...•••Selamat Membaca•••...
“Kenapa kau menculik ku Leo? Apa salahku padamu?” teriak Hanum, pria yang ada di depannya hanya tersenyum santai menatap gadis pujaan hatinya itu.
“Simple, karena aku sangat mencintaimu dan kau kekasihku jadi apa salahnya aku membawamu ke sini.”
“Aku bukan kekasihmu lagi, kau lupa ya, kau sudah selingkuh dariku dan kau sudah menyakiti hatiku, kau tidak memiliki malu.”
“Aku memang melakukan kesalahan, tapi itu bukan berarti kau boleh meninggalkan aku Hanum, aku sangat mencintaimu.”
“Cinta apa maksudmu hah? Dengan kau menduakan ku, itu yang kau sebut cinta?”
“Sshhtt aku memang mencintaimu, hanya kau wanita satu-satunya yang aku cintai, Hanum.”
“Lalu April? Kau sudah tidur dengannya Leo dan dia juga sedang hamil anakmu. Cinta apa yang kau berikan padaku? Kalau kau memang mencintai aku, seharusnya kau setia padaku, bukan malah tidur dengan wanita lain.”
“Dengar Hanum sayang, dia menjebak ku, tidur dengannya bukanlah keinginanku.”
“Haha kalau sekali, aku masih bisa terima alasanmu itu, tapi kau sudah melakukannya berulang kali Leo.” Dalam tawa Hanum tersirat kepedihan luar biasa yang tidak bisa diungkapkan, air mata Hanum memberitahu Leo betapa sakit hatinya dikhianati oleh Leo.
Tapi Leo seakan mengerti arti dari air mata Hanum, semua terlihat palsu baginya.
“Kau salah Hanum, kau salah menilai ku.”
“Aku tidak peduli dengan alasanmu, aku ingin pulang Leo.”
“Pulang ke mana? Sekarang ini menjadi rumahmu dan kau akan tinggal selamanya di sini.”
“Aku tidak mau, aku juga punya kehidupan, aku tidak mau diperlakukan seperti tawanan begini.”
“Ya mau tidak mau, kau harus mau karena aku tidak memberikan pilihan padamu. Tetap di sini, karena aku tidak ingin kau pergi, kau itu hanya boleh menjadi milikku saja Hanum.”
“Aku tidak mau, kau gila Leo.”
“Oh ya, kau ingin lihat betapa gilanya aku?”
“Leo lepas, aakhh sakiitt.”
Leo menarik lengan Hanum dengan kasar lalu membawanya ke ruangan bawah tanah yang begitu lembab dan gelap, hanya ada cahaya dari lampu yang temaram sehingga ruangan itu terlihat begitu seram dan menakutkan.
“Mau apa kau membawaku ke sini? Kau mau membunuhku?” tanya Hanum dengan rasa takut luar biasa, di ruangan itu juga terdapat beberapa benda tajam.
“Untuk apa aku repot-repot menculikmu kalau hanya untuk melihat mu mati, aku ingin membuktikan betapa aku sangat mencintai kamu, Hanum.” Leo mengikat Hanum di sebuah kursi lalu membuka tirai yang memperlihatkan ruangan lain yang dibatasi kaca, di sana ada seorang pria usia 40 an yang sedang dirantai oleh Leo Maximilian.
“Siapa dia?” tanya Hanum dengan nada takut karena kondisi tubuh pria itu sangat mengenaskan, ada beberapa luka sayatan di sekujur tubuhnya, pria itu tidak mengenakan pakaian sama sekali sehingga Hanum bisa melihat seluruh tubuh pria tersebut, Hanum memejamkan matanya namun Leo mencengkeram rahang Hanum.
“Buka matamu atau kau akan bernasib sama seperti pria sialan itu,” ancam Leo, Hanum membuka matanya. Leo membuka pintu yang menuju ke ruangan pria tersebut lalu mengguyur pria itu dengan air sehingga pria tua itu kaget lalu membuka matanya.
“Lihatlah Hanum sayang, dia adalah ayah April, pria ini telah menjebak ku dengan menggunakan tubuh putrinya, sudah aku katakan padamu kalau aku sangat mencintai mu, dia selalu mengancam ku. Dia bilang, akan memperlihatkan video yang telah dibuat oleh nya padamu agar kau meninggalkan aku.” Hanum menitikkan air mata, memang dia menerima video pergulatan panas antara Leo dan April.
