NovelToon NovelToon

Rindu Dan Luka

Prolog

Lampu ruang operasi sudah padam. Beberapa tenaga kesehatan yang baru saja menangani operasi itu pun keluar dari ruangan itu.

Seorang perempuan paruh baya itu sedikit berlari menghampiri dokter yang mengoperasi putranya di dalam sana. Dan seorang laki-laki menyusul di belakangnya.

"Operasi berjalan lancar. Kita tunggu pasien siuman untuk beberapa jam ke depan!", kata dokter.

Perempuan paruh baya yang bernama Kanaya itu akhirnya bisa bernapas lega. Tapi kelegaan itu tak berlangsung lama . Ia mengingat bahwa di balik penyelamatan sang putra ada sosok laki-laki yang memberikan pertolongan dengan syarat yang cukup berat untuk seorang Naya.

"Alhamdulillah!", kata sosok laki-laki yang bersama Kanaya yang tak lain Krisna.

Beberapa saat kemudian, putra Kanaya di bawa ke ruang rawat. Naya dan Krisna bisa menemani anak remaja yang sudah melalui proses operasinya dengan cukup berat.

Bagaimana tidak? Luka di belakang kepalanya cukup serius hingga harus di operasi.

"Kamu mau makan apa Nay? Sejak El di bawa ke rumah sakit, kamu belum terisi makanan apa pun!", ujar Krisna.

"Aku akan makan setelah Shakiel siuman, mas!", jawab Naya. Krisna duduk di samping Kanaya.

''Kamu jangan sampai mengabaikan kesehatan kamu sendiri Nay. El butuh kamu, kalau kamu sampai sakit bagaimana dengan El?", tanya Krisna berusaha membujuk Naya.

Akhirnya Kanaya pun setuju untuk makan ,ia akan memakan apa pun yang Krisna bawa ke dalam kamar El.

💕💕💕💕💕💕

Gadis berparas cantik berusia hampir enam belas tahun itu sedang berbalas chat dengan seseorang.

"Serius amat sih Ya!", salah seorang gadis berseragam putih abu itu menyenggol bahu gadis yang sibuk dengan ponselnya.

"Serius lah...!", jawabnya.

"Eh...Ghalia binti Ahmad Salim. Kamu teh lagi kasmaran apa gimana? Baca chat sampai senyum-senyum gitu. Obatnya habis?", sindir teman yang lain.

"Enak aja! Aku lagu chating sama kak Diaz!", sahut Lia. Sontak teman-temannya berteriak histeris.

Sejak Diaz menjadi motivator di acara seminar yayasan sekolah Lia, banyak kaum hawa yang tergila-gila padanya.

Bukan hanya wajah yang tampan, Diaz juga tampak ramah terhadap siapa pun. Dan keberuntungan berada di pihak Lia yang dapat privilege karena mengenal Diaz via orang dalam 🤭

"Kok bisa sih? Bagi juga nomornya dong?!", kata temannya.

"Buat apa? Nggak-nggak! Nanti kamu teh chating ganjen lagi. Kak Diaz itu calon suami idaman tahu ngga! Udah kasep, selain pengusaha dia juga ngajar di pesantren. Uuuh...gemes jadi pengen cepet di halalin!", kata Ghalia.

"Huuuuhhh!!!", teman-temannya menyoraki Ghalia yang membahas hal random seperti itu. Jika Lia tipikal gadis yang periang dan mudah bergaul, berbeda dengan Galih sang kembaran.

Galih tak pandai membangun pertemanan baru. Tapi jika sudah akrab, dia akan menganggap orang itu lebih dari sekedar teman.

"Cita-cita mu kan, nikah muda? Tapi katanya pengen kuliah jurusan pertanian biar bisa nerusin usaha abahmu?!"

"Emang kalo udah nikah ngga boleh kuliah? Boleh dong!", sahut Lia.

"Kita belom punya KTP, ngga usah aneh-aneh deh?!", kata teman Lia yang lain.

