NovelToon NovelToon

Eliminate You

Become Satan

Katanya anak kecil tuh nggak tau apa2.

Tapi kurasa semua itu nggak berlaku untukku.

Gideon di Amaro.

Aku baru saja bangun dari tidur panjangku di tubuh anak kecil bau kencur ini.

Mau dilihat dari segi manapun, wajah imutnya benar2 membuatku jengkel setengah mati!

Tapi...

Sihirku masih terlalu sedikit untuk merubah wajah sialan ini!

Sepertinya aku harus bersabar sedikit lebih lama huh?

Yeah terserah lah!

Toh aku tak punya alasan melanjutkan hidup kok!

Jadi tak masalah kan kalo aku menghabiskan sisa hidupku dengan berleha-leha?

"Hihihi! Kau tak bisa mengejarku!" Ucap anak kecil.

"Huh! Awas kau ya! Aku pasti menangkapmu!" Ucap temannya.

"Coba saja!" Ucap anak kecil.

"KRAUK! KRAUK!"

Membosankan!

Apa ya?

Tak ada kah yang lebih menarik di hidup ini?

Padahal aku bangun dari tidur panjangku kan karena mati kebosanan di dalam peti mati yang sempit dan pengap itu!

Bahkan apel ini pun juga tak sedap!

Benar2 merusakkan suasana hati saja!

Cih!

"KAKEKKK!" Teriak seseorang.

"Huhuhu! Tidak mungkin! Kakek tak mungkin meninggalkanku kan?" Tanya seseorang.

Darah mengalir deras.

Aku pun jadi terpanggil ke sini karena aromanya yang lezat.

Sial!

Seharusnya aku bisa menahan diri!

Tapi...

Tak ada yang menyadari kehadiranku kan?

Anak itu terus saja menangisi hal remeh yang tak perlu.

Aku sudah sering melihat kematian orang2 di sekitarku.

Kematian pak tua seperti kakek ini tak ada spesialnya sedikitpun!

Aku jadi heran.

Kenapa pula anak polos sepertinya hatinya belum tercoreng setitik keburukan ya?

Apa karena memang belum waktunya dunia menunjukkan kekejamannya?

Yeah terserah lah!

Toh bukan urusanku juga kok!

Aku tak punya alasan untuk mencampuri kehidupannya.

"ARRGHH!"

"Lepaskan! Kumohon lepaskan!" Ucap seseorang.

"Kau pikir aku bodoh? Kau yang membunuh dan kau malah menangisi jasadnya? Kau pikir aku tak bisa melihat niat busukmu itu yang memuakkan?" Tanya orang dewasa.

"A-Apa maksud bibi? Aku tak melakukan apapun! Mengapa bibi menuduhku? Bukankah bibi sendiri yang menginginkannya mati sehingga semua warisan jatuh ke tangan bibi?" Tanya seseorang.

"Kau! Darimana kau belajar sikap tak tau diri begini? Mau taruh dimana wajahmu ini jika tak punya etika?" Tanya orang dewasa.

"Tak punya etika? Benar! Aku tak punya etika! Lalu kenapa bibi tak membunuhku juga? Biarkan aku mati bersama kakek! Lagipula sejak awal bibi ingin membunuhku bukan?" Tanya seseorang.

"Jaga mulutmu, biadab!" Ucap orang dewasa.

Perebutan hak waris ya?

Huh?

Nggak ada yang berubah ya?

Mau dari dulu sampai sekarang, tetap saja ada yang suka perebutan kayak beginian!

Tapi...

Entah kenapa anak polos itu aneh ya?

Hatinya masih suci, tapi mata dan pikirannya begitu tajam!

Kedengarannya dia seperti ceplas-ceplos, tapi apa benar begitu?

Aku rasa tidak tuh?

Apa mungkin sebelumnya dia suka mengamati dan belajar dari sekitarnya?

"Sudah puas kau menguping pembicaraan kami?" Tanya seseorang.

"Wah! Aku ketahuan ya?" Tanyaku.

"Siapa kamu?" Tanya seseorang.

"Seharusnya aku yang tanya itu padamu! Jujurlah padaku! Kau pasti bukan berasal dari sini kan?" Tanyaku.

