NovelToon NovelToon

Jungkir Balik Dunia Sisi

1. Posesif

Pagi itu seperti biasa gadis yang kerap dipanggil Sisi sedang dibangunkan oleh pembantunya karena jam sudah menunjukkan pukul 05.00. Waktunya Sisi bergegas ke kamar mandi dan bersiap untuk berangkat sekolah. Sayangnya, pembantu yang kerap dipanggil bibi Sulis itu tidak berhasil membangunkan Sisi. Ini tidak hanya sekali dua kali Sisi sulit dibangunkan. Seperti biasa orang tua Sisi menyuruh bibi Sulis membangunkannya dengan cara menyiramkan sedikit air agar cepat bangun. Tapi bibi Sulis jarang sekali melakukannya karena merasa kasihan kepada Sisi. Sisi sudah dianggap seperti anaknya sendiri. Setiap kali bibi Sulis tak berhasil membangunkan Sisi, ia kembali ke dapur untuk menyiapkan makanan. Akibatnya Sisi sering kali terlambat masuk sekolah karena bangun kesiangan.

🎶🎶🎶🎶

Terdengar suara nyanyian dari band Sindentosca berjudul kepompong yang menjadi suara alarm handphone milik Sisi. Sisi langsung bangkit dari kasurnya menuju kamar mandi. Dilihatnya jam sudah menunjukkan pukul 06.00. Sisi cukup lumayan lama kalau sedang mandi.

"Sial, kenapa bibi nggak bangunin aku sih. Aku jadi telat lagi, kan?!" gumam Sisi di dalam kamar mandi.

Selesai mandi Sisi segera bersiap-siap berangkat sekolah. Waktu sudah tidak mencukupi lagi. Belum lagi selama perjalanan menuju sekolah ada kemacetan dan lain sebagainya. Bibi Sulis berteriak mengingatkan Sisi untuk sarapan sebentar walau hanya sekedar makan roti bakar untuk mengganjal perut. Sisi tidak menggubrisnya, ia langsung saja naik mobil dan berangkat ke sekolah.

Di Sekolah

Tidak semua siswa SMA bisa bersekolah di sekolah elit ini. Yang mampu bersekolah di sini hanya anak orang berduit, konglomerat, artis, pejabat dll. Sisi anak yang beruntung, tidak hanya cantik dia juga memang terlahir menjadi anak orang kaya. Namun kelakuan Sisi sangatlah buruk. Tak heran banyak siswa yang takut padanya termasuk para guru di sini.

"Atduh, aku sudah telat nih. Aku pasti tidak boleh masuk!" ucap Sisi kesal dan menutup pintu mobil secara kasar. Sementara pak sopirnya hanya menggeleng-geleng saja melihat kelakuan Sisi.

Jam sudah menunjukkan pukul 06.55, Sisi berlari-lari menuju kelasnya sebelum Ibu guru datang. Sangking terburu-burunya tiba-tiba tidak sengaja Sisi menabrak lelaki muda. Dia memakai seragam yang sama. Rambutnya lurus dengan potongan yang bagus. Namun cara berpakaiannya seperti anak culun. Di tambah lagi dia mengenakan kacamata. Sisi belum pernah melihatnya di sekolah ini. Baru pertama kali ini dia melihatnya.

"Kalau jalan pakai mata dong! Jadi jatuh kan jadinya. Kamu bisa berdiri sendiri, kan! Aku buru-buru soalnya bye!" ucap Sisi.

Lelaki berkacamata itu hanya diam saja lalu berdiri.

Sampai di kelas, akhirnya Sisi bisa masuk sebelum Ibu guru datang. Seperti biasa penampilan Sisi selalu membuat siswa lainnya terpesona akan kecantikannya. Padahal dia sama sekali tidak memakai riasan.

"Kenapa kamu selalu datang terlambat!" bisik Adimas cowok tertampan di sekolah yang saat ini sedang berpacaran dengan Sisi.

"Mau bagaimana lagi, aku paling nggak bisa bangun lebih awal! Coba kamu jemput aku dong," gerutu Sisi.

"Dijemput pun kamu tetep aja bangun kesiangan, ujung-ujungnya kita berdua terlambat!" sahut Adimas makin kesal.

"Huh ya udah deh sayang, jangan cemberut gitu ah. Nanti gantengnya ilang loh," ucap Sisi manja memeluk lengan Adimas tanpa ia sadar Ibu Guru sudah memasuki ruangannya.