"Ya Allah serius amat, aku bercanda kali. Percaya aja!", kata Lia terkekeh.

Dia memang sedang chat dengan Diaz tapi hanya membahas beberapa hal umum. Suara bel berdering nyaring, anak-anak yang beristirahat kini harus kembali ke kelas mereka masing-masing.

💕💕💕💕💕💕

Shakiel membuka matanya perlahan. Sudah lima jam pasca operasi anak remaja itu tak sadarkan diri.

"El...!", Naya langsung menghampiri sang putra yang sudah membuka matanya.

"El...sayang...alhamdulillah kamu udah sadar nak?!", kata Naya. E mengerjap pelan.

"Anda siapa?", tanya El.

"El...ini bunda sayang!", kata Naya terisak pelan.

"Bunda ?", El membeo. Naya mengangguk cepat.

"Iya sayang, bunda kamu nak!", kata Naya. Krisna yang cukup merasa heran dengan pertanyaan El berinisiatif mencari dokter untuk memeriksa kondisi El.

"Kenapa dengan anak saya dok?", tanya Naya.

"Pasien mengalami amnesia. Amnesia ini bisa sementara atau bahkan bisa lupa dalam jangka waktu panjang. Saran saya, biarkan pasien mengingat dengan sendirinya. Karena jika di paksa ,takut akan menggangu otaknya. Sebaiknya anda menstimulasi untuk mengingatkan pasien dengan hal-hal yang lebih ringan untuk memancing daya ingatnya."

"Baik dok, terimakasih!", kata Naya. Shakiel menatap kosong langit-langit kamarnya itu. Naya dan Krisan memilih duduk di sofa yang tak jauh dari brankar Shakiel.

"Nay!"

"Tolong jangan bahas mas!", kata Naya.

"Tapi aku juga ingin mendampingi kamu sampai El pulih seperti sebelumnya. Bagaimana bisa aku selalu bersama kalian kalau di antara kita tidak ada hubungan. Kamu tahu maksud ku, Kanaya!", kata Krisna.

El menoleh pada dua orang dewasa yang sedang mengobrol itu. Tapi mulutnya terdiam.

Kanaya tertunduk lesu.

Syarat yang Krisna ajukan cukup berat. Ia berjanji akan menolong El asalkan Kanaya bersedia menikah dengannya. Dan sekarang, Krisna menagih janjinya.

Meski tidak harus hari itu juga keduanya menikah, setidaknya Krisna mendapatkan kepastian dari Naya pasca perceraiannya denah papanya El.

"Baiklah, aku bersedia mas. Tapi ...tunggu masa Iddah ku berakhir!", kata Naya. Krisna pun tersenyum dan mengangguk.

Jam sudah menunjukkan hampir jam sepuluh malam. Naya sudah tidur di atas brankar yang ada di samping El. Sedangkan Krisna tidur sambil duduk diantara El dan Kanaya.

El membuka matanya. Ia menoleh pada dua sosok dewasa yang terlihat lelah tersebut.

Lalu setelah memastikan dua orang dewasa itu tidur, tangan El terulur untuk mengambil ponsel di atas nakas.

Ia menghubungi salah satu sahabatnya yang ia percaya. El hanya ingin tahu kabar dari orang-orang yang kelak akan ia rindukan di masa yang akan datang.

Jadi, El tidak amnesia??? Awalnya ia, tapi hanya sementara! Kini ingatannya sudah kembali.

Krisna menyadari aktivitas El. Ia pun membuka matanya dan membuat El terkejut.

Lelaki dewasa itu duduk memunggungi Naya.

"Ada yang ingin kamu katakan pada saya Shakiel Albiruni ?", tanya Krisna. El yang sepertinya mengetahui jika Krisna tahu kondisinya yang sudah mengingat semuanya memilih mengangguk.

"El...maafkan saya jika saya menolong kamu dengan pamrih! Saya ikhlas memberikan darah kamu demi Tuhan, Shakiel. Tapi...saya memberikan syarat itu bukan semata-mata karena terobsesi sama bunda kamu."

