Sehangat Salju Lukisan Mutiara
Episode 1
Goresan cahaya mulai menyelinap ke dalam bingkai masa lalu Mutiara
Dimana kuasnya mulai mengikuti arahan sosok yang sudah dikenalnya itu
Sosok yang Mutiara kagumi sejak lama
Mutiara
(fokus menggores kanvas)
Azra
Apakah kamu menyukainya?
Mutiara
Astaghfirullah, kenapa kamu asal menjawab nya
Mutiara
(berkata dalam hati)
Azra
Ternyata ilmu yang aku miliki tidak sia-sia
Azra
Bahkan kamu lebih baik dari lukisanku
Azra
(sekilas menatap Mutiara)
Mutiara
Kenapa perasaanku terus berdetak cepat?
Mutiara
(berkata dalam hati)
Azra
Jika suatu saat aku tidak disini lagi dan bersamamu
Azra
Apakah kamu akan tetap melukis?
Mutiara
Kenapa Kak Azra tiba-tiba bicara seperti itu?
Azra
Aku ingin tahu saja, jawaban kamu
Mutiara
Jika keadaan menyuruhku untuk tetap melukis, aku akan tetap melukis
Mutiara
Karena melukis adalah bakatku
Mutiara
(tersenyum menatap kanvas)
Mutiara
Kak Azra mau pergi jauh ya?
Mutiara
Soalnya pertanyaan Kakak seperti akan pergi dari kota ini
Azra
Jangan biarkan kilauan dihatimu redup, hanya karena satu kesedihan
Azra
Karena kesedihan itu hanya sementara
Azra
Aku tidak ingin air mata berhargamu itu jatuh untuk seseorang yang tidak memiliki arti apapun
Mutiara
Kakak nggak akan pindah-kan dari kota ini?
Azra
(menggelengkan kepala)
Azra
(mengarahkan kuas ke salah satu tanganku)
Mutiara
Tanganku jadi berwarna-kan
Azra
Pertanyaan yang sudah terjawab, tidak boleh dikatakan untuk kedua kalinya
Mutiara
Karena perkataan Kakak, aku jadi hampir lupa
Azra
Lain kali, jangan banyak tanya
Mutiara
(menatap punggung Azra yang mulai meredup)
Tepat di atas sajadah, tak terasa air mata sudah membasahi kedua pipi Mutiara
Dan membuatnya terbangun begitu saja
Mutiara
(menatap jam dinding)
Mutiara
Ternyata tadi itu mimpi
Ayah
Mau sampai kapan kamu terus-terusan membiarkan putrimu melakukan kegiatan tidak bermanfaat?
Ayah
Ada baiknya jika sejak awal aku suruh dia untuk pergi ke rumah Mamah
Ayah
Disana dia bisa membantu mengurus lahan perkebunan milik keluargaku
Mutiara
(berdiri dari balik pintu)
Ayah
Tidak ada kerjaan, hanya melukis nggak jelas
Ayah
Apa itu yang kamu inginkan dari putrimu?
Ibu
Jangan memaksa putri kita jika dia tidak menginginkannya
Ayah
Aku seperti ini untuk kebaikannya
Ibu
Bahkan mungkin tekanan yang dia alami selama ini
Ibu
Apa kamu tidak kasihan dengan putri semata wayang kita?
Ayah
Dia sekarang sudah dewasa dan dia harus bisa mencari hasil jerih payahnya sendiri
Ayah
Bukan terus bergantung pada kita sebagai orang tuanya
Ibu
Jika kamu terus menekannya, dia tidak akan pernah berkembang sampai kapan pun
Ayah
Dia harus sadar, seberapa keras dunia ini
Ayah
Apakah dia tidak malu dengan saudara-saudaranya yang sudah sukses?
Ayah
Mau sampai kapan dirinya terus mengurung di dalam balik kamarnya?
