Shadows Of The Heart"
Promise in the Midst of Doubt"
Leora Lawrence Arthur, seorang wanita muda yang penuh harapan, hidup dalam dunia yang tampaknya sempurna. Tumbuh dalam keluarga kaya dan dihormati, Leora selalu memiliki segala yang ia inginkan, kecuali satu hal—cinta sejati. Setelah bertahun-tahun menyukai pria yang tidak pernah memperhatikannya, ia terjebak dalam sebuah pernikahan yang bukan didasari oleh perasaan, tetapi oleh sebuah kesalahpahaman yang tak bisa dihindari.
William Nicholas Wilson, suami yang kini berada di sampingnya, adalah pria yang dingin dan penuh rahasia. Pernikahan mereka bukanlah pilihan yang datang dari cinta, melainkan kontrak yang terpaksa mereka jalani demi menjaga kehormatan keluarga. Namun, di balik sikap acuh tak acuhnya, Leora masih berharap, meski sangat tipis, agar suatu hari ia bisa meraih hati pria yang kini menjadi suaminya.
Namun, semakin ia berusaha untuk mendekat, semakin William menjauh. Setiap hari yang berlalu, ia semakin menyadari bahwa pernikahan ini mungkin bukan hanya tentang sebuah kesepakatan, tetapi juga tentang luka yang mendalam dan sebuah kebencian yang tak terucapkan. Di saat yang sama, Leora bertanya-tanya: Apakah ada tempat bagi cintanya dalam hati William?
Dengan perasaan yang rapuh dan hati yang terluka, Leora terjebak dalam permainan perasaan yang tidak bisa ia kendalikan. Dan saat William mulai membuka dirinya, atau malah semakin menutup diri, pertanyaan besar muncul di hatinya—Akankah ada akhir yang bahagia untuk mereka berdua, atau ini hanyalah awal dari sebuah penderitaan yang tak berkesudahan?
Pagi hari di kediaman Wilson, kini semua orang di dalam mansion sedang sarapan
suasana di kediaman megah keluarga Wilson dipenuhi kehangatan dan aroma kopi yang menggugah selera. Di ruang makan yang luas dengan jendela besar yang menyinari ruangan, semua orang sudah berkumpul untuk sarapan. Para pelayan berlalu-lalang dengan rapi, menyiapkan hidangan dengan penuh perhatian.
Di ujung meja, William duduk dengan tenang, memperhatikan piringnya seolah terbenam dalam pikirannya. Di sisi lain meja, Leora, istrinya, duduk dalam diam. Meski tersenyum menyapa orang-orang di sekelilingnya.
Ada keheningan yang dalam di matanya. Ia menatap William, berharap menemukan seberkas perhatian darinya.
Namun tiba-tiba, saat ibunya masuk ke ruang makan, William menoleh ke arah Leora dan, yang mengejutkan semua orang, tersenyum padanya. Ia mendekatkan diri pada Leora, menunjukkan sikap mesra yang belum pernah terlihat sebelumnya. Seakan ada kehangatan yang tiba-tiba terpancar darinya, membuat Leora hampir tak percaya dengan perubahan sikap William.
Leora terkejut, hatinya berdebar-debar melihat perubahan ini. Ia menyadari bahwa sikap William mungkin hanya untuk menyenangkan hati sang ibu yang sangat berharap mereka terlihat sebagai pasangan harmonis. Meskipun begitu, sedikit kehangatan itu membuatnya merasa lebih dihargai, seolah ada harapan kecil yang mulai tumbuh di hatinya.
Melihat putra dan menantunya yang tampak begitu mesra, Nyonya Clara tersenyum penuh kehangatan.
Ny Clara Arabella Wilson
Selamat pagi, sayang.
Nyonya Clara Menarik kursi dan duduk di meja makan. Matanya berbinar-binar melihat William dan Leora yang tampak akrab pagi itu, sesuatu yang jarang sekali ia saksikan.
Ny Clara Arabella Wilson
Mama senang melihat kalian semakin dekat.
Nyonya Clara dengan senyum penuh arti, menatap putranya dengan harapan besar. Dalam hati, ia selalu berdoa agar William dan Leora bisa membangun hubungan yang hangat dan penuh kasih, bukan hanya sekadar formalitas dalam pernikahan.