“Dia sudah lima hari aku sekap di sini dan hari ini adalah hari terakhirnya.”
“Leo, jangan bunuh dia.”
“Aku tidak akan membunuhnya tapi dia akan bunuh diri.”
“Apa maksudmu?”
“Kau lihat saja.”
Leo melepaskan ikatan rantai di tubuh pria itu, lalu dia membisikkan sesuatu yang tidak bisa di dengar oleh Hanum. Leo tersenyum puas lalu kembali ke ruangan di mana Hanum berada.
Pria itu dengan perlahan berjalan untuk memilih beberapa benda tajam, dia mengambil pisau daging yang begitu tajam dan dengan ragu-ragu, mengayunkan pisau tersebut ke lengannya sehingga lengan itu terputus begitu saja.
“Aaaaaa,” teriak Hanum lalu memalingkan wajahnya dari pria itu, sungguh itu adalah pemandangan yang menakutkan baginya.
Leo menahan kepala Hanum lalu kembali mengancamnya, dia ingin Hanum melihat bagaimana pria itu menyakiti dirinya sendiri.
Hanum dengan terpaksa melihat adegan sadis di depannya dengan perasaan ngilu luar biasa. Pria itu lalu mengambil sebuah silet tajam dan menyayat permukaan kulitnya sendiri, darah mengucur dari sela kulit yang terbuka itu, Hanum menangis ketakutan.
Leo kembali ke ruangan lain dan mengambil sebuah pedang tajam, menusukkan pedang itu ke leher pria tersebut lalu mengayunkannya ke atas dengan kuat sehingga kepala ayah April terbelah menjadi dua.
Hanum keringat dingin melihat semua itu, dia tercekat, dadanya sangat sesak dan tubuhnya bergetar hebat. Leo menatap Hanum dengan seringai iblisnya, hal itu sangat membuat Hanum ketakutan.
“Kau ingin lihat betapa gilanya aku?” Leo mendekat ke arah Hanum yang tengah ketakutan. Seluruh wajah Leo terkena cipratan darah.
“Mau apa kau Leo? Jangan membuat aku takut.”
“Ingin melakukan hal yang sama dengan yang Jack lakukan padamu dua hari yang lalu di atas mobil.” Hanum membulatkan matanya dengan sempurna, dia mengerti dengan apa yang Leo katakan.
“Kau ingat sayang?” Hanum tak sanggup lagi berkata-kata.
“K..kau tau?” Leo tertawa lepas, bagaimana dia akan lupa hal itu.
“Kau selalu mengatakan aku selingkuh dan bermain api di belakangmu, padahal kau sendiri yang melakukan hal itu, kau tahu persis kalau April menjebakku dan kau pura-pura marah untuk menutupi perselingkuhan mu itu, kau pikir aku tidak tau sayang?” Hanum semakin ketakutan melihat Leo, apa yang dia sembunyikan ternyata diketahui oleh mantan kekasihnya itu.
“Jebakan itu memang dilakukan oleh April dan pria tua tadi tapi dalangnya adalah kau sendiri Hanum, apa aku harus memperlihatkan semua buktinya padamu?” Hanum benar-benar merasa ketakutan, dia yakin kalau Leo akan membunuhnya saat ini juga.
“Maafkan aku Leo, tolong maafkan aku, aku akui semua ini memang salahku,” tangis Hanum yang membuat Leo tertawa.
“Aku memaafkan mu sayang, tolong jangan selingkuh lagi dariku karena aku sangat mencintaimu.” Tatapan Leo melunak, hal itu membuat Hanum bisa bernafas lega.
“Aku akan melakukan apapun asalkan kau memaafkan ku.” Hanum mencari aman, dia akan menuruti keinginan Leo agar tetap hidup.
Leo melepaskan ikatan di tangan dan kaki Hanum lalu menuntun wanita itu ke dalam kamar yang telah dipersiapkan oleh Leo untuk mereka berdua.
Kamar itu di dekor dengan sangat indah seperti kamar pengantin baru, Leo mulai mencumbu Hanum dengan lembut, memberikan sentuhan merangsang di permukaan kulit halus Hanum dan menciumi leher mulus itu.
Leo memeluk pinggang dan mendekatkan wajahnya untuk mencium bibir Hanum dengan penuh nafsu. Hanum menikmati semua itu, dia memasukkan jarinya ke helaian rambut Leo.