"Apa urusannya kau ingin tau segitunya? Kau bahkan cuma orang asing di mataku! Bersikaplah seperti orang asing dan jangan banyak tanya padaku!" Ucap seseorang.

"Kau ini wanita pemarah ya? Ntar nggak ada cowo yang suka kamu loh!" Ucapku.

"Memangnya aku terlihat seperti membutuhkan cowo di sisiku?" Tanya seseorang.

"Iya tuh. Kau menggantungkan hidupmu pada pak tua ini kan? Jika tidak, untuk apa kau menangisinya? Dia tak akan kembali padamu." Ucapku.

"BUGH!"

"Jaga bicaramu! Aku tak suka kamu bilang begitu. Tidakkah kamu melihat aku sedih begini?" Tanya seseorang.

"Nggak tuh?" Tanyaku.

"Kau ini!"

"Ya emang bener kan? Tubuh anak ini memang sedih, tapi jiwamu tak begitu bukan? Kau dan si pemilik tubuh ini tak merasakan hal yang sama. Katakan padaku! Berapa lama kau akan meminjam tubuhnya?" Tanyaku.

"Tunggu sebentar! Kau bicara seolah mengetahui segalanya." Ucap seseorang.

"Nggak juga tuh? Aku kan cuma ceplas-ceplos. Sama seperti kamu yang ceplas-ceplos di depan nenek lampir itu." Ucapku.

"PFT! Woahahaha!"

"Kau benar2 lucu! Siapa namamu?" Tanya seseorang.

"Deon."

"Kau sungguh bukan keluarga kerajaan?" Tanya seseorang.

"Bukan. Lalu kau? Kau mengharapkan punya teman yang berasal dari golongan ningrat seperti anak di depan sana?" Tanyaku.

Dia terdiam.

Ternyata dia ragu pada dirinya sendiri ya?

Tapi jika aku membuatnya tersulut amarah, iri dengki, penderitaan, kebencian, dan dendam kesumat...

Bukankah dia akan sangat mudah digerakkan?

HM...

Kalau begitu, aku tak boleh terlalu jauh darinya!

Kau benar.

Aku iri pada anak2 ningrat itu.

Mereka tertawa bahagia menjalani hidup yang serba dipermudah ortunya.

Tak punya beban hidup.

Mau apapun langsung dikasih.

Keluarga hangat dan harmonis.

Semua privilege pasti punya.

Aku juga ingin mencicipi kehidupan kayak gitu!

Tapi aku bisa apa?

Aku hanyalah rakyat jelata.

Begitu aku besar, aku akan sama gembelnya dengan keluargaku!

Cih!

Benar2 menyedihkan ya?

"Wah... Sepertinya sudah mulai nih bibit2nya? Khekhekhe!" Batin Deon.

"Kau ingin merubah jalan hidupmu?" Tanya Deon.

"A-Apa?" Tanyaku.

"Tubuh aslimu sudah mati dan kau meminjam tubuh anak ini tanpa baca dulu isi kontraknya. Karna kelalaianmu, kau malah berakhir menyedihkan begini. Makanya aku tanya padamu! Mau apa nggak?" Tanya dia.

"Ha! Kau berbicara semudah itu. Pasti ada harga yang harus dibayar kan? Orang sepertimu takkan bergerak kalo itu tak menguntungkanmu!" Ucapku.

"Benar. Sebagai gantinya, jadilah asistenku!" Ucapnya.

"Kenapa harus aku? Kau kan bisa pilih orang lain! Atau... Apa ini karna jiwaku begitu indah di matamu? Maksudku jiwa yang penuh kegelapan dan keburukan?" Tanyaku.

"Bagus! Untungnya kamu nggak bego2 amat!" Ucapnya.

"Baiklah. Aku ikut. Tapi bisakah aku berubah wujud sesuai keinginanku?" Tanyaku.

"Tentu."

Seperti ucapannya.

Aku memang pernah mati dan hanya tubuh ini lah yang bisa aku tukar dengan jiwaku.

Apa aku sudah gila?

Kurasa begitu.