William tersenyum tipis, tampak seolah menyetujui ucapan ibunya. Ia meraih tangan Leora dengan lembut, memberikan sedikit genggaman yang mengejutkan bagi Leora.
Hatinya berdesir, tapi ia tetap berusaha tenang, meski ia tak bisa menyembunyikan semburat merah di pipinya. Bagi Nyonya Clara, pemandangan itu adalah sesuatu yang membahagiakan; bagi Leora, itu adalah harapan kecil yang seakan tumbuh di tengah kebingungan.
William Nicholas Wilson
Terima kasih, mama.
Kata itu terdengar tulus, meski entah untuk siapa kalimat itu sebenarnya ditujukan—ibunya, Leora, atau dirinya sendiri yang perlahan-lahan mulai mencoba menerima pernikahan ini.
Hari itu dimulai dengan hangat, namun di hati Leora ada pertanyaan yang belum terjawab. Apakah kehangatan ini benar-benar tulus dari hati William, atau hanya demi menyenangkan ibunya?
Saat sarapan berlanjut, William terus menunjukkan sikap mesra yang membuat hati Leora semakin tak menentu. Ia menyuapkan makanan ke piring Leora, bahkan menanyakan apakah ia menyukai hidangan yang disajikan. Bagi yang lain, sikap ini mungkin tampak biasa. Namun, bagi Leora, ini adalah sesuatu yang tak pernah ia bayangkan akan terjadi.
Ketika tatapan mereka bertemu sejenak, William tersenyum kecil, seolah semuanya nyata. Leora mencoba membalas senyum itu, meski dalam hatinya ia bertanya-tanya apakah ini hanyalah kebetulan atau permainan perasaan semata.
Apakah William mulai melunak dan membuka hatinya, atau semua ini hanya bagian dari sandiwara yang harus ia mainkan untuk menjaga nama baik keluarga?
Ny Clara Arabella Wilson
William, Leora, mama ingin berbicara sebentar.
William Nicholas Wilson
Ada apa, ma? Apa yang ingin mama bicarakan?
Nyonya Clara tersenyum kecil, menatap putranya sejenak sebelum berbicara lebih lanjut.
Ny Clara Arabella Wilson
mama harus pergi ke New York pagi ini. Ada pekerjaan penting yang harus diselesaikan.
Leora menatapnya dengan sedikit terkejut saat mendengar perkataan mertuanya.
Leora Lawrence Arthur
Apakah mama bahkan lama di sana?”
Nyonya Clara tersenyum kecil dan menggeleng
Ny Clara Arabella Wilson
Tidak terlalu lama, sayang. Mungkin hanya beberapa hari. Aku berharap selama kepergianku, kalian berdua bisa lebih dekat dan menghabiskan waktu bersama.
Clara Memandang keduanya dengan tatapan penuh harap, seolah menitipkan doa agar hubungan mereka bisa semakin akrab.
William mengangguk pelan, meski tak banyak bicara.
William Nicholas Wilson
Kami akan baik-baik saja mama!
[tersenyum]
Sementara itu Leora tersenyum dan mengangguk setuju.
Clara kemudian meraih tangan Leora, memberi sentuhan hangat di punggung tangannya.
Ny Clara Arabella Wilson
Leora, mama berharap kamu bisa menikmati waktu bersama William. Siapa tahu, kesempatan ini bisa membuat kalian saling memahami lebih dalam.”
Leora tersenyum lemah, hatinya berdebar-debar. Ia merasa bahwa ini adalah kesempatan langka, sebuah peluang untuk lebih dekat dengan William. Namun, di dalam hatinya, ada rasa takut bahwa kebersamaan ini tidak akan seperti yang ia harapkan.
Clara menarik napas dalam-dalam. Sambil berdiri dari kursinya.
Ny Clara Arabella Wilson
"Baiklah, Ibu harus pergi sekarang.
Ny Clara Arabella Wilson
Dan william, kau janji, sayang, jangan pernah menyakiti hati Leora. Ingat, orang tuanya baru saja bercerai. Jadi tolong, jangan buat dia menangis, William.
Clara menatap William dengan serius, berharap kata-katanya benar-benar dipahami oleh putranya.
Ny Clara Arabella Wilson
William, Ibu hanya ingin yang terbaik untuk kalian berdua.