Ciuman Leo semakin dalam dan menuntut, lidahnya meraba setiap inci dinding mulut Hanum dan membelit lidah Hanum sehingga desahan kenikmatan tertahan membuat Leo semakin bersemangat.
Leo melepaskan pakaian yang menempel di tubuh wanitanya lalu merebahkannya di atas kasur, dia semakin liar menciumi dan memainkan bongkahan indah dan besar milik Hanum, sangat pas dalam genggamannya.
Leo menghisap dada itu dengan rakus seperti bayi yang kelaparan, tak membiarkan tubuh Hanum diam begitu saja, dia kembali mencium bibir Hanum dan memainkan jarinya di dalam liang hangat itu sehingga Hanum bergerak dengan liar di bawah tubuh Leo.
“Ahhh mmm Leoohh aahhh,” desah Hanum seraya merasakan kedua jari Leo terus mengocok bagian bawahnya.
Puas akan hal itu, Leo menempatkan dirinya di tengah kaki Hanum lalu menusuknya dengan kasar sehingga wanita itu menjerit kesakitan.
“Pelan-pelan Leo.” Leo merendahkan tubuhnya lalu mencekik Hanum dengan kuat sambil terus menghentakkan miliknya sedalam mungkin di rahim Hanum dan melakukan hal kasar.
Karena mendapat perlakuan buruk seperti itu, Hanum berusaha melepaskan dirinya dari Leo namun sia-sia karena tenaga Leo begitu kuat.
“Leo hentikan, ini sakitt,” jeritnya.
“Siapa suruh kau mengkhianatiku jalang sialan, jika kau katakan baik-baik padaku kalau kau tidak mencintai aku lagi, mungkin aku akan terima tapi kau malah menjebakku dengan wanita lain yang sama jalangnya denganmu.” Leo terus menghentakkan miliknya sedalam mungkin dengan kasar dan brutal.
Dia menghujam Hanum hingga area sensitif itu membengkak, Leo mengambil sebuah pisau lalu menancapkan pisau itu ke leher Hanum sambil tersenyum puas.
“Selamat jalan Harum sayang, kau pantas mendapatkan hal ini.” Leo menyeret tubuh Hanum yang sudah tidak bernyawa itu lalu memotongnya menjadi beberapa bagian dan memberikannya pada kucing belang besar yang dia pelihara.
Leo tersenyum pilu, dia sangat mencintai Hanum tapi wanita itu malah mengkhianatinya dengan selingkuh lalu menjebaknya bersama wanita lain dan membuat drama seakan Leo adalah pria brengsek.
...•••BERSAMBUNG•••...
...VISUAL TOKOH DALAM NOVEL INI...
...Ini sesuai dengan karakter author saja, kalau sahabat punya hayalan lain silahkan saja ya ☺...
...•••Selamat Membaca•••...
“Cecil, ayo kita pergi nonton, aku sudah membeli dua tiket untuk kita berdua,” ajak Agung pada Cecil.
“Hari ini aku banyak kerjaan Gung, nggak bisa ditinggal.”
“Ayolah Cecil, sekali aja kamu ikut aku, mau ya.” Cecil tampak berpikir, dia sebenarnya begitu malas ikut dengan Agung, pria yang selama ini selalu mengejar-ngejar dia padahal Cecil sudah berkali-kali menolak.
“Baiklah, hanya kali ini.”
“Oke.”
Cecil bersiap untuk pergi bersama dengan Agung, pria itu dengan wajah sumringah membukakan pintu mobil untuk Cecil, penampilan Cecil membuat Agung semakin tergila-gila padanya.
“Kenapa sih kamu suka banget nonton horor begini? Padahal film lain banyak loh yang seru,” kata Cecil karena memang hari ini Agung mengajaknya untuk menonton film horor.
“Banyak sih iya tapi nggak ada yang aku suka, emang kamu nggak suka horor?”
“Sebenarnya nggak sih, soalnya kebanyakan horor itu menakutkan dan ada adegan sadisnya, aku nggak suka yang begitu.”
“Kamu coba aja sekarang deh, pasti ketagihan kamu nonton horornya.”
“Ya ya.”
Cecilia Akselly seorang karyawan biasa di sebuah perusahaan swasta yang sangat terkenal, karena kepiawaiannya, Cecilia menjadi karyawan teladan tahun ini dan hal itu membuat teman kerja Cecil banyak yang iri.