"Sisi, lepasin ada ibu guru!"

"Huh!" Dengan malas Sisi langsung melepaskan.

"Semuanya ibu minta perhatiannya. Hari ini kita kedatangan murid baru. Siswa pindahan dari luar negeri. Namanya Simon. Ibu harap kalian bisa akrab dengannya dan berteman baik dengannya."

"Simon, kamu bisa duduk di tempat duduk yang kosong sekarang ya," ucap ibu Guru.

Sisi menahan tawa setelah tau nama murid baru tersebut. Sedangkan Adimas sedikit tidak suka dengan sikapnya yang suka menertawakan orang.

"Kamu bisa tidak sih, nggak seperti itu?!"

"What's emangnya kenapa?!"

"Aku nggak suka tau!"

"Kamu cemburu aku menertawakan anak itu?!"

"Hah?! Yang benar saja kamu bisa berpikir begitu."

"Aku tertawa karena namanya sama dengan kucingku."

"Apa?!"

"Hheee,"

Simon duduk di bangku paling belakang pojok sendiri dekat tembok. Ia duduk sendirian. Tak ada satu pun orang yang mengajaknya berbicara. Bahkan mengajaknya untuk makan siang bersama di kantin. Untuk Simon sendiri, dia tidak peduli akan hal itu justru dia sangat senang. Bila tak ada satu orang pun yang mengganggunya. Simon lebih suka menyendiri. Jam istirahat ia gunakan untuk pergi ke perpustakaan setelah makan jika masih ada waktu. Simon suka membaca buku. Apalagi buku tentang Pengetahuan alam dan umum.

Berbeda dengan Sisi dan gengnya. Dia suka sekali menganggu siswa yang terlihat lemah. Apalagi siswa yang diam-diam menyukai kekasihnya. Tak segan-segan Sisi langsung menghukumnya.

"Hei, kamu! Aku sudah mengingatkan kamu untuk tidak dekat-dekat dengan Adimas! Kenapa kamu masih saja diam mendekatinya?!"

"Eh nggak kok, mana berani aku. Aku hanya melihatnya dari belakang!"

"Itu sama saja bodoh! Sekali lagi kamu berani menggodanya, coba saja! Rambut yang indah dan halus ini (Membelai) akan menjadi rambut rasa cola yang kamu minum ini!"

(Mengangguk) "Iya, saya tidak akan lagi mengagumi Adimas."

Wa ... wahhh ... wah

Beberapa orang berbisik tentang Sisi di kantin. Mereka tak berani menatap Sisi kecuali Adimas kekasihnya. Dan juga beberapa pria yang menyukainya.

"Kamu sampai kapan akan seperti ini terus?!" kata Adimas sambil minum sebotol air mineral.

"Kenapa kamu tak suka?!" jawab Sisi melotot.

"Bukan begitu, kamu sangat berlebihan. Kamu terlihat sangat posesif!"

"Jika kamu tidak memiliki wajah yang tampan dan sikap ramah pada semua orang aku tidak akan begini!"

"Kau takut sekali aku akan diambil oleh wanita lain?!"

"Apa?! Kenapa kau bilang begitu?! Jika aku tidak memiliki rasa takut, itu artinya aku tidak menyukaimu!"

"Hah?! Kau tidak percaya denganku?!"

"Apa?! Bukannya aku tidak percaya! Banyak perempuan gatel sama kamu. Dan kamu cukup meresponnya?! Bagaimana aku tidak muak dengan sikapmu itu?!"

"Aku hanya membangun citraku, agar tak terkesan dingin dan tidak baik!"

"Oh begitu, lalu bagaimana dengan tanggapan wanita lainnya dengan responmu? Bisa-bisa mereka salah paham tau!"

Sisi dan Adimas berdebat di meja makan. Beberapa teman yang satu geng dengannya hanya diam dan berpura-pura tidak mendengarkan. Sudah biasa mereka mendengar Sisi beradu argument dengan Adimas. Apalagi dengan temperamen Sisi yang seperti itu sudah jelas Adimas kalah.

"Baiklah, awas saja jika kamu berkhianat padaku Adimas. Aku akan bunuh kamu dan gadis siapa pun itu yang menjadi kekasihmu selain aku."

"Sisi, cukup kenapa kamu selalu berpikiran sempit seperti itu sih?! Cobalah untuk percaya padaku sedikit saja!"