Ny Clara Arabella Wilson
Leora telah melalui banyak hal, dan aku tahu dia berusaha keras untuk membuka hatinya.
Ny Clara Arabella Wilson
Jadi, tolong jaga hatinya, jangan biarkan dia merasa terluka lagi.
William mengangguk perlahan, meskipun dalam hatinya ia merasa cemas. Ia tahu betul apa yang diinginkan ibunya, tapi ia juga menyadari bahwa membuka hatinya untuk Leora bukanlah hal yang mudah. Terlebih, ada banyak luka dan kenangan yang masih menghantui dirinya.
William Nicholas Wilson
Tenang, ma, Aku akan berusaha.
William berusaha meyakinkan ibunya, meskipun dirinya sendiri belum sepenuhnya yakin akan janji itu.
Clara tersenyum kecil, meskipun ada kekhawatiran di matanya.
Ny Clara Arabella Wilson
Aku percaya padamu, William.
Setelah itu clara mengalihkan perhatiannya pada Leora, matanya penuh perhatian.
Ny Clara Arabella Wilson
Ingat, sayang, jika William menyakiti hatimu, jangan takut untuk beritahu pada mama ya?
Ny Clara Arabella Wilson
mama selalu ada untukmu, apa pun yang terjadi.
Leora terdiam sejenak, terharu mendengar kata-kata penuh kasih itu. Meski ia berusaha kuat, ia tak bisa menahan perasaan cemas yang menyelimuti dirinya. Namun, mendengar dorongan dari Clara memberinya sedikit kenyamanan.
Leora Lawrence Arthur
Terima kasih, mama Aku akan ingat itu.
Clara mengangguk, lalu memberikan pelukan hangat pada Leora sebelum akhirnyaia menatap William dengan penuh perhatian, lalu menepuk bahunya dengan lembut.
Ny Clara Arabella Wilson
Jaga Leora baik-baik, William. Mama akan segera kembali.
Clara, menatap putranya dengan tatapan penuh kasih. Ia menarik napas sejenak.
Ny Clara Arabella Wilson
Jaga diri baik-baik, sayang. Ibu pergi dulu, tapi ingat, kamu selalu punya tempat di hati Ibu.
Leora menyaksikan Clara pergi, merasa sedikit lebih ringan meskipun beban masih terasa di hatinya. Sebuah harapan kecil tumbuh dalam dirinya—bahwa mungkin, hanya mungkin, pernikahan ini bisa berubah menjadi sesuatu yang lebih baik. Namun, apakah itu akan terjadi? Hanya waktu yang bisa menjawab.
Seiring Clara keluar dari ruangan, suasana menjadi semakin sunyi. Leora yang sejak tadi diam, menunduk, merasa sedikit canggung. Ia tahu bahwa harapan Clara begitu besar untuk mereka berdua, tetapi apakah ia bisa memenuhi harapan itu?
Sementara William masih terperangkap dalam bayang-bayang masa lalu, Leora merasa seolah-olah ia harus berjuang sendirian untuk membuat pernikahan ini berhasil.
_____________________________
bantu dukungan nya guyssss
Wounded Hope"
Saat ruangan itu kembali hening setelah kepergian Clara, William bersiap untuk berdiri dan meninggalkan ruang makan menuju kantornya. Namun, sebelum ia sempat melangkah, Leora dengan cepat menahan pergelangan tangannya.
William menoleh, matanya menatap dingin, seolah menunggu penjelasan dari Leora. Leora, yang biasanya begitu lembut, kini tampak lebih tegas
Leora Lawrence Arthur
William, aku perlu bicara denganmu.
William terdiam, melihat perubahan dalam diri Leora. Ia tidak bisa mengabaikan tatapan matanya yang penuh makna
Leora menarik napas dalam-dalam sebelum berbicara lagi, mencoba menenangkan dirinya.
Leora Lawrence Arthur
Aku tahu kau belum bisa mencintaiku, William.
*suara bergetar*
Leora Lawrence Arthur
Tapi... sampai kapan kau akan berpura-pura mencintaiku di depan mama Clara?.
William menatapnya tajam, lalu menghela napas dengan berat.
William Nicholas Wilson
Sampai kontrak kita berakhir.
suara William terdengar dingin, seolah tak ada perasaan dalam kata-katanya.
