NovelToon NovelToon

Penjara Cinta Sang Mafia

Sinopsis

PERINGATAN!!!!

NOVEL INI DIKHUSUSKAN BAGI KALIAN YANG SUKA CERITA SEDIH. Jadi yang nggak kuat nangis, Jangan baca!!!!

****

Zian, seorang pria dewasa berusia 30tahun, adalah seorang bekas mafia perdagangan organ tubuh manusia ilegal yang telah insyaf. Karena sebuah misi, dia memilih menjadi seorang pria biasa dengan membuka sebuah bengkel kecil bersama satu orang karyawannya.

Rasa bersalahnya pada seorang gadis remaja yang tidak sengaja terkena tembakannya membuatnya memutuskan untuk meninggalkan dunia hitamnya.

Zian yang jatuh cinta pada pandangan pertama dengan gadis itu, kemudian mencarinya selama bertahun-tahun. Namun tak juga menemukannya.

Suatu hari takdir mempertemukannya dengan Kanaya Indhira Adiwinata, seorang gadis berusia 19tahun, yang juga merupakan tunangan sahabatnya.

Kanaya adalah seorang gadis remaja yang berasal dari keluarga kaya raya. Hidupnya tiada bedanya dengan seorang putri raja. Dia tinggal menyebutkan apapun keinginannya dan semua akan di dapatkannya. Ayahnya, Erlangga Adiwinata sangat memanjakannya.

Kanaya sangat populer di kampus, begitu banyak pria kaya raya yang mengejarnya. Namun, dia selalu mengabaikan siapapun yang mendekatinya.

Kanaya jatuh cinta pada Zian di hari pertama pertemuannya. Naya pun melakukan berbagai cara tak biasa hanya untuk mendapatkan perhatian dari Zian.

Suatu hari perusahaan milik keluarga Adiwinata di tipu rekan bisnisnya. Mereka terancam bangkrut. Untuk menyelamatkan perusahaan, terjadilah perjodohan antara Naya dengan Marvin. Seorang pria dewasa berusia 28 tahun yang merupakan sahabat lama Zian.

Naya pun kabur di hari pernikahannya dan mendatangi Zian ke bengkelnya untuk memaksa menikahinya. Pernikahan Zian dan Naya membuat persahabatan Zian dan Marvin berubah menjadi permusuhan.

Zian yang merasa di jebak oleh Naya memberikan sebuah syarat sebelum pernikahan.

"Jika dalam satu tahun aku tidak bisa jatuh

cinta padamu, maka pergilah dari hidupku untuk selama-lamanya. Jadi selama satu tahun ini, tidak akan ada kontak fisik di antara kita." begitu syarat yang di ajukan Zian.

Demi menyingkirkan Naya dari hidupnya, Zian melakukan segala cara agar Naya tidak betah dengan pernikahan mereka. Salah satunya membuat Naya hidup bersamanya dalam kesederhanaan, tanpa fasilitas mewah yang selama ini di dapatkan Naya dari keluarganya. Naya pun di buat kerepotan dengan kehidupan yang serba sederhana itu.

Menjelang satu tahun pernikahannya, Naya divonis dokter mengidap penyakit mematikan dan sudah tahap parah. Menyadari suaminya hanya seorang lelaki biasa, dan pengobatan memakan biaya banyak, Naya terpaksa menyembunyikan penyakitnya dari semua orang.

"Maafkan aku yang sudah serakah akan cintamu dan menjebakmu ke dalam pernikahan ini. Bolehkah aku menjalani hari-hari terakhirku dengan menikmati peranku sebagai istrimu?" kalimat yang di tulis Naya dalam buku diarinya.

Naya pun harus berjuang melawan sakitnya sendirian. Sementara Zian terus menyakitinya dengan dengan berbagai cara.

Mampukah kesabaran naya meluluhkan hati Zian yang membentengi hatinya agar tidak jatuh cinta pada Naya?

Bagaimana reaksi Zian setelah mengetahui bahwa sang istri yang selama ini sengaja dia sakiti, ternyata sedang berjuang melawan maut?

Berbagai rahasia terungkap satu-persatu membuat air mata tidak berhenti mengalir.

*****

JANGAN LUPA SIAPKAN KANEBO UNTUK MENYEKA AIR MATA!

"HARAP BIJAK DALAM MEMBERI KOMENTAR" karena aku pasti baca komen kalian satu persatu walaupun nggak sempet balas 😅

Salah Tembak

Dor Dor Dor

Terdengar suara tembakan beberapa kali. Seorang pria berpakaian hitam menembaki beberapa pria di ujung jalan sana.

