"Tapi aku masih suci om," bisik Stevie, wanita cantik yang memutuskan untuk terjun ke dunia malam lantaran ingin mendapatkan uang untuk membiayai kuliahnya. Setelah kedua orang tuanya bercerai, Stevie jadi hilang arah. Ia memutuskan untuk meninggalkan kampung halamannya sebagai bentuk protes atas perceraian kedua orang tuanya.
Setibanya di ibu kota, Stevie menghubungi teman onlinenya dan memberi tau kalau ia sudah sampai di ibu kota dan membutuhkan tempat tinggal beserta pekerjaan.
Sang teman yang bernama Laura pun dengan senang hati membantunya. Akhirnya, pada malam itu, Laura membawa Stevie ke sebuah klub malam bintang lima yang mana pengunjungnya adalah pengusaha dan hidung belang kelas atas.
"Kamu yakin dia ini masih suci?" tanya mami Maya, mami dari para kupu-kupu malam yang ada di klub mewah tersebut.
"Yakin seratus persen mi. Temen aku Stevie baru saja datang dari kampung. Dia butuh tempat tinggal dan juga pekerjaan di kota ini," jelas Laura apa adanya. Sedangkan Stevie, hanya bisa plonga-plongo melihat betapa mewahnya klub malam tersebut.
Sebelumnya sudah dijelaskan oleh Laura jika hanya ada pekerjaan sebagai kupu-kupu malam untuknya. Laura juga menjelaskan berapa banyak uang yang akan Stevie dapatkan jika ia mau menjalani pekerjaan tersebut. Tanpa di duga, ternyata gadis cantik itu tertarik untuk menekuninya. Maka dari itu, Laura segera membawa Stevie ketempat ia bekerja.
"Ok, baiklah kalau begitu. Mami akan terima dia bekerja disini. Coba kamu panggil dia, mami akan bicara langsung dengannya. Jika memang dia masih perawan, maka uang tiga puluh juta akan langsung masuk ke rekening mu," jawab mami Maya membuat senyuman Laura mengembang.
Stevie pun akhirnya di hadapkan kepada Mami Maya, begitu ditanyai, Stevie dengan gamblang dan yakin mengatakan kalau ia masih per4wn ting ting. Stevie juga bahkan mengatakan kalau ia sama sekali belum pernah berpacaran apalagi sampai melakukan hubungan tersebut dengan laki-laki manapun.
"Ok, baiklah Stevie. Untuk sementara kamu bisa tinggal di apartemen di atas klub ini. Nanti, kalau kamu sudah punya uang, kamu bisa menyewa apartemen sendiri ataupun menyewa kosan sendiri sesuka mu. Nanti kamu akan mami kasih kontrak kerja, selama kontrak kerja, kamu tidak dibolehkan keluar dari klub ini. Bagaimana? Kamu paham?" jelas Mami Maya kepada Stevie.
"Paham mi. Terima kasih karena sudah menerima saya bekerja disini," jawab Stevie senang.
"Ok, karena Laura mengatakan kalau kamu baru saja sampai dari desa, maka untuk malam ini kamu bisa beristirahat dulu di apartemen. Laura, tolong kamu antar Stevie ke atas," ucap Mami Maya kemudian mengisap rokok yang hanya bersisa setengah.
Stevie sangat senang sekali karena ia bisa mendapatkan tempat tinggal yang layak di ibu kota yang terkenal kejam ini. Meskipun tau pekerjaannya sebagai kupu-kupu malam, namun Stevie tidak ambil pusing karena mengingat banyaknya uang yang akan ia dapatkan setelah ini.
"Sebentar lagi aku tidak akan kekurangan uang. Bapak sama ibu bisa lihat, betapa hebatnya anak mu ini," gumam Stevie menatap ke sekeliling apartemennya yang mewah.
Sementara itu, seorang laki-laki paruh baya, tengah berada di sebuah kamar bersama seorang wanita kupu-kupu malam yang berada dibawah naungan Mami Maya.
Laki-laki berkumis tipis dan jenggot tipis itu nampak menikmati pelayanan dari gadis cantik tersebut. Sudah menjadi kebiasaannya tiga sampai empat kali dalam seminggu mengunjungi klub mewah tersebut lantaran ia selalu merasa tidak puas dengan layanan sang istri di rumah. Maka dari itu, ia mencari kepuasan lain di luaran sana.