"Percaya?! Dengan sikapmu yang ramah seperti itu? Aku tidak yakin!"

"Baiklah."

Tanpa berpikir panjang, Adimas langsung mengecup bibir seksi milik Sisi. Di tengah-tengah kerumunan di kantin, semua mata melihat. Beberapa wanita yang menjadi penggemar Adimas berteriak histeris. Tak menyangka pujaan hati mereka bisa melakukan skinship di depan umum. Kata mereka itu romantis bagai di film-film Korea.

"Adimas ...."

"Sekarang kamu percaya, kan?"

"Iya," jawab Sisi lemas.

***

Hai, saya penulis pemula. Mohon bantuannya ya, like dan komen disini untuk memberikan masukan, pendapat kalian dll ☺️

2. Ini Ciuman Pertamaku

"Sisi, mukamu merah sekali," kata Adimas pelan usai menciumnya.

"Sttttt, jangan bicarakan itu. Sepertinya aku harus pergi dari sini."

"Eh tunggu makanannya, kamu belum menghabiskannya!"

"Sayang, aku sudah kenyang karena asupan darimu tadi."

Blushhh muka Adimas langsung memerah. Anak-anak banyak yang membicarakan hubungan Sisi dan Adimas. Mereka berpikir bahwa Sisi dan Adimas nggak akan pernah bisa dilepaskan. Sisi segera meninggalkan kantin dan dibuntuti oleh Adimas dibelakangnya. Suasana menjadi canggung saat detak jantung Sisi berdegup kencang. Mungkin ini baru pertama kali baginya.

'Bagaimana bisa Adimas menciumku di depan banyak orang?! Di kantin juga?! Tak adakah tempat yang lebih sepi dan romantis gitu. Contohnya di UKS atau di ruang perpustakaan?! Kan, itu lebih baik daripada di kantin yang ditonton banyak orang! Btw, ini baru pertama kalinya aku merasakannya. Ciuman pertamaku jatuh dengan orang yang aku sukai. Lelaki tertampan dan populer di sekolah ini. Aku tak menyangka! Tidak sombong sih. Kita memang pasangan terpopuler di sekolah ini.'

"Sisi, bisakah kamu jalan sedikit pelan?!"

"Aku malu...."

"Hah, kamu malu? Kenapa?"

"Karena kamu orang pertama yang menciumku di depan banyak orang lagi!"

"Apa?! Aku yang pertama. Aku sungguh senang mendengarnya. (Mendekat) Ternyata kamu juga punya sisi yang imut juga," goda Adimas membuat wajah Sisi semakin memerah.

"Aku serius," ucap Sisi imut seperti kucing betina yang hendak di mangsa kucing jantan. Adimas mendekat dan langsung memeluknya dengan erat. Entah dia gemas atau bahagia. Jelas dua-duanya sekarang Adimas sangat senang. Setidaknya Adimas tidak melihat wajah jutekdan dinginnya yang hampir setiap hari tak pernah tersenyum.

Sisi dan Adimas memasuki kelas. Jam istirahat sudah selesai. Begitu juga dengan si Culun yang baru saja masuk usai dari ruang perpustakaan. Sisi melihat ke arahnya yang duduk sendirian, diam dan tak bersuara. Seorang independen seperti dia memang bisa berdiri sendiri dan mandiri tanpa bantuan dari orang lain Sisi berpikir seperti itu. Jam pelajaran sudah selesai. Semua siswa berhamburan keluar kelas. Hari ini Sisi pulang bersama Adimas. Tak lupa Sisi menghubungi orang rumah yang menjemputnya setiap hari.

"Mau bersenang-senang sepulang sekolah?!" ajak Adimas kepada Sisi.

"Bersenang-senang kemana?"

"Jalan-jalan?"

"Berdua atau sama yang lainnya (Teman-teman)?"

"Sama teman-teman?"

"Hah kupikir hanya berdua, baiklah boleh juga!"

"Wah kita diajak?" sahut teman-teman Sisi.

"Iya, inget kalian jangan minta hal-hal yang macam-macam! Mengerti!" ucap Adimas.

"Oke."