Satu tembakan yang entah darimana asalnya tepat mengenai bahu kiri laki-laki itu. Darah segar meluncur bebas dari lengannya. Dia meringis kesakitan memegangi bahu kirinya .

Seorang wanita yang terlibat dalam aksi itu langsung panik melihat bosnya terkena tembakan. Buru-buru menghampiri bosnya itu.

"Kau tidak apa-apa?" tanya wanita itu.

"Tidak apa-apa. Ayo cepat pergi dari sini," ajak pria itu.

Mereka kemudian berusaha menghindari tempat itu dengan bersembunyi di tempat yang di rasa aman. Namun, beberapa pria tiba-tiba menodongkan senjata pada mereka. Terjadilah perkelahian di antara mereka. Seorang pria kemudian membidikkan senjata pada pria yang terkena tembakan di lengan kirinya, melihat itu, asisten wanitanya tidak tinggal diam.

"Bos, AWAS!!" teriak wanita itu seraya mendorong tubuh bosnya. Tembakan pun meleset.

Mereka kembali baku hantam hingga saling berebut senjata. Tiba-tiba, tanpa sengaja pria itu menarik pelatuk pistolnya.

Dor

Terdengar suara tembakan. Sayup-sayup dari kejauhan terdengar suara sirine mobil polisi. Beberapa orang yang tadi terlibat aksi baku tembak itu segera berlari menuju mobil masing-masing dan pergi meninggalkan lokasi kejadian.

Sementara pria yang tertembak di lengan kirinya itu masih mematung manakala matanya menangkap seorang gadis remaja yang masih menggunakan pakaian seragam sekolahnya meringis kesakitan memegangi perutnya yang mengeluarkan darah. Pria itu membulatkan matanya menatap ke depan sana. Pistol di genggamannya terjatuh begitu saja.

Pria itu dengan cepat berlari ke arah gadis remaja itu, meraih tubuhnya yang sudah tergeletak di jalan. Saat melihat wajah gadis itu, air matanya meleleh begitu saja.

Bukankah dia adalah gadis yang sudah ku cari-cari? Sedang apa dia di sini? batin pria itu.

Pria itu ingat betul, gadis itu adalah gadis yang dia cari sejak beberapa minggu lalu. Gadis yang membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama.

Ya, dia benar-benar gadis itu. Aku masih ingat betul wajahnya. Apa yang kulakukan. Aku telah menembaknya.

"Ma-maafkan aku, aku tidak sengaja menembakmu," ujar pria itu.

Dengan wajah pucat, gadis itu berusaha menyunggingkan senyum, menahan kesakitannya. "A-pa aku akan ma-ti?" tanya gadis itu terbata-bata.

"Tidak, kau tidak akan mati. Kau akan selamat. Dokter pasti akan menyelamatkanmu. Aku mohon bertahanlah sebentar," ujar laki-laki itu.

"A-ku ti-dak ku-at..."

"Aku mohon bertahanlah!!" Pria misterius itu memeluk gadis itu seraya menangis. Mengutuki kebodohannya mengarahkan senjata kesembarang arah, sehingga gadis tidak berdosa itu harus menjadi korban.

"Bos, ayo cepat pergi dari sini. Polisi semakin dekat!" Asisten wanita dan beberapa pria segera menarik bos-nya naik ke mobil meninggalkan gadis yang tidak berdaya itu sendirian di jalanan.

"Apa kau sudah gila? Gadis kecil itu terkena tembakanku. Bagaimana kalau dia mati?" teriak laki-laki itu pada para anak buahnya.

"Bos, antara dia yang akan mati atau kita yang akan mati? Jika kita tetap di sana polisi akan menangkap kita." ujar seorang wanita bernama Marissa itu.

Pria itu terus menengok ke belakang sana, melihat gadis itu. Rasa bersalah yang teramat besar menguasai hatinya. Untuk pertama kalinya hatinya terasa sakit melihat korban tembakannya.

"Tapi bagaimana dengan gadis itu?"

"Jangan khawatir, Bos. Polisi pasti akan menemukannya dan segera membawanya ke rumah sakit," ucap pria yang sedang menyetir.

