Di halaman rumah mewah, yang dikelilingi taman hijau subur dan bunga-bunga putih yang bermekaran indah, tengah berlangsung acara pernikahan sederhana. Saat itu, acara ijab qabul sedang berlangsung.
Seorang pria paruh baya yang tengah menjabat tangan calon suami dari keponakan nya mulai mengatakan ijab nya dengan lantang “Saya nikahkan dan kawinkan engkau ananda Ghaffar Rayyan Al-Harith bin Malik Rayyan Al-Hafiz dengan ponakan saya yang bernama Haura Putri Maharani dengan maskawin berupa seperangkat alat sholat dan emas seberat 3 gram, dibayar tunai”
Dengan lantang pria yang bernama Ghaffar Rayyan Al-Harith membalas ijab itu“Saya terima nikah dan kawinnya Haura Putri Maharani binti Agam Hamizan Basyiruddin dengan mas kawin tersebut, dibayar tunai” ucap qobul nya dengan satu tarikan nafas.
"Bagaimana para hadirin, SAH?"
Dengan serempak para hadirin mengatakan 'SAH' pada pasangan suami istri baru itu. Mereka semua nampak tersenyum bahagia dan bertepuk tangan pada kedua mempelai dan memberikan doa yang terbaik untuk kehidupan baru pasangan itu.
Kecuali kedua pengantin baru itu. Tak ada raut wajahnya bahagia di antara keduanya, bahkan untuk saling menatap saja sulit bagi mereka berdua. Hingga sampai acara pernikahan selesai dan tamu-tamu sudah pada pulang termasuk keluarga dari istri nya, Gaffar kemudian segera pergi berlalu ke kamarnya meninggalkan Haura sendirian disana.
'apa keputusan ku benar menikah dengan nya?'gumam Haura tak yakin
Dirinya yang tengah duduk sendirian diatas pelaminan nya tiba-tiba dihampiri oleh kedua mertuanya bersamaan
"Nak, Ghaffar mana?" Tanya Zea,ibu mertua nya dengan nada lembut
"Mas Ghaffar udah pergi duluan Bu, kayanya mas Ghaffar udah kecapean" jawab Haura bohong
Kedua mertuanya nya saling bertatapan. Mereka tahu kalau putra nya itu sebenarnya masih belum bisa menerima pernikahan ini.
"Pah..." Bisik Zea pada suaminya itu
"Nanti papa yang akan bicarakan dengan Ghaffar" balas Malik, ayah dari Ghaffar itu pada istrinya
Dirinya hanya menghela nafas melihat kelakuan anak nya yang memang cukup sulit diatur itu.
"Kalau gitu kamu juga segera istirahat, nak. Nanti yang disini biar ibu sama bapak yang urus" titah Zea pada menantu baru nya itu.
"Ah, iya Bu. Makasih, kalau gitu Haura izin ke kedalam duluan" pamit Haura. Dirinya kemudian berjalan masuk kedalam rumah meninggalkan acara pernikahan nya itu yang memang sebentar lagi selesai.
🖤🖤🖤
Malam harinya setelah Haura selesai membersihkan tubuh nya dan berganti pakaian tidur, ia segera keluar dari kamar mandi dan menemukan Ghaffar yang tengah duduk di pojok tempat tidur sembari memainkan ponsel nya.
"Mas?" Panggil Haura
Ghaffar refleks melirik kearah Haura sesaat lalu kembali fokus ke layar ponselnya yang sedang ia pegang
"Kapan mas datang?" Tanya Haura sembari berjalan mendekat kearah pria itu.
"Belum lama" jawab Ghaffar singkat. Ia sebenarnya ingin tidur dikamar nya sendiri malam ini namun karena Dady nya mengunci kamar nya dan menyembunyikan kuncinya dirinya jadi terpaksa tidur satu kamar dengan istri nya itu.
'dady sama momy apa-apaan sih segala mengunci kamar ku!' batinnya kesal dengan orang tuanya sendiri yang sudah menjebak nya
"Gitu ya..." Balas Haura
Ghaffar kemudian meletakkan ponsel nya diatas nakas, lalu bangun dari tempat tidur dan berjalan masuk kedalam kamar mandi melewati Haura saja
"Hm...mas, mau sholat isya bareng gak?" Ajak Haura ragu-ragu sembari menatap tubuh Ghaffar yang membelakangi nya
Ghaffar terdiam di ambang pintu kamar mandi "sholat saja sendiri, saya sudah sholat isya duluan tadi" jawab nya sembari masuk kedalam kamar mandi tanpa melirik kearah Haura dan langsung menutup pintu itu begitu saja.
Brak...
