NovelToon NovelToon

Love Journey In September

First

~ kadang berekspetasi tinggi itu jauh menyakitkan.

Di malam hari seorang perempuan sedang bertelepon dengan seseorang. Sunyi tidak ada topik pembicaraan Yang membuat suasana menjadi canggung.

"Loh ko kenapa diam?" cakap wanita tersebut dengan sedikit terkekeh untuk mencairkan suasana. Pasalnya wanita tersebut heran akhir-akhir ini sikap pacarnya tidak seperti biasanya.

"Seharusnya kamu yang cari topik!" sahutnya kesal.

Ini bukan pertama kalinya dia marah kepadaku karena tidak ada topik obrolan.

"Ngapain cari topik. Noh topik lagi ada dirumahnya," kata ku.

Diriku Sudah tahu bakalan seperti ini, padahal dia pernah bilang ingin bertukar cerita tapi itu bohong dia tidak pernah cerita soal apapun kepadaku.

"Apaansih," ujar nya dengan nada yang kesal.

Perempuan itu pun sedikit jengkel dengan perkataan pacarnya ini. Mengingat kalo dia sering kali mengarah membahas sex yang membuat ku tak nyaman.

Tak segan-segan diriku yang kesal karena topik pembicaraanya, mengira dia tidak tergila-gila dengan tubuh perempuan ternyata dia sama dibagian akhir

Aku yang merasa muak memutuskan panggilan Sepihak.

Keesokan harinya aku sedang berkutat pada tugas sekolah ku, Ya aku sudah Sma semester akhir dan banyak sekali tugas dan persiapan untuk ujian nasional.

Aku terdiam melihat siswa-siswi pada bersorak berhamburan untuk pulang, tapi aku dan keempat temanku Masih berada diruangan. Akupun tersentak saat temanku memanggil namaku.

"Woi, Sha!" panggilnya.

Nayesha Arkhava kerap yang dipanggil Yesha dari teman-temannya itupun tersadar memandang temannya yang sudah berdiri melihatnya.

Yesha pun bangkit dari kursi dan mengambil tasnya sambil berjalan keluar, Sebelum menutup pintu Nayesha melihat ruangan kelasnya untuk terakhir kalinya.

Selepas ujian nasional nya berakhir siswa-siswi pun libur sambil menunggu hari keputusan kelulusan.

Malam ini aku aku dan teman-temanku memutuskan untuk berkumpul bersama.

"Tuh yang di tunggu datang juga," imbuh Shevarta Tanishka.

"Biasalah Tania namanya juga Ney," ujar Salisha Abhimaya.

Akupun berjalan menghampiri mereka berdua.

"Di mana Thara?" tanyaku kepada mereka.

"Belum datang," balas Alisha.

Akupun langsung duduk disamping Alisha dan membuka ponsel. Yang pertama kulihat yaitu notif whatsapp, beberapa menit kemudian Keithara Pramodya datang membuat heboh.

"Hallo Guys! Kembaran Jennie datang." lontarnya yang membuat kita terkejut.

"Ayam lo copot. Eh anjir lo ye, Keithara Pramodya!"

"Yaudah yuk. Lets go Grils!" ajak Alisha kepada kita semua.

Saat ini four grils berada di cafe yang mereka sering datangi, namun saat ini kita berada di Cafe Travel Maker, dimana menunya ada pencake combo, french toast combo, strawberry banana pencakes, americano, iced chocholate dan lain sebagainya.

Suasana menjadi canggung karena pada sibuk pada ponselnya masing-masing, kami tersentak saat waiters membawa pesanan kami dan meletakkan di atas meja, akupun tersenyum dan berterimakasih waiters tersebut.

Sebelum menyantap makanan Tania terlebih dahulu menghalanginya.

"Ada apasih gue pengen makan tahu," cakap Thara kesal.

"Sebentar kita harus mengabdikan momen ini grils!" Semangat Tania yang membuat kita bertiga menghela nafas pelan.

"Oke senyum guys!" ajaknya antusias membuka kamera miliknya.

Mau tak mau mereka harus ikut berfoto, Tania pun melihat hasil jepretan dan melihat ke arahku.

"Ney! Senyum dong masa senyumnya begitu sih," ungkap Tania sambil cemberut di wajahnya.

"Lalu eottoke?" balasku.

Tania pun membuka layar kamera dan langsung merangkul bahuku dengan tersenyum manis. Akupun melihat ke arah Alisha dan Thara, lalu mereka mengkode untuk lakukan saja biar cepat. Akupun mengarah ke kamera lebih tepatnya menyengir yang membuat mereka tersenyum.

Lekas acara penundaanya kita melanjutkan acara makan dengan santai.