"Aku baru saja menembak seseorang yang tidak berdosa. Kalau dia mati, aku akan merasa bersalah seumur hidupku," Entah mengapa ada perasaan sakit di hatinya melihat gadis remaja itu berusaha menahan kesakitannya. Biasanya pria satu itu tidak punya belas kasih pada siapapun juga.

****

Sementara itu kepanikan terjadi di sebuah rumah sakit. Manakala seorang pasien korban tembakan baru saja tiba. Dengan sigap, para petugas kesehatan segera membawanya ke ruang operasi untuk mengeluarkan peluru yang bersarang di perutnya.

Dua orang pria dengan wajah paniknya berlari masuk ke dalam rumah sakit setelah mendapat telepon dari pihak rumah sakit yang mengabarkan putrinya terkena tembakan.

Pria paruh baya itu terlihat mondar-mandir di depan ruang operasi.

"Apa yang terjadi? Kenapa putriku bisa terkena tembakan?" tanya pria itu.

"Tenanglah, Tuan. Polisi sedang menyelidikinya," ucap seorang asisten prianya.

"Cari pelaku penembakan itu. Walaupun ke ujung dunia sekalipun. Temukan orang yang telah menembak putriku!" titah pria dengan tatapan membunuh itu.

"Baik, Tuan."

Setelah berjam-jam menunggu di depan ruang operasi, seorang dokter dengan pakaian hijau keluar dari ruangan itu.

"Apa anda keluarga pasien?" tanya Dokter.

"Aku ayahnya," jawab pria itu.

"Mari ikut saya ke ruangan. Saya akan menjelaskan kondisi putri anda,"

Pria itu segera berjalan mengikuti dokter menuju sebuah ruangan.

"Dokter,bagaimana keadaan putriku?" tanya pria itu.

"Sebelumnya, kami minta maaf. Anak anda sedang kritis. Peluru mengenai organ hatinya."

Pria itu hanya dapat menangis mendengar ucapan dokter itu. Seluruh tubuhnya bergetar hebat.

"Dokter, lakukan apapun untuk menyelamatkan putriku. Jangan khawatirkan soal biayanya. Berapapun biaya yang di butuhkan untuk menyelamatkan putriku."

"Ini bukan hanya tentang biaya saja, Tuan. Tapi kondisi fisiknya yang lemah. Sebagian hati-nya harus di angkat karena mengalami kerusakan akibat tembakan itu."

Bagai mendapat hantaman keras. Pria itu bersandar di kursi. Frustasi memikirkan nasib putrinya yang baru saja memasuki bangku sekolah menengah atas.

"Sebagian hati-nya, Dokter?" tanya pria itu dengan suara bergetar. Ketakutan akan kehilangan putri semata wayangnya mengalahkan segalanya.

"Hati memiliki kemampuan untuk beregenerasi kembali. Sel hepatosit dalam hati manusia dapat membentuk kembali sel-sel hati yang rusak," tutur sang dokter.

"Benarkah?" tanya pria itu.

"Kami akan berusaha semaksimal mungkin. Jika anda setuju dengan tindakan medis yang akan kami lakukan pada putri anda. Anda dapat menandatangani berkas persetujuan dan menyelesaikannya administrasinya," ungkap dokter itu.

"Baiklah, Dokter. Lakukan yang terbaik untuk putriku," pinta pria itu.

***

Berawal dari mimpi

4 tahun kemudian...

Alunan suara biola terdengar sangat indah memanjakan telinga siapapun yang mendengarnya. Kelopak bunga mawar berwarna merah bertaburan di atas karpet merah membentuk gambar hati.

Dengan senyum indahnya, seorang gadis yang terbalut gaun putih berjalan dengan anggun di atas taburan bunga itu. Seorang pria dengan ketampanan sempurna memakai jas berwarna hitam menyunggingkan senyum menawannya, menunggu sang gadis naik ke atas panggung.

Pria itu mengulurkan tangannya pada sang gadis, disambut dengan bahagia oleh gadis itu. Bagai bulan jatuh di pangkuannya, itulah gambaran kebahagiaan yang terlihat dari wajah gadis cantik itu.

"Pangeranku..." panggil gadis itu lembut.

"Sayang, kau adalah wanita tercantik di dunia ini," ucap sang pria."

Pria itu kemudian mendekatkan bibirnya ke telinga gadis itu, hendak membisikkan sesuatu. Namun, suaranya terdengar sangat aneh di telinga gadis itu.

"Pangeranku, kenapa suaramu sangat aneh? Seperti suara alarm," ucap gadis itu heran.