El memandangi wajah Krisna yang gagah tersebut.

"Saya sungguh-sungguh mencintai bunda kamu. Saya ingin menikahi bunda kamu setelah melewati masa iddahnya. Dan saya harap kamu menerima saya untuk menjadi suami bunda kamu."

Shakiel masih bergeming.

"Saya memang tidak bisa berjanji untuk selalu memberikan kebahagiaan untuk bunda kamu. Tapi saya akan usahakan itu, asal bunda kamu bahagia."

Akhirnya El mengangguk.

"Kamu memang bukan darah daging saya, tapi saja janji akan memperlakukan kamu, menyayangi kamu sepenuh hati saya El."

"Terima kasih!", kata El. Krisna meraih El dalam dekapannya.

Setelah itu, ia menguraikan pelukannya.

"Mungkin...ini terdengar begitu jahat El! Tapi, saya ingin kamu hidup dengan identitas baru. Bantu bunda kamu untuk melupakan kesakitan di masa lalunya. Tolong....tetap lah berpura-pura amnesia!"

Shakiel terkejut mendengarnya. Tapi setelah itu ia pun mengangguk pelan.

"Tanpa om minta, saya akan melakukannya. Demi bunda! Tolong jangan pernah sedikit pun menyakiti bunda ku!", kata El. Krisna tersenyum dan mengangguk.

"Setelah keluar dari sini, kita ke Bali. Ke kampung halaman saya. Dan....berusaha lah memanggil saya dengan sebutan ayah setelah kami menikah nanti. Dan...mungkin saya akan mengubah panggilan kamu, tanpa merubah identitas kamu El!", kata Krisna panjang lebar.

Shakiel pun hanya mampu mengangguk pelan. Ia harap keputusan yang ia ambil tidak lah salah!

💕💕💕💕💕

🤭🤭🤭

Kisah El dkk berlanjut BESTie 🙏🙏🙏

semoga tulisan receh ini di minati. Dan jangan lupa tinggalkan jejak komen saran dan like nya.

Seandainya memang tulisan ini buruk, please lewati aja ngga usah di kasih rate bintang satu.

Terimakasih banyak2

Love sekebon.....💕💕💕💕💕💕💕💕

Bab 01

Setelah di rawat beberapa hari akhirnya El diijinkan keluar dari rumah sakit. Remaja yang biasa jahil, usil dan sering membuat ulah sekarang sudah tidak ada.

Shakiel yang sekarang sangat pendiam. Dia pandai sekali berakting untuk pura-pura hilang ingatan.

Meski dalam sudut hatinya, ia merasa bersalah pada sang bunda. Dosa yang akan dia tanggung akan begitu banyak karena kebohongan yang sudah El ciptakan sendiri dan akan berlangsung lama.

"Bunda harap kamu akan segera mengingat semuanya sayang!", Naya mengusap puncak kepala El dengan lembut.

El hanya memandangi wajah ayu yang sangat teduh itu.

Krisna memasuki kamar Shakiel dan mengajaknya ke mobil yang sudah ia parkirkan di depan. Setidaknya El tidak perlu menunggu terlalu lama saat Krisna mengambil mobilnya.

Naya menerima pesan dari pengacaranya bahwa persidangan yang tanpa mediasi itu akan segera memberi putusan karena kedua belah pihak tidak ada yang menghadiri persidangan tersebut. (Othor ngarang ya, soalnya ngga tahu 🙏🙏🙏)

Helaan nafas terdengar dari bibir perempuan cantik itu.

"Nay, ayo!", ajak Krisna. Naya pun berjalan di samping Shakiel.

💕💕💕💕💕

Mobil Krisna melesat membelah jalanan ibu kota.

"Om, kaca nya di buka aja ya!", kata El pada Krisna. Krisna pun mengijinkannya. Mungkin remaja itu ingin menikmati hembusan angin.

