NovelToon NovelToon

Gift Of Love

bab 1 Terluka

“Aku telah salah…” gumam Aazeena lirih sambil menatap keluar jendela ruang kerjanya. Dari balik kaca bening itu, gedung-gedung tinggi menjulang seperti menatapnya dengan tatapan dingin—seolah ikut menghakimi dirinya yang tengah terpuruk. “Huffff…” helaan napasnya kembali terdengar, entah sudah untuk keberapa kalinya sejak tadi.

Sedih. Kecewa. Dua perasaan yang kini menyesakkan dada Aazeena.

Gadis itu merasa kalah. Untuk pertama kalinya, keyakinan yang ia genggam hancur berkeping. Seseorang yang begitu ia percayai—yang ia jaga dengan penuh doa—ternyata mengkhianatinya.

Sementara di tempat lain, seorang pria menatap hancurnya ruangan yang baru saja ia porak-porandakan.

“Pranggg!”

Pecahan kaca berserakan di lantai, berserakan seperti hatinya.

“Ahh, sial! Bagaimana bisa aku begitu bodoh!?” teriak Cemal sambil meninju meja. Napasnya memburu, wajahnya pucat, matanya merah.

Cemal menyesal. Semua perjuangannya terasa sia-sia. Ia teringat betapa sulit dulu mendapatkan izin keluarga Aazeena, terutama dari Abiyan—kakak laki-laki gadis itu yang begitu protektif. Ia teringat bagaimana dirinya berusaha membuktikan keseriusan, meyakinkan mereka bahwa ia pantas mendampingi Aazeena.

Namun kini, hanya sebulan menjelang pernikahan, segalanya hancur karena kebodohannya sendiri. Ia tertangkap basah bersama Clarisa—putri rekan bisnisnya yang sejak awal menggoda dan menjeratnya dengan rayuan serta godaan yang tak pernah berhenti.

Clarisa Aditama, wanita cantik dan menggoda yang tahu betul cara memanfaatkan kelemahan pria. Dan Cemal, dengan segala kesombongan dan kelengahannya, jatuh dalam perangkap itu.

“Maafkan aku, Aazeena…” lirihnya pelan. Tapi penyesalan itu terlambat. Gadis itu sudah pergi—membawa serta harapan yang telah hancur.

Malam itu, mansion keluarga Damian terasa sunyi. Padahal biasanya, rumah besar itu selalu ramai dengan tawa dan obrolan hangat. Namun malam ini, udara seperti membeku bersama amarah dan kesedihan yang memenuhi ruang keluarga.

Aamira, ibu Aazeena, duduk di sofa dengan mata sembab. Isak tangisnya terdengar lirih namun memilukan. “Hiks… hiks…”

Hati seorang ibu mana yang tak hancur melihat putrinya disakiti, apalagi oleh laki-laki yang hendak menjadi suaminya, hanya sebulan menjelang akad?

“Bagaimana bisa, Ayaah? Bagaimana mungkin putriku menanggung semua ini sendirian? putriku tak bicara apa pun… kita tahu dari para pengawal. Putriku terlalu pandai menyembunyikan lukanya…” ucap Aamira, suaranya bergetar di antara tangis.

Abiyan terdiam di sebelahnya. Rahangnya mengeras.

Air matanya jatuh, tapi amarah di dadanya membara.

Aazeena—adik yang ia jaga sejak kecil, adik yang selalu lembut dan penurut—telah disakiti. Dan yang paling membuatnya sesak, siang tadi Aazeena sempat datang ke kantornya membawa makan siang, tersenyum seperti biasa, padahal di balik senyum itu ia baru saja menyaksikan kehancuran cintanya.

Rafiq, ayah Aazeena, memeluk istrinya erat. Ia tak berkata banyak, tapi sorot matanya menunjukkan luka yang dalam. Bagi Aazeena, Rafiq adalah cinta pertama—dan kini cinta pertama itu hanya bisa menatap putrinya dalam diam, dengan hati yang hancur karena putrinya disakiti orang lain.

Ketika suasana masih tenggelam dalam keheningan, terdengar suara langkah kaki pelan dari arah pintu.

“Assalamu’alaikum…” suara lembut yang begitu dikenal memecah keheningan.