Pria itu terus berbicara semakin kencang membuat sang gadis meringis karena suaranya terdengar seperti hendak memecahkan gendang telinga.

KRING KRING KRING

Terdengar suara alarm pagi berbunyi nyaring membangunkan Naya dari mimpi indahnya. Dengan perasaan kesal, dia meraih jam weker yang berada atas meja dan membantingnya ke lantai hingga hancur berkeping-keping.

"Dasar alarm tidak berguna. Aaarrgghh!!" Naya terlihat menggeram, "alarm sialan itu menghancurkan mimpiku bertemu dengan pangeranku. Kalau saja kau tidak berbunyi, aku pasti sedang bahagia bersama pangeranku di mimpiku," ucapnya kesal pada benda yang telah hancur itu. Padahal dirinyalah yang menyetel jam itu berbunyi di pagi-pagi buta.

Naya lalu bangkit dari tempat tidur empuknya, kemudian berdiri di depan cermin. Memuji kecantikannya sendiri.

"Aku yakin, saat pembagian jatah kecantikan, aku terlalu rakus sampai wajahku secantik ini. Hahaha..." Naya bergumam-gumam.

Saking asyiknya bercermin, gadis periang itu sampai lupa tujuannya menyetel alarm sepagi itu. Dan, ketika matanya menangkap arah jarum jam dinding, dia terlonjak kaget.

"Aaa jam 8???"

****

-

-

Dengan mengucapkan ribuan sumpah serapahnya, Naya keluar dari rumah menuju tempat di mana mobilnya terparkir. Seorang sopir yang biasanya mengantarnya langsung menghampirinya.

"Nona, mau kemana?" tanya Pak Sopir.

"Mang Dadi, aku buru-buru, aku mau menyetir sendiri, ya..." ucap Naya lalu segera menaiki mobil.

"Tapi, Nona... Nona Naya kan baru belajar menyetir. Apa tidak berbahaya?" tanya Mang Dadi dengan nada khawatir.

"Yang penting kan sudah bisa maju, mundur, belok kanan, belok kiri, rem. Sudah kan?" sahut Naya.

Mobil pun melaju meninggalkan halaman rumah yang asri itu. Tinggallah Mang Dadi dengan kekhawatirannya pada gadis yang selama ini menjadi tuan putri di rumah mewah itu.

"Ada apa, Aa'...?" tanya seorang wanita yang tiba-tiba datang menepuk bahu Mang Dadi.

"Yun, Nona Naya pergi bawa mobil sendiri," jawab Mang Dadi.

"Hah, Nona Naya kan baru belajar menyetir berapa hari lalu, itu juga kemarin menabrak pohon, aduh kalau tuan tahu, bisa marah besar," ucap Yuni yang langsung ikut panik.

Pasangan suami-istri itu lalu mondar-mandir di halaman rumah memikirkan nasib Naya yang bahkan belum terlalu pandai menyetir.

Dengan menyetel musik favoritnya, Naya ikut bernyanyi di dalam mobil.

Tiba-tiba...

"Loh... ini mobilnya kenapa?" gumam Naya ketika tiba-tiba mobilnya berhenti di jalan. "Mogok, ya... aduh, sial!" ucapnya seraya memukul setir. Naya lalu turun dari mobil. Saking kesalnya, dia menendang ban mobilnya dengan keras dan membuat kakinya sendiri terasa sakit. "auww... iishh apesnya pagi ini."

Setelah mondar-mandir tidak karuan di sana, Naya akhirnya menemukan ide. Gadis itu mengambil ponselnya yang ada di dalam mobil, lalu menghubungi seseorang.

"Halo, Mia..."

"Iya, Nay..." terdengar suara seorang gadis di seberang sana.

"Kau ada nomor tukang bengkel tidak? Mobilku mogok di jalan."

"Tukang bengkel? Ohh iya ada. Sebentar aku kirim nomor kontaknya. Nanti kau hubungi sendiri."

"Baiklah! Cepat, ya..." Sambungan terputus, Naya kemudian membuka pesan yang di kirim oleh temannya itu. Lalu segera menghubungi nomor yang tertera di sana.

***

Sambil menunggu sang montir yang baru saja dihubunginya, Naya bersandar di jok mobil depan, membayangkan mimpi indahnya semalam.

"Oh, pangeranku!" gumamnya.

Setelah beberapa menit menunggu, datanglah seorang pria dengan mengendarai sebuah sepeda motor, berhenti di belakang mobil mewah itu.