"Oh, ini enak sekali om," des*h gadis tersebut yang posisinya berada di bawah kungkungan laki-laki yang bernama Om Danu tersebut.
Om Danu terus menghujani gadis tersebut dengan miliknya dan membuat gadis tersebut mengerang kenikmatan.
Sementara itu, di sebuah rumah mewah, ada seorang istri yang tengah menunggu sang suami yang amat sangat dicintainya pulang ke rumah. Istri tersebut adalah istri dari Om Danu. Namanya Linita. Linita sendiri adalah seorang ibu rumah tangga dengan seorang anak laki-laki bernama Willy.
"Papa belum pulang ma?" tanya Willy menghampiri sang mama yang tengah duduk di ruang keluarga.
"Belum Wil. Kamu kalau mau makan, makan saja dulu. Semuanya sudah mama siapkan di atas meja makan," jawab Linita sang mama.
"Aku sudah makan ma. Ya sudah, kalau begitu aku istirahat dulu ya ma ke kamar," jawab Willy lalu naik ke lanta dua rumahnya.
Begitulah kehidupan rumah tangga Om Danu dan Linita. Sama sekali tidak memiliki kehangatan lantaran suami dan anaknya sudah memiliki kesibukan masing-masing.
Keesokan harinya, Stevie turun dari apartemennya bersama dengan Laura untuk mencari makan siang. Kebetulan semalam Laura menemani Stevie tidur di apartemen.
"Oh ya Stev, Mami Maya bilang kalau malam ini lo akan melayani pelanggan pertama lo. Gue denger dia adalah pelanggan VVIP. Dia super kaya dan super tajir. Gue pernah melayani dia sekali, dan lo tau, tips nya aja lima juta Stev. Saran gue ya, lo harus layani dia dengan bagus agar dia mau memberi lo tips yang banyak buat lo," ucap Laura saat mereka tengah menunggu pesanan makanan tiba.
"Oh ya? Tapi Ra, aku ngga ngerti cara melayaninya gimana. Kamu tau kan ini juga baru pertama kali untukku. Bagaimana kalau dia ngga puas sama aku dan tidak membayarkan ku?" jawab Stevie merasa cemas.
"Haha, Stevie, Stevie. Pokoknya lo tenang aja. Jika seseorang sudah berada dalam satu kamar dengan lo, itu artinya dia sudah membayar sejumlah uang ke Mami Maya. Dan buat lo yang pertama kali melakukannya, mungkin agak sedikit sakit, tapi itu ngga lama kok. Yang penting lo nikmatin aja setiap sentuhan dari para tamu lo. Nanti lo juga bakalan bisa sendiri kok. Lo tenang aja," jawab Laura membuat Stevie manggut-manggut.
Beberapa saat kemudian, kedua gadis cantik itupun selesai menikmati santap siangnya. Di saat mereka hendak kembali ke apartemen, Stevie pun izin ke toilet, dan di sanalah ia tak sengaja bertemu dengan seorang laki-laki tampan yang tak sengaja menabraknya.
"Ah, maafkan aku, maafkan aku, aku ngga sengaja," ucap laki-laki yang tak lain tak bukan adalah Willy. Willy sendiri tidak sengaja menumpahkan minuman yang ia bawa ke baju yang di kenakan oleh Stevie.
"Udah, udah, ngga papa kok mas, maaf, permisi," jawab Stevie sembari mengibas-ngibaskan pakaiannya yang basah.
"Ah sebentar, itu sangat basah sekali. Sebentar," balas Willy mengeluarkan sapu tangan lalu memberikannya kepada Stevie.
Tanpa pikir panjang, Stevie pun langsung meraihnya dan menyeka pakaiannya yang basah.
"Ini mas, terima kasih," ucap Stevie beberapa saat kemudian.
"Sama-sama. Oh ya, kenalin, nama aku WilLy," balas laki-laki tersebut mengulurkan tangannya.
"Stevie," jawab Stevie juga mengenalkan dirinya kepada Willy.
"Nama yang bagus. Apa aku boleh minta nomor kamu?" tanya Willy tanpa basa basi.
"Untuk apa?" tanya Stevie mengernyitkan keningnya.
"Untuk... Untuk... Untuk menambah teman saja. Apakah boleh?" jawab Willy sedikit gugup.
Tanpa di duga, Stevie pun memberikan nomor ponselnya kepada Willy lalu masuk ke kamar mandi setelahnya.
Tanpa di duga, Stevie pun memberikan nomor ponselnya kepada Willy lalu masuk ke kamar mandi setelahnya.
.......
Willy sendiri cukup senang setelah mendapatkan nomor telfon milik Stevie. Dengan langkah girang, ia pun meninggalkan cafe tersebut karena memang sudah selesai makan.
Pada malam harinya, Stevie mendapatkan pesan dari nomor baru yang tidak ada di kontaknya. Beberapa detik kemudian, ponselnya pun berdering dari nomor yang sama. Saat itu, Stevie baru saja selesai di dandani oleh Laura lantaran malam ini ia akan memulai pekerjaan pertamanya.
"Siapa Stev?" tanya Laura iseng.
"Ngga tau, mungkin temen aku di kampung. Sebentar ya Ra, aku angkat dulu," jawab Stevie sama sekali tidak terpikirkan jika laki-laki yang bertemu dengannya siang tadi lah yang menghubunginya.
"Ya udah, kalo udah selesai, lo keruangan mami aja ya. Gue mau kerja dulu," balas Laura lalu pergi.
"Halo," jawab Stevie setelah panggilan tersebut terhubung.
"Halo, hai. Masih ingat aku?" balas Willy sedikit gugup.
"Hmmmm siapa ya? Maaf, aku lupa," jawab Stevie benar-benar tidak ingat dengan Willy.
"Ah, aku Willy. Laki-laki yang tadi siang tidak sengaja menabrak mu saat di cafe," jawab Willy sedikit kecewa karena Stevie tidak ingat dengannya.
"Ah iya maafkan aku, aku lupa. Hmmmm, ada apa ya mas?"ucap Stevie lagi.
"Ngga ada apa-apa kok Stev. Aku cuma mau mastiin kalau ini beneran nomor kamu. Oh ya Stev, kira-kira besok kamu ada waktu ngga? Aku mau ngajak kamu makan soalnya," balas Willy langsung mencoba peruntungannya untuk mendekati Stevie.
"Hmmmm, besok ya. Kalau besok sepertinya aku bisanya siang mas. Bagaimana kalau pas jam makan siang aja," jawab Stevie membuat Willy begitu senang sekali.
"Ya udah ngga papa. Hmmm kita ketemu dimana?" tanya Willy tak mau melewatkan kesempatan ini.
Willy sendiri sudah lama tidak dekat dengan wanita semenjak ia putus dan dikhianati oleh kekasihnya dua tahun yang lalu. Sudah ada beberapa teman dan sahabat yang mencoba mendekatkannya dengan beberapa orang wanita, namun Willy selalu menolaknya. Tapi, entah mengapa, saat tidak sengaja bertemu dengan Stevie, ia merasa kalau jiwanya kembali hidup, dan sepertinya, Willy sudah jatuh cinta pada pandangan pertama pada gadis desa tersebut.
Setelah mengakhiri panggilan teleponnya dengan Willy, Stevie segera menemui Mami Maya diruangannya. Mami Maya nampak kagum dengan kecantikan yang dipadu padankan dengan kepolosan Stevie.
"Apa kamu sudah siap Stev?" tanya Mami Maya memastikan ladang uang nya yang baru saja bergabung tersebut.
"Su, sudah Mi. Aku saya sudah siap," jawab Stevie diiringi dengan senyuman manisnya.
Tak menunggu waktu lama, Mami Maya langsung meminta anak buahnya untuk mengantar Stevie ke sebuah kamar VVIP yang ada di bar tersebut. Ia meminya Stevie untuk menunggu pelanggan pertamanya pada malam ini.
Dan ternyata benar saja, baru saja Stevie menunggu selama kurang lebih lima belas menit, pintu kamar mewah tersebut nampak dibuka dari luar oleh seseorang. Sontak hal itu sedikit membuat Stevie terkejut dan detak jantungnya mulai tidak karuan.
Perlahan tapi pasti, seorang laki-laki paruh baya seumuran dengan bapaknya nampak berjalan menghampirinya.
Laki-laki itu datang dengan mengenakan pakaian ala CEO pemilik perusahaan. Dengan kumis dan jenggot yang sudah menyatu, laki-laki tersebut terus berjalan menghampiri Stevie yang duduk di tepi ranjang dengan pakaian minim.
"Hai, kenalkan, saya Danu. Kamu bisa memanggil saya Om Danu," ucap laki-laki paruh baya yang ternyata adalah Om Danu.
"Aku, aku Stevie om. Salam kenal," jawab Stevie gugup.
"Stevie, nama yang bagus. Apa kamu sudah siap untuk malam ini?" tanya Om Danu setelah memuji nama gadis dari desa tersebut.
"Su, su, sudah om. Tapi aku, aku, aku masih suci om," bisik Stevie membuat sebuah senyuman sinis terukir di bibir laki-laki paruh baya tersebut.
"Bagus kalau kamu masih suci Stevie. Om akan memberikan mu tips yang besar nantinya," jawab Om Danu sembari membelai wajah cantik Stevie dengan lembut.
Mendapatkan sentuhan pertama dari seorang laki-laki, seketika bulu kuduk Stevie berdiri. Jantungnya berdetak sangat cepat dan nafasnya menderu tidak karuan.
Stevie hanya diam saat Om Danu menekan sebuah remote kontrol yang seketika membuat lampu utama dikamar itu mati, dan berganti dengan lampu tidur yang memiliki cahaya gelap temaram.
Perlahan tapi pasti, Om Danu mulai meraba dan menggerayangi setiap inci tubuh Stevie. Tak lupa, Om Dani mulai mendaratkan ciuman pertamanya di bibir indah Stevie.
Stevie yang sama sekali tidak memiliki pengalaman itu hanya bisa diam dengan jantung yang masih berdebar kencang.
Stevie ingat dengan ucapan temannya jika ia hanya cukup menikmati saja setiap sentuhan dari pelanggan-pelanggannya.
Di detik berikutnya, Om Danu pun menghentikan ciumannya dan menatap Stevie dibalik temaramnya cahaya kamar.
"Kenapa kamu tidak membalas ciuman saya? Apa kamu tidak menikmatinya?" tanya Om Danu mengangkat dagu Stevie dan menatapnya dengan tatapan lekat.
"Ma, maafkan aku Om. Aku, aku tidak tau bagaimana caranya. Ini adalah hal dan pengalaman pertama untukku," jawab Stevie membuat Om Danu segera melepas kancing kemejanya satu persatu hingga ia hanya mengenakan pakaian dalam bagian bawah.
Karena tidak sabar, Om Danu kemudian menidurkan Stevie dan mengungkungnya.
"Ya sudah, untuk malam ini kamu cukup menikmatinya saja. Untuk kedepannya, kamu harus bisa melakukannya. Saya akan mengajarimu dengan telaten," bisik Om Danu lalu kembali menggerayangi tubuh Stevie dan bermain dengan setiap incinya.
Tanpa Stevie sadari, permainan laki-laki paruh baya itu semakin jauh. Entah kapan ia melepas pakaian yang Stevie kenakan, sehingga kini Stevie hanya mengenakan pakaian segitiga yang membungkus aset berharga miliknya, sedangkan bagian atasnya sudah terbuka dengan sepenuhnya.
Stevie benar-benar mengikuti ucapan temannya Laura. Ia hanya cukup menikmati setiap sentuhan dari pelanggannya, sehingga saat ini, Stevie benar-benar kecanduan, hingga tidak Stevie sadari, des*han demi des*han mulai keluar dari bibirnya. Stevie begitu menikmatinya, apalagi terkena sentuhan brewokan tipis-tipis dari wajah Om Danu.
Sedangkan Om danu, mendengar desahan Stevie, gairahnya semakin memuncak. Dengan tidak sabar, ia merenggut paksa pakaian segitiga yang dikenakan oleh Stevie hingga sobek dan membuka miliknya yang sudah menegang.
"Om mau apa?" tanya Stevie dengan suara mendayu.
"Saya akan membawa kamu ke surga dunia Stevie," jawab Om Danu di telinga Stevie. Tak lupa, Om danu meninggalkan sebuah kecupan di daun telinga Stevie dan membuat Stevie menggelinjang.
Perlahan tapi pasti, Om Danu terus melakukan penyatuan denga Stevie, namun selalu gagal masuk karena masih terlalu sangat sempai. Berkali-kali Stevie merintih kesakitan lantaran miliknya yang terasa perih dan panas.
"Kamu coba tenang dan rilex Stevie. Sakitnya ngga akan lama kok. Nikmati saja ok," ucap Om Danu mencoba menenangkan gadis dua puluh tahun tersebut.
Stevie pun hanya mengangguk. Ia mencoba mendengarkan ucapan Om Danu. Stevie mencoba menikmati dan tetap tenang saat Om Danu terus mencoba membobol pertahanan Stevie, hingga pada akhirnya....
"Ommmm, Ahhhh," erang Stevie meremas erat seprai putih yang menjadi saksi bisu renggutnya kesucian milik gadis desa yang kurang kasih sayang tersebut.
"Ommmm, Ahhhh," erang Stevie meremas erat seprai putih yang menjadi saksi bisu renggutnya kesucian milik gadis desa yang kurang kasih sayang tersebut.
.........
Terlihat sedikit darah segar mengalir menodai seprai tersebut. Seketika, senyuman Om Danu mengembang saat melihatnya.
'Rupanya gadis ini tidak membohongiku,' batin Om Danu merasa puas.
Setelah memberi jeda kepada Stevie, Om Danu kembali memulainya dengan perlahan. Hentakan demi hentakan ia lakukan sehingga membuat Stevie men*sah mengikuti irama. Malam itu adalah malam yang indah bagi Stevie, seorang gadis desa yang masih berusia labil.
Om Danu benar-benar memberikan pengalaman dan kesan tersendiri untuk Stevie. Hingga kurang lebih satu jam kemudian, mereka pun sama-sama terbaring di atas ranjang setelah menikmati indahnya surga dunia.
Terlihat kamar yang tadinya rapi, kini sudah berantakan dikarenakan pakaian mereka yang berserakan. Belum lagi bantal yang sudah tidak lagi pada tempatnya, begitu juga dengan seprai dan juga selimut di kamar itu.
"Terima kasih honey, kamu benar-benar masih suci," ucap Om Danu dengan nafas tersengal. Tak bisa dipungkiri, meskipun masih kuat dalam ber*inta, namun usia membuatnya sedikit merasa lelah.
"Aku memang masih suci om. Tapi tidak dengan sekarang. Terima kasih juga ya om karena sudah memberiku pengalaman yang tidak bisa dilupakan. Ini adalah yang pertama untukku," balas Stevie sembari mengatur nafasnya.
Di saat Om Danu hendak memeluk Stevie, tiba-tiba saja ponsel pintarnya berdering. Dan setelah dilihat, rupanya itu adalah panggilan masuk dari sang anak.
'Tumben sekali Willy menghubungiku malam-malam begini,' batin Om Danu kemudian mengangkat panggilannya.
"Halo, ada apa Wil?" tanya Om Danu sesaat setelah panggilan tersebut terhubung.
"Pa, papa dimana? Mama masuk rumah sakit pa. Ini aku sekarang lagi menunggu mama di ruang tunggu UGD," jawab Willy membuat raut wajah Om Danu seketika berubah.
"Apa? Ya sudah, kalau begitu papa kesana sekarang ok," balas Om Danu memutus panggilannya dan segera berlari menuju kamar mandi untuk membersihkan badannya.
"On mau kemana?" tanya Stevie setelah Om Danu keluar dari kamar mandi dan bergegas memasang kembali semua pakaiannya yang berserakan dilantai.
"Saya mau ke rumah sakit dulu Stevie. Istri saya masuk rumah sakit," jawab Om Danu sembari memasang pakaiannya satu persatu.
Tak lama kemudian, Om Danu pun pergi. Tak lupa ia meninggalkan sehelai cek yang bertuliskan nominal lima puluh juta di dalamnya.
"Ini cek untuk kamu Stevie. Di dalamnya ada uang sebesar lima puluh juta sebagai bonus dari saya untukmu. Kamu bisa mencairkan uang itu di bank mana saja. Besok saya akan memesan kamu lagi," ucap Om Danu sebelum pergi. Tak lupa ia melumat sekilas bibir Stevie lalu bergegas pergi.
Stevie tak menyangka bisa mendapatkan uang sebesar itu dalam waktu beberapa jam saja. Biasanya, setiap hari isi sakunya paling banyak hanya sebesar lima puluh ribu saja. Hal itu membuat Stevie girang bukan main.
Setelah Om Danu pergi, Stevie bergegas turun dari ranjangnya, namun baru saja ia hendak beranjak, Stevie terpekik lantaran ia merasakan kemaluannya yang amat sakit dan juga perih sekali.
"Assshhh, sakit sekali," rintih Stevie mengurungkan niatnya untuk turun ranjang.
Namun, setelah beberapa saat kemudian, Stevie kembali turun dengan perlahan dan melangkah ke kamar mandi dengan langkah terseok-seok.
"Ini kok perih banget ya? Mandi air anget boleh kali ya. Tapi gimana caranya?" guma. Stevie masih awam dengan canggihnya peralatan mandi orang kota.
Karena memang dasarnya pintar, Stevie pun membuka layanan internet di ponsel pintarnya. Ia perna menonton seseorang tengah berendam dengan air hangat di sebuah bak besar.
"Ini ada baknya, cara nyalain air hangatnya gimana ya?" gumam Stevie lagi sembari menggeser-geser layar ponselnya.
Tak lama kemudian, Stevie pun mendapatkan caranya. Dengan senyuman yang mengembang, Stevie pun mempraktekkannya dan ternyata berhasil.
"Nahh ini dia," gumamnya lagi saat air mengalir mengisi bathub tersebut.
Hingga tak lama kemudian, air pun dirasa cukup. Tak lupa Stevie menambahkan sabun cair lalu mulai berendam di dalamnya. Ia merasa sangat senang sekali lantaran perih yang dirasakannya mulai berkurang.
Sementara itu, Om Danu baru saja sampai di rumah sakit tempat istrinya dirawat. Bergegas Om Danu setengah berlari menuju UGD dan menemukan Willy yang masih berdiri menunggu kabar dari sang mama..
"Willy, apa yang terjadi dengan mama mu? Kenapa dia sampai masuk UGD?" tanya Om Danu menghampiri putranya tersebut.
"Aku ngga tau pa. Tadi aku juga di kabari oleh si mbok. Aku juga dari luar pa. Coba nanti kita tanyakan saja sama mama kalau mama sudah sadarkan diri," jawab Willy lagi.
Dan sekitar kima menit kemudian, dokter pun keluar. Bergegas Willy dan Om Danu mendekati dokter tersebut dengan maksud menanyakan kabar wanita yang sudah memberikannya seorang anak tersebut.
"Saat ini pasien sudah sadarkan diri pak. Setelah kami lakukan pemeriksaan, ternyata pasien mengidap penyakit jantung dan kemungkinan ada hal yang membuat pasien terkejut sehingga membuatnya jatuh pingsan. Saran saya, tolong sebisa mungkin membuat pasien selalu tenang dan jangan sampai ada hal yang membuat pasien kaget. Jika itu terjadi, kemungkinan besar pasien akan mengalami stroke ringan hingga berat. Dan pada kasus berat lainnya, pasien bisa mengalami henti jantung sehingga nyawa pasien tidak bisa diselamatkan lagi," jelas dokter tersebut membuat Om Danu dan Willy saling tatap.
Ayah dan anak itu merasa bingung dan heran. Pasalnya, yang mereka ketahui, ibu satu anak itu dalam keadaan sehat walafiat.
"Baik dokter. Terima kasih. Kalau begitu apa kami boleh masuk?" tanya Om Danu ingin bertemu dengan sang istri.
"Tentu, tapi tolong gantian ya," jawab dokter tersebut lalu pergi.
Setelah berdiskusi dengan Willy, akhirnya Om Danu masuk terlebih dahulu. Om Danu menghampiri sang istri yang terbaring lemas di atas ranjang rumah sakit.
"Ma, dokter bilang kamu mengidap penyakit jantung. Sejak kapan? Apa kamu sudah mengetahui semuanya?" tanya Om Danu menatap lekat wajah Linita. Wanita yang ia nikahi dua puluh tahun yang lalu.
Linita membalas tatapan Om Danu dan tak lama kemudian, air matanya menetes. Ia teringat kejadian beberapa jam yang lalu, saat sebelum ia jatuh pingsan dan dibawa ke rumah sakit ini.
Saat Linita hendak membawa pakaian kotor milik suaminya ke ruangan cuci pakaian, ia tak sengaja menemukan sebuah kwitansi pembelian cincin berlian seharga puluhan juta. Selain itu, Linita juga menemukan bekas lipstik dikemeja putih suaminya.
Linita yang amat mencintai suaminya itu merasa sangat shock. Tak pernah terbayangkan dalam hidupnya kalau suaminya akan memiliki wanita lain dihidupnya.
Hingga di detik kemudian, Linita menceritakan semuanya kepada sang suami. Awalnya, Om Danu sempat terkejut dan gugup. Namun, bukan Om Danu namanya kalau ia tidak bisa memainkan sebuah rekayasa untuk melindungi dirinya.
"Maksud kamu cincin berlian seharga tiga puluh lima juta itu?" tanya Om Danu segera dibalas dengan anggukan oleh Linita.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!