tampak seperti kue molen raksasa yang lucu
Pak Riady
Ayolah... jangan seperti itu
Pak Riady
Daddy akan sedih kalau kau marah seperti itu
Pak Riady
Ayo bicara sebentar saja
pak Riady mencolek-colek di balik selimut dengan lembut
Ray lalu membuka selimutnya dan duduk berhadapan dengan pak Riady
Pak Riady
Ada apa, katakan!
Ray DRiady
Daddy sayang padaku, kan?
Pak Riady
Tentu saja, kenapa kau bertanya hal yang sudah jelas seperti itu?
Ray DRiady
Aku tau itu, daddy pasti sangat sayang padaku
Ray DRiady
Daddy pasti mengabulkannya kan, kalau nanti aku ikut ke Indonesia bersama kalian
pak Riady langsung terdiam
Pak Riady
Kau kan harus sekolah
Pak Riady
Bahkan daddy sudah mendaftarkanmu ke SMA favorit yang ada di ibu kota
Ray DRiady
Kenapa daddy tidak bertanya dulu padaku?
Ray DRiady
Aku tidak mau sekolah di sana
Pak Riady
Lalu kau mau masuk ke SMA mana?
Ray DRiady
Aku mau ikut ke Indonesia dan sekolah di sana
Pak Riady mulai memijat-mijat keningnya
Pak Riady
Tidak bisa Ray...
Ray DRiady
Daddy tidak sayang padaku?
Pak Riady
Daddy sayang padamu, tapi kau tau sendiri bagaimana mamy mu
Ray DRiady
Daddy takut pada mamy?
Ray DRiady
Daddy kan kepala keluarga, daddy yang harus memutuskan dong!
Ray terus mendesak keinginannya itu pada daddy nya
tentu saja dia sudah melakukan hal yang sama pada mamy nya, namun hasilnya nihil
kali ini dia berusaha membujuk pak Riady, dan dia yakin akan berhasil
Ray DRiady
Kalau kalian tidak membawaku, aku tidak mau sekolah, titik!
Ray DRiady
Ah bagaimana kalian bisa setega itu meninggalkan ku?
Ray DRiady
Untuk apa aku diangkat jadi anak, kalau pada akhirnya kalian telantarkan?
betapa kagetnya par Riady saat mendengar kalimat itu keluar dari mulut putranya
dia langsung memeluk Ray dengan erat
Pak Riady
Kau tidak boleh mengatakan itu
Pak Riady
Kau putra daddy, darah daging daddy!
Ray DRiady
Orang tua temanku, melakukan perjalanan bisnis tak lebih dari satu hari
Ray DRiady
Tapi mereka tak pernah meninggalkan putranya sendirian...
Ray DRiady
Lalu bagaimana dengan kalian?
Ray DRiady
Bagaimana bisa kalian pergi tanpaku, tanpa tau kapan akan kembali
Pak Riady
Tidak Ray, itu tidak akan terjadi
Pak Riady
Kau akan ikut, ikut bersama mamy dan daddy ke Indonesia
Pak Riady
Kau mau sekolah di sana? Daddy akan mengurusnya
Ray DRiady
Daddy tidak bohong, kan?
Pak Riady
Daddy berjanji padamu
Ray lalu tersenyum lebar saking senangnya
akhirnya dia bisa ikut, dan kembali pulang ke Indonesia
Ray DRiady
*Lihatlah...bagaimana daddy sangat menyayangi ku*
Ray DRiady
*Atau...bisa dibilang, daddy terlalu bodoh?*
Ray DRiady
Hihi... London bridge is falling down~
Ray DRiady
Falling down~ falling down~
Ray DRiady
London bridge is falling down~ My fair lady~
Ray selalu menyanyikan lagu itu setiap kali perasaannya berubah
lagu favoritnya yang sering dia nyanyikan diwaktu kecil, hingga sekarang masih sering dia nyanyikan dalam nuansa yang berbeda-beda
Eps3. Orang di dalam mimpi
Rasanya sangat menyiksa, ketika Rakha kembali teringat tentang adiknya
uang yang selama ini dia dapat, belum cukup terkumpul untuk mencari keberadaan sang adik
hari-hari rasanya seperti berjalan sangat berat, langit yang cerah juga tampak kelabu di matanya
dimana sore ini dia harus mengantar paket, namun motor yang dia gunakan masuk kedalam parit karena kecerobohannya
Rakha Harisdarma
📞Maaf bos, hari ini aku tidak bisa mengantar paket-paket ini
???