Mutiara
(melangkah mendekati Ayah)
Mutiara
Mutiara minta maaf
Mutiara
Sudah membuat Ayah dan Ibu kecewa berat
Ibu
Ibu bangga kok dengan Mutiara
Mutiara
Selama ini, Mutiara selalu menjadi tempat amarah kalian berdua
Mutiara
Dan Mutiara jauh berbeda dengan mereka semua di luar sana
Mutiara
Sekali lagi, Mutiara minta maaf
Ibu
Ibu selalu mendukung Mutiara
Ibu
Dimana pun dan kapan pun itu
Ibu
Sekarang kita sarapan dulu
Ayah
Jika lukisan dalam kamarmu tidak ada artinya, Ayah akan membuangnya
Ibu paruh baya
Nak, bisa membantu Ibu sebentar
Mutiara
Apa yang bisa saya bantu Bu?
Ibu paruh baya
Kebetulan Ibu lupa dengan alamat rumah
Ibu paruh baya
Dan sekarang Ibu sedang mencari rumah Ibu
Mutiara
Apakah nama daerahnya Ibu ingat?
Ibu paruh baya
(menggelengkan kepala)
Mutiara
Bagaimana kalau kita ke kantor polisi, mungkin bapak polisi bisa membantu menemukan alamat rumah Ibu?
Ibu paruh baya itu terus menatap Mutiara tanpa henti
Hingga sebuah kalimat terlontar darinya ...
Ibu paruh baya
Ibu beruntung meminta bantuan kepada seseorang yang tepat
Mutiara
Hanya kebetulan saja Bu, saya juga sedang ada di taman itu
Ibu paruh baya
Jika cucu Ibu bertemu dengan seseorang seperti kamu, pasti dia juga sangat beruntung
Ibu paruh baya
(tersenyum)
Ibu paruh baya
Sudah lama cucu Ibu sibuk dengan pekerjaannya, tanpa memikirkan bagaimana untuk jatuh cinta dengan seseorang
Ibu paruh baya
Ibu berharap suatu saat dia menemukan pendamping sepertimu
Ibu paruh baya
(tersenyum)
Mutiara
Mutiara harap impian Ibu tercapai
Sopir
Ibu nyonya kemana saja?
Ibu paruh baya
Tadi saya nyasar dan lupa alamat rumah
Sopir
Lain kali ponsel jangan sampai ketinggalan lagi, Ibu nyonya
Ibu paruh baya
Itu juga saya lupa
Mutiara
(menatap sekilas dengan saksama)
Ibu paruh baya
Nak Mutiara
Ibu paruh baya
Ibu antar sekalian pulang ya
Mutiara
Kebetulan rumah saya juga dekat daerah sini
Ibu paruh baya
Ibu pamit pulang dulu ya
Ibu paruh baya
Jaga diri baik-baik
Ibu paruh baya
(menepuk pelan salah satu lenganku)
Sopir
Sekali lagi terima kasih sudah mengantar Ibu kemari
Mutiara
(menatapnya yang bersembunyi di balik kaca)
???
Boleh nggak, Azra main ke rumah Kakak dulu?
???
Kenapa Kakak terkejut?
Mutiara
Nama kamu sama dengan nama teman Kakak
Mutiara
Kedua orang tua kamu dimana?
Mutiara
Terus kamu sendiri, sedang apa disini?
???
Langitnya biru ya Kak?
Mutiara
(ikut menatap langit)
???
Aku bisa bersembunyi dari seseorang, tapi aku tidak bisa bersembunyi dari langit
Mutiara
Apakah ada yang mengejarmu?
???
Jika dia menemukanku, aku akan dibawa ke tempat bimbingan belajar
Mutiara
Berarti kamu sudah sekolah
???
Apakah Kakak pernah merasakan belajar hanya ada lima orang dalam kelas itu?
Mutiara
(menggelengkan kepala)
???
Nah, aku ingin seperti anak-anak yang lain Kak
???
Belajar di sekolah umum
Mutiara
Kamu bisa bilang kok kepada kedua orang tua kamu
???
Mereka terus mengatakan jika aku adalah anak yang istimewa
???
Padahal aku biasa-biasa saja
Mutiara
Kalau Kakak boleh tahu
???
Kebetulan dari dulu aku suka menggambar
Askara
Ternyata kamu disini dari tadi?
???
(menggenggam erat salah satu tanganku)
Askara
Kamu tahu-kan sekarang jam berapa?
Askara
Dan Kakak juga harus ke kantor
Askara
Azra kali ini saja, nurut ya dengan Kak Aska
???