Leora terdiam, hatinya terasa hancur mendengar jawaban itu. Meski ia sudah menduga bahwa pernikahan ini hanyalah perjanjian, hatinya tetap merasa sakit setiap kali diingatkan.
Leora Lawrence Arthur
Jadi... hanya itu yang berarti bagimu?
suara leora pelan, mencoba menahan emosinya
Leora Lawrence Arthur
Aku ini hanya bagian dari kesepakatan, bukan?
William mengalihkan pandangannya, terlihat sedikit gelisah namun tetap mempertahankan sikap dinginnya.
William Nicholas Wilson
Kita sudah sama-sama tahu apa yang kita setujui dari awal, Leora. Tidak ada alasan untuk berharap lebih.
Leora tersenyum pahit, berusaha menahan air mata yang mulai menggenang di matanya
Leora Lawrence Arthur
Yah, aku mengerti,
Leora Lawrence Arthur
Tapi... kenapa kau tega sekali membohongi Mama?"
William Nicholas Wilson
*mendengus sinis*
William Nicholas Wilson
Tega, katamu? Semua ini terjadi karena ulahmu, Leora! Aku tidak akan perlu membohongi Mama kalau saja waktu itu kau tidak menjebakku ke apartemenmu."
Leora terdiam, terkejut mendengar tuduhan
Leora Lawrence Arthur
Aku tidak pernah bermaksud menjebakmu, William
*bisiknya*
William menggelengkan kepalanya, matanya menatap dingin
William Nicholas Wilson
Cukup, Leora Kita berdua tahu apa yang terjadi, dan aku terjebak dalam permainanmu.
William Nicholas Wilson
Sekarang aku terpaksa mempertahankan kepura-puraan ini demi Mama.
Kata-kata William menusuk hati Leora. Ia tahu hubungan mereka dimulai dengan kesalahpahaman, tapi ia tidak pernah berniat menjebak William. Namun, menjelaskan itu padanya seolah tak ada gunanya, karena hati William sudah tertutup.
Leora Lawrence Arthur
harus berapa kali kubilang, William, aku tidak pernah menjebakmu! Kau sendiri yang masuk ke apartemen ku.
Suara Leora bergetar, mencoba menahan kemarahan dan kesedihan yang bercampur aduk dalam hatinya.
William memalingkan wajahnya, enggan mendengar pembelaan Leora
William Nicholas Wilson
Alasan yang sama terus-menerus.
William Nicholas Wilson
Bagaimanapun juga, ini semua sudah terjadi, dan aku terjebak di dalamnya. Jadi, berhenti mencoba membela dirimu.”
Leora Lawrence Arthur
William, aku tahu kau membenciku, tapi setidaknya dengarkan aku sekali saja. Aku tidak pernah berniat membuat kita berada dalam situasi ini.
Leora Lawrence Arthur
Aku juga terluka... aku juga bingung harus bagaimana.
William terdiam sejenak, mendengar nada ketulusan dalam suara Leora. Namun, alih-alih merespon dengan empati, ia menghela napas panjang, seolah mencoba meredam emosi dalam dirinya.
William Nicholas Wilson
"Tak ada yang perlu dibicarakan lagi, Leora
William Nicholas Wilson
Dan Tadi kau bilang kau tidak menjebakku? Lalu bagaimana kamar apartemen mu bisa bersebelahan dengan Zoe?
William Nicholas Wilson
Apa kau sengaja pindah ke sana karena tahu aku sering ke apartemen Zoe?
Leora terkejut saat mendengar tuduhan william.
Leora Lawrence Arthur
Aku tidak tahu apa yang kau pikirkan, William.
suara leora terdengar gemetar, mencoba tetap tenang meskipun hatinya hancur.
Leora Lawrence Arthur
Kamar itu sudah ada di sana sebelum aku pindah. Aku tidak pernah merencanakan apapun untuk membuatmu merasa terjebak. Semua yang terjadi adalah kebetulan."
William menatapnya tajam, wajahnya penuh kebingungan dan amarah yang tersembunyi.
William Nicholas Wilson
Kebetulan? Kau benar-benar berharap aku percaya itu?"