Teman-teman Sisi merasa sangat senang apabila di ajak jalan-jalan bersama Adimas. Siapa yang tidak senang melihat tontonan bagus yaitu pria tampan dari jarak dekat. Mereka tidak hanya sekedar mengagumi diam-diam di belakang Sisi. Melainkan salah satu dari mereka sudah punya keinginan untuk mengenal dan menjadi lebih dekat dengannya. Gila, seberani itukah dengan Sisi?

Sisi yang cantik jelita namun sikap arogannya ternyata banyak sekali diluar maupun di dalam orang tak banyak menyukainya. Karena sikap angkuhnya dan sok mentang-mentangnya membuat orang merasa geram padanya. Walau mereka itu harus menahan diri mengekspresikannya. Andai Sisi tidak memiliki latar belakang yang bagus serta misterius mungkin mereka tidak akan takut dengan ancaman Sisi yang dibuatnya.

Sisi tidak hanya angkuh dan sombong tetapi Sisi juga terkenal dengan orang yang suka menindas orang jika ada yang mencoba menghalangi dan mengganggunya. Sisi juga memiliki sahabat bernama Natalie. Natalie gadis yang tak kalah cantiknya dengan Sisi. Orang menilainya dia urutan nomor dua tercantik di sekolah setelah Sisi. Dia dikenal gadis yang baik hati. Setiap Sisi membuat masalah, Natalie datang untuk membantu membereskannya.

Selain Natalie, teman lain atau sahabat Sisi yang satu geng dengannya adalah Dion. Dion lelaki tampan nomor dua setelah Adimas. Dion anak seorang dokter bedah di rumah sakit umum dan elit di Jakarta. Mereka semua adalah teman Sisi yang juga populer di sekolah dan dikagumi banyak siswa.

Di gerbang sekolah Adimas mengeluarkan mobil kesayangannya yang setiap hari menemaninya untuk menjemput Sisi. Begitu juga dengan Dion yang selalu berangkat sekolah bersama Natalie karena rumah mereka berdua yang berdekatan. Sementara Sisi dan Natalie sedang menunggu di depan sekolah sambil memainkan handphone di genggamannya. Tak lama kemudian terdengar suara jeritan minta tolong seorang lelaki. Berkali-kali suara jeritan itu menggema di telinga Sisi begitu dengan telinga Natalie. Karena merasa terganggu dan rasa penasaran itu muncul, Sisi dan Natalie bergerak mencari dimana suara jeritan itu berasal. Setelah di telusuri ditemukan suara jeritan itu berasal. Ternyata berada di taman bermain yang letaknya tak jauh dari sekolah. Letaknya berada di depan sekolah. Sisi dan Natalie menyeberang menuju lokasi tersebut. Beberapa siswa lainnya juga berlari seakan-akan mereka juga menuju kearah yang sama. Sesampainya di sana, ternyata terjadi perilaku penyimpangan sosial. Dimana pembullyan itu masih terus berlanjut. Sayangnya anak-anak nakal yang melakukan pembullyan tersebut rupanya berasal dari sekolah elit yang sama dengan Sisi. Mereka adalah senior dan junior.

Sisi dan Natalie terkejut melihatnya. Apalagi melihat anak-anak nakal itu dalam keadaan babak belur. Sementara orang yang dikenal culun dan pendiam itu berdiri di tengah-tengah mereka. Seolah itu semua adalah perbuatannya. Bagaimana bisa anak culun itu di sini dan menghajar mereka semua? pikir Sisi dan Natalie saling memandang satu sama lain seakan berbicara lewat isyarat. Si Culun bernama Simon melihat ke arah Sisi lalu berjalan meninggalkan anak-anak nakal itu membelakangi punggungnya. Sisi hendak ingin mengejarnya namun tiba-tiba terdengar suara teriakan Adimas memanggilnya.

"Sisi, kamu mau kemana? Sebentar lagi Adimas dan Dion datang!" teriak Natalie.

"SISIII... SISI... teriak Adimas memanggil dari jauh sambil berlarian menghampiri Sisi. Sisi pun berhenti dan tak jadi mengejar Simon.

"Ku dengar terjadi sesuatu di sini, kamu baik-baik saja?!"

"Aku baik-baik saja. Aku hanya menonton," jawabnya santai. Lalu Adimas memeluknya.

"Ah lagi-lagi kalian membuatku iri saja!" kata Natalie dengan wajah tak sukanya melihat sikap Adimas yang begitu perhatian dan romantis katanya membuat Natalie harus kuat melihat drama mereka berdua.