📞Lalu dimana semua paket-paketnya?
Rakha Harisdarma
📞Ng... maaf bos, semuanya hancur
Rakha Harisdarma
📞Aku akan mengganti semua kerugiannya
Rakha pun menutup telponnya lalu duduk di pinggir jalan
bukannya bertambah, uangnya malah terus berkurang
dia menatap ke atas langit kosong, yang kemudian terlihat sebuah pesawat terbang melintas
sudah 12 tahun lamanya Rakha terus merindukan adiknya
Rakha Harisdarma
Entah dimana kau berada
Rakha Harisdarma
Pokoknya tunggulah sebentar lagi, kakak akan datang menjemputmu
malam, dimana seharusnya Rakha pergi menghadiri pesta ulang tahun temannya
badannya sangat panas, bahkan kepalanya terasa berat dan pusing
Genta Winata
📞Hai sob, dimana kau?
Genta Winata
📞Acaranya sudah mau dimulai nih
Genta Winata
📞Diana menunggu mu
Rakha Harisdarma
📞Katakan pada Diana kalau aku tidak bisa datang
suara Rakha terdengar serak di telpon
Genta berkali-kali mengorek-ngorek telinganya
Genta Winata
📞Sinyalmu jelek ya, Rakh?
Genta Winata
📞Suaramu terdengar jelek
Rakha Harisdarma
📞Aku tidak enak badan
Rakha Harisdarma
📞Sampaikan salamku pada Diana, katakan kadonya menyusul
Rakha tak banyak bicara lagi kemudian memutus telponnya
dia pun berbaring di atas kasur, menarik selimut hingga menutupi seluruh bagian tubuhnya
sambil memandangi pemandangan kota di malam hari, dia pun terlelap
berharap saat bangun nanti dia bisa melihat wajah lucu adik kecilnya
namun justru malam itu Rakha bermimpi aneh
dia bermimpi sedang bermain sepeda dan mengejar seseorang di depannya
mereka tertawa bersama, tawa yang sangat lepas yang bahkan belum pernah Rakha rasakan sebelumnya
ketika pagi itu dia terbangun, rasanya hampa
itu adalah mimpi yang paling bahagia yang pernah dia rasakan
mimpi itu selalu terulang seperti potongan puzzle yang kemudian tersambung menjadi satu
wajah seseorang yang selalu datang ke mimpinya akhirnya bisa dia lihat, dan bisa dia ingat sepanjang hari
sungguh mengingatnya membuat hari-hari Rakha kembali seperti semula
Rakha Harisdarma
*Aku belum pernah bertemu dengannya, tapi rasanya sangat hangat*
Rakha Harisdarma
*Mungkin kah dia adikku?*
???
Anak-anak... kita kedatangan murid pindahan
semua mata tertuju pada orang yang berdiri di samping guru mereka
Ray DRiady
Hai teman-teman... aku Ray DRiady, salam kenal~
begitu mendengar nama belakangnya, satu kelas mulai berbisik-bisik
???
Waah apa aku tidak salah dengar?
Ray merasa bingung melihat reaksi teman sekelasnya
hingga dia berpikir apakah mereka sedang membicarakannya
Ray DRiady
*Apa mereka menyukai ku, atau sebaliknya?*
guru lalu mengizinkan Ray duduk di bangku kosong paling belakang
dan kebetulan bangku itu dekat dengan jendela
spot paling sakral di dalam kelas, dan itu adalah posisi bangku terfavorit Ray
saat dia duduk di sana, seseorang terus memerhatikannya yang juga duduk paling belakang di barisan lain
Ray lalu balik menatapnya penuh tanda tanya
lalu orang itu terseyum padanya
Ray DRiady
*Wajahnya tidak asing... aku pernah melihatnya dimana ya*
Ray lalu melambaikan tangan untuk menyapa orang itu
saat jam makan siang, saat yang lain bergegas pergi ke kantin orang itu justru menghampiri Ray dan duduk di bangku lain di depannya
Axton Garibaldi
Aku Axton Garibaldi...
Axton Garibaldi
Kau mau berteman dengan ku, Ray?