William Nicholas Wilson
Kau tidak bisa mengelak, Leora. Aku tahu kau tahu apa yang terjadi, dan aku juga tahu kau bisa membuat segalanya terlihat seperti kecelakaan."
Leora Lawrence Arthur
Aku tidak pernah berniat untuk membuat hidupmu sulit, William.
Leora Lawrence Arthur
Aku juga terjebak dalam situasi ini. Mengapa kau selalu menyalahkanku, seakan-akan aku yang bersalah?
William Nicholas Wilson
[mendengus sinis]
William Nicholas Wilson
Ya, karena dari awal, bukankah kau memang menyukaiku? Jadi kau sengaja pindah ke apartemen itu supaya bisa menghancurkan hubunganku dengan Zoe, bukan?"
Leora terdiam, terpukul oleh tuduhan yang keluar dari mulut William.
Leora Lawrence Arthur
Kau benar-benar berpikir begitu rendah tentangku?"
leora berusaha menahan air mata yang mulai menggenang.
Leora Lawrence Arthur
Aku tidak pernah berniat merusak hubunganmu dengan Zoe, William.
Leora Lawrence Arthur
Cinta yang aku rasakan bukan berarti aku ingin melihatmu terluka atau menderita. Aku hanya... aku hanya ingin kau bahagia."
Leora Lawrence Arthur
Dan satu lagi aku sudah tinggal di apartemen itu jauh sebelum Zoe. Bahkan, aku juga tidak pernah tahu kalau kamarku dan Zoe bersebelahan."
William Nicholas Wilson
Cih, kau pikir aku akan percaya begitu saja pada wanita murahan seperti dirimu?
Leora terkejut mendengar kata-kata itu. Setiap ucapan William terasa seperti tamparan di wajahnya, merobek sedikit demi sedikit harga dirinya.
Leora Lawrence Arthur
William, kenapa kau begitu kejam?
suara Leora bergetar, namun ia berusaha menahan air mata. "
Leora Lawrence Arthur
Aku tidak pantas diperlakukan seperti ini."
William menatap Leora dengan tatapan penuh kebencian, seolah-olah setiap kata yang keluar dari mulutnya adalah hasil dari kemarahan yang sudah lama terkumpul. Matanya yang dingin dan tajam memancarkan perasaan yang lebih dalam dari sekadar ketidaksukaan—ia seolah melihat Leora sebagai sumber dari semua kekecewaannya.
Sebuah pengingat dari kebohongan dan kesalahpahaman yang selama ini mengelilingi hubungan mereka. Setiap detik tatapan itu terasa seperti beban yang semakin berat.
Seolah-olah William ingin menyakiti Leora dengan setiap pandangan yang ia lemparkan. Dalam tatapannya, Leora bisa merasakan bahwa tidak hanya rasa benci yang ada, tetapi juga kekecewaan mendalam yang telah mengakar.
William Nicholas Wilson
Kau tidak tahu apa yang telah terjadi di hidupku.
William Nicholas Wilson
Jadi jangan pernah mencoba mengajarkan aku tentang kebaikan atau harga diri.
Leora menggigit bibirnya, berusaha menenangkan diri, meskipun hatinya hancur mendengar kata-kata yang keluar dari mulut William. "
Leora Lawrence Arthur
Aku hanya ingin kau melihat aku dengan mata yang berbeda, bukan seperti musuh."
William menatapnya tajam, seolah kata-kata itu tak berarti apa-apa baginya
William Nicholas Wilson
Bagiku, kau orang yang sangat ku benci, dan sampai kapan pun aku akan melihatmu seperti musuhku, Leora.
Ucapan William penuh kebencian, seolah ingin memutuskan segala bentuk hubungan mereka.
Leora terdiam, hati merasa seperti tertusuk mendengar kata-kata itu. Namun William melanjutkan, nada suaranya semakin keras, penuh dengan ketegasan yang menakutkan.
William Nicholas Wilson
Jadi jangan pernah berharap aku akan mencintaimu, Leora.
William Nicholas Wilson
Karena sampai kapan pun aku tidak akan pernah mencintaimu, dan aku tidak akan pernah menganggap pernikahan ini serius.