"Kalau iri ya kamu pacaran juga sana sama Dion!" ejek Adimas senyum jahat.

"Idih aku sama Dion?! Ogah!"

"Dih, siapa juga yang mau sama kamu. Aku juga ogah!" balas Dion tidak terima.

"Sisi, ku dengar selama ini kamu tak pernah berciuman ya? Apakah kejadian tadi adalah ciuman pertamamu?!" tanya Dion kepada Sisi yang masih dipeluk Adimas. Muka Sisi langsung memerah seketika dia langsung salah tingkah. Tak tahu bahwa pertanyaan tersebut haruskah dia jawab? Mengenai kejadian tadi itu memang fakta. Dan sempat mengungkapkan secara langsung kepada Adimas.

"Apaan sih! (Melepaskan pelukan Adimas) Katanya mau jalan-jalan? Yuk, ah jalan-jalan!" jawab Sisi tak mau membahasnya. Sementara Natalie hanya diam saja sambil bergumam, ciuman pertama Sisi?! Lalu memperhatikan sikap Sisi yang salah tingkah.

***

Jangan lupa like, komen, dan vote ya.

3. Mampir ke Toko Buku

"Ahh sudah lama sekali aku nggak ke sini. Adimas tau aja tempat yang di sukai para cewek-cewek!" ucap Natalie sambil menunjuk patung yang memakai gaun bewarna hitam selutut.

"Lihat itu, cantiknya ... aku ingin beli itu! Ayo ahh ke sana!" kata Natalie langsung menyeret Sisi menuju toko baju. Sisi sebenarnya enggan sekali beli baju dan melihat-lihat baju di mall. Dia lebih suka ke toko buku dan membaca buku sepuasnya di sana. Sudah sejak kecil Sisi hobinya membaca buku novel dan komik. Sampai-sampai di rumahnya dipenuhi dengan buku novel dan komik.

Natalie mencoba gaun yang dipakai patung tersebut. Setelah mencobanya Natalie menunjukkan kepada Sisi dan temannya. Gaun tersebut terlihat sangat cocok dipakai Natalie, sampai banyak pelayan toko mengatakan, "Natalie kamu sangat cantik". Begitu juga dengan Adimas yang tiba-tiba terpaku melihat kecantikan Natalie. Namun tidak membuat Adimas mengalihkan pandangannya terhadap Sisi kekasihnya.

"Si, kamu nggak mau mencoba salah satu gaun di sini??"

"Ogah, aku dah banyak gaun di kamar!"

"Ah, kamu nggak seru deh! Pasti yang banyak di kamarmu novel sama komik. Aku ambil yang ini ya kak," ucap Natalie memasuki ruang ganti. Karena yang dikenakannya harus dibungkus.

"Baik kak."

"Kamu yakin nggak mau nyobain gaun?! Bagaimana kalau aku yang memilihkan gaun buat kamu?" tawar Adimas yang berharap melihat Sisi memakai gaun yang diinginkannya.

Sisi menatap lekat kedua mata kekasihnya itu yang tampak terlihat jelas menginginkan Sisi menuruti keinginannya. Padahal didalam hati Sisi males banget.

"Baiklah, tapi jangan lama-lama nanti aku bosan."

Akhirnya Adimas tersenyum merekah mendengar Sisi menyetujuinya. Adimas berjalan dan mengelilingi seisi toko gaun tersebut untuk memilih gaun mana yang cocok untuknya. Adimas ingin melihat Sisi mengenakan gaun yang sedikit terbuka. Entahlah bayangan apa yang sedang menghantui Adimas saat ini. Ia terus membayangkan Sisi mengenakan gaun yang diinginkannya.

Tak sampai 15 menit Adimas berkeliling toko, akhirnya ia menemukan gaun yang cocok untuk Sisi. Sebenarnya dalam penglihatan Adimas, Sisi cocok memakai apapun. Tapi kali ini Adimas ingin melihat Sisi tampil sedikit berbeda. Sedangkan Sisi menahan rasa kesal dan bosan karena harus mengikuti Adimas ke sana kemari.

"Sisi, ini dia! Ini sangat cocok sama kamu. Coba kamu cobain?"

"Bungkus aja, aku males ah nyobain kayak gituan!" ucap Sisi kemudian memperhatikan model gaun yang diberikan Adimas. Sisi mengerutkan kening dan sedikit kesal kepada Adimas.