Mereka duduk di bangku paling belakang, penonton hari itu sangat banyak karena di Indonesia, film horor begini sangat laku keras dibanding film lainnya.
Cecil duduk dengan santai, berusaha untuk tidak kontak langsung dengan Agung karena pria itu terus mencuri-curi kesempatan agar bisa menyentuh Cecil. Mereka berdua ini teman satu kerja, Agung menyukai gadis 23 tahun itu dari semenjak dia masuk ke perusahaan setahun yang lalu, Agung sendiri merupakan seorang manajer.
Saat film berlangsung, Cecil tidak begitu fokus menonton karena memang dia begitu takut untuk melihat adegan sadis yang ditayangkan. Cecilia berusaha untuk tetap tenang agar Agung merasa kalau dia menikmati setiap adegan film tersebut.
Cecilia semakin risih saat Agung terus-terusan mencoba untuk menyentuh dirinya, Cecilia sudah berusaha untuk menjauh tapi Agung tetap mepet padanya.
“Agung, aku mohon, tetaplah dalam batasanmu, aku risih dipepet begini terus, kalau kamu masih begini, aku akan keluar dari sini,” ancam Cecilia.
“Kamu itu kenapa sih Cecil? Kamu itu kan tau kalau aku suka sama kamu, kasih aku sedikit kesempatan.”
“Aku kan juga udah bilang sama kamu kalau aku nggak suka sama kamu Agung, udahlah, aku malas debat, aku mau pulang.” Cecil berdiri dari duduknya dan melangkah keluar.
“Cecil!” Agung mengikuti Cecilia, wanita itu keluar dari bioskop.
Cecil menaiki taksi dan meninggalkan Agung sendiri di mall, dia menggerutu kesal, bisa-bisanya Agung mencoba menyentuhnya.
Di tengah jalan, taksi yang ditumpangi oleh Cecilia dicegat oleh sebuah mobil, pria pengendara mobil itu keluar dan mendekati taksi Cecil.
Sopir taksi itu membuka kaca jendela lalu tak disangka, pria itu langsung menancapkan sebuah pisau ke dahi si sopir hingga darah mengucur hebat dari kepalanya, kondisi jalanan begitu sepi karena memang sudah malam.
“Aaaaa,” teriak Cecilia saat melihat adegan sadis di depan matanya, dia segera keluar dari taksi dan berlari namun dia langsung dicekal oleh pria itu dan menarik Cecil dengan kuat masuk ke dalam mobilnya, pria tersebut memukul Cecil hingga wanita itu pingsan seketika.
...***...
Kepala Cecil terasa begitu pusing, dia terbangun di sebuah kamar yang tidak dia ketahui milik siapa, pandangannya perlahan mulai jernih, dia kembali teringat dengan kejadian di taksi dan segera beranjak dari kamar itu namun sialnya, Cecilia tidak menggunakan pakaian sehelai benangpun, tubuhnya hanya ditutupi dengan selimut tipis.
Leo Maximillian, pria yang membawa Cecil dan membunuh sopir taksi tadi berjalan santai mendekati Cecilia. Wanita itu mengeratkan selimut untuk menutupi tubuhnya, di lantai bahkan tidak ada baju miliknya yang membuat dia kebingungan harus mengenakan apa.
“Kau sudah sadar ternyata, apa kau lapar?” tanya Leo dengan suara rendah tapi menakutkan.
“Kk..kau si..siapa? Kenapa membawa aku ke sini?” tanya Cecilia dengan nada takut.
“Aku ke sini untuk membunuhmu Cecilia.” Wanita itu membulatkan matanya dengan sempurna.
“Apa kesalahanku?”
“Kau tentu kenal wanita bernama Hanum Permata bukan?” Cecilia berpikir sejenak dan mengangguk.
“Iya, dia teman kos ku, kenapa memangnya?”
“Bagus kalau kau mengingatnya, aku hanya ingin balas dendam padamu karena kau dan Hanum sudah berani menjebakku.” Cecilia mengerutkan dahinya, dia bingung dengan apa yang dikatakan oleh Leo.
“Kapan aku menjebakmu? Aku bahkan tidak mengenalmu.”
“Baiklah, aku akan kembali mengingatkan kamu,” ujar Leo sambil mendekati Cecilia lalu menarik kuat selimut Cecilia hingga tubuh polos itu terpampang jelas.
Cecilia berusaha untuk menutupi tubuhnya dengan tangan namun percuma, tidak membantu banyak.