Kata-kata itu terasa seperti guntur yang menggelegar di telinga Leora. la merasa setiap harapannya dihancurkan begitu saja, dan segala usaha untuk mengubah keadaan menjadi sia-sia. William sudah memutuskan, dan sepertinya tidak ada lagi yang bisa ia lakukan untuk mengubah pandangannya
Leora hanya bisa berdiri terdiam, berusaha menguasai diri agar tidak jatuh dalam kesedihan yang mendalam. Namun, meskipun hatinya hancur, ada secercah tekad yang muncul dalam dirinya. Jika memang ini jalan yang harus ia jalani, maka ia akan menjalani pernikahan ini dengan segala rasa sakit yang harus ditanggung, meski hatinya tak lagi mampu berharap.
William mulai Menghela napas panjang, seolah mencoba meredam emosi dalam dirinya.
William Nicholas Wilson
Kita tidak perlu membicarakan ini lagi, Leora Kau tahu bahwa kita hanya bertahan demi Mamaku.
Setelah mengucapkan kata-kata yang tajam itu, William berbalik dengan cepat, langkah kakinya terdengar berat di ruang yang sunyi. Tanpa sepatah kata pun, ia meninggalkan Leora, yang kini terdiam, berdiri kaku di tempatnya. Kesunyian yang tiba-tiba mengisi ruangan itu terasa mencekam.
Seolah dunia di sekitarnya berhenti berputar. Leora merasa seolah terperangkap dalam kekosongan, setiap kata yang baru saja diucapkan William seperti bayangan gelap yang menghantui pikirannya.
Air mata yang sejak tadi ia tahan akhirnya mengalir, tanpa bisa ia hentikan. Meski begitu, Leora tetap berdiri di sana, berusaha menahan rasa sakit nya
Seolah dunia di sekitarnya berhenti berputar. Leora merasa seolah terperangkap dalam kekosongan, setiap kata yang baru saja diucapkan William seperti bayangan gelap yang menghantui pikirannya.
Namun, entah mengapa, meski hatinya penuh dengan luka, ada satu hal yang tetap ada dalam dirinya—sebuah harapan kecil, meski rapuh, untuk melihat perubahan. Mungkin suatu saat dia akan mengerti... pikir Leora, meskipun ia sendiri ragu akan hal itu.
Chasing Justice"
Saat Leora menangis, tiba-tiba seorang kepala pelayan bernama Jin-Soo mendekat dan dengan hati-hati menyodorkan tisu kepada Leora.
Jin soo maid
Apa Nyonya Leora baik-baik saja?"
Leora mengusap air matanya dengan cepat, berusaha menenangkan dirinya.
Leora Lawrence Arthur
Aku baik-baik saja
suara Leora terdengar pelan, meskipun suaranya serak dan penuh kesedihan. Ia tidak ingin membuat pelayan itu khawatir lebih jauh, meskipun kenyataannya, hatinya terasa hancur.
Jin-Soo masih berdiri di sana, melihat Leora dengan cemas, tapi setelah beberapa detik, ia akhirnya mengangguk dan mundur perlahan. "
Jin soo maid
Jika Nyonya membutuhkan apa-apa, saya di sini,
setelah mengatakan itu jinsoo meninggalkan Leora sendirian di ruangan itu.
Leora kembali terdiam, matanya kosong menatap jauh ke luar jendela. Dalam kesunyian yang mengisi ruangan itu.
Hingga Perlahan, ia menghela napas panjang, mencoba mengusir segala kesedihan yang menghimpit dadanya. Ia berjanji dalam hati untuk mulai hidup demi dirinya sendiri, bukan hanya demi harapan yang tak pasti.
Dengan tekad yang baru, Leora berdiri dari tempat duduknya dan berjalan menuju kamarnya.
Ia ingin menata diri sebaik mungkin sebelum pergi menemui ayahnya di penjara. Sudah terlalu lama ia tidak mengunjungi pria yang dulu adalah pilar kekuatannya.
dan meskipun hatinya masih terluka dengan apa yang terjadi, ia tahu bahwa ayahnya membutuhkan dukungan darinya, sama seperti dirinya membutuhkan dukungan dari sosok yang pernah ia kagumi.
Sebelum mencapai tangga menuju kamar, Leora berhenti dan memanggil Jin-Soo, kepala pelayan yang masih berada di dekat ruang maka
Leora Lawrence Arthur
Jin-Soo, tolong siapkan sarapan yang sederhana untuk kubawa ke penjara. Ayahku pasti merindukan makanan rumah."