El menatap jalanan ibu kota yang ramai hingga sepasang matanya menatap sosok yang ia rindukan.

Pandangan mata keduanya bertemu. Sosok perempuan yang sedang hamil itu terus memanggil namanya. Bahkan ia meminta mobil yang El tumpangi menepi.

Bohong kalau El tak ingin bertemu dengannya. Tapi dia harus totalitas dalam rencana yang sudah ia susun.

Akhirnya drama panjang terjadi antara bunda dan sosok perempuan cantik yang tengah hamil itu yang tak lain Riang, kakaknya sendiri

.

(percakapannya ada di judul Riang 🤭)

Shakiel sungguh tak tega melihat air mata yang membasahi wajah cantik sang kakak. Tapi mau bagaimana lagi, semua harus berjalan seperti ini.

Usai drama panjang itu, Shakiel bisa melihat kakaknya yang menangis dalam dekapan suaminya.

Aku sayang mba Riang, sayang mama Citra. Tapi aku kecewa sama papa, atau mungkin aku juga membenci papa!!

🌾🌾🌾🌾

Shakiel dan Naya mengikuti saja Krisna yang mengajak mereka tinggal di Bali. Dan di sebuah kampung ,Krisna membawa keduanya untuk tinggal di kampung halaman Krisna.

Krisna sudah tak memiliki orang tua. Rumah peninggalan orang tuanya beberapa tahun sudah di sewa. Dan karena masa sewa sudah habis, Krisna memutuskan untuk kembali menghuni rumah itu.

Tapi sementara penghuninya adalah El dan Kanaya. Krisna memilih untuk tinggal di restoran miliknya yang ada di dekat pantai.

Mungkin setelah ia resmi menikah dengan Naya, baru mereka tinggal bersama.

"Ngga apa-apa kan kalian tinggal di kampung seperti ini? Mungkin setelah kita menikah nanti, banyak yang harus di perbaiki."

"Ngga apa-apa mas! Ini lebih dari cukup buat kami!", kata Naya. El tak berkomentar. Justru remaja itu berjalan menuju ke jendela yang memberikan penampakan hamparan sawah yang sudah menguning karena padi yang siap panen.

Suasana yang sejuk karena jauh dari hiruk pikuk kendaraan membuat El merasa nyaman.

Krisna meminta Naya untuk meninggalkan El untuk menikmati waktunya sendiri.

"Kamu sudah hubungi ayah kamu, Nay?", tanya Krisna.

"Sudah mas!"

Dan waktu terus bergulir begitu cepat, akhirnya Kanaya dan Krisna resmi menikah. Shakiel masih terus berpura-pura hilang ingatan.

"Opa akan terus mengirim uang buat kamu El. Gunakan uang itu untuk biaya pendidikan kamu juga kebutuhan kamu. Opa tahu, ayah tiri kamu mampu memberikan apa pun untuk kamu. Tapi...Opa hanya ingin kamu mandiri, nak! Maafkan Opa yang tak pernah mendampingi kamu di masa-masa sulit itu."

Hanya anggukkan kecil yang Ayah Naya dapatkan dari El. Lelaki beruban itu tetap berpikir jika El benar-benar melupakan segalanya.

"Mulailah dengan kehidupan baru kalian. Jika perlu, lupakan semua masa lalu kamu El!", kata lelaki tua itu memeluk erat cucunya. Tugasnya untuk menjadi wali nikah Naya sudah selesai. Dia akan kembali ke Swiss dimana keluarganya tinggal setelah beberapa belas tahun lalu memutuskan tinggal di sana.

Ayah Naya sempat kecewa karena Naya yang mengijinkan Ziyad menikah lagi. Dan setelah tahu Shakiel lahir, hatinya mulai luluh.

Ayah Kanaya pamit untuk kembali ke Swiss dan di antar oleh Krisna ke bandara.