Haura sedikit tersentak, namun dirinya mencoba bersabar menghadapi sikap suaminya itu "Iya...mas" lirih nya
To be continue~
______________________________________________
Halo! terimakasih sudah mau mampir ke karya novel ketiga author. Semoga suka yaa!
Jangan lupa tinggalkan like, subscribe, dan vote termasuk komen yaa mau itu saran atau kritik author terima dengan lapang dada🙏
Terimakasih♥️
Selesai menunaikan sholat isya, Haura segera merapikan mukena dan sajadah nya kembali ketempat semula. Saat ia baru saja berbalik badan Haura sedikit terkejut melihat Ghaffar yang sudah tertidur di kursi sofa dengan posisi tertekuk karena tubuh pria itu yang begitu tinggi.
Dirinya pun segera menghampiri suaminya itu dan mencoba menggoyang-goyangkan tubuh pria itu untuk membangunkan nya
"Mas"
"Mas Ghaffar" panggil Haura sembari mengerakkan-gerakan bahu Ghaffar secara pelan
Ghaffar yang merasa terusik membuka matanya secara perlahan dan melihat Haura yang tengah mencoba membangunkan nya
"Mas Ghaffar pindah ke tempat tidur yuk? Gak enak tidur di sofa kalau posisi mas kaya gitu" pinta Haura dengan tutur kata lembut
Namun Ghaffar tak menggubris ucapan nya. Dirinya malah membalikkan badannya, membelakangi istrinya.
Haura menghela nafas panjang. Ia benar-benar harus punya stok sabar yang banyak mulai sekarang untuk menghadapi sikap pria ini.
"Mas, kalau gak mau tidur satu ranjang dengan saya kita tukeran saja. Dari pada mas tidur disini besoknya malah sakit badan entar malah repot" ucap nya sembari terus membujuk pria itu
Ghaffar yang sudah merasa risih langsung menengok kearah nya dengan tatapan tajam "Bisa tidak jangan ganggu saya?! Kalau saya sudah disini yaudah kamu di kasur, tidak perlu pakai menyuruh saya pindah-pindah tempat! Lagian juga saya cuma sehari tidur disini, setelah nya kita pisah kamar!" Ucap nya dengan nada ketus
Haura kemudian terdiam sembari menatap nanar kearah Ghaffar "yaudah, kalau itu mau mas" ucap nya mengalah
Dirinya kemudian berjalan meninggalkan Ghaffar disana dan pergi menuju ke tempat tidur nya.
Seharusnya ini adalah malam pertama bagi mereka berdua. Malam yang sakral untuk kedua pengantin baru karena menandai awal dari perjalanan hidup bersama sebagai pasangan suami istri. Namun tidak untuk Ghaffar dan Haura. Pernikahan yang tidak berlandaskan atas cinta sulit bagi keduanya untuk melakukan hal 'itu'. Apalagi Ghaffar seolah tak memiliki hasrat untuk melakukan nya dengan Haura karena wanita itu bukanlah wanita yang ia cintai.
Walaupun perlakuan nya dingin terhadap Haura tapi dirinya tak akan memaksa wanita itu untuk memuaskan hasratnya, karena Ghaffar sudah berprinsip ingin melepaskan keperjakaan nya hanya untuk wanita yang dia cintai tanpa ada paksaan apapun dan dalam hubungan yang sah.
"Aku merindukan mu...Celin" gumam Ghaffar merindukan kekasih nya itu
🖤🖤🖤
Paginya Ghaffar terbangun saat mendengar suara adzan dari ponsel nya yang menandakan sudah masuk waktu subuh.
"Ternyata udah adz-..."
Seketika Ghaffar terdiam saat melihat tubuh nya yang ditutupi oleh selimut tebal. Seingat dirinya, ia sama sekali tak memakai selimut apapun kemarin saat tidur. Apa mungkin Haura yang memakai kan nya selimut? Pikir Ghaffar.
Dirinya kemudian melirik kearah tempat tidur yang sudah rapih tanpa ada seorang pun yang tidur diatas nya.
"Kemana wanita itu?" Tanya nya sembari menyibakkan selimut itu
Tak lama terdengar suara percikan air dari dalam kamar mandi. Seperti nya Haura juga sudah bangun dan sedang membersihkan dirinya untuk melaksanakan sholat subuh.
Selagi menunggu Haura selesai. Ghaffar membuka ponsel nya dan mencari nomor kekasihnya untuk melihat apakah wanita itu sudah membaca pesan dari nya atau belum.
[Celine, aku bisa jelasin]
[Tolong dengarkan dulu penjelasan ku]
[Kumohon Lin...]
[...]
Beberapa pesan yang kemarin dikirim oleh Ghaffar sama sekali tak ada yang dibaca oleh Celine sampai sekarang.