Tapi mau gimana lagi?

Aku nggak rela mati!

Masih ada banyak hal yang harus diselesaikan.

Balas dendamku pun belum sepenuhnya terwujud.

Dengan keadaan begini, memangnya aku bisa mati dengan tenang?

Bahkan surga pun tak sudi menerimaku!

"Tingkatmu masih pemula. Kau bisa mendapatkan apapun yang kau mau setelah berkali2 meningkatkan dirimu!" Ucapnya.

"Apa sesama iblis juga punya saingan?" Tanyaku.

"Nah itu tau. Makanya jangan mempermalukan diriku ok?" Tanya dia.

Aku mendapatkan banyak tugas.

Dari banyak tugas yang dikasih, aku diharuskan berbaur dengan sesama iblis.

Meski begitu, aku tak berpikir semuanya bakal berjalan mudah.

Pasti ada tantangannya bukan?

Terlebih lagi aku termasuk golongan manusia yang jadi iblis, bukan benar2 dari lahir sudah ditakdirkan jadi iblis sungguhan!

BERSAMBUNG

Insting

"Aku harus sekolah?" Tanyaku.

"Ya. Kau harus belajar banyak dari mereka, terutama temperamen mereka, gaya mereka bicara, caranya bertindak, dan menyelesaikan masalah sebagai iblis sejati!" Ucapnya.

"Sebagai iblis sejati? Maksudmu aku udah jadi iblis?" Tanyaku.

"Ya liat aja penampilanmu sekarang!" Ucapnya.

Wajah pucat.

Gigi taring lancip.

Mata merah.

Rambut pendek beruban.

Dan...

Tubuh manusia?

Apa aku harus bersyukur karna masih mirip manusia?

Atau ini akan jadi kesialanku?

Haih!

Benar2 bikin sakit kepala!

"Apa2an ini? Kau ingin membuatku ditindas mereka? Katanya kau menjadikanku iblis, tapi kenapa masih wujud manusia?" Tanyaku.

"Banyak bacot! Kau bahkan tak ada terima kasihnya sama sekali ya? Ini hukumanmu!" Ucapnya.

"HOEK!"

Gila!

Seenaknya bertindak!

Mentang2 dia yang berkuasa di sini, aku dipermainkan seenaknya begini?

Memuakkan!

Baiklah!

Teruslah kamu memperlakukanku kayak sampah yang hina!

Akan kupastikan aku bisa mengubah nasibku, membalikkan keadaan, dan balas dendam!

"Hoo... Lihatlah sorot matanya itu! Benar2 sesuai keinginanku! Sepertinya aku telah membuatnya tersulut amarah, iri dengki, penderitaan, kebencian, dan dendam kesumat bukan? Jika dia bisa mempertahankan itu semua di hatinya, dia akan sangat mudah digerakkan loh! Khekhekhe!" Batin Deon.

Sejak perubahan sialan ini, dia jadi sering memberiku barang2 gak guna!

Pakaian.

Kosmetik.

Buku.

Uang.

Hewan peliharaan.

"Sumpah dah! Apa yang sebenarnya dia pikirkan? Tidakkah dia tau semuanya takkan begitu berguna untukku yang bodoh dan pemalas ini?" Gumamku.

"GROWL!"

"Menyingkir dariku!" Ucapku.

"GROWL!"

Semakin aku menyuruhnya pergi, dia semakin lengket denganku.

Imut sih imut, tapi tetap saja menjengkelkan!

Akan sangat menyenangkan kalo aku bisa mengotak-atik isi perutnya, mencicipi darahnya, mencincangnya untuk menu makan malam, dan mandi belumuran darah di bawah red moon!

Tapi...

Bagaimana aku membunuhnya ya?

Cepat atau lambat, pergerakanku akan sangat mudah diketahui bajingan itu kan?

Lalu gimana caranya aku bisa keluar dari situasi gila ini?

"..."

"Kau lapar?" Tanyaku.

Dia mengangguk.

Tersenyum dan duduk dengan patuh.

Yeah...

Aku juga lapar, tapi makanan apa yang bagus untuknya?

"Oi Deon! Dia makannya apa?" Tanyaku.