(menggelengkan kepala)
Askara
Hari ini Kakak ada rapat penting
Mutiara
Sebaiknya biarkan Azra memilih
Mutiara
Apa yang dirinya inginkan
Askara
Kenapa begitu dekat dengan keponakan saya?
Askara
(menatap genggaman tangan Azra)
Askara
Dan setahu saya, keponakan saya tidak memiliki kedekatan dengan selain anggota keluarga
???
Nggak seperti kak Askara
Askara
Kali ini Kakak akan mengikuti keinginan Azra
???
Azra ingin, Kakak baik ini ikut dengan kita
Episode 2
Karyawan
Lho, bukankah hari ini Pak Askara libur?
Askara
Kebetulan ada rapat penting yang harus saya tangani hari ini
Karyawan
(menatap ke arahku)
Karyawati 1
Siapa perempuan yang bersama Pak Askara?
Karyawati 2
Aku juga tidak tahu
Azra
Ayo Kak kita ke ruangan Kak Aska
Azra
(menarik salah satu tanganku)
Azra
Kak Askara itu selalu tidur di kantor Kak
Azra
(menganggukkan kepala)
Azra
Bahkan dia jarang pulang ke rumah
Azra
Pekerjaan nomer satu untuknya
Mutiara
Kenapa kamu tidak panggil dia dengan sebutan "paman atau om"?
Azra
Dia tidak ingin aku panggil paman atau om, Kak
Azra
Itu adalah foto anggota keluarga kami
Azra
(menunjuk ke salah satu bagian dinding)
Mutiara
Tadi pagi Kakak habis menolongnya
Azra
Beliau adalah eyang buyut Azra
Azra
Pasti Eyang lupa membawa ponselnya
Azra
Terima kasih ya Kak, sudah membantu Eyang
Azra
(menunjuk ke arah lukisan)
Azra
Itu adalah lukisan kesukaan Kak Askara
Azra
(menggelengkan kepala)
Azra
Kebetulan lukisan itu adalah salah satu karya dari seniman perusahaan Kak Aska
Azra
Tapi saat pelukis itu ingin menjualnya, Kak Aska melarangnya
Azra
Dan menyimpan lukisannya di ruangan ini
Mutiara
(melangkah mendekat ke arah lukisan itu)
Azra
Kenapa Kakak menangis?
Mutiara
Air matanya aja yang kagum dengan lukisannya
Azra
Sebenarnya Kak Askara itu-
Askara
Sedang apa kalian disini?
Azra
Azra sedang memperkenalkan ruangan Kak Askara
Askara
Lain kali izin dulu dengan pemiliknya
Azra
Lagian Azra juga sudah sering kemari
Askara
(menatap ke arahku)
Askara
Sebaiknya kamu pulang saja
Askara
Kebetulan rapat saya juga sudah selesai
Mutiara
Azra, Kakak pamit pulang dulu ya
Azra
Kenapa kita nggak antar Kakak ini pulang?
Askara
Tidak semua orang bisa kita bantu bahkan mengatarkannya pulang
Azra
Kakak ini sudah menolong Eyang tadi pagi
Askara
(menatap ke arahku)
Askara
Apakah benar yang dikatakan Azra?
Askara
Terima kasih sekali lagi
Azra
Kita antar Kakak ini pulang ya, Kak Askara
Ayah
(menatap ke arah Askara)
Askara
Assalamu'alaikum Om
Askara
Kebetulan saya adalah cucu dari Eyang yang sudah putri Om bantu
Askara
Karena riwayat penyakit Eyang saya, beliau lupa alamat rumah kami
Askara
Dan putri Om yang membantunya
Ayah
(menatap ke arah Askara)
Mutiara
(menggores kuas ke dalam kanvas)
Mutiara
Kenapa lukisan di ruangan itu, terkesan dingin seperti lukisan Kak Azra
Ayah
Lain kali jangan ajak seorang lelaki ke rumah
Mutiara
Mutiara minta maaf, karena sikap Mutiara selama ini membuat Ayah marah
Mutiara
Kenapa aku mimpi Kak Azra lagi?