"Permisi, apa kau yang tadi menghubungiku?" tanya seorang pria yang datang menghampiri Naya yang sedang menyandar di dalam mobilnya. Naya pun segera berbalik begitu mendengar suara seorang pria.

"Iya, aku..." sahut Naya.

Tiba-tiba gadis itu mematung menatap wajah pria yang baru datang itu. Dia menatapnya tanpa berkedip.

Pangeranku... Aaa aku baru tahu kalau mimpi yang terputus bisa dilanjutkan. Kenapa dia lebih tampan dari mimpi pertamaku tadi? ucap Naya dalam hati.

Gadis itu mengira kembali bermimpi bertemu dengan sosok pangeran yang tadi datang di mimpinya, membuat pria yang baru saja datang itu keheranan.

"Hey..." panggil Pria itu dengan tatapan heran pada Naya yang menatapnya dalam tanpa berkedip.

"HALOOO...!!!" Pria itu mengeraskan suaranya, membuyarkan lamunan gadis itu.

"Eh... iya... " sahut Naya gelagapan.

Aaa... bukan mimpi, jadi benar pangeran ini sekarang di hadapanku...

"Mobilnya kenapa?" tanya sang montir.

Naya masih menatap pria itu tanpa berkedip, sosok pria bertubuh tinggi dan sangat tampan layaknya seorang pangeran sungguhan, Naya hampir tidak percaya jika pria di hadapannya hanyalah seorang montir.

"Mobilnya minta disentuh!" Naya menjawab asal tanpa sadar.

Pria itu mengernyit, bingung dengan jawaban Naya, "Maksudnya?"

Sesaat kemudian, Naya baru sadar bahwa ini bukan mimpi.

"Ah... mobilnya tiba-tiba berhenti. Aku tidak tahu kenapa..." lagi-lagi dijawab gelagapan.

Oh pangeran, kenapa wajahnya lebih tampan dari mimpiku...

Zian, sang montir itu lalu membuka kap mobil depan dan memeriksa setiap kabel yang ada di sana. Setelah memeriksa dia tidak menemukan sesuatu yang aneh di sana.

"Coba nyalakan mesinnya," pinta Zian.

Naya pun segera masuk ke mobil dan menyalakan mesinnya. Namun setelah mendengar bunyi mobil itu, wajah Zian langsung berubah. Laki-laki itu mendekati Naya yang masih duduk di mobil dengan satu kaki berpijak di aspal.

"Apa kau baru belajar menyetir?" tanya laki-laki itu dengan ketusnya.

"Hehe, tahu darimana?"

"Sejak kapan?"

"Ba-baru kemarin," jawabnya takut-takut.

"Bagus," ucap Zian seraya mengangguk. "Ini mogok karena bensinnya habis." Ucapan Zian membuat Naya tersentak, wajahnya tiba-tiba merona merah karena malu.

"Bensin," Naya mengedarkan pandangannya hendak melihat apakah di sekitar sana ada pengecer bensin. "Ma-maaf... Aku tidak tahu kalau bensinnya habis. Jadi bagaimana sekarang?"

Dengan raut wajah kesal, Zian membantu Naya mendorong mobilnya sampai di pom bensin yang tidak jauh dari lokasi mereka berada.

"Ini,..." Naya menyodorkan beberapa lembar uang ratuasan ribu pada Zian. Namun, bukannya mengambil uang itu, Zian malah beranjak meninggalkan Naya.

Naya lalu mengekor pada Zian yang hendak menuju sepeda motornya.

"Ada apa?" tanya Zian ketus.

"Kan aku mau bayar..." ucap Naya dengan polosnya.

Zian terkekeh dengan wajah sinis. "Mau bayar?" tanya Zian.

"Iya..." sahut Naya seraya mengangguk.

"Cukup jangan sok tahu, baru belajar menyetir satu hari sudah berlagak. Bagaimana kalau kau merugikan pengendara lain? Menabrak misalnya, kau bisa tanggung jawab?" ucap Zian panjang lebar.

"Ini kan aku mau tanggung jawab,"

"Dengan uang? Dasar!! Semua anak orang kaya sama saja!!" Zian lalu pergi meninggalkan Naya yang mematung di sana.

Gadis itu begitu terpesona pada Zian, apalagi sikap Zian yang begitu acuh tak acuh padanya.

Bagaimana dia bisa kelihatan sekeren itu?

****

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!