💕💕💕💕💕💕

Ganesh mengirim foto Riang dan bayinya pada Shakiel. Tak hanya itu, Ganesh juga mengirimkan foto Shaka yang sangat mirip dengan Shakiel. Dan kabar Citra yang koma juga cukup membuat Shakiel terpukul. Citra memang masih terus bernafas, tapi dia seperti mayat hidup. Meski bukan ibu kandungnya, Shakiel sangat menyayangi Citra.

Dan sejauh ini, Ganeshlah yang memberikan semua info tentang keluarganya.

💕💕💕💕💕💕

"Ayah ingin kamu ambil kelas akselerasi ya Shaki!", kata Krisna saat ketiganya mengobrol di suatu sore. Krisna meminta panggilan El di rubah tanpa merubah nama aslinya.

"Iya Yah!", jawab Shakiel.

El mengikuti ujian setara SMA dan mendaftar di perguruan tinggi swasta yang cukup ternama di pulau Bali.

Shakiel menjadi mahasiswa termuda di angkatannya karena di usianya yang belum genap tujuh belas tahun ia sudah menjadi bagian dari sebuah universitas. Remaja tampan yang sudah mulai menginjak usia dewasa itu mengambil jurusan kedokteran. Ada alasan tersendiri mengapa ia memilih jurusan tersebut.

"Kamu mau kost aja Shaki ?", tanya Naya.

"Ngga usah bund, Shaki bisa pulang pergi naik motor. Sebentar lagi juga punya SIM. Kasian Ayah kalau selalu antar jemput?!", tolak Shakiel.

"Ayah tidak keberatan menjadi sopir pribadi kamu Shaki!", kata Krisna.

"Shaki sudah dewasa Yah! Tolong kasih kepercayaan sama Shaki !", kata Shakiel. Naya dan Krisna mengangguk dan tersenyum.

Shakiel yang sekarang memang jauh lebih dewasa secara fisik juga pemikiran. Naya tak memaksa Shakiel untuk mengingat semuanya. Sekarang yang terpenting baginya adalah kondisi Shakiel yang jauh lebih baik.

💕💕💕💕💕

"Nak Diaz yakin? Ghalia masih kecil lho?!", kata Abah Salim.

"Insya Allah bah, toh tidak harus saat ini juga saya menikahi Lia!", jawab Diaz.

Abah Salim terdiam.

"Saya akan menunggu Lia sampai cukup usianya. Kenapa saya meminta Lia kepada Abah sekarang-sekarang? Karena saya ingin Abah tahu jika saya memang serius dengan Lia."

"Baiklah jika memang itu niatan nak Diaz. Nanti setelah Lia dan Galih lulus SMA, mereka akan kuliah di sana. Dan Abah akan merasa tenang jika Lia sudah menikah untuk menghindari pergaulan bebas yang dampaknya sangat buruk!", lanjut Salim.

"Alhamdulillah, terima kasih bah!", Diaz menyalami tangan Salim dengan takzim. Salim cukup kagum dengan sosok muda di hadapannya itu.

Meski Salim tahu rekam jejak kisah cinta Diaz yang mudah berpindah haluan, lelaki dewasa itu cukup mengapresiasi dengan keberanian Diaz yang meminta Lia padanya.

💕💕💕💕💕💕

Dua tahun sudah Shakiel tinggal di pulau Bali. Dua tahun juga ia tak berlebaran dengan keluarganya yang ada di pulau Jawa sana.

Yang Shakiel dengar, Eyangnya sudah meninggal. Dan papanya melanjutkan perusahaan keluarga.

Karena mayoritas penduduk sana nonis, lebaran yang mereka jalani tak terlalu ramai. Mereka hanya bersalam-salaman dengan penduduk sekitar yang tak merayakannya.

Meski begitu, baik Krisna maupun Naya memiliki komunitas sesama muslim di daerah tersebut.

Shakiel melakukan sungkeman kepada ayah dan bundanya. Sungguh, Shakiel merasa sangat berdosa karena sudah membohongi bundanya selama bertahun-tahun lamanya.