Semua kepala menoleh. Di ambang pintu, berdiri Aazeena dengan balutan jilbab panjang berwarna soft pink, dress bunga lembut yang menutupi tubuhnya hingga mata kaki. Wajah cantiknya tampak teduh, meski ada semburat lelah di matanya. Ia tersenyum—senyum yang dipaksakan, tanpa sadar bahwa keluarganya sudah mengetahui segalanya.

“Wa’alaikumussalam…” jawab Abiyan lirih, satu-satunya yang sempat menanggapi.

Tatapan kakaknya membuat dada Aazeena menghangat tapi juga nyeri. Ada sedih dan amarah di sana—sesuatu yang belum ia mengerti sepenuhnya.

Tap. Tap. Tap.

Langkah kakinya mendekat. Senyumnya tetap terjaga, seperti ingin menenangkan mereka yang ia kira baik-baik saja.

Namun baru beberapa langkah, Rafiq tiba-tiba berdiri dan menarik Aazeena ke dalam pelukannya. Pelukan itu begitu erat, seperti pelindung yang tak ingin kehilangan. Kening dan kepala Aazeena dicium berulang kali, hingga air mata gadis itu nyaris jatuh tanpa ia sadari.

“Ayah…” panggilnya pelan, suaranya nyaris tak terdengar.

“Iya, sayang.”

“Ada apa? Semuanya baik-baik saja, kan?” tanyanya dengan polos, tanpa menyadari betapa kalimat itu membuat semua orang semakin terisak.

Tidak ada yang menjawab. Hening.

Sampai akhirnya, isak tangis Aamira kembali pecah.

“Bunda?” Aazeena menoleh, menatap ibunya dengan mata bingung. “Bunda kenapa?” Ia segera berlutut di samping Aamira dan memeluknya erat.

Tapi Aamira tak menjawab, hanya menangis di bahunya.

“Bunda…” bisik Aazeena lagi, kali ini dengan suara bergetar. Ia menatap ayah dan kakaknya yang masih diam, seolah ada sesuatu yang besar yang ia belum tahu.

Akhirnya, Aamira berucap lirih, “Sayang… kenapa adek diam saja? Kenapa tidak cerita pada bunda, nak…”

Aazeena mengerutkan kening. Ia tak langsung mengerti maksud perkataan itu—hingga Abiyan menatapnya dalam dan berkata dengan suara tegas namun penuh luka,

“Kami sudah tahu, Dek… tentang apa yang Cemal lakukan.”

Dunia Aazeena seketika berhenti.

Tubuhnya membeku.

Ia lupa—bahwa dirinya selalu diawasi pengawal keluarga. Ia lupa bahwa ayah dan kakaknya tak pernah membiarkannya sendirian di luar rumah. Ia lupa bahwa setiap langkahnya selalu dalam lindungan mereka.

Dan sekarang, semua sudah terbongkar.

Air mata yang sedari tadi ia tahan akhirnya pecah. Mengalir deras, membasahi pipinya yang pucat. Ia menunduk, bahunya bergetar hebat.

Rafiq segera memeluknya lagi, menenangkan putrinya yang kini menangis di pelukannya.

“Sayang… adek tidak sendiri. Ayah di sini, nak. Dia bukan yang terbaik untuk putri ayah,” ucap Rafiq lembut, mengusap kepala Aazeena yang kini terisak tanpa suara. “Tak semua yang kita doakan harus jadi milik kita, Sayang.”

Ciuman lembut jatuh di kening gadis itu. Pelukan ayahnya terasa begitu hangat, menenangkan luka yang seolah tak berujung.

Aazeena menangis semakin keras. Ia merasa aman, tapi juga hancur.

“Maafkan Adek, Ayah…” lirihnya di sela tangis.

Rafiq menggeleng, “Tidak, nak. adek tidak salah.”

“Ayah…” suaranya serak. “Adek tidak bisa melanjutkan pernikahan dengan Kak Cemal. Adek mundur, ayah…”

Kata-kata itu akhirnya keluar, diiringi air mata yang jatuh tanpa henti.

Aamira mengusap kepala putrinya lembut. “Sayang… ayah dan bunda tidak akan membiarkan adek menikah dengan laki-laki seperti itu. Jika ia tak bisa menjaga dirinya sendiri, bagaimana ia bisa menjaga putri bunda?”