Sudah menunjukkan jam 22.00, four grils memutuskan untuk pulang dan kita terpisah karena jalan kita tidak searah.

Alisha dan Thara mengklakson motornya untuk pamit duluan, aku dan Tania membalas ucapan mereka.

Tidak ada topik obrolan hanya saja jalanan yang ramai ditambah lampu merah yang ricuh.

Aku sedang Fokus Kedepan memperhatikan kendaraan yang lain, namun nampaknya Tania sedang bergelut dengan seseorang.

Aku melihat Tania dan dikaca spion, dia sedang melirik ke arah samping sambil mengoceh.

Saat Tania menepuk bahuku, aku menoleh ke samping dan melihat seorang pengemudi motor di samping ku adalah Daniell Nabhaan Batara.

Ternyata dia sedang menggoda Tania, dengan sengaja aku mengklakson motor ku untuk melihat reaksinya. Benar saja Daniell tercekat melihat keberadaan ku sambil menggaruk lehernya yang tak gatal.

Ketahuan deh, pikirnya.

Dia pun tersenyum sebelum melajukan motornya karena sudah lampu hijau.

Berapa jam perjalanan untuk mengantarkan Tania pulang, aku sudah sampai berada di depan rumah. Saat ingin masuk ke dalam aku melihat Daniell yang sedang berdiri di depan pagar rumahnya.

Entah apa yang dilakukan dengan tetangga yang satu ini, Ya aku dan Daniell tetanggaan, tepatnya rumah kami bersebelahan.

"Hayo! Anak perawan enggak baik pulang malam." lontarnya sambil melipatkan kedua tangannya. Macam gaya orang ingin mengepalak anak orang haha.

"Ngapain lo di situ?" ucapku sedikit ketus.

"Loh inikan rumah gue. Lo lupa?" terangnya membuat ku mendengus.

"Susah ya ngomong sama Jones ke lo." celetuk ku yang membuat Daniell mendekat ke arahku.

"Yang Jones siapa ya mba?" tanya nya sambil menatap tajam ke arahku.

Tapi berapa detik dia melanjutkan perkataanya.

"Omong-omong soal Jones, gue jadi keinget dulu lagi." timpalnya sedih.

Seketika membuatku teringat Kejadian dulu yang membuat ku tertawa di mana pertama kali kita bertemu.

*Tbc...

#Terimakasih sudah membaca silahkan melanjutkan bab selanjutnya yang akan di publish oleh author

Flashback

~ Teruslah tersenyum walaupun itu palsu.

Hari pertama ku masuk Sma sedikit melelahkan Karena mengikuti mos dan mengikuti kegiatan lainnya. Saat kakak kelas membubarkan, siswa-siswi pun langsung berhamburan keluar ruangan. Aku melihat jam tangan dipergelangan tangan ternyata sudah sore dan aku memutuskan untuk pulang.

Malam harinya berniat untuk membeli coklat di supermarket, saat selesai belanja aku melangkahkan kaki ku untuk pulang. Namun saat dari jauh tidak sengaja aku melihat ada anak laki-laki sedang duduk di depan pagar yang bersebelahan dekat rumah ku, sedang apa dia disitu? Pikirku heran.

Akupun tidak ingin pusing memikirkannya dan melanjutkan langkah ku untuk sampai ke rumah sambil membawa belanjaan yang aku beli, tapi pikiran ku semakin penasaran menghentikan langkah ku dan memastikan anak laki-laki yang aku lihat tadi. Mencoba menengok ke belakang rupanya anak laki-laki itu masih ada di sana sambil menangis. Buru-buru melihat apa yang terjadi ternyata anak itu mengenggam sebuah aquarium ikan yang sudah mati.

"Hey! Kenapa kau menangis?" tanya ku membuat dia mendongak menatapku. Seakan tahu aku mendekatinya tetapi dia tidak mempedulikannya.

"Ternyata ikanmu mati?" cakap ku lagi.

"Aku tidak bisa hidup tanpa Jones," ungkap nya sedih.

"Jones?" Mengerutkan dahiku bingung.

"Apa dia enggak suka tinggal sama gue ya makanya dia ninggalin gue," lirihnya membuatku terdiam atas ucapannya.

Namun dia melirik ku dengan bingung,

"Kenapa? Padahal Jones udah gue anggap seperti keluarga gue sendiri," Imbuhnya.

Sedetik kemudian aku melihat lelaki itu mengeratkan aquariumnya, dengan heran aku menyerengit ke arah benda yang ada di dalam air tersebut.

"Oh Jones itu Ikan lo?" Yang paham asal pembicaraan tadi. Dia pun mengangguk pelan.

Yaampun ternyata Ikan toh. nih orang tendang aja gak sih aelah, gerutu ku dalam hati.

Aku penasaran kenapa tidