NovelToon NovelToon

NEXUS FANTASY: Aku Menciptakan Portal Ke Dunia Lain Tanpa Kekuatan Sihir.

Chapter 1

[Laboratorium Zhull]

"Sial! Mereka sangat gigih"

"Dimana kau Zhull?! Kau tidak bisa lari dari kami! Laboratorium mu sudah kami kepung!"

"Cobalah tangkap aku jika kalian bisa!"

Zhull dengan nafas terengah-engah bersembunyi di laboratoriumnya. Beberapa pihak sepertinya ingin mengambil teknologi yang ia ciptakan untuk keuntungan mereka. Zhull tau bahwa laboratorium nya sudah dikepung dan dia hanya bisa bersembunyi di ruangan tempat portal yang dia ciptakan.

Suara dobrakan terdengar keras dari luar, Zhull tidak punya jalan lain selain mengaktifkan portal dan masuk.

"Lebih baik aku mati daripada harus ditangkap oleh mereka dan menjadi budak. Selamat tinggal dunia, aku akan merindukan kalian"

Beberapa saat kemudian orang-orang itu berhasil mendobrak pintu, namun sebelum mereka sempat berhasil mencegah Zhull untuk masuk ke portal, portal itu mulai mengeluarkan reaksi tidak stabil, namun Zhull tetap memutuskan untuk masuk karena tidak ada pilihan lain.

"Adios... Idiot"

Zhull masuk dan beberapa detik kemudian portal itu meledak dengan kekuatan dahsyat dan hancur bersama laboratorium Zhull.

Di sisi lain, Zhull terbangun dari pingsannya dan melihat sekitarnya— Sebuah kuil kuno yang tampaknya sudah ada ribuan atau jutaan tahun yang lalu.

"Ini jelas bukan dunia asalku. Ahh... aduh... badanku sakit, mungkin ini efek melintasi dunia. Ahh sudahlah, lebih baik aku cari jalan keluar"

Zhull menjelajahi kuil itu, semakin dalam ia masuk, hawa dingin semakin menusuk kulit. Dia hanya berjalan menurut instingnya tanpa tau tujuan sampai dia berhenti di sebuah altar yang tampak megah dengan sebuah benda seperti artefak di tengah altar tersebut.

(dengan bingung dan penasaran)"Benda apa ini? Benda ini seperti pernah aku lihat sebelumnya, tapi dimana?"

Zhull mencoba menegang nya dan tiba-tiba cahaya merah muncul dari benda itu. Zhull yang terkejut melangkah mundur namun benda itu dengan cepat menuju kearahnya dan menyatu dengan lengannya seakan sudah terikat dan tidak bisa dilepaskan.

(terkejut dan mencoba melepaskan benda itu)"APA INI?! KENAPA TIDAK BISA DILEPASKAN?! SIAL!!"

Zhull yang frustrasi pun menyerah untuk melepaskan benda itu. Zhull tidak merasakan sesuatu yang aneh pada dirinya, tidak ada energi mistis, tidak ada kekuatan yang bertambah, hanya dirinya yang biasa.

Beberapa menit kemudian kuil itu mulai bergetar dan jelas itu adalah tanda-tanda akan runtuh. Zhull segera berlari dan melihat sebuah cahaya, dia yakin itu adalah jalan keluar.

"Bagus. sepertinya itu adalah jalan keluar. aku muak mencium bau lumut bercampur CO2 di tempat ini"

Dinding-dinding kuil itu mulai runtuh dan Zhull mempercepat larinya, akhirnya Zhull berhasil keluar dengan selamat. Zhull melihat kebelakang, menyaksikan kuil itu runtuh seperti bangunan yang diinjak oleh Kaiju.

(terengah-engah)"Sheeesshhh... Itu tadi hampir saja. Baiklah, sekarang aku harus melewati hutan ini. Sepertinya ini akan menjadi perjalanan yang melelahkan."

Zhull mulai berjalan menelusuri hutan yang entah berapa hektar luasnya, dia hanya berjalan lurus dan tetap waspada, kalau-kalau ada beruang atau makhluk aneh yang muncul.

Zhull sesekali melihat benda yang sekarang menyatu di kedua lengannya, benda itu tidak memancarkan energi apapun, tidak ada perubahan yang terjadi pada dirinya, ini membuatnya bingung dan bertanya-tanya.

"Apa fungsi benda ini? Aku tidak merasakan apapun, bahkan aku masih merasa seperti biasanya."

Zhull Terus berjalan tanpa tujuan yang jelas, karena tujuannya hanya satu, keluar dari hutan.

...----------------...

...TBC...

Chapter 2

"hadeuhhh... Capek banget anjir... Ini hutan berapa ratus hektar sih?"

Zhull masih berjalan di hutan selama beberapa jam dan masih belum menemukan tanda-tanda jalan keluar. Dia terus berjalan dan menggerutu tidak jelas, sambil sesekali melihat benda di kedua lengannya. Benda itu seperti pelindung tangan dengan masing-masing memiliki dua bilah pisau yang tampaknya tidak terlalu tajam, dan satu kristal berwarna biru dan kadang berubah menjadi hijau toska.

"Benda ini buat apa sih? Hmmm...."

Zhull berhenti dan memutuskan mencoba sesuatu dengan benda itu yang masih belum jelas untuk apa.

"Oke lah..." Zhull menutup matanya dan membayangkan sebuah energi berkumpul di kedua lengannya. Kedua tangannya mengepal dan bersiap-siap mengeluarkan jurus. "Sshhaaaaaaaarkkkkkhhhh..." Zhull mengeluarkan suara yang menurutnya keren dan mulai membentuk tanda 'Plus' dengan tanganya dan berteriak "SINAR SPACIUM!!!"... "Ehh?..." Tidak terjadi apapun kecuali dia yang berteriak konyol dan mengeluarkan pose yang aneh.

"Lah?... Kok gak muncul jurus sih? Anjir, gw kira bakal keluar jurus kayak Ultraman atau semacamnya... Ahhh, sialan. Imajinasi gw kebangetan liarnya sampe gw beneran ngerasa punya kekuatan super"

Zhull terus menggerutu dan yang jelas kalian gak bakalan mau dengar/baca.

"Yah, untung gak ada yang liat, kalo ada pasti gw malu setengah mati. Kalo jurus sinar gak bisa, mungkin tinjuan super bisa. Yoooshhh!"

Zhull bersiap-siap memukul pohon. Dia pikir mungkin dia punya tinju super tapi...

"TINJUAN SUPER!!! HYAAAAKKK"

Zhull memukul pohon didepannya sekuat tenaga, tapi yang terjadi hanya tangannya yang jadi sakit.

"Aduh, aduh, aduh... Sakit banget sat! Kampret, nih benda buat apaan anjir? Masa iya cuma buat gaya-gayaan doang?" Dia menggerutu lagi dan sambil melompat-lompat seperti anak tantrum.

"KENAPA GW SELALU SIAAALLLLL!!...."

____________________________

Zhull kembali melanjutkan perjalananya sambil menggerutu, sesekali melihat kearah langit dan hanya mendengarkan suara burung dan dedaunan yang tertiup angin.

*Krruuukkkk. Dia mulai kelaparan, bahkan suara perutnya terdengar jelas.

"Aarkkkkhhhh... laper banget anjir. Gak ada buah-buahan atau hewan kecil yang halal dimakan gitu? Gw laper banget." Seperti biasa, dia menggerutu dan mengatakan hal-hal yang tidak jelas.

*brukkk. "Aduhh"

Saat dia sedang melihat pohon-pohon dan berharap ada pohon yang berbuah dia tersandung akar dan jatuh tersungkur. Namun itu adalah keberuntungan, karena dia melihat Padang rumput di depannya yang berjarak kurang lebih 100 meter di depannya. Dia mulai bangkit dan berlari menuju ke sana sambil melompat kegirangan.

"CIHUYYY... AKHIRNYA. AKHIRNYA GW KELUAR DARI HUTAN YANG SURAM INI... UHUYYY..." Dia berteriak dan melompat kegirangan.

Saat sampai di tepi hutan, dia terpukau melihat pemandangan yang sangat indah dan asri. Dia tidak pernah melihat hal semacam ini di dunia lamanya karena kebanyakan sudah menjadi kota dan daerah padat penduduk.

"Wooowww... Ini gilak banget coyy... Padang rumput yang luas, hijau, dan udara yang seger. Beuhhh... Gw bisa betah di dunia ini kalo gini ceritanya mahh..."

Zhull masih melihat ke hamparan Padang rumput, dan tidak berselang lama dia melihat sebuah kereta kuda yang berarti itu menandakan ada jalan disana.

"Sip dah. Di sana pasti ada jalan. Waktunya utiwi!"

Zhull berjalan kearah kereta kuda itu muncul. Tidak terlalu jauh, mungkin sekitar 300 meter. Zhull terus berjalan dan akhirnya sampai dijalan, tapi sayang kereta kuda itu sudah jauh kedepan dan karena dia kelaparan dia tidak kuat mengejarnya.

"Haduh... Laper banget... Mana kereta kuda itu cepet banget lagi. Haaaahh... Yaudah lah, gw ngikutin jalur kereta kuda itu aja. Barangkali disana ada desa atau kota"

Zhull berjalan dan kali ini tidak menggerutu, mungkin karena dia sudah sangat kelaparan.

_______________________________

Zhull terus berjalan dan mengikuti jalan itu. Saat melewati sungai, Zhull berhenti dan memutuskan untuk menangkap ikan dan minum air karena dia sudah sangat kehausan, lapar, dan lelah.

"Akhirnya!!! Ada sungai. Ikannya juga lumayan banyak" dia melihat ke tepi sungai dan dan melihat ada ikan yang besar. "Wahh... ikan itu gede banget! CIHUYYY... bakal kenyang nih"

Zhull mulai mencari sebuah batu pipih yang akan dia gunakan untuk berburu ikan. Begitu dapat tanpa basa-basi dia langsung melemparkan batu itu kearah ikan besar besar itu dan tepat mengenai kepala nya. Ikan itu menggeliat dan akhirnya mati karena batu itu hampir membelah sepertiga kepalanya.

"Asik... Iwak bakar pasti mantep nih."

Zhull membakar rumput kering dan menggunakan batu kering di sungai untuk membuat api. Begitu api menyala, Zhull langsung memanggang ikan itu sambil bernyanyi tidak jelas.

"Iwak-iwak kali... Moro o nang arah ku, tak tangkep awak mu... gen dadi lawuh ku" (ikan ikan... sungai... Datanglah kearah ku, ku tangkap dirimu... supaya jadi lauk ku)

Setelah ikan itu matang, dia melahapnya sampai hanya tersisa tulang. Ya jelas, siapa yang akan makan tulang ikan?.

"Wah... biar gak pakek bumbu, ikan ini masih enak, sayang banget gak ada nasi." Zhull berdiri dan melanjutkan perjalanannya mengikuti jalan, namun kali ini dengan perasaan yang lebih semangat karena sudah makan.

___________________________

Zhull terus berjalan, jalan itu membawanya masuk ke hutan kecil, tapi tiba-tiba.

"HEI! BERHENTI DI SANA!"

Suara seorang pria terdengar dari balik pohon. Pria itu keluar bersama dengan dua orang lainnya.

"Yooo... Santai kawan! Dari tampang lo pada kayaknya lo semua gak niat buat nyambut tamu datang" kata Zhull sambil berpura-pura tidak panik

"Huh? Cara bicaramu aneh" kata pria berbadan besar dan membawa pedang, dia juga yang menyuruh Zhull untuk berhenti.

"Boss, sepertinya dia berasal dari Benua Tenggara. Aku pernah dengar bahwa mereka berbicara dengan nada yang aneh" kata seorang pria yang badannya sedikit lebih kecil sambil membawa tombak.

"Pakaiannya juga aneh. Sepertinya dia benar-benar dari Benua Tenggara, boss." Kata pria dengan badan tinggi kurus dan membawa pisau kecil.

"Huh... Benua tenggara ya. Kau pasti orang miskin"

Zhull mulai panik dan tidak tau harus bagaimana. Dia memang seorang ilmuan, tapi bukan petarung. "Anuu... Aku pengembara miskin, aku terdampar saat kapal yang aku tumpangi diterjang badai." Zhull mencoba menyembunyikan kepanikannya dan berbohong untuk meyakinkan orang-orang yang jelas mereka adalah seorang bandit.

"Anak-anak! Bunuh dia!"

"Baik boss!" Kedua anak buah bandit itu menjawab serempak dan mendekat kearah Zhull.

"Gawat!!" Zhull sangat panik dan mencoba kabur. Tapi, para bandit itu berlari sangat cepat dan berhasil mengkapnya.

"Kena kamu!" Ucap bandit tinggi kurus dan sambil menusukkan pisaunya ke paha Zhull.

Zhull mengerang kesakitan dan kini tidak bisa lari. Sebelum dia bisa memohon ampun, si bandit pendek langsung menusukkan tombaknya ke perut Zhull berkali-kali. Kesadaran Zhull mulai menghilang dan dia hanya bisa pasrah menerima kematiannya.

"Gw... Berakhir... di... disini... hehe... gw jadi... m-mati konyol deh..." Zhull terkapar dan melihat ke langit. Kesadarannya mulai menghilang dan dia hanya tertawa sinis melihat nasibnya yang selalu sial.

"Hahaha... adios... isekai..."

__________________________

"Hei... Hei nak... bangun!..." suara pria tua tiba-tiba terdengar dan seperti khawatir"

"Nak, bangunlah! Kenapa kau tidur di tengah jalan?" Suara itu semakin jelas, dan seperti berusaha membangunkan seseorang.

"Ehh? Gw udah di surga ya?" Zhull membuka matanya perlahan. "Eh??? Huh??? Lah?? dia langsung terkejut, melompat dan kebingungan. "Mungkin kah kau??? Eh?? Luka gw, hilang?"

Pria tua itu hanya mengerutkan alis sambil kebingungan. "Aku tidak tau apa maksud mu nak. Tapi kenapa kau tidur di tengah jalan? Apa kau tidak takut terlindas kereta barang?"

"Apakah kau yang menyembuhkan ku pak tua?"

"Tidak, bukan aku. Aku sudah menemukanmu tergeletak disini. Aku pikir kau tidur di jalan, jadi aku membangunkan dirimu agar tidak terlindas kereta. Jadi, apa yang terjadi kepadamu anak muda?"

Zhull menceritakan apa yang baru saja terjadi, tentang dia yang sedang mengembara dan malah diserang bandit.

"Ohh jadi kau adalah pengembara dari Benua Tenggara ya? Pantas saja pakaian dan caramu berbicara sedikit unik. Aku dengar Benua Tenggara adalah daerah yang cukup miskin, tapi memiliki sumber daya yang melimpah. Tapi sepertinya kau diserang cukup parah. Kau sepertinya memiliki regenerasi di atas manusia biasa nak. Tidak ada luka sama sekali di tubuhmu walaupun banyak bekas tusukan di bajumu"

"Emmm... Ya, Begitulah. Saat ini aku sedang mencari tempat terdekat untuk tinggal sementara."

"Ikutlah aku! Naik saja ke gerobak ku, kebetulan di depan sana ada kota kecil bernama Sandora, kita bisa ke sana bersama"

"Terimakasih banyak Pak tua"

"Hehe... Panggil saja aku Granos! Ngomong-ngomong siapa namamu nak"

"Namaku, Dz.... ahh... Panggil saja aku Zhull, Pak Granos"

"Baiklah Zhull, ayo kita berangkat!"

"Ayok!"

Mereka pun berangkat ke Sandora bersama. Zhull merasa beruntung karena bertemu orang baik seperti Granos. Pria tua berambut putih, dengan jenggot tebal dan wajah yang ramah.

...___________________________...

...TBC...

Chapter 3

"Jadi Zhull, bagaimana rasanya hidup di Benua Tenggara? Apakah tempat itu nyaman?"

Zhull hanya diam sejenak dan berfikir. "Apakah aku harus berbohong atau jujur kalau kau berasal dari dunia lain?"

"Hmmm, Zhull? Apakah kau dengar?"

"Ehh... Maaf Granos-san. Tadi aku tiba-tiba bengong."

"Baiklah, jadi bagaimana dengan pertanyaan ku tadi?"

"Ya... Di sana sangat nyaman, orang-orang di sana juga ramah walaupun tidak semuanya. Tapi aku senang berada di sana."

"Hahaha... Sepertinya tempat itu sangat menyenangkan. Dan aku dengar di sana memiliki banyak budaya, apakah itu benar?"

"Ya, itu benar. Kami hidup berdampingan tanpa banyak masalah, tapi di kondisi tertentu konflik tetap ada dan menyelesaikannya kadang agak rumit."

"Ya, di manapun itu, konflik karena perbedaan memang selalu ada. Jadi, apa alasanmu mengembara dan meninggalkan Benua Tenggara?"

"Bisa dibilang aku ingin merantau dan melihat dunia luar, sekalian aku ingin mencari pengetahuan."

"Yah, merantau memang pilihan bagus jika kau berada di tempat yang menurutmu kurang mendukung. Ditambah lagi kau ingin melihat dunia luar dan mencari pengetahuan, kau pasti pemuda yang memiliki tujuan besar."

"Terimakasih pujiannya, Granos-san."

Mereka berbincang-bincang selama perjalanan. Sandora agak jauh, bahkan butuh sekitar dua jam sampai tembok Sandora benar-benar terlihat.

"Wow, aku kira Sandora adalah tempat yang gersang, tandus, dan kering. Tapi ternyata cukup hijau dan segar."

"Sandora dulunya memang tempat yang tandus dan gersang. Tapi sejak tempat ini dipimpin oleh walikota Dutchope Florand sekitar enam puluh tahun yang lalu. Tempat ini jadi hijau dan berkembang pesat. Mengingatnya membuatku bernostalgia"

"Hehe... Kau sepertinya sudah tinggal disini cukup lama ya?"

"Ya begitulah. Aku lahir dan tumbuh di Sandora selama lima puluh tahun. Banyak yang sudah berubah disini"

"Kalo seperti itu mah, kau bisa disebut sepuh Sandora"

"Hahahaha... Candaan dan caramu berbicara benar-benar lucu. Apakah semua orang di Benua Tenggara memiliki nada bicara seperti itu?"

"Sebagian besar memang seperti itu, tapi sebagian tetap berbicara seperti orang-orang dari luar Benua Tenggara"

"Jadi begitu ya"

___________________________

Akhirnya setelah perjalanan lebih dari dua jam mereka pun sampai di Sandora.

Sandora adalah kota yang tidak terlalu besar, tapi juga tidak terlalu kecil. Orang-orang berlalu lalang melakukan aktifitas mereka masing-masing.

"Baiklah kita sudah sampai. Jika kau butuh bantuan lain kau bisa pergi ke gerbang selatan, aku tinggal disana"

"Baiklah Granos-san, aku akan kesana jika butuh bantuan. Sampai jumpa lagi"

"Sampai jumpa. Jaga dirimu!"

"Pasti."

Zhull hanya menatap Granos yang semakin menjauh. "Pria tua dengan semangat muda." Pikir nya "Aku rasa orang-orang didunia ini punya umur panjang" timpa nya lagi sambil tersenyum.

_________________________

Zhull berjalan menelusuri kota sambil mencari informasi yang dia butuhkan untuk bertahan hidup. Dia memandang setiap bangunan dan mendengarkan percakapan para penduduk Sandora dengan seksama.

Dia memperhatikan semua disekelilingnya, "Gw ngerasa udah kayak masuk dunia game aja." Gumamnya. Zhull terus berjalan sampai dia berhenti di depan kedai makan. Dia masuk untuk mencari informasi lebih namun tempat itu terlihat tidak begitu ramai. "Sepi amat?." Gumamnya pelan.

Saat dia berniat untuk keluar, langkahnya tiba-tiba terhenti karena mendengar seseorang sedang mengeluh terhadap sesuatu dari arah dapur.

"Akhhh!!! Kenapa benda ini selalu seperti ini? Menyebalkan sekali." Orang itu tampaknya sedang mencoba memperbaiki sebuah benda yang tampak seperti penggiling daging.

Zhull yang penasaran pun mendatanginya.

"Hei bro, butuh bantuan?"

"Siapa kamu? Kau sepertinya bukan dari sini."

"Yoi. Gw dari benua selatan, kebetulan gw butuh makan. Gw bisa bantu benerin alat Lo kalo Lo mau."

"Cara bicaramu aneh sekali... Baiklah. Jika kau bisa memperbaiki benda ini aku akan membayar mu"

"Berarti kita sepakat. Sini! Gw liat dulu rusak nya dimana"

Zhull melihat benda itu dan memperbaikinya. Zhull sangat terkesan karena walaupun sederhana namun cukup canggih untuk dunia dengan peradaban kuno.

Setelah beberapa menit benda itu selesai diperbaiki. "Benda ini canggih amat, gw gak ngira bakalan sebagus ini."

"Yah, aku membelinya dengan harga yang mahal. Tapi benda ini sering rusak, menjengkelkan sekali."

"Mending Lo kasih minyak di bagian ini!. Kalo jarang dikasih minyak bakalan cepet rusak dan yang ada lo malah rugi banyak."

"Aku membeli benda ini dengan harga mahal, bagaimana bisa rusak?"

"Mau semahal apapun barang yang Lo beli, kalo gak dirawat ya bakalan cepet bobrok!"

"Bobrok?"

"Rusak! Maaf jika cara ngomong ku agak laen"

"Ya, terserah lah. Ini lima koin perak. Terimakasih sudah mau memperbaikinya"

Zhull menerima koin perak itu. Namun, Zhull memutuskan untuk bertanya beberapa hal. "Hei kawan, apakah ada guild dikota ini? Atau tempat lain buat nyari kerjaan?"

Orang itu diam sejenak. "Ya, ada serikat petualang di dekat gerbang selatan. Jika kau mencari empat lain untuk bekerja sampingan mungkin kau harus ke pasar di dekat gerbang timur." Katanya sambil mengeluarkan peta entah dari mana asalnya.

"Gerbang selatan? Disana tempat Granos-san tinggal, gw bisa sedikit tenang nih."

"Granos? Jadi kau kenal pak tua itu ya?"

"Dia yang nganterin gw ke kota ini" Sambil berdiri dari kursi dan bersiap beranjak pergi.

"Ya terserahlah. Hati-hati dijalan! Dan berbicaralah lebih normal, kau bisa membuat orang lain bingung."

"Bakal gw usahain" Zhull berjalan menuju pintu dan keluar.

_______________________

Zhull berjalan menuju ke serikat petualang yang dimaksud orang tadi. Jalan menuju gerbang selatan agak jauh, bahkan butuh lima belas menit hingga dia sampai. "Astaga... Granos-san bilang kota kecil, tapi ini lebih gede dari yang gw kira." Gumamnya sambil berjalan menuju pintu serikat petualang.

Saat dia membuka pintu suasana didalam benar-benar ramai, banyak petualang dengan berbagai senjata yang mereka bawa. Ada kesatria pedang, kemana, penyihir, dan lain-lain.

Zhull menuju meja resepsionis dan disambut oleh wanita cantik dengan rambut pirang pendek. "Wow, cakep banget njirr. Oppainya gede lagi." Ucapnya dalam hati.

"Halo tuan. Apakah ada yang bisa saya bantu?" Tanya nona cantik itu.

"Ah... Anu... Aku ingin mendaftar menjadi petualang." Kata Zhull dengan sedikit gugup dan tersenyum canggung.

Nona itu tersenyum dan menjawab dengan nada ramah. "Tentu saja tuan. Silahkan isi formulir ini dan masuklah keruang pengujian." Katanya sambil memberikan sebuah kertas dengan tulisan yang jelas tidak bisa dibaca oleh Zhull.

Zhull memandang kertas itu dengan kebingungan. "Apaan nih? Bahasa Rusia? Tapi seingat gw kagak gini deh." Ucapnya dalam hati. Dia memandang kertas itu selama beberapa detik dan akhirnya memberanikan diri untuk jujur. "Anu.. Aku berasal dari Benua Tenggara. Aku tumbuh di tempat dengan tulisan yang berbeda, aku tidak bisa membaca ini." Ucapnya dengan malu-malu dengan tersenyum canggung sambil menggaruk kepala.

"Baiklah, tidak apa-apa. Saya akan membantu anda. Siapa nama anda?"

"Dzhu... Ah, maksudku Zhull Crass."

Nona itu menulis nama Zhull dan melanjutkan pertanyaannya. "Baiklah, berapa usia mu?"

"Dua puluh dua tahun, atau semacamnya."

Nona itu menulis lagi dan melanjutkan pertanyaannya lagi. "Apakah Kau punya pekerjaan lain?"

"Untuk saat ini tidak ada."

Nona itu tersenyum dan selesai mencatat formulir. "Baiklah Zhull-san silakan masuk ke pintu itu untuk pengujian kemampuan anda."

"Baiklah terimakasih."

Zhull segera menuju ke pintu yang ditunjukan. Setelah masuk, dia disambut oleh seorang pria besar dengan badan kekar.

"Selamat datang. Namaku Darius Reynold. Aku akan menjadi penguji mu. Jadi, siapa namamu?." Darius menatap Zhull dengan tatapan tajam seolah-olah menilai seberapa kuat Zhull.

"Namaku Zhull Crass, panggil saja Zhull."

Darius mengeluarkan sebuah bola kristal berwarna biru pudar dari bawah meja. "Pertama kita lihat seberapa besar sihir mu. Letakkan pada bola kristal ini!" Katanya sambil meletakkan bola kristal itu keatas meja.

"Baiklah." Zhull mulai meletakkan tangannya ke bola kristal tersebut. Namun, tidak ada reaksi apapun. "Ehh... kok gak kenapa-kenapa? Rusak kah?."

Darius diam dan tampak ragu-ragu. "Hmm... ini seharusnya tidak mungkin terjadi. Orang harusnya masih memiliki sihir walaupun kecil. Aku baru melihat ada orang yang benar-benar tidak memiliki sihir sama sekali, bahkan mana pun tidak ada." Darius mengatakan itu dengan ekspresi kagum, bingung, dan skeptis.

"Lalu apa yang harus gw lakukan, Darius-san?" Tanya Zhull dengan perasaan campur aduk.

Darius hanya mengangkat bahu dan menghela nafas panjang. "Aku tidak tau. Tapi, mungkin kau masih bisa bertarung dengan fisik. Apa kau punya pengalaman bertarung?" Tanyanya sambil melihat tubuh Zhull.

Zhull diam sejenak sebelum akhirnya menjawab. "Hanya kabur dari bandit kejaran bandit, itupun bukan pengalaman bertarung. Aku pernah ikut beladiri sih, tapi cuma sebentar." Katanya sambil mengusap dagunya.

"Baiklah, mari kita coba." Jawab Darius.

Darius membawa Zhull kesebuah lapangan pelatihan kecil untuk diuji kemampuannya.

"Baiklah Zhull, kau bisa memilih senjata apapun yang kau mau untuk latihan sementara." Darius keluar sambil membawa Tombak kayu, pedang kayu, busur dan beberapa senjata lain yang terbuat dari bahan yang aman untuk latihan.

Zhull berfikir dan mencoba memilih benda-benda itu. "Mungkin pedang cocok kali ya? Busur agak ribet kalo di pakek ama orang yang aim nya nge-bug kayak gw, kapak kayaknya berat, gw bakal cepet capek, tombak juga kudu bisa jaga jarak aman..." Gumamnya dalam hati. Kemudian dia mengambil pedang kayu yang sedikit kecil namun panjang. "Sip!. Darius-san, aku pilih pedang ini."

Darius mengangguk yakin. "Baiklah, pilihan bagus!. Coba kau serang boneka kayu itu!" Darius menunjuk sebuah boneka yang terbuat dari kayu dan jerami.

Zhull mengangguk dan mengambil posisi. "Baiklah, aku siap!"

...___________________...

...TBC...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!