"Aku tak dengar apapun. Cari tau sendiri sana!" Ucapnya.

"Dih! Pelit amat sih! Bisa2nya dapet majikan kayak dia?" Gumamku.

"Apa? Aku dengar semua loh~" Ucapnya.

"Bukan apa2. Kami pergi dulu!" Ucapku.

Sial!

Dia menakutkan!

Begitu juga dengan hewan ganas ini!

Kenapa pula aku dikasih hewan menyusahkan ini sih?

Bisa gila aku ngurusin beginian!

"SNIFT! SNIFT! GROWLL! GROWL!"

"Kau kenapa lagi? HM? Mau ini? Tidak? Eh? Oi! Apa yang kau lakukan?! Kau bisa menyakiti lainnya!" Ucapku.

Nggak beres!

Masa dia nyerang sesama iblis di sini sih?

Kalo kayak gini sih yang ada aku bakal kena masalah!

Apa yang harus kulakukan?

Apalagi kalo bukan kabur?

Ya.

Aku kabur seperti pengecut.

Bahkan aku tak berani mengakui kesalahanku.

Ini memalukan.

Tapi...

Setidaknya untuk kali ini aku bisa selamat kan?

Selamat dari masalah!

"Tidak semudah itu!" Ucap seseorang.

"GLEK!"

"Kau yang tadi mendorongku ya?" Tanya dia.

"Bukan kok." Ucapku.

"Kau tak pandai berbohong ya?" Tanya dia.

"Apaan sih? Memangnya kamu punya bukti apa nyampe nuduh segala? Faktanya aku memang tak mengusik hidupmu kok! Jadi, abaikan saja masalah ini ok?" Tanyaku.

"Cih!"

Dia menggerutu lalu pergi begitu saja?

Padahal aku hanya membuatnya bingung sesaat, kenapa perhatiannya teralihkan dengan trik konyol begitu?

Dia kan nggak bego!

Kalo dia bego, seharusnya dia nggak bakal nuduh aku begini!

Apa mungkin instingnya begitu tajam?

Sial!

Kuharap kita tak bertemu lagi di kesempatan berikutnya!

"JRENG! JRENG!"

Keberuntungan tak berpihak padaku.

Aku bertemu lagi dengan iblis itu di sekolah yang baru.

Apa dia masih ingat wajahku?

Entahlah.

Ngomong2 sekolah apa ini?

Bukan sekolah yang isinya bocil2 menyusahkan bukan?

Awas aja keparat itu mengirimku ke sini cuma untuk hal konyol beginian!

Aku akan marah besar loh!

Satan School?

Hahaha!

Konyol!

Apa2an nama yang payah ini?

Bisa2nya keparat itu menyuruhku sekolah di sini!

Sialnya, kenapa pula aku patuh terhadap perintahnya ya?

Argh!

Bodohnya aku!

HM...

Jadi ini sekolahku?

Jika diperhatikan, isinya kebanyakan iblis semua?

Ah!

Aku hampir lupa!

Aku kan udah jadi iblis ya saat ini?

Cih!

Jika aku bertindak gegabah, bisa2 aku menarik perhatian mereka!

Eh?

Benar juga!

Kenapa aku tidak menarik perhatian mereka saja?

Maksudku...

Ayo mainkan permainan yang mereka mainkan!

"Kudengar kita kedatangan anak baru?" Tanya seseorang.

Tatapan sinis mengarah padaku.

Ah... Jadi ini yang dimaksud Deon?

Dia ingin mengujiku bagaimana keluar dari masalah ini ya?

HM?

Sepertinya dia meremehkanku?

^U^

"Apa2an seringai Lo itu? Cepat temui kepala sekolah sana!" Ucapnya

"Tak mau mengantarku sekalian berkeliling?" Tanyaku.

"Dih! Ogah! Lo kan punya kaki, ngapain ngajak2 gw?" Tanya dia.

"Jangan marah terus dong! Ntar nggak dapet gebetan loh~ Sayang banget kan wajah tampan kakak ini? HM?" Tanyaku.

"..."

"Aku pergi dulu!" Ucapku.