Mutiara
(berkata dalam hati)
Ibu
Dari tadi Ibu terus mendengar suara kamu memanggil Azra
Ibu
Kamu baik-baik saja-kan, sayang?
Mutiara
Mutiara baik-baik saja kok
Mutiara
Apakah Mutiara boleh ke makam Kak Azra?
Askara
(terkejut menatapku)
Mutiara
Kamu sedang apa disini?
Askara
Kamu sendiri sedang apa disini?
Mutiara
Aku sedang mengunjungi makam seseorang
Mutiara
Apakah kamu mengenalnya?
Mutiara
Azra Erland Pratama
Askara
Kebetulan dia adalah rekan terbaik Kakakku
Askara
Dan dulu dia bekerja sama dengan perusahaan kami
Askara
Sejak kepergiannya, perusahaan kami terus mengalami penurunan
Askara
Karena sekarang jasanya hanya menjadi kenangan
Askara
Hanya lukisannya yang sudah tertata rapi dalam galeri impiannya itu
Askara
Dan saat pembukaan galeri pertamanya itu, sebuah pernyataan terlontar kepada kami
Askara
Bahwa dirinya harus pergi ke negeri gingseng untuk pengobatannya disana
Askara
Lama tak mendengar kabar darinya
Askara
Kedua orang tuanya mengatakan berita duka kepada perusahaan kami
Askara
Namanya melekat kepada keponakan saya
Askara
Dirinya juga sedang berjuang sama seperti Azra Erland Pratama
Askara
Anak sekecil dia sudah memiliki riwayat penyakit berat seperti Azra
Mutiara
Kenapa Kakak kamu meletakkan nama Azra kepadanya?
Askara
Dia ingin impiannya kelak sukses seperti Azra
Mutiara
Ternyata di luar sana Kak Azra memliki orang-orang yang tulus menyayanginya
Mutiara
Bahkan hingga kepergiannya tak pernah menyisakan luka sedikit pun untuk semua orang di sekitarnya
Mutiara
(menggenggam erat sebuket bunga)
Mutiara
Merupakan bunga terakhir pemberiannya
Askara
Apakah kamu mencintainya?
Mutiara
Aku hanya mengangguminya tanpa berani untuk mencintainya
Askara
Jatuh cinta itu wajar
Mutiara
Cinta untukku adalah perasaan yang saling terikat
Mutiara
Bukan hanya satu benang yang berusaha mengikatnya
Mutiara
(meletakkan sebuket bunga di atas makam)
Mutiara
(sekilas menatap Askara)
Askara
Seseorang yang akan kamu cintai kelak pasti akan beruntung
Mutiara
(mengingat perkataan seorang Ibu paruh baya)
Mutiara
Apakah kamu pernah jatuh cinta?
Askara
Cinta untukku hanya membuang waktu
Askara
Jika cinta itu datang kepadaku, aku tak akan melepaskannya
Episode 3
Setelah perdebatan panjang, akhirnya Mutiara bergabung dengan perusahaan Askara
Dimana dirinya menjadi seorang pelukis berkelas di perusahaan tersebut
Namun, keberadaannya itu membuat salah satu bintang seketika redup
Dan bintang itu adalah seorang artis papan atas yang berada di bawah agensi perusahaan milik Askara
Askara
Mau sampai kapan kamu berdiri disana?
Mutiara
Luas banget studionya
Mutiara
(berkata dalam hati)
Askara
Kamu sudah resmi bergabung dengan tim lukis perusahaan saya
Mutiara
Terima kasih Pak Askara
Ayana
(mengulurkan salah satu tangannya)
Mutiara
Ha-hai, salam kenal juga
Mutiara
(menerima uluran tangannya)
Ayana
Aku harap kamu betah ya disini
Ayana
Sepertinya kamu orang yang baik
Alpha
Jangan terlalu baik dengan orang-orang disini
Ayana
Dia itu baru saja bergabung dengan kita
Ayana
Jangan bikin kacau suasana deh
Ayana
Jangan dengarkan kata-kata kulkas lima pintu ini ya
Alpha
Bisa nggak, jangan ganti nama orang sembarangan
Ayana
Lagian semua orang yang dekat kamu, jadi sedingin es balok
Mutiara
Kalian berdua kompak
Ayana
Bahkan satu rekan dengan dia, is impossible
Alpha
Siapa juga yang mau satu rekan dengan moonfairy
Ayana
Itu nama penaku, jangan sebut keras-keras
Mutiara
Sepertinya aku akan betah disini
Alpha
Jangan terlalu betah
Ayana
(melirik ke arah Alpha)
Ayana
Sebaiknya kamu jangan cari masalah deh
Ayana
Karena ketenangan pagiku akan dimulai
Kedekatan Mutiara dengan kedua teman barunya membuat cerita baru untuknya
Hingga tepat di sebuah kantin, langkahnya terhenti menatap seseorang
Mutiara
Kenapa dia disini?