Ray lalu terkekeh sambil memasukan buku catatannya ke dalam tas
Axton terkejut dengan respon Ray tersebut, namun dia berusaha untuk tetap tenang
Ray DRiady
Bukankah kita teman sekelas?!
Ray DRiady
Tentu saja sekarang kita teman, kan?!
Axton Garibaldi
Menurut mu begitu?
Ray mulai menganggap serius pembicaraan mereka
Axton Garibaldi
Semua orang tau siapa itu Riady dan Garibaldi
Axton Garibaldi
Mereka segan untuk berteman dengan kita
lagi-lagi Ray terkekeh dan kembali membuat Axton tertegun
Ray DRiady
Jadi kau mengajakku berteman... karena keluarga kita setara?
Axton Garibaldi
Setidaknya akulah orang pertama yang mengajak mu bicara
Ray mulai tertarik padanya lalu mengulurkan tangan pada Axton
Axton terdiam sejenak saat melihat tangan Ray
Axton Garibaldi
Tidak masalah
Axton pun menyambut tangan Ray dengan senang hati
itu adalah jabat tangan pertamanya bersama seorang teman
selama ini, Axton hanya menyembunyikan tangannya di balik saku celana
dia tidak pernah mau bersentuhan dengan orang lain sama sekali
Ray, adalah orang pertama yang membuatnya mengulurkan tangan
Axton Garibaldi
Untuk merayakan hari pertama mu di sekolah ini, dan merayakan awal pertemanan kita...
Axton Garibaldi
izinkan aku mentraktir mu, ayo ke caffe!
Ray DRiady
Bukannya ke kantin?
Axton mengibas-ngibaskan tangannya
Axton Garibaldi
Aku tidak suka tempat yang terlalu ramai
Axton Garibaldi
Aku ingin makan siang dengan tenang, bagaimana denganmu?
Ray DRiady
Dimana pun tidak masalah bagiku, asal makanannya bersih
Axton Garibaldi
Bersih? Hahaha
Axton Garibaldi
Bukankah seharusnya kau bilang, sehat?
Axton Garibaldi
Bersih belum tentu sehat, tapi sehat pasti bersih
mereka pun meninggalkan kelas dan berjalan bersama menuju caffetaria yang masih berada di dalam area sekolah
Ray dan Axton sedang bercanda di dalam kelas saat jam kosong
kebetulan itu adalah sesi jam istirahat kelas Rakha
dia pergi ke kantin bersama teman-temannya dan melewati kelas mereka
tiba-tiba perhatian Rakha tertuju pada orang yang duduk di sebelah Axton itu
Rakha Harisdarma
Loh... bukankah itu...!
rasanya percaya tak percaya
melihat wajah orang yang selama ini datang ke mimpinya secara langsung, membuat Rakha terpaku di tempat
dia terus memerhatikan wajah Ray, matanya, hidungnya, senyumnya
Rakha Harisdarma
*Siapa orang itu?*
Rakha Harisdarma
T-Tunggu!
Rakha pun memilih pergi dan menyimpan rasa penasarannya untuk nanti
sekilas Ray melihat orang yang dari tadi memerhatikannya
Axton pun menoleh ke belakang
Ray DRiady
Entahlah... rasanya tadi ada seseorang yang berdiri lama di situ
Axton Garibaldi
Omong-omong...
Axton Garibaldi
Apa kau sudah tau, kalau sekolah kita mewajibkan setiap murid untuk mengikuti eskul?
Ray DRiady
Ya... aku sempat membacanya di artikel, jadi itu benar?
Axton pun mengangguk mengiyakan
Ray DRiady
Kau sendiri, sudah masuk eskul apa saja?
Axton Garibaldi
Aku masuk dua eskul olahraga, ice skating dan taekwondo...
Ray DRiady
Taekwondo?
Waah keren~
Axton Garibaldi
Lalu club matematika dan sains
Ray DRiady
Bagaimana kau bisa membagi waktu?
Axton Garibaldi
Tentu saja, jadwal kelasnya kan tidak ada yang sama
Axton Garibaldi
Apa kau tertarik masuk eskul yang sama dengan ku?
Ray DRiady
Entahlah... nanti kupikirkan lagi
Ray jadi penasaran dengan kelas Taekwondo yang diceritakan Axton
saat giliran kelasnya istirahat, Ray menyempatkan diri pergi ke Gymnasium sendirian
kebetulan di sana ada club Taekwondo yang sedang latihan untuk mempersiapkan turnamen minggu depan
Ray DRiady
Loh, Axton tidak ikut ya?!