"Maafin Shaki ya bunda!'', kata Shakiel.

"Bunda juga minta maaf ya sayang!", Naya memeluk tubuh jangkung yang di warisi dari papa nya itu.

Bagaimana mungkin Naya melupakan Ziyad jika duplikatnya saja ada di depan matanya?

Hal yang sama pun di lakukan oleh Krisna. Krisna benar-benar menganggap Shakiel darah dagingnya sendiri. Bahkan di belakang nama Albiruni, Krisna menyematkan nama Wijaya seperti namanya.

Tanpa bermaksud untuk menghilangkan nasab Ziyad, Krisna hanya ingin identitas baru untuk Shakiel.

"Shaki ke depan dulu ya bund, ayah!", pamit Shakiel pada kedua orang tuanya. Shakiel yang awalnya hanya ingin memberi makan ikan, kini justru merogoh ponselnya.

Ganesh mengirim video kakaknya yang sedang menangis merindukan dirinya. Shakiel tanpa sadar pun menitikkan air matanya.

Ganesh menceritakan kondisi Citra yang masih terbaring di atas ranjang pesakitan. Meski matanya terbuka dan tertutup seperti manusia normal lainnya, Citra tak merespon apa pun.

Shakiel pun sama rindunya seperti Riang. Hanya saja....semua harus ia sudahi untuk kebahagiaan orang-orang yang ia sayang. Mungkin tanpa kehadiran dirinya juga sang bunda, kebahagiaan itu akan menghampiri mereka.

Tanpa membalas pesan itu, Shakiel membuka ponselnya dan mematahkan kartu SIM yang selama ini ia pakai menghubungi Ganesh.

Shakiel bukan tak tahu balas budi, ia akan mengirim bingkisan untuk Ganesh sebagai ucapan terima kasih padanya. Namun Shakiel tidak akan memberitahu keberadaannya.

Cukup sampai di sini mba! Aku tidak akan lagi mencari tahu tentang kalian. Dan mungkin aku akan kembali di waktu yang tepat! Tapi entah kapan waktu itu tiba! Batin Shakiel.

✌️✌️✌️✌️✌️✌️

Terimakasih 🙏🙏🙏

Bab 02

Ghalia sedang membaca bukunya dengan serius di pojokan perpus. Meski gadis itu ceria dan cenderung bawel, dia sangat menyukai kegiatan membaca itu.

Seseorang duduk di sampingnya membuat Ghalia menoleh.

"Baca apa sih?", tanyanya sambil mengintip judul buku tersebut.

"Dikasih tahu juga ngga bakal tertarik!", sahut Lia. Temannya terkekeh pelan. Ya, temannya itu memang tak suka membaca. Ke perpus saja karena dia ingin tidur siang saja.

Setiap malam selalu ada setoran murojah. Walaupun bukan pondok pesantren tapi sekolah itu merupakan sekolah Islam terpadu.

"Lia ...!", kata gadis itu yang meletakkan kepalanya di atas meja.

"Heum...!", gumam Lia.

"Temen Galih pindah ke mana?", tanyanya. Lia menoleh pada sahabatnya itu.

"Shakiel?", tanya Lia. Gadis itu mengangguk.

"Ngga tahu! Galih aja ngga tahu!", kata Lia masih dengan tatapan matanya di buku.

"Bukannya kamu tuh suka sama Shakiel? Hehehe malah sekarang berpaling sama kak Diaz!", katanya.

"Ribi kembaran Fesha, tolong ya kalo ngomong di jaga! Awas aja kalo sampe bocor terus kedengeran sampe telinga Galih apalagi Ganesh!"

"Heheheh tapi iya kan? Kamu teh pernah ngomong kalo suka sama si El itu?!", kata Ribi lagi.

"Ckkkk...sebatas suka, ngga lebih!", jawabnya.