Aku tak tau seperti apa rumitnya dunia iblis ini.

Satu2nya yang kusadari sekarang hanyalah fakta bahwa mereka tak jauh beda dengan kehidupan manusia!

Hanya saja...

Aku pun penasaran.

Jika iblis dipandang jahat, apa mereka benar2 jahat?

Atau hanya luarnya aja, tapi dalemnya hello kitty?

"TAP! TAP! TAP!"

"Masuklah."

"Memuaskan! Anda bisa merasakan kehadiranku hanya dengan langkah kaki?" Tanyaku.

"Kamu penasaran, Lily kecil?" Tanya kepala sekolah.

"Nggak juga. Jadi, kenapa anda memanggilku?" Tanyaku.

"Kamu akan tinggal di asrama. Ini kuncinya. Jangan terlalu terkejut dengan keadaan sekitarmu! Kamu mengerti maksudku bukan?" Tanya kepala sekolah.

"Iya iya! Bawel amat sih!" Ucapku.

Ini adalah asrama yang dia bicarakan.

Dibandingkan sekolahnya, lebih besar asramanya!

Bahkan asramanya punya 9 gedung masing-masing 5 tingkat!

Uwow!

Seramai apa sih asrama ini?

Aku juga penasaran!

HM?

Jadi ini kamarku?

Aku sekamar dengan 1 wanita dewasa dan 1 loli.

Melihat perbedaan di antara mereka ini, bukankah semuanya sudah jelas?

Pasti berantem terus kerjaannya!

Lalu bagaimana dengan aku yang menginginkan kedamaian?

Jika begini keadaannya, mereka berdua akan leluasa masuk ke wilayahku!

Benar2 menjengkelkan!

"..."

Wanita dewasa itu menatapku sinis.

Tampaknya dia tidak suka keberadaanku.

Lalu bagaimana dengan si cewe loli itu?

Ah...

Dia malah acuh seolah aku hanyalah angin lalu.

Tapi memangnya siapa yang peduli?

Toh iblis tetaplah iblis!

Memangnya iblis punya hati nurani seperti para malaikat?

Kan nggak!

Jadi berhentilah berharap apa2!

Ntar nyesel baru tau rasa!

"Jadi kamu ya anak barunya?" Tanya wanita dewasa.

"Oh ayolah! Jawabannya sudah jelas begitu masih dipertanyakan?" Tanyaku.

"Hoo!"

"TING!"

"Bertemanlah dengan Rosa! Kau butuh keangkuhan, gaya bicara yang arogan, dan sikap merendahkan orang lain untuk benar2 layak diakui iblis sejati!" Pesan dari Deon.

BERSAMBUNG

Belum Tentu Jodoh

Sumpah dah!

Demi apa dia ngirim beginian?

Ternyata benar ya?

Semua mata tertuju padaku.

Jika aku salah bertindak sedikit saja, semua yang kupersiapkan berakhir sia2!

Bajingan!

Bisa2nya keadaan memaksaku memutar otak lebih keras dan keras lagi!

"Selalu ada batas di antara kami. Jangan bertindak seenaknya apalagi memasuki wilayahku!" Ucap wanita dewasa.

Bagian wilayahnya punya tema serba hitam.

Sedangkan loli punya tema serba ungu.

Apa yang sebenarnya mereka pikirkan?

Memangnya mereka pikir ini kamar remaja yang lagi masa2 pubertas apa?

Bisa2nya mereka bertindak konyol begini!

Warna ya?

Aku tak tau warna apa yang harus digunakan untuk wilayahku.

Serba putih?

Okelah.

Kita coba dulu.

1,5 jam kemudian...

"Bodoh! Apa yang kau lakukan?!" Tanya cewe loli.

"Memasang ini?" Tanyaku.

"Singkirkan!"

"Huh?"

"Singkirkan semua ini! Kau menyakiti mataku!" Ucap cewe loli.

"Tak perlu. Biarkan dia menderita dengan warna kebenciannya sendiri! Hmph!" Ucap wanita dewasa.

"Warna kebencian? Dia benci warna putih?" Tanyaku.