Abiyan menatap adiknya, menahan emosi yang hampir meluap. “Lebih baik batal menikah, daripada hidup dengan laki-laki brengsek itu. adek tidak bersalah, Dek. Biarkan dia yang menyesal.”

Pelukan itu kembali menguat. Tangisan kembali pecah.

Malam itu, mansion keluarga Damian dipenuhi isak yang lirih tapi dalam—suara hati yang patah, tapi tetap saling memeluk dalam cinta keluarga yang tak tergoyahkan.

Dan di tengah kesedihan itu, Aazeena tahu…

mungkin takdirnya tidak bersama Cemal.

Namun ia juga tahu—dalam pelukan ayah dan kakaknya, cinta yang tulus tak akan pernah mengkhianati.

bab 2 Pasrah

Aazeena duduk termenung di bangku taman kota yang tak jauh dari butik miliknya. Suasana sore itu ramai dengan tawa dan riuh anak-anak yang bercanda bersama keluarga mereka. Mereka berlari kesana-kemari, membagi kebahagiaan tanpa beban. Namun, di antara keramaian itu, mata Aazeena menatap kosong ke depan, seolah menghadirkan keheningan yang dalam dibalik wajahnya yang lembut dan berhijab rapi.

Namun, siapa sangka hati yang terlihat tenang itu sebenarnya sedang bergolak. Pikirannya melayang kembali pada kejadian kemarin yang seketika menghancurkan segalanya. Pernikahannya dengan Cemal batal begitu saja. Teringat malam itu saat kedua orang tua Cemal datang ke rumahnya, wajah mereka penuh kesedihan yang tak bisa mereka sembunyikan. Bahkan aazeena ikut merasakan beratnya pilu yang menyelimuti malam itu.Aazeena sudah lama menganggap mereka seperti orang tua sendiri.

Ia menghormati dan sangat menyayangi mereka berdua, begitu juga mereka kepada Aazeena, penuh kasih dan perhatian. Namun, Cemal belum juga berani mengatakan kepada kedua orang tuanya bahwa hubungan mereka telah berakhir. Ketika aazeena membeberkan alasan batalnya pernikahan kepada mereka, ibu Cemal, nyonya Wita, menangis tak mampu menahan sakit hati dan kekecewaannya. Wita sempat tidak percaya ketika Rafiq dan Abiyan menceritakan tentang apa yang sebenarnya terjadi dengan Cemal. Tapi setelah Aazeena membuka semuanya dengan jujur, Wita akhirnya menerima kenyataan itu. Dia sangat menyayangi Aazeena karena kejujuran dan kelembutan gadis itu, membuatnya merasa beruntung telah menemukan calon menantu yang baik. Semua itu kini hancur berantakan oleh ulah anaknya sendiri.

Wita yang selama ini sangat percaya kepada Cemal, kini harus menanggung malu dan kecewa mendalam atas tingkah laku putranya.Setelah pembicaraan panjang bersama keluarga malam itu, Aazeena mengumumkan keputusannya untuk membatalkan pernikahan. Ia langsung naik ke kamar dengan hati yang lelah, tubuh yang letih, dan pikiran yang kacau. Ia bahkan tak ikut sholat Isya berjamaah dengan keluarga, memilih sholat sendirian dalam keheningan kamarnya.

Namun saat ia hendak memejamkan mata, ketukan pintu yang pelan membuatnya terkejut. Abiyan, kakaknya, memanggilnya untuk segera turun. Di bawah, kedatangan kedua orang tua Cemal sudah menunggu.Ternyata ayahnya segera menghubungi mereka setelah mendengar keputusan Aazeena, meminta mereka datang ke rumah secara mendadak.

Di kediaman keluarga Wijaya, mereka panik dan bertanya-tanya apa yang membuat undangan mendadak itu muncul. Namun sebagai orang tua yang menghormati keputusan keluarga Aazeena, mereka datang ke mansion keluarga Damian.

Setelah cukup lama duduk termenung di taman, sore itu Aazeena memutuskan untuk pulang. Ia tak ingin terlalu lama berada di luar karena ibunya sudah memperingatkan agar ia pulang sebelum jam lima sore.