Ayana
Dia adalah bagian dari perusahaan juga
Ayana
Kebetulan Pak Askara merekrutnya untuk bekerja sama dengan perusahaannya
Alpha
Tidak semua yang berkilau itu baik
Alpha
(menyelinap diantara Mutiara dan Ayana)
Ayana
Bisa nggak kalau datang sapa dulu
Yuna
Kalian berdua tim lukis bukan?
Yuna
Apa kamu yang bernama Mutiara?
Yuna
Senang bisa bertemu langsung denganmu
Yuna
(tersenyum penuh arti)
Ayana
Lalu, bagaimana syutingnya?
Yuna
Kalau begitu aku pergi dulu
Ayana
Jika aku tidak bertanya kepadanya, dia akan memberikan lebih dari satu pertanyaan kepadamu
Ayana
Aku hanya sedikit membantumu
Alpha
Kamu tidak bersiap untuk pulang?
Mutiara
Aku akan menyelesaikan lukisanku dulu
Askara
(menatap dari balik pintu)
Mutiara
Sebentar lagi lukisan saya selesai
Askara
Kamu bisa melanjutkan lukisanmu besok
Mutiara
Karena inspirasi saya sedang berjalan hari ini
Askara
Apakah kamu tidak lelah melukis seharian?
Askara
Baiklah, jika sudah selesai segera pulang
Mutiara
Pak Askara sendiri kenapa masih di kantor?
Askara
Ada berkas yang harus saya kerjakan
Mutiara
(berkata dalam hati)
Ayah
Biarkan Mutiara memilih dia ingin tinggal di rumah Mamah atau tetap disini dan tidak berkembang
Ibu
Mau sampai kapan kamu terus keras kepala seperti ini?
Ibu
Pikirkan perasaan putrimu juga
Mutiara
Aku harus bagaimana lagi untuk menghentikannya?
Mutiara
(berkata dalam hati)
Askara
Apa yang sedang menganggu pikiran kamu?
Mutiara
Saya tidak tahu, jika Pak Askara dari tadi di hadapan saya
Askara
Bagaimana hasil lukisan kamu?
Askara
Bisakah kamu tunjukkan kepada saya
Mutiara
Saya tidak ingin semua orang melihat lukisan saya
Askara
Bagaimana bisa kamu mengatakan seperti itu?
Askara
Sementara perusahaan saya akan bergabung dengan pameran seni beberapa hari lagi
Askara
Dan semua hasil karya lukis di perusahaan ini akan masuk ke dalam kategori pameran itu
Ayana
Mungkin Mutiara memiliki alasan
Askara
Apapun alasannya itu, tidak ada artinya untuk saya
Askara
Saya hanya membutuhkan hasil karya dari perusahaan ini
Askara
Seindah apa lukisannya, kenapa dia menyembunyikannya?
Sesaat sebelum Askara membuka penutup kanvas milik Mutiara
Suara seseorang terdengar dari balik pintu
Askara pun dengan sigap bersembunyi di balik tumpukkan buku
Askara
Siapa yang datang malam-malam begini?
Askara
Bukankah satpam sudah memeriksa semua ruangan?
Alpha
Kok seperti ada seseorang ya di ruangan ini?
Askara
Dia kenapa ada disini?
Alpha
Akhirnya ketemu juga
Alpha
(mengambil kunci yang terjatuh di lantai)
Askara
Kenapa belum pergi juga?
Alpha
(menatap ke arah tumpukkan buku)
Alpha
Pak Askara sedang apa disini?
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!