"Sudah lama sekali dia tidak turun ke medan perang. Terakhir kali, dia kalah dan terpaksa pake bendera putih untuk mengakui kekalahannya. Itu sangat memalukan baginya." Ucap wanita dewasa.

"Hehe! Kau memperhatikan segitunya teman sekamarmu bukan?" Tanyaku.

"Apa?! Loli kayak dia nggak perlu dikasihi! Akan lebih bagus kalo Lo juga nggak punya hati nurani!" Ucap wanita dewasa.

"Kenapa?"

"Tampaknya Lo masih belum tau apa2 ya? Ah... Gw lupa. Lo kan cuma rakyat jelata! Rakyat jelata kayak Lo emangnya tau apa?" Tanya wanita dewasa.

"JLEB!"

Kenapa rasanya familiar ya?

Perasaan ini...

Haha!

Mau jadi manusia ataupun iblis, tetap saja rasanya direndahkan itu nggak enak!

Apalagi ditampar kenyataan!

Urgh!

Nyesek bener!

"Gimana? Sakit kan ngomong sama wanita angkuh kayak dia?" Tanya cewe loli.

"Halah! Kau juga nggak jauh beda dengannya bukan?" Tanyaku.

"Tentu saja aku beda! Jangan samakan aku dengannya!" Ucap cewe loli.

"Tapi bagaimana denganmu? Maksudku, kekuatanmu nggak disegel kan cuma karna kalah telak?" Tanyaku.

Dia murung.

Sepertinya aku terlalu banyak bertanya.

Atau...

Yang disegel bukan cuma dia doang?

"Jangan bilang kalo semua murid yang ada di sini semua kekuatannya disegel!" Ucapku.

"Wah! Matamu jeli juga ya?" Tanya wanita dewasa.

"Jadi tebakanku benar?" Tanyaku.

"Ya begitulah."

"Gw nggak nyangka wanita terhormat seperti Lo kena segel juga sepertinya!" Ucapku.

"Jaga bicaramu!" Ucapnya.

"Kalo gitu, sekolah ini sama aja sekolah buangan kan? Masa isinya sampah semua?" Tanyaku.

Tatapan tajam menusukku.

Tekanan ini...

Apa aku salah bicara?

Mereka terlihat benci mendengar ucapanku, tapi di saat yang sama, mereka tak menolak sedikitpun kenyataannya.

Apa mereka masih kurang nyaman ya?

Ya terserah lah.

Bukan urusanku juga.

Fakta bahwa sekolahnya benar2 sampah begini aja udah nunjukin betapa busuknya otak keparat itu!

Dia menaruhku di lingkungan kotor dengan harapan keluarnya batu permata?

Konyol!

Tampaknya dia tidak serius memberikan tawaran itu padaku bukan?

Atau...

Dia punya simpanan lain?

Sehingga jika aku berakhir jadi produk gagal, dia nggak rugi2 amat karna masih punya jiwa lain yang terikat dengan kontraknya?

Boleh juga cara mainnya!

Asrama ini tidak jauh seperti asrama biasanya.

Hanya saja...

Akhir2 ini aku mengamati tingkah laku keseharian para iblis di sekitarku.

Anak ambis dengan anak ambis.

Pecandu dengan para pecandu.

Kalo dipikir2, mereka nggak jauh berbeda seperti kehidupan manusia kan?

Ya mirip2 lah.

"Apa? Pemilihan klub?" Tanyaku.

"Ya! Kau nggak berpikir untuk nggak ngambil satupun bukan?" Tanya kepala sekolah.

"Jadi harus milih ya?" Tanyaku.

"Tentu saja! Pilih 1! Tidak lebih!" Ucapnya.

Mari berpikir!

Untuk bertahan hidup di dunia yang kejam ini, aku butuh kekuasaan, kekuatan, dan ketenaran.

Lebih daripada itu, aku butuh klub pecinta olahraga, teknologi, dan sihir!

Tapi...

Bukankah kepala sekolah bilang cuma boleh pilih 1 aja?

Meski begitu, tidak berarti aku nggak boleh bermain kotor bukan?

Khekhekhe!

???

Jadi dia ketua klub pecinta teknologi?