“Hanum menjadi dalang atas semua jebakan yang dia lakukan padaku sehingga aku terjebak dengan wanita bernama April, bahkan wanita itu tengah hamil sekarang dan Hanum merencanakan hal ini agar bisa selingkuh denganku dan membuat aku seolah seperti seorang pecundang karena telah main api di belakangnya. Tapi ide gila serta saran untuk melakukan setiap rencana itu disusun olehmu bukan?” Cecilia kembali teringat memang dia yang memberikan ide gila pada Hanum untuk membantu Hanum lepas dari kekasihnya.
“Kk..kau Leo?”
“Iya Cecilia, aku Leo.”
“Aku awalnya hanya bercanda dengan Hanum, aku tidak tau kenapa dia malah menjalankan semua bualanku itu, aku juga tidak mengerti, aku tidak sepenuhnya bersalah dalam hal ini.” Cecilia terus mencoba untuk membela dirinya yang membuat Leo tertawa.
“Aku membawamu ke sini juga bercanda kok, jadi santai saja.”
Senyuman Leo memang begitu mempesona, bahkan Leo memiliki wajah blasteran yang begitu tampan, wanita manapun akan tergila-gila ketika melihatnya.
“Kenapa kau membantu Hanum waktu itu hm?”
“Hanum bilang padaku kalau dia tidak tahan menjalin hubungan denganmu Leo, kau selalu melakukan kekerasan fisik padanya dan dia tidak kuat dengan semua itu.” Leo menampar kuat pipi Cecilia.
“Asal kau tau, selama aku menjalin hubungan dengannya, aku tidak pernah mengasarinya, jangankan itu, membentaknya saja aku tidak pernah sialan,” geram Leo.
“Ya aku hanya mengetahui dari cerita Hanum saja.” Cecilia memegangi pipinya yang terasa panas.
“Dia meninggalkanku karena semua usaha yang aku jalankan gagal total, semua hartaku sudah mulai habis, aku memberikan segalanya pada Hanum tapi saat aku terpuruk, dia malah meninggalkanku.”
“Aku tidak tau kalau Hanum seperti itu Leo.”
“Kau hanya pura-pura tidak tau, coba lihat ini.” Leo memutarkan sebuah video di layar televisi besar yang ada di kamar itu.
“Kalau dia sudah tidak bisa dimanfaatkan lagi dan tidak memiliki apa-apa, lebih baik kau tinggalkan saja dia Hanum, buat apa punya kekasih yang sudah kere.” Cecilia kaget saat rekamannya bersama Hanum di sebuah cafe diketahui oleh Leo, kali ini Cecilia tidak bisa mengelak lagi.
“Tolong maafkan aku Leo, maafkan aku.” Cecilia bersujud di kaki Leo dan dengan mudah Leo menendang Cecilia hingga wanita itu terdorong.
Leo menjambak rambut Cecilia lalu merebahkan wanita itu di atas ranjang, Leo mulai melakukan kekerasan secara seksual pada Cecilia hingga wanita itu mengerang kesakitan.
“Sakiitttt, ampun Leooo.” Teriak Cecilia ketika miliknya dihujam brutal oleh Leo sedangkan tangan Leo meremas kuat kedua buah dada ranumnya.
Tubuh Cecilia terhentak kuat seiring dengan kuatnya dorongan yang Leo lakukan di area kewanitaannya.
Cecilia merasa kesakitan, bagian bawahnya begitu perih, Leo memasukkan sebuah dildo ke lubang belakang Cecilia tanpa melepaskan penyatuannya, hal ini membuat Cecil merasa sesak luar biasa dan terus memohon ampun tapi Leo seakan diserang penyakit tuli.
Setelah puas dengan penyiksaan yang menurutnya nikmat itu, Leo membawa Cecil ke ruang penyiksaan dan mulai menyiksanya di sana. Teriakan kesakitan Cecilia terdengar menggema di ruangan itu, silet yang dipegang oleh Leo terus menyayat setiap permukaan kulit putihnya, wajah Cecilia tak luput dari sayatan itu hingga wajah cantik yang tadinya begitu mulus, kini sudah berubah menjadi hancur tak berbentuk, daging di wajah itu mulai terlihat.
Leo mengambil sebuah pedang tajam lalu memenggal kepala Cecilia sehingga kepala itu langsung terjatuh ke lantai dan darah dari tubuh Cecilia keluar seperti air mancur.