Ghaffar kemudian menatap sendu layar ponselnya itu "Kamu kemana Celine?..." Ucapnya lirih
To be continue~
"Mas?" Panggil Haura yang baru saja keluar dari kamar mandi setelah selesai membersihkan dirinya dan juga berwudhu.
"Mas Ghaffar udah bangun? Mau sholat berjamaah gak, mas?" Ajak nya sembari mengusap wajahnya yang basah karena air wudhu tadi.
Ghaffar melirik sejenak kearahnya dengan ekspresi datar. Dirinya kemudian bangkit dari sofa itu lalu berjalan menuju kearah kamar mandi"Duluan, tidak perlu menunggu saya" balas nya lalu melewati Haura begitu saja seperti kemarin malam.
'lagi-lagi mas Ghaffar nolak' batin Haura sembari menatap sendu kearah pintu kamar mandi itu
Dirinya yang hendak menuju ke tempat solat nya, tanpa sengaja melihat kearah ponsel Ghaffar yang berdering karena ada notifikasi pesan masuk. Haura kemudian berjalan mendekat kearah ponsel itu lalu mengambil nya.
Tanpa sengaja dirinya melihat pesan masuk dari seseorang yang dinamai Celin dengan emot love di akhir nama nya. Haura kemudian membaca singkat pesan dari notifikasi itu tanpa membuka pesan nya langsung.
[Kalau begitu temui aku di cafe siang nanti]
Begitulah isi pesan yang tertera dari notifikasi itu.
Haura kemudian menaikan sebelah alisnya "Apa dia pacar nya mas Ghaffar?" Teka nya. Namun saat dirinya ingin mencari tahu lebih banyak suara gemericik air dari kamar mandi berhenti. Itu artinya Ghaffar sudah selesai dan hendak keluar dari kamar mandi.
Dengan cepat Haura mengembalikan ponsel itu ketempat semula lalu segera pergi ketempat solat dan memakai mukena serta sajadah nya agar tidak terlihat mencurigakan.
🖤🖤🖤
Beberapa saat kemudian Ghaffar keluar dari kamar mandi dengan wajah dan rambut yang basah setelah selesai berwudhu tadi. Dirinya kemudian melirik kearah Haura yang masih melaksanakan sholat. Bukannya menyusul istrinya untuk ikut sholat Ghaffar malah kembali duduk disofa sembari menunggu Haura selesai.
Selagi menunggu istri nya, Ghaffar kembali membuka ponsel nya. Seketika kedua matanya langsung membulat sempurna saat melihat pesan balasan dari kekasihnya, Celin.
Dengan cepat dirinya langsung membalas pesan itu
[Iya, tunggu disana aku akan jelaskan semuanya sama kamu] balas nya dengan senyum mengambang diwajahnya.
Dirinya benar-benar senang saat Celin kembali menghubungi nya setelah hampir beberapa hari mereka lost kontak saat Ghaffar bilang dirinya akan menikah dengan wanita lain. Celine saat itu benar-benar sangat marah pada Ghaffar sampai dirinya menghilang beberapa hari dan tak menghubungi pria itu.
Ghaffar pun merasa bersalah pada kekasih nya itu karena terlambat memberitahu pada Celin kalau dirinya menikah karena dijodohkan oleh orang tuanya dengan wanita yang tak dicintainya. Kerena itu dirinya terus menerus menghubungi Celin dan berusaha agar wanita itu mendengarkan terlebih dahulu penjelasan nya agar tak salah paham lagi dengan nya.
Dirinya yang begitu fokus dengan ponsel nya sampai-sampai tak sadar tidak sadar kalau Haura sudah selesai melaksanakan sholat subuh nya.
"Mas" panggil Haura yang langsung menyadarkan Ghaffar
"Saya sudah sholat nya" sambung nya. Ghaffar hanya mengangguk pelan sembari meletakkan ponsel kembali diatas nakas
Haura yang sudah merapikan mukena dan sajadah milik nya, ia kemudian menyiapkan sajadah serta sarung untuk Ghaffar beribadah.
"Saya bisa melakukan nya sendiri, kamu tidak perlu melakukan nya sampai seperti itu" ucap Ghaffar tak nyaman dengan hal yang dilakukan istri nya itu untuk nya.
"Tidak apa-apa, saya tulus melakukan nya" ucap Haura jujur
Ghaffar tak membalas, dirinya kemudian segera meraih sarung yang sudah disediakan Haura diatas sajadah nya
"Mas, nanti mas mau menemui kekasih mas bukan?" Tanya Haura to the point
Seketika Ghaffar terkejut mendengar pertanyaan Haura. Dirinya kemudian menatap wajah istrinya itu dengan tatapan mengintrogasi
"Kamu melihat ponsel saya tadi?"
To be continue~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!