Saat hendak meninggalkan butik, Naina, salah satu karyawan, menghampirinya. “Mbaa Zee, Kak Cemal menunggu di luar,” ucap Naina penuh rasa kagum.Aazeena hanya tersenyum lembut, mencoba menenangkan diri sebelum menjawab, “Terima kasih, Na.”Naina pun membalas senyum itu, sambil memikirkan betapa serasinya mereka berdua.

 Baginya, Cemal adalah lelaki yang beruntung bisa mendapatkan Aazeena. Ia tahu perjuangan Cemal mendapatkan hati Aazeena, selalu mengirim hadiah, mendatangi butik membawa makanan dan kejutan kecil. Dari kacamata Naina, Aazeena adalah wanita yang istimewa — cantik, santun, dan berasal dari keluarga terpandang. Sejak lama Aazeena tidak membuka hati kepada siapa pun kecuali keluarga, sehingga tak heran jika Cemal perlu waktu lama untuk bisa serius mendekatinya. Sayang, semuanya berakhir karena kesalahan Cemal sendiri.

Langkah kaki mendekat. Cemal menoleh dan melihat sosok Aazeena yang berjalan tenang ke arahnya. Ia segera berdiri, memanggil dengan suara yang penuh harap.“Aazeena,” katanya lirih.“Iya, Kak?” Aazeena menjawab dengan suara lembut yang sama seperti biasanya.Sejak malam kemarin, Cemal ingin sekali mendengar suara itu, tak pernah dibalas pesan-pesannya, membuat hatinya semakin remuk. Kini, melihat Aazeena setenang ini, Ia menahan amarah dan kecewa dalam dirinya sendiri.“Boleh kita bicara?” pinta Cemal dengan wajah tanpa daya.

Aazeena mengangguk, tanpa berkata-kata.“Mari ke taman dekat butik saja,” ucapnya, lalu membiarkan Cemal berjalan di depan.Di taman, mereka duduk bersebelahan, namun tetap ada jarak yang terasa cukup untuk memberi ruang antara hati mereka yang kini terpisah.Cemal memulai pembicaraan, menyatakan penyesalan yang dalam.“Aazeen… aku benar-benar minta maaf. Aku khilaf. Aku tidak menjaga diri, aku membuat semua ini jadi berantakan,” suaranya bergetar penuh penyesalan.“kak… Aku bisa terima dan memaafkanmu.” Aazeena menunduk, tersenyum tipis. “Tapi maaf, aku tidak bisa melanjutkan pernikahan ini.”Cemal menatapnya dengan harap. “Mama sangat marah dan kecewa. Kakak mohon, Aazeen…”“Resiko itu harus kamu tanggung, Kak. Sebelum berbuat, kenapa tidak di pikirkan dulu?” Aazeena membalas dengan suara lirih namun tegas.

Ada keheningan sesaat sebelum Aazeena melanjutkan dengan getir.“Lalu bagaimana kamu bisa minta aku melanjutkan pernikahan kita, sementara mba Clarissa sedang hamil anakmu?”Mendengar itu, Cemal terpaku. Ia sadar segalanya sudah berakhir. Aazeena tahu semuanya, termasuk rahasianya dengan Clarissa.“Kak, jangan sakiti mba Clarissa. Ini keputusan aku, kak. Hormati itu. Kamu sudah menyakiti aku, keluargaku, dan sekarang juga mba Clarissa dan anaknya. Dia tidak bersalah, Kak. Kamu harus bertanggung jawab padanya,” Aazeena tergagap menahan air mata yang menetes. “Percayalah, yang sudah terjadi biarlah terjadi. Kamu harus terima konsekuensinya. Tanggung jawablah pada hidupmu yang baru.”Air mata Aazeena mengalir perlahan, ia segera menundukkan wajah, berusaha menyembunyikannya, tapi Cemal tahu betapa dalam luka yang dirasakan gadis itu.Dia hanya bisa diam, menyesali segalanya.Aazeena menarik napas panjang, membuang kesedihan yang terpendam. “Kak, semuanya sudah selesai. Setelah ini, kita jalani hidup kita masing-masing. Aku pamit pulang. Assalamualaikum.”Tanpa menunggu jawaban, Aazeena bangkit dan meninggalkan taman dengan langkah yang mantap meski hatinya remuk.“Wa’alaikumussalam...” jawab Cemal lirih, menatap punggung Aazeena yang pergi.