Leo memotong tubuh Cecilia menjadi beberapa bagian lalu memberikannya pada hewan peliharaannya.
Leo membersihkan dirinya dan memilih keluar malam ini, tujuan utamanya adalah club malam, semua orang yang mengkhianati dirinya kini telah tiada. Leo memilih keluar dengan sepeda motor besar miliknya, Leo minum di club itu sampai teler.
Melupakan semua pengkhianatan yang telah dilakukan oleh wanita yang sangat dia cintai selama ini, dia bahkan rela memberikan apapun yang Hanum minta tapi ketika dia jatuh, Hanum malah mencampakkannya.
Keesokan paginya, Leo membuka mata dengan perlahan, dia mengedarkan pandangannya. Leo berada di sebuah kamar yang dia yakini kalau itu kamar seorang wanita, dia bangun sambil memegangi kepalanya yang masih terasa sangat pusing.
Leo keluar dari kamar dan menuju dapur, karena dia mendengar seseorang sedang memasak.
“Anda sudah bangun? Duduklah, aku akan buatkan minum.” Wanita itu tersenyum dengan lembut pada Leo.
“Kenapa aku bisa di sini dan kau siapa?” tanya Leo.
“Semalam kamu mabuk berat, kamu ingin pulang dengan motor yang kamu gunakan, itu sangat berbahaya, jadi aku membantumu dan membawamu ke sini karena aku tidak tau di mana rumahmu,” jawab Wanita itu dengan lembut sambil membuatkan minuman untuk Leo.
“Kau bisa melihat di kartu tanda pengenalku.”
“Aku tidak mau membuka dompet orang sembarangan, aku tidak melakukan apapun padamu, jika kamu sudah mendingan, kamu bisa pulang, motormu masih ada di club karena aku tidak bisa membawa motor besar begitu.”
“Siapa namamu?”
“Kania.” Leo mengangguk dan menyeruput teh hangat yang dibuatkan oleh Kania.
“Kenapa kau ada di club?”
Wajah Kania berubah menjadi sendu namun beberapa detik kemudian dia kembali tersenyum lembut.
“Minumlah dan ini sarapan untukmu, aku harus pergi bekerja, jika nanti kamu mau pulang, tolong taruh saja kunci rumah di bawah pot bunga yang ada di depan rumahku itu.” Kania meninggalkan Leo sendirian di meja makan, dia keluar dari rumah dan menuju ke tempat kerjanya dengan menggunakan sepeda motor maticnya.
...•••BERSAMBUNG•••...
...~LEO MAXIMILLIAN~...
...~KANIA GUZEL~...
“Bos, kita harus kembali ke Las Vegas dalam minggu ini, karena ada beberapa perusahaan yang ingin menjalin kerja sama dengan perusahaan kita dan mereka meminta untuk bertemu dengan anda secara langsung,” lapor anak buah Leo ketika pria itu baru saja sampai di rumahnya.
“Oke kita akan ke sana tiga hari lagi, aku masih ada perlu di sini.” Anak buah itu lalu menunduk dan pergi dari hadapan Leo, pria itu melepaskan jaket serta kaos yang dia kenakan, membiarkan tubuh atasnya tidak mengenakan apapun.
Leo menuangkan alkohol ke dalam gelas yang berisi es batu lalu meneguknya, Leo masih terbayang dengan Kania, wanita yang membawanya semalam.
“Menarik,” gumam Leo sembari menarik sudut bibirnya membentuk senyuman.
Leo bukan jatuh miskin ataupun bangkrut, semua itu dia lakukan hanya untuk menguji kesetiaan Hanum padanya, karena beberapa bulan terakhir, wanita itu sangat mencurigakan bagi Leo.
“Andai kau tidak mengkhianati aku Hanum, mungkin saat ini aku akan menjadikan kamu sebagai wanita satu-satunya dan akan meratukan kamu dengan semua materi seperti yang kamu inginkan, tapi sayangnya kau malah mengkhianatiku saat aku bilang akan jatuh miskin, cih, wanita sialan,” gerutu Leo lalu membawa gelas kaca itu ke mulutnya dan meminum cairan itu hingga tandas.
Leo meminta orang kepercayaannya untuk mencari tahu mengenai Kania, entah kenapa, tapi Leo memiliki tujuan penting dengan Kania.