"Apa ini! Gaun apa ini?! Aku nggak mau ahh pakai gaun ini!" ucap Sisi kesal dan langsung mengembalikannya kepada Adimas

"Tapi gaun ini bagus dan cocok sama kamu Sisi?!" terang Adimas penuh harap.

"Nggak mau ah pokoknya aku nggak mau titik! Gaun apaan tuh sama sekali aku nggak suka!"

Adimas sedikit manyun dan kecewa. Padahal dia berharap sekali saja bisa melihat Sisi memakai gaun seperti itu, meski tak harus dipakai saat berpesta.

"Adimas? Kalau Sisi nggak mau sama gaun itu, lebih baik berikan padaku saja!" kata Natalie tersenyum yang secara spontan membuat Adimas dan Sisi terkejut.

"Eh enak aja, Adimas ini beli buat aku mau kamu ambil nggak boleh!" ucap Sisi tiba-tiba merasa takut seketika.

"Bungkus!" ucap Sisi kepada Adimas yang tiba-tiba berubah pikiran.

"Nggak mau dicoba dulu?" kata Adimas dan Dion penuh harap.

"Apa sih kalian berdua ini! Kok pengen banget ya aku nyobain gaun itu. Lain kali aja deh, sekarang aku lagi males. Atau kalau ada acara pesta aku pakai!" terang Sisi melototi mereka berdua. Membuat mereka berdua merinding melihat ekspresi Sisi kalau sedang marah.

Jam sudah menunjukkan pukul jam 15.00. Setelah berkeliling dan membeli ini dan itu, mereka semua merasa lapar. Dan pada akhirnya mereka mengunjungi restoran kecil klasik dan cukup berkelas dimana restoran tersebut adalah tempat favorit anak-anak muda. Dan bisa dikunjungi dan dinikmati untuk kelas menengah ke bawah sampai kelas menengah ke atas. Tentunya ada tempat VIP bagi kalangan elite dan lebih privasi.

Ada berbagai macam menu di sana. Dari makanan ringan seperti dessert dan makanan berlemak juga berserat. Begitu juga dengan minumannya. Yang paling disukai anak-anak muda di sana adalah es teller yang nggak pelit sama sentuhan buah duriannya.

Sisi dan teman-temannya sangat menyukai es tellernya di sana. Mereka tak hanya memesan es teller saja tapi juga menu-menu ala Jepang seperti Sushi dan Jajangmyeon ala Korea.

"Hmmm ini enak banget ...." Ekspresi Sisi saat menikmati makanan kesukaannya sering kali membuat syok teman-temannya. Mereka melihatnya seakan di sini hanya dunia miliknya seorang dan tak ada seorang pun disekitarnya. Sehingga Sisi begitu cepat melahap semua makanannya tanpa melihat orang-orang disekitarnya. Begitu selesai menghabiskan makanannya barulah ia sadar betapa malunya Sisi tidak dapat mengontrol dirinya di hadapan semua temannya.

Bagi Natalie sama sekali tidak membuatnya terkejut. Dia sudah terbiasa melihat Sisi seperti itu. Karena hanya Natalie yang paling dekat dengan Sisi dari semua temannya di sekolah. Adimas cukup terkejut melihat sisi Sisi yang seperti ini. Untung saja ini adalah ruangan VIP. Jika di tempat umum, Adimas yang sebagai pacarnya pasti sangat malu melihat cara makannya Sisi. Ini baru pertama kali Adimas melihatnya.

"Kenapa kalian ngelihatnya kayak gitu?! Aku sudah selesai makannya."

"Cepat sekali Sisi, kamu hebat!" kata Dion memuji supaya tidak kena semprot sama Sisi. Dion juga sudah terbiasa dengan cara makannya Sisi seperti orang nggak pernah makan. Yang buat Dion ragu, bagaimana dengan ekspresi Adimas betapa terkejutnya dia Sisi seperti itu. Padahal selama dengannya Sisi makan dengan baik, sopan dan anggun. Untuk hari ini, seperti bukan Sisi. Sisi terlihat seperti belum makan selama beberapa hari.

"Eh Sisi, kamu makan yang benar dong! Sampai belepotan gitu di bibir!" celetuk Natalie sengaja dengan senyum jahatnya.

"Sialan! jawab Sisi dengan tatapan tajam pada Natalie dan segera mengambil kaca di dalam tas sekolahnya untuk melihatnya.