"Kalo aku suka sama Galih, boleh?", tanya Ribi. Ghalia meletakkan bukunya. Ia meraup wajah Ribi yang terkekeh pelan.

"Kamu suka sama Galih, terus kembaran kamu suka sama Ganesh ,gitu??? NO!!!", kata Lia.

Ribi masih tertawa meski pelan. Mereka tidak boleh berisik di dalam perpus kan????

Selesai mengusili Lia, Ribi pun memilih kembali ke kelasnya.

Ghalia menghela nafas berat mengingat ucapan Ribi barusan.

Kamu teh di mana sih El??? Meuni tega teu pamitan....!!!

Ghalia menyimpan bukunya di rak tempat ia mengambil tadi. Saat keluar, Fesha juga ternyata sama-sama dari ruangan itu.

Meski Fesha dan Ribi kembar, keduanya sangat berbeda. Jika Ribi sebelas dua belas dengan Ghalia, Fesha lebih kalem. Tapi ketiganya bersahabat cukup dekat. Mungkin karena sama-sama terlahir menjadi anak kembar.

💕💕💕💕💕

Ganesh sibuk dengan laptopnya. Ia sudah semester dua saat ini. Sedang si kembar Galih Ghalia masih d bangku putih abu.

"Nesh, amang ada kerjaan ke luar kota. Nitip bibik sama anak-anak ya!", kata Syam pada Ganesh yang tinggal bersamanya. Ia memang diminta tinggal di sana karena kampusnya lebih dekat dengan rumah Syam.

"Nyak Mang!", sahut Ganesh. Tak lama kemudian terdengar celotehan dua balita yang sedang berebut mainan.

"Puna Ica iniiih....!", Risya menarik boneka yang Shaka pegang.

"Puna Aka...!", Shaka tak mau kalah. Alhasil ,dua balita itu membuat suasana rumah menjadi ramai.

"Risya, Shaka!", Syam memanggil dua bocil itu.

"Abi....itu puna Ica!", rengek Risya.

"Puna Aka...massss!", Shaka menyahut. Ganesh menutup laptopnya lalu membopong Risya agar tak merengek.

"Ica, Aka! Main sama Aa aja di taman!", kata Ganesh pada sepupunya tersebut. Dan ajaibnya dua bocil itu menurut.

Syam tersenyum melihat keponakannya yang menurut pada kakak sepupunya itu.

"Kenapa Bi?", tanya Riang yang baru pulang beli sayuran di abang-abang keliling.

"Biasa lah, anak sama adik mu itu lho! Ngga bisa kalo ngga rebutan!", kata Syam.

"Terus sekarang mereka di mana Bi?", tanya Riang yang tak melihat bahkan tak mendengar ocehan dua bocah itu.

"Di bawa Ganesh ke belakang. Tahu mainan apa!", jawab Syam.

"Uum, oh iya Abi berangkat jam berapa?", tanya Riang.

"Nanti jam sembilan. Kenapa?", tanya Syam.

"Ngga apa-apa sih Bi, cuma nanya aja heheh!", sahut Riang.

🌾🌾🌾🌾🌾🌾

Ganesh mengambil video dua bocil yang sedang bermain di belakang. Ada yang tahu dua bocil itu main apa??

Shaka bermain tanah dan beberapa cacing yang ada di bawah pot. Sedang Risya bermain masak-masakan dengan tanah yang di beri air.

Ganesh selalu mengunggah aktivitas dua bocil di sosmed nya. Pengikut Ganesh cukup banyak. Tapi yang Ganesh harapkan adalah Shakiel melihat video-video keponakan dan adiknya yang menggemaskan itu.

Mulia sekali ya???

Tidak sepenuhnya begitu sih. Ganesh memang menjadikan dua bocil itu sebagai bahan kontennya. Sekedar lucu-lucuan. Yang penting sudah ijin pada orang tua mereka.

"Risya....Shaka! Lambaikan tangan kalian dan bilang 'Hallo' !", teriak Ganesh. Lucunya dua bocil itu pun mengikuti instruksi Ganesh.