Leo beranjak dari tempat duduknya lalu menuju ke ruang bawah tanah, di sana dia sedang menyekap dua orang yang masih berhubungan dengan pengkhianatan yang dilakukan oleh Hanum, yaitu April dan Bagas, pria yang telah menjadi selingkuhan Hanum.
Leo membuka ruangan pengap itu, dia dapat melihat kalau saat ini April begitu lemah dengan tubuh penuh darah, kalau Bagas tidak berdaya karena selalu diberi cairan beracun yang melumpuhkan daya imunnya.
“Apa kabar April? Kenapa kau terlihat lemah begini hm? Dulu kau begitu semangat meminta pertanggung jawaban dariku, ayo keluarkan lagi suara tegasmu itu,” ujar Leo sambil mengangkat wajah April untuk menatapnya.
“Hanum bilang, aku berkali-kali tidur denganmu, padahal untuk melihat dirimu saja aku sangat jijik tapi sepertinya kau memang wanita yang senang ditiduri, baiklah, aku sangat lelah harus bermain-main dengan kalian berdua dan hari ini suasana hatiku sedang baik, aku akan tidak akan menyiksa kalian, aku akan mengakhiri penderitaan kalian segera.” Suara Leo memang santai tapi mampu membuat Bagas dan April ketakutan.
“Tolong jangan bunuh aku Leo, aku sedang hamil,” mohon April.
“Apa peduliku? Yang kau kandung juga bukan anakku, kau sangat lancang mengatakan itu anakku sedangkan waktu itu, aku sangat sadar bahwa aku tidak melakukan apapun padamu dan usia kehamilanmu itu sudah bisa menjelaskan kalau itu bukan anakku.”
Leo langsung saja mengayunkan sebuah kapak ke kepala April hingga kepala itu terbelah seketika, Bagas yang melihat hal itu langsung kicep, dia ingin memohon tapi lidahnya telah di potong oleh Leo sehingga tak mampu lagi berucap apapun.
“Giliranmu Bagas, kau sangat salah dalam memilih lawan kali ini.” Leo menghidupkan sebuah bor listrik lalu membor kepala Bagas hingga kepala itu tak berbentuk sama sekali, karena Leo melakukannya dengan sangat brutal.
Leo tersenyum senang, dia puas sudah menghabisi semuanya dengan tangannya sendiri.
“Sekarang aku bisa tenang kembali ke Las Vegas.” Leo menyeret tubuh utuh itu tanpa memotongnya terlebih dahulu dan melemparkannya ke dua harimau yang tengah kelaparan saat ini.
Malam harinya Leo pergi menjemput motornya yang masih tertinggal di club malam kemarin, dia berniat untuk menghancurkan benda itu karena motor tersebut adalah permintaan dari Hanum, dia tidak ingin menyimpan barang apapun yang menjadi kenangan bersama Hanum.
Sesampainya di club, Leo kembali melihat gadis yang kemarin malam membantunya.
“Kania,” sapa Leo pada gadis itu.
“Ah iya.” Kania memalingkan wajahnya dari Leo dan menghapus air matanya.
“Kamu bekerja di sini?” tanya Leo.
“Haha enggak kok, aku hanya ada urusan di sini, ini juga mau pulang.”
“Kamu lagi sedih?”
“Sedikit, oh iya kamu mau ngapain di sini?”
“Ngambil motor, kan semalam tinggal di sini.” Kania mengangguk.
“Ya udah, kalau gitu aku balik dulu ya.” Kania pergi dari hadapan Leo namun pria itu menahannya.
“Pulang dengan apa?”
“Taksi.”
“Kita bareng aja Kania, aku akan mengantarkanmu pulang.”
“Tidak usah, aku bisa pulang sendiri, permisi.” Leo tidak mau memaksa lagi, dia mengambil motor dan membawanya kembali.
Leo tidak sengaja melihat Kania sedang cekcok dengan seorang wanita yang Leo sendiri tidak tahu itu siapa, wanita itu bahkan menarik kuat rambut Kania yang membuat Kania meringis.
“Hei, ada apa ini?” tanya Leo menghampiri mereka, wajah Leo tertutupi dengan helm.
“Jangan ikut campur kamu urusan saya.”
“Kamu sudah menyakiti Kania, jelas aku akan ikut campur.”
“Memang kau siapanya Kania hah?”
“Calon suaminya.” Wanita itu melirik Leo dan seakan ingin memanfaatkan keadaan.