Saat Sisi melihatnya segera ia meraih tisu yang ada di meja, namun tiba-tiba tanpa Dion sadari siapa yang berada disampingnya. Dion tanpa berpikir dan melihat ke samping, ia langsung menyeka dan membersihkannya dengan tisu.

"Si, kamu biasa ya tiap makan makanan kesukaanmu selalu belepotan. Bikin repot aja tauk!" ucap Dion lalu tiba-tiba ia sadar siapa yang sedang memperhatikan dirinya dengan tajam sekarang.

"Sayang pulang yuk! Aku bosan nih!" ajak Sisi dengan manja.

"Kok cepat banget sih bosannya?! Teman-temanmu masih ada yang belum selesai tuh makannya. Mereka terlihat masih ingin berlama-lama di sini.

"Masalahnya aku nggak mau lama-lama di sini. Soalnya aku masih ada urusan yang lain! Kalau mereka berdua belum selesai ya udahlah tinggalin aja mereka berdua di sini. Sebagai gantinya makanan yang kalian pesan aku yang bayar!"

"Kamu selalu saja seperti itu! Seenaknya sendiri dan hanya mementingkan diri kamu sendiri!"

"Apaan sih, emang apa masalahnya kalau aku pengen pulang duluan!"

"Lihat tuh, Adimas saja belum selesai makannya!" terang Natalie nggak mau kalah. Sedangkan Adimas hanya diam saja dan males banget berdebat hanya karena hal sepilih.

"Aku nggak apa-apa kok sayang. Mari kita pulang! Kalian berdua di sini nggak apa-apa, kan?"

"Yeah, aku nggak apa-apa nggak masalah kok dim," jawab Dion segera.

"Dasar egois!" kata Natalie kesal.

Sisi tak peduli dengan perkataan Natalie. Dia pergi begitu saja dan menggandeng pacarnya. Dalam perjalanan Adimas mengantar Sisi pulang, Adimas hanya diam saja. Tak mengeluarkan suara sama sekali sebelum Sisi memulai lebih dulu. Sisi pun menyadari sikap Adimas yang diam begini. Namun Sisi tidak peduli. Ini sudah sering terjadi, jadi sikap Sisi menanggapinya biasa saja.

Sisi biasa duduk melihat jalan lewat jendela kaca mobilnya sambil memainkan handphonenya. Tiba-tiba Sisi melihat Toko buku yang biasa dia datangi ternyata masih buka dan ramai pengunjung. Akhirnya Sisi meminta Adimas berhenti sebentar.

"Sayang, stop turunkan aku di sini!" teriak Sisi cukup keras membuat Adimas sedikit panik. Untung saja Adimas tidak langsung mendadak mengerem di tengah jalan.

"Kenapa sih kamu tiba-tiba begini, bikin aku jantungan nggak sih!" ucap Adimas sedikit kesal kepada Sisi. Karena hal seperti ini tidak terjadi sekali dua kali.

"Maaf sayang, di seberang sana ada toko buku yang biasa aku kunjungi. Ternyata sampai sekarang masih buka. Aku dah lama banget nggak ke sana. Turunkan aku di sini saja, kamu boleh pulang!"

(Adimas mengernyitkan keningnya)

"Aku pulang sama kamu, ya seharusnya aku temenin pacarku sampai rumah, kan?! Aku temenin kamu ke sana gimana?!"

"Kamu nggak apa-apa?!"

"Iya aku nggak apa-apa."

"Nggak keberatan?!"

"Aku sama sekali nggak keberatan kok sayang." Adimas mencubit pipi Sisi karena merasa gemas.

"Baiklah, kita jalan kaki saja ke sana. Biar nggak ribet."

Adimas dan Sisi bergandengan tangan menyeberang jalan. Jalanan begitu ramai kendaraan dan hari sudah semakin sore. Sisi dan Adimas memasuki toko buku tersebut dan langsung melihat-lihat buku novel dan komik. Jika ada yang menarik, tak segan-segan Sisi akan langsung mengambilnya dan membelinya.

***

Hallo para reader yang mungkin sudah menunggu lama kelanjutan cerita ini. Mohon maaf sebelumnya author sebelumnya mengalami kendala masalah kesehatan, jadi tidak sempat berfikir dan menulis saat itu. Maaf ya,

Dan ditunggu, like, vote, komen, dan hadiahnya biar makin semangat!

💋💋💋💋❤️

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!