Daripada ketua klub, dia lebih cocok jadi para bangsawan!

"Selesaikan atau keluar dari sini!" Ucapnya.

Galak banget!

Wajahnya dingin dan angkuh!

Apa semua iblis harus punya sifat angkuh begini?

HM...

Sepertinya mereka cenderung menomorsatukan harga diri ya?

Terserah lah!

Sekarang fokus apa yang ada di depan mataku!

Ha?

Apa?!

Kenapa isinya coding semua?

Sial!

Apa2an dia?

Aku bahkan tak akan lulus kalo ujian masuknya sesusah ini!

Tapi...

Emangnya siapa yang bilang aku berniat lulus tes?

Aku meminta hewan peliharaanku menyalin script milik anak2 yang ahli beginian.

Semua yang terlihat di matanya dikirim ke sistem milikku.

Tentu saja aku nggak lulus!

Tapi aku bisa membunuh si ahli itu dan mencuri identitasnya!

"TING!"

"Jangan bertindak gegabah! Meski kau berhasil mencuri identitasnya, memangnya kamu bisa meniru kecerdasan, kinerja, dan kebiasaannya? Jangan berpikir semua orang bisa kau bodohi! Keparat2 itu nggak sebego itu tau!" Pesan dari Deon.

"Lalu kau punya cara apa? Jangan cuma enaknya ngomel doang tanpa ngasih jalan keluarnya!" Ucapku.

"Ada 1 tugas yang cocok untukmu. Jika kamu berhasil menyelesaikan tugas ini, kamu bisa meniru segala kecerdasan, kinerja, dan kebiasaan anak itu. Mau gak?" Tanya Deon.

"Apa tugasnya dulu?" Tanyaku.

"Cowo rela berjuang buat ceweknya suksesi. Begitu dah berjaya, cowoknya dianggap sampah dan dibuang begitu saja. Cowo ini begitu sedih dan di saat yang sama kecewa besar. Rasa sakit hati, penderitaan, dan kesengsaraan ini membuatnya ingin balas dendam. Tugasmu adalah ngebantu gimana caranya si cowo ini berhasil eksekusi rencananya!" Ucap Deon.

"Bentar2! Kenapa tugasku serba berhubungan dengan balas dendam?" Tanyaku.

"Kamu lupa ya? Jiwa yang membuatmu menjadi iblis begini kan karna jiwamu dipenuhi balas dendam! Apa perlu aku mengingatkanmu pada kejadian itu?" Tanya dia.

"Gak. Gak perlu." Ucapku.

"Bagus!"

"Dari tugas yang Lo kasih, cowo itu ada di dunia manusia?" Tanyaku.

"Benar. Dunia asalmu." Ucapnya.

Ranran adalah tunanganku.

Sejauh ini kami berjuang bersama dari nol.

Aku mencintainya.

Segalanya kuberikan untuknya.

"Lo aja kali yang bego! Bisa2nya dibegoin cewe kayak dia!" Ucap Lily.

"Oi! Bisa diem dulu gak?" Tanyaku.

Nyampe mana tadi?

Ah...

Itu benar.

Kami saling mencintai.

"Yang cinta mati kan Lo, bukan dia. Dia nggak butuh Lo. Lo yang butuh dia." Ucap Lily.

Urgh!

Ini menyakitkan!

Sepertinya suara itu memang benar.

Aku terlalu bego sampai tak bisa melihat betapa busuknya wanita yang kucintai.

Andai aku bisa mengulang waktu.

Aku harus membuatnya membayar segalanya!

Jika aku harus masuk neraka, aku takkan mati sendirian!

"Benarkah?" Tanya Lily.

"Tentu saja! Aku tak punya apa2 lagi saat ini. Tak ada yang bisa kubanggakan. Aku sudah terpuruk dan makin terpuruk. Masa jalang itu seenaknya hidup bahagia dengan selingkuhannya? Aku tak suka melihatnya bahagia bukan bersamaku! Aku ingin dia merasakan yang sama sepertiku!" Ucapku.

"Itu yang kamu inginkan." Ucap Lily.

BERSAMBUNG

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!