Ia menunduk, lirih berkata, “Aku menyesal… Kau wanita baik, Aazeena… Kau pantas mendapat yang terbaik.”Cemal berjalan pergi, dihantui rasa kecewa yang mendalam. Hubungannya hancur, pernikahannya batal, segalanya berakhir karena ulahnya sendiri.

Di kamar, Abiyan dan Aazeena duduk bersama. Abiyan mengusap kepala adiknya yang bersandar perlahan di dadanya, ingin tahu perasaan Aazeena sesudah semua ini.“Adek, bagaimana perasaan aazee sekarang? Boleh kakak tahu?” tanya Abiyan penuh perhatian.Aazeena menatap kakaknya, suara lembutnya mengalir, “Adek kecewa, Kak. Kecewa sama kak Cemal yang hancurkan kepercayaan kita semua… Dan sedih karena pernikahan batal. Ayah dan bunda pasti juga merasa malu karena banyak orang mulai bertanya.

 Tapi adek bersyukur ini terjadi sebelum adek menikah, jadi adek masih bisa bangkit. Adek ga patah hati seperti orang yang gagal cinta. Adek tak terlalu larut dalam perasaan, karena adek selalu jaga diri, seperti yang kakak bilang dulu, hanya boleh jatuh cinta setelah akad. Ini jadi pelajaran besar buat adek kak. Adek belajar bahwa dalam setiap rencana, ada takdir Allah yang tidak bisa kita tebak. Jadi adek, harus siap dengan resikonya dan tetap tenang menyikapi semua ini. Allah jaga adek Kak… Adek ikhlas lewatinya.”

Abiyan tersenyum lega, “Alhamdulillah, sayang. Kita hanya bisa berencana, tapi Allah yang menentukan. Mungkin menurut kita Cemal baik, tapi Allah tahu yang terbaik buat adek, dan ini memang ujian agar adek, kakk, ayah dan bunda lebih kuat dan bijaksana. Kakak, ayah, dan bunda sayang aazee, dan kami pasti kecewa kalau adek menikah dengan orang yang salah. Ini jalan yang paling baik, adek harus percaya bahwa kita semua ada di belakang aazee. Jangan takut melangkah, pelan-pelan saja, nanti kebahagiaan yang baru pasti datang menyapa aazee.”

Aazeena mengangguk, matanya berkaca-kaca tapi tersenyum hangat, “Iya Kak, terima kasih. Adek bersyukur terlahir sebagai putri ayah dan bunda, dan menjadi adik perempuan kakak.”Abiyan membalas pelukan erat adiknya dengan kasih sayang yang tulus.

 “Istirahat ya, adek. Nanti kakak ada kerjaan di ruang kerja, adek yang jaga diri,” ucap Abiyan sambil mengusap kepala Aazeena sebelum beranjak pergi.

Aazeena berdiri di balkon kamarnya, menatap langit malam yang dipenuhi bintang gemerlap. Angin dingin menyentuh kulitnya yang terbalut kardigan panjang. “Rencana yang sudah aku susun… semua berantakan,” ucapnya pelan sambil menghela napas panjang.Hatiku merasa berat, kecewa yang tak bisa dihindari. Semua persiapan sudah hampir 50 persen, tinggal menunggu satu bulan lagi hingga hari pernikahan. Namun kini semua itu tinggal kenangan. Walau aku berusaha tegar, tapi air mata ini tak mampu kubendung. Aku merasa begitu terluka...“Tuhan, di saat aku merasa kalah, aku pasrah pada-Mu. Rencana ku tidak sebaik rencana-Mu. Maafkan aku yang mencoba melangkahi takdir-Mu...” lirih perkataannya menembus malam yang hening.Meski terluka, Aazeena tahu ini adalah ujian, dan dia yakin bahwa Allah akan menggantikan segala kesedihan ini dengan kebahagiaan yang lebih baik kelak.