Alhasil, wajah cemong mereka semakin membuat orang gemas.

Riang melangkah kan kakinya ke teras belakang. Dan dia sangat terkejut melihat pemandangan di sana.

"Astaghfirullah ...Risya, Shaka???", Riang mengelus dadanya. Ganesh hanya nyengir kuda mendengar bibik nya beristighfar.

"Hehehhe yang penting ngga berantem atuh bik!", kata Ganesh pada Riang.

"Iya ngga berantem Nesh, tapi mereka kan udah mandi !", kata Riang lesu. Pagi-pagi sekali ia sudah memandikan dua bocil itu dengan effort yang tinggi.

Tak perlu di bayangkan gimana repotnya dua bocil itu saat rewel bersamaan!

"Nanti Shaka mandi dulu sama aku, bik! Yang penting mereka puas main dulu, ngga beranteman terus."

"Ya udah atuh, bibik mau bantu mba Nuri masak. Jagain adik-adik kamu lho Nesh!", kata Riang.

"Siap nyonya!", sahut Ganesh. Ia pun kembali memperhatikan dua bocah yang asyik dengan mainannya sendiri.

Notifikasi di ponselnya berbunyi. Ada beberapa chat masuk yang mengomentari video terbarunya.

@S.A Wijaya.dr : Risyaka

Ganesh tertarik dengan komentar itu. Hanya ada foto stetoskop di foto profilnya.

"Dia siapa? Bukan follower ku? Tapi komennya....???", monolog Ganesh.

"A Nesh! Mandi agi!", pekik Shaka.

"Iya !", sahut Ganesh. Ia menuntun dua bocil itu ke kamar mandi yang ada di luar. Dua bocil itu mandi sambil bermain.

Ganesh ikut basah karena di jahili dua adiknya itu. Meski begitu ia sama sekali tak marah. Menjadi anak tunggal membuat ia menyayangi dua bocah menggemaskan itu.

💕💕💕💕💕

Shakiel tak sengaja membuka salah aplikasi di ponselnya. Meski ia bilang tak akan pernah mencari tahu tentang kehidupan keluarga yang ia tinggalkan, nyatanya ia hanya bisa memantaunya dari jauh.

Dan video dua bocil itu membuat Shakiel tersenyum.

"Hai calon dokter, liat apa senyum-senyum begitu?", tanya Devi salah seorang teman kampus Shakiel.

"Mereka lucu sekali!", kata Shakiel menunjukkan video Risya dan Shaka di ponselnya. Devi memperhatikan dengan seksama.

"Iya, lucu banget! Tapi ...ini yang Shaka mirip banget sama kamu deh Shaki! Serius! Versi balita sama dewasa aja hihihi mana namanya sekilas mirip!", kata Devi.

Wajah Shakiel yang tadi tersenyum kini memudar. Ia ikut melihat video itu lagi. Devi benar, Shaka memang sangat mirip dengannya. Dari hidung, mata hingga bibirnya pun sama persis.

Apa ini cara Mu menunjukkan jalan untukku kembali bertemu mereka?? Tapi sakit hati ku masih terasa sampai saat ini Tuhan!

Devi memperhatikan Shakiel yang melamun.

"Hei, kenapa? Kok bengong?", tanya Devi. Shakiel hanya tersenyum dan menggeleng pelan.

Devi menyukai Shakiel. Hanya saja usia Shakiel lebih muda darinya dua tahun. Tapi karena mereka masuk di angkatan yang sama, otomatis ia meminta Shakiel untuk menganggap nya seumuran.

"Aku...ke lab dulu ya, masih ada tugas!", pamit Shakiel pada Devi.

"Oh...iya, oke!", Devi mengangkat jempolnya. Lalu ia menatap punggung laki-laki yang selama beberapa semester ini mengusik hatinya.

💕💕💕💕💕💕💕

Lanjutttt....!

Terimakasih 🤭✌️🙏🤗

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!