Ray pun memerhatikan mereka latihan dengan mata berbinar-binar
dia tak berhenti berdecak kagum dan bertepuk tangan untuk menyemangati mereka
hingga seseorang mulai menyadari kehadirannya itu di bangku penonton
Genta Winata
Loh... siapa dia?
Genta merasa bahwa anak itu tertarik dengan club Taekwondo mereka
dia berniat untuk mengajaknya bergabung jika ada waktu
tiba-tiba terdengar suara bel tanda jam istirahat kelas Ray berakhir
dia pun bergegas meninggalkan Gymnasium
Axton Garibaldi
Kau darimana saja, Ray?
Axton berdiri di depan finding mesin minuman yang tak jauh dari kelasnya
Jawab Ray santai, lalu menempelkan kartunya di mesin minuman itu
dia mulai memencet satu tombol dan tak lama sebuah minuman kaleng bersoda meluncur ke bawah
dia membawanya, membuka kalengnya dan mulai meneguknya serakah
Axton Garibaldi
Haha... sepertinya kau harus sekali
Axton Garibaldi
Ayo ke kelas!
Axton merangkul pundaknya
ketika mereka hendak pergi ke kelas, seseorang datang dan berdiri di depan mesin kopi di samping mereka
keduanya hampir menabrak orang itu karena datang tiba-tiba
Alen Djauhari
Huh, akhirnya istirahat juga...
orang itu mulai memecat tombol kopi dan air panas pun keluar mengisi sebuah gelas kertas di bawahnya
entah kenapa, rasanya Ray sangat terganggu dengan orang yang baru saja datang itu
lalu dengan sengaja, Ray pun menyenggolnya hingga membuatnya menabrak mesin kopi
orang itu meringis kesakitan, karena gelas kopinya terjatuh dan mengenai kakinya
bukan hanya itu, tangannya juga tersiram air panas yang masih mengalir dari mesin
Ray DRiady
Maaf, apa kau baik-baik saja?
mesin pun berhenti saat kopi sudah siap untuk diaduk
Alen Djauhari
Ah tanganku...
tangannya mulai memerah dan terlihat sangat sakit
entah kenapa Ray merasa puas saat melihatnya
Ray DRiady
Ya ampun, aku benar-benar minta maaf
dia menutup mulutnya dan berpura-pura merasa kaget
Ray DRiady
Ayo ke UKS, aku akan mengantarmu
namun saat hendak pergi, Axton menarik Ray
Axton Garibaldi
Sebentar lagi guru akan masuk ke kelas kita
Axton Garibaldi
Guru fisika kita terkenal killer, apa kau yakin mau bolos?
Ray DRiady
A-Aku ijin sebentar saja
orang yang bernama Alen itu memerhatikan nametag mereka yang tersemat di seragam masing-masing
dia lalu menelan ludahnya sendiri
Alen Djauhari
T-Tidak apa-apa, aku bisa pergi sendiri
dia mengangguk sambil merinding memegangi tangannya
Axton Garibaldi
Sebaiknya kau segera pergi, tanganmu mulai melepuh tuh
Alen Djauhari
I-Iya... aku akan segera pergi
Alen Djauhari
Omong-omong... namaku Alen
Ray DRiady
Baiklah Alen, kalau kau perlu ke rumah sakit cari aku ya
saat hendak memperkenalkan diri, Axton buru-buru menarik Ray dan berlari menuju kelas mereka
Axton Garibaldi
Tidak perlu, ayo cepat masuk!
Axton yakin bahwa Alen tidak buta dan bisa melihat nama mereka dengan jelas
untuk itu dia merasa Ray tidak perlu memperkenalkan diri pada orang lain
sampai di dalam kelas dan mulai belajar, Ray sendiri terus tersenyum mengingat kejadian tadi
perasaan yang sama seperti saat melihat kembang api yang meletus di udara
Axton memerhatikannya di tengah-tengah soal fisika yang harus mereka kerjakan
Axton Garibaldi
Kau baik-baik saja?
Ray DRiady
Rasanya... menyenangkan
dia tersenyum lebar tanpa beban
Axton Garibaldi
*Hebat... dia bisa mengerjakan soal serumit ini?*
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!