bab 3 kekecewaan keluarga wijaya

Di mansion keluarga Wijaya saat ini Wita sedang menangis dan meluapkan rasa kecewanya pada sang putra "mama kecewa sama kamu Cemal, bagaimana bisa kamu melakukan hal serendah itu Cemal? Kamu meninggalkan gadis sebaik aazeen, apa kamu lupa bagaimana perjuanganmu untuk mendapatkan kannya? Kamu sendiri yang menghancurkan usaha kamu Cemal" tangis mama Wita. Hati mama Wita rasanya sangat sakit, wanita paruh baya itu begitu kecewa saat ini terlebih lagi, dirinya kehilangan calon menantu yang sangat dia sayangi. Wita hanya memiliki satu putra dan itu adalah Cemal Add-in Wijaya, wita dan Wijaya begitu menginginkan seorang anak perempuan, akan tetapi karena kesehatan wita tidak mengandung lagi. Saat Cemal menceritakan tentang aazeen wita begitu antusias, Daan saat mereka di pertemukan dengan aazeen, Wijaya dan Wita langsung suka pada aazeen dan menyayangi gadis itu seperti anak mereka sendiri. Dan sekarang selain pernikahan Cemal dan aazeen batal, satu fakta lagi harus Wita terima, bahwa anaknya sudah menghamili calrisa dan harus menikahinya.

"Hiiks hiiikss"

"Cemal minta maaf maa" ucap Cemal menunduk, dirinya benar benar menyesal, benar kata aazeen banyak sekali hati yang telah Cemal sakiti saat ini.

"Mama kecewa sama kamu Cemal" kata mama Wita lagi.

"apa kamu pikir dengan kamu meminta maaf pada mama dan papa semaunya akan kembali seperti semula? Tidak cemal, kamu sudah menghancurkan semuanya, kepercayaan mama juga ikut kamu hancurkan. Kenapa kamu bisa melakukan semua ini Cemal? apa salah mama dan papa cemal? aazeena kurang apa dia, dia gadis yang cantik, gadis yang baik, lembut, dari keluarga baik baik, dia cerdas. Tidak ingat kamu bahwa dulu kamu yang selalu menceritakan soal aazeena pada mama dan papa. Sekarang kamu sudah kehilangan wanita sebaik aazeen, mama bahkan sudah kehilangan anak perempuan mama Cemal" banyaknya pertanyaan dari Wita untuk Cemal tidak ada satupun yang mendapatkan jawaban.

Cemal hanya diam, dia tidak ingin menambah luka di hati sang mama. Dia juga tidak tau harus menjawab apa, Cemal hanya bisa merasakan sakit saat ini, untuk pertama kalinya mamanya begitu kecewa kepadanya, dan Cemal juga sudah tidak memiliki kesempatan lagi untuk kembali pada aazeen, dirinya juga menyadari bahwa sudah tidak pantas lagi jika meminta pada aazeen supaya tidak membatalkan pernikahan mereka. Benar apa yang di katakan aazeen ini bagian dari resiko yang harus Cemal tanggung.

Wita hanya menangis dan memalingkan wajahnya. Wita ta ingin melihat wajah Cemal putranya yang saat ini tengah bersimpuh di bawah kakinya. Sedangkan Cemal menangis sambil memegang kedua kaki mamanya, saat ini cemal masih terus berusaha meminta maaf pada sang mama hatinya sangat sakit melihat ibunya begitu marah dan kecewa padanya. Bahkan mamanya ta mau melihat wajahnya.

Tuan Wijaya akhirnya bersuara, karena tak tahan melihat istrinya yang bersedih dan kecewa pada putra mereka. Tuan Wijaya juga sama kecewa nya pada Cemal hingga akhirnya "Pergilah. Kapan kau akan membawa Clarissa?" Tanya tuan Wijaya pada Cemal.

"Cemal belum tau pa" jawab Cemal lirih.

Wita hanya diam, dia tidak ingin Clarissa datang, tapi tetap saja dia harus bertemu dengan wanita itu.

********

Sudah 1 bulan berlalu sejak batalnya pernikahan Cemal dan aazeen. Tidak ada yang tau apa yang menjadi alasan batalnya pernikahan mereka selain keluarga besar Damian dan Wijaya. Mereka semua sepakat untuk menyembunyikan aib Cemal dan keluarga nya demi kebaikan mereka semua, Cemal dan Clarissa juga akan segera melangsungkan pernikahan mereka. Aazeen turut bahagia dengan hal itu, setidaknya Cemal mau bertanggung jawab, meski pada kenyataannya nya Cemal tidak sepenuhnya mau menjalani hal tersebut. Terutama  mama Wita, wanita paruh baya itu  sangat berat melepaskan aazeen dan juga tidak begitu menyukai Clarissa karena, tidak ada wanita baik baik yang  mau menyodorkan dirinya pada laki laki yang akan menjadi suami orang lain, apalagi sampai hamil, terlebih Wita tau calrisa adalah wanita yang angkuh dan sombong. Wita cukup pandai dalam memahami karakter seseorang Wita bisa melihat tidak ada ketulusan di mata Clarissa sangat berbeda dengan aazeen. Terlebih lagi cara berpakaian Clarissa dan aazeen sangat berbeda, aazeen begitu tertutup sedangkan Clarissa kebalikannya, tapi Wita berusaha untuk berbesar hati, mau menerima Clarissa sebagai menantu nya dan mencoba untuk membantu Clarissa menjadi lebih baik lagi. Lagian ini semua terjadi juga karena ulah putranya sendiri, mau tidak mau  Cemal tetap harus bertanggung jawab atas apa yang telah ia perbuat.

Sedangkan aazeen selama 1 bulan ini berusaha untuk menyibukkan dirinya, gadis cantik itu sebelumnya sudah menyelesaikan pendidikan S1 di usianya yang masih sangat muda, sebab aazeen bukan hanya parasnya saja yang cantik, tapii aazeen juga cerdas, di usia 17 tahun aazeen sudah berhasil menjadi sarjana. Dan kini aazeen tengah mengambil S2 saat usianya menginjak 19 tahun. Aazeen ingin mengembangkan butiknya dia mengambil jurusan yang sama  seperti saat S1 yaitu Fashion Design. Aazeen berharap suatu hari nanti akan ada lebih banyak lagi cabang butik yang dia miliki, aazeen bahkan berharap butiknya bukan hanya ada di dalam negeri tapi juga sampai keluar negeri, apalagi aazeen membuka butik yang menjual  seluruh keperluan muslimah, baik itu, jilbab, kerudung, Ciput, mukena dan aksesoris lainnya. Aazeen ingin muslimah yang memakai jilbab dan kerudung panjang seperti dirinya juga tidak ketinggalan zaman tetap fashionable dan juga anggun. Dan Alhamdulillah butik aazeen selalu ramai pengunjung, apalagi saat ini sedang maraknya trand Hijrah di kalangan anak muda dan dewasa. Adanya trand tersebut juga membawa keberkahan untuk butik muslimah milik aazeen.

Hijrah adalah berpindah/ meninggalkan dari satu tempat menuju ketempat yang lebih baik. 

Sedangkan  jilbab yang digunakan oleh aazeen itu maksudnya adalah dress atau gamis.

Seperti yang dimaksud dalam Al Qur'an surat Al ahzab ayat 59 artinya : wahai nabi Muhammad katakanlah kepada istri istrimu, anak anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin supaya mereka mengulurkan jilbabnya keseluruhan tubuh mereka. yang demikian itu agar mereka lebih mudah dikenali, sehingga mereka tidak di ganggu. 

Jilbab adalah pakaian seperti terowongan (baju panjang yang lurus sampai kebawah) selain kerudung.  (Tafsir Ibnu Katsir).

Aazeen juga terkadang mengisi sebagian waktunya untuk mengajar anak anak jalanan, gadis cantik itu ingin berbagi ilmu yang dia miliki kepada anak anak yang menurut nya, spesial. Aazeen sangat senang jika bisa membantu mereka apalagi aazeen bisa melihat tawa bahagia dari anak anak itu. Hal hal seperti ini begitu sangat membahagiakan aazeen gadis cantik itu senang bahwa kehadirannya ternyata bisa berguna bisa memberikan pengaruh untuk orang lain itu merupakan kepuasan tersendiri untuk aazeen. Saat berkunjung menemui anak anak selalu ada orang lain di sisi aazeen, terkadang abiyan yang menemani nya, jika sang kakak itu sedang tidak sibuk, maka dia bisa menemani aazeen, tapi jika sang kakak sibuk maka aazeen akan datang  bersama  sang sahabat Miranda Saraswati. Namun selama ini aazeen memang lebih sering bersama Miranda saat datang menemui anak anak di bandingkan dengan abiyan sebab abiyan sibuk dengan urusan perusahaan milik keluarga mereka yang saat ini telah di pimpin oleh abiyan.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!