“Aku tau kau berbohong, kau bukan calon suaminya, begini saja, kalau kau memang mau melindungi Kania, berikan aku sejumlah uang sebagai tebusan untuk gadis manis ini.” Kania menggeleng.
“Berapa kau mau?” tanya Leo.
“Jangan, dia hanya memanfaatkanmu,” cegah Kania pada Leo.
“Diam sayang,” wanita itu kembali menjambak kuat rambut Kania yang membuat Leo geram namun dia tahan.
“Satu miliyar rupiah, apa kau sanggup?” Kania membulatkan matanya, itu nominal yang sangat fantastis.
“Tidak, kau memerasnya,” teriak Kania pada wanita itu, sejurus kemudian Kania ditampar oleh mucikari yang akan menjualnya.
“Hei tenanglah, aku akan memberikan uang itu padamu, kau bisa datang ke alamatku.” Leo memberikan kartu namanya, wanita itu tersenyum.
“Jika kau membohongiku, kau akan tau sendiri akibatnya, kali ini kau bebas anak manis.” Jambakan di rambut Kania terlepas, dia mengusap kepalanya yang sakit.
Wanita itu melenggang masuk ke dalam club, Kania mendekati Leo untuk mencegah agar Leo tidak memberikan uang apapun pada Kiran.
“Dia itu licik, jangan berikan uang apapun padanya, dia hanya memanfaatkanmu. Dia itu tante ku, hanya karena dia pernah mendonorkan ginjal pada ibuku, dia jadi semena-mena.” Leo membuka helm yang dia gunakan, begitu tampan wajah Leo ketika tersenyum ramah pada Kania. Leo memegang tangan Kania dengan lembut dan menatap mata gadis tersebut.
“Aku sudah sering menghadapi wanita seperti tantemu itu Kania, kamu tenang saja, biar dia menjadi urusanku.” Leo mengusap lembut wajah Kania yang saat ini merah akibat tamparan dari Kiran tadi.
“Terima kasih, namamu siapa?”
“Leo Maximilian, panggil saja Leo.”
Mengangguk, “Terima kasih Leo.”
“Naiklah, aku akan mengantarkan kamu pulang.” Kania tidak menolak lagi, dia menaiki motor Leo dan mereka meluncur ke kontrakan milik Kania.
“Masuklah dulu Leo, aku akan membuatkan minum.” Leo mengangguk, dia memasuki kontrakan itu untuk kedua kalinya.
Kania meletakkan minuman untuk Leo dan duduk di hadapan Leo saat ini.
“Memang kamu akan bayar pakai apa Leo? Satu miliyar bukan nominal yang sedikit.”
“Mungkin aku akan mencicilnya, aku juga akan menjual motor itu sebagai tambahan untuk Kiran.”
“Hah? Jangan, aku yang akan menebus diriku dari tante Kiran, kamu tidak perlu repot-repot untuk menjual motormu itu.” Leo hanya tersenyum menanggapi perkataan Kania.
“Aku memang akan menjual motor itu Kania, kamu tidak perlu khawatir.”
“Kalau untuk memberikan uang pada Tante Kiran, lebih baik jangan.”
“Bukan, hm aku memang sedang butuh uang.” Leo bingung harus menjawab apa.
“Memang kamu butuh berapa?”
“Hm 500 juta,” jawab Leo asal, padahal motornya itu juga tidak akan terjual semahal itu.
“Apa kau butuh uang cepat?”
“Yah.”
Kania berdiri lalu memasuki kamarnya, dia mengambil satu set perhiasan serta beberapa ikat uang yang kalau ditotal mencapai lima ratus juta rupiah. Kania memberikan semua itu pada Leo yang membuat Leo bingung.
“Buat apa ini?” tanya Leo pada Kania, dia cukup kaget saat Kania menyodorkan semua itu padanya.
“Kau bilang butuh uang, aku ada sedikit simpanan dari hasil warisan yang diberikan oleh ayahku, kamu pakailah dulu, kamu tidak perlu menjual motormu dan untuk Tante Kiran, aku bisa menghadapinya kok.”
“Kau sangat baik Kania, bagaimana jika aku tidak bisa mengembalikan uang ini?”
“Ya anggap saja itu bukan rezeki ku.” Leo tersentuh dengan kebaikan Kania, dia tersenyum dan kini bertekad untuk menghabisi Kiran yang sudah mengusik hidup Kania.
...•••BERSAMBUNG•••...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!