Jin-Soo mengangguk dengan hormat, menatap Leora dengan penuh perhatian.
Jin soo maid
Baik, Nyonya Leora. Saya akan memastikan makanan disiapkan dengan baik.
[tersenyum]
Leora mengangguk lembut dan melanjutkan langkahnya ke kamar. Di sana, ia berdiri di depan cermin, memandangi wajahnya yang tampak lelah tetapi masih memiliki sorot keteguhan.
Ia merapikan penampilannya, memilih setelan sederhana tetapi rapi, agar ia tetap terlihat kuat di hadapan ayahnya.
Setelah beberapa saat, Leora turun kembali ke ruang makan.
Di atas meja, sebuah kotak makanan sudah disiapkan oleh Jin-Soo, berisi sarapan lengkap dengan buah-buahan segar dan beberapa hidangan kesukaan ayahnya.
Leora Lawrence Arthur
Terima kasih, Jin-Soo.
*tersenyum*
Jin soo maid
Semoga perjalanan Nyonya lancar dan semoga pertemuannya membawa ketenangan.
Leora tersenyum tipis dan kemudian berjalan keluar mansion, menuju mobil yang sudah disiapkan.
Dalam perjalanan menuju penjara, ia memikirkan apa yang akan ia katakan pada ayahnya.
Apa pun yang terjadi, ia harus tetap tegar di hadapan ayahnya. Ayah harus tahu bahwa meskipun segala sesuatunya terasa berat, ia masih ada untuknya. Kini, pikiran Leora dipenuhi dengan kata-kata itu, seolah menjadi pengingat bahwa dalam kesulitan ini, ia harus menjadi sumber kekuatan bagi ayahnya, meskipun dirinya sendiri juga sedang rapuh.
Namun Di dalam dirinya, Leora merasa sedikit lega karena, untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, ia mengambil kendali atas hidupnya sendiri, satu langkah kecil menuju kekuatan yang selama ini ia cari.
Perjalanan menuju penjara memberi Leora waktu untuk merenung, memikirkan segala hal yang sudah ia lalui dalam hidupnya—kerapuhan keluarga yang hancur, pernikahan tanpa cinta, dan luka yang seolah tak berakhir.
Namun, saat ini, ia tidak ingin larut dalam kesedihan. Ia memilih untuk menjadikan setiap langkah sebagai bagian dari proses penyembuhan.
Leora Lawrence Arthur
Aku harus kuat, bukan hanya untuk diriku, tetapi juga untuk ayah.
[batinnya]
Sesampainya di penjara, Leora keluar dari mobil dan menatap bangunan di depannya dengan perasaan yang campur aduk. Ia menarik napas dalam, menguatkan hatinya sebelum memasuki ruang kunjungan.
Ketika ia akhirnya duduk menunggu di ruangan yang dingin dan sunyi itu, suara langkah-langkah berat terdengar mendekat.
Ayahnya akhirnya muncul, wajahnya tampak lebih tua dari terakhir kali ia melihatnya, tapi sorot matanya masih tajam. Begitu ia melihat Leora, ada kelembutan yang tidak pernah hilang dalam pandangannya
Leora tersenyum, dan untuk sesaat, mereka hanya saling memandang, berbagi kehangatan tanpa kata-kata.
Leora Lawrence Arthur
Ayah, bagaimana keadaanmu?
Suara Leora terdengar lembut namun penuh kecemasan, berharap dapat melihat tanda-tanda kekuatan di mata ayahnya meskipun situasi mereka begitu sulit.
Ayahnya menghela napas, mencoba menyembunyikan kelelahan di wajahnya.
Jenson Cameron Arthur
Aku baik-baik saja, sayang,
Jenson Cameron Arthur
Hanya saja, waktu di sini tak pernah mudah
Leora mengangguk, berusaha tetap tenang meskipun hatinya teriris. Ia tahu betul bahwa meskipun ayahnya berusaha menunjukkan ketegaran, kesepian dan keputusasaan pasti telah merayap masuk ke dalam dirinya.
Leora Lawrence Arthur
Apakah ayah merasa lebih baik?"
suara Leora Penuh perhatian. Ia ingin mendengar bahwa ayahnya bisa bertahan, tetapi juga merasa sulit untuk menghadapinya, karena setiap kali ia melihat ayahnya, ia teringat betapa besar beban yang sedang mereka tanggung bersama.
Jenson menghela napas panjang, dan meskipun ia berusaha tersenyum, ada kesedihan yang jelas terlihat di matanya.
Jenson Cameron Arthur
Aku masih berusaha, Leora,"
Jenson Cameron Arthur
Tapi setiap hari terasa semakin sulit. Aku merasa terperangkap di sini, dan tidak tahu kapan semuanya akan berakhir.
Leora menundukkan kepala, berusaha menahan air mata yang mulai mengalir. Ia tahu betapa beratnya beban yang harus ditanggung oleh ayahnya.
Leora Lawrence Arthur
Jangan khawatir, Ayah
Leora Lawrence Arthur
Aku di sini untukmu. Aku akan selalu ada, tak peduli apa yang terjadi."
Jenson menatap putri nya dengan lembut, seolah mencari kekuatan dari kata-kata itu.
Jenson Cameron Arthur
Aku tahu, sayang. Aku hanya tidak ingin kau terjebak dalam masalah ini. Kehidupanmu harus lebih baik dari ini.
Leora tersenyum tipis, meskipun hatinya terasa hancur.
Leora Lawrence Arthur
Aku akan berjuang untuk kita berdua, Ayah. Aku tidak akan membiarkan ini menghancurkan kami.
[Batinnya]
Leora Lawrence Arthur
Kita akan melalui ini bersama-sama, Ayah. Aku janji.
Leora Lawrence Arthur
Dan aku akan mencoba mencari pelaku yang sebenarnya, supaya Ayah bisa keluar dari sini.
Dengan tekad yang semakin kuat. Suaranya mengandung keberanian yang seakan-akan tidak ingin mundur, meskipun hatinya dipenuhi keraguan dan ketakutan akan kegagalan.
Jenson menatapnya dengan ekspresi penuh keharuan, matanya berkaca-kaca. "
Jenson Cameron Arthur
Leora, jangan bebankan dirimu dengan hal itu.
Jenson Cameron Arthur
Ayah tidak ingin kau terjerumus lebih dalam ke dalam masalah ini. Aku tahu kau ingin membantu, tapi ini bukan beban yang harus kau tanggung sendirian.
Leora menggenggam tangan ayahnya, menatapnya dengan penuh tekad.
Leora Lawrence Arthur
Ayah, aku sudah cukup dewasa untuk menghadapinya.
Leora Lawrence Arthur
Aku tahu ini bukan hal yang mudah, tapi aku akan mencari cara untuk membuktikan bahwa Ayah tidak bersalah.
Leora Lawrence Arthur
Aku berjanji akan melakukan segala yang bisa aku lakukan.
Mendengar itu, ayahnya menundukkan kepala, seolah mencoba menerima kenyataan bahwa Leora telah tumbuh menjadi wanita yang kuat dan penuh keberanian.
Jenson Cameron Arthur
Kau benar, Leora. Kau sudah tumbuh menjadi wanita yang luar biasa. Jika ada yang bisa melakukannya, itu adalah kau.
Leora mengangguk, merasakan beban di dadanya mulai sedikit berkurang. Setidaknya, ia tahu bahwa meskipun segala sesuatunya terasa sulit, ia tidak sendirian.
Leora Lawrence Arthur
Aku akan mencari bukti yang bisa membebaskan Ayah. Aku akan mencari keadilan untuk kita berdua Aku janji.
Ayahnya menatapnya dengan mata yang penuh kekhawatiran, tapi juga harapan.
Jenson Cameron Arthur
Leora, hati-hati. Ini bukan perjalanan yang mudah, dan ada banyak bahaya yang bisa muncul di sepanjang jalanmu.
Jenson Cameron Arthur
Jangan sampai kau kehilangan dirimu dalam perjuangan ini.
Leora mengangguk dengan tegas, meskipun hatinya berdebar.
Leora Lawrence Arthur
Aku akan hati-hati, Ayah. Tapi aku tak bisa hanya diam dan melihatmu menderita. Aku akan berjuang untuk kebenaran, apapun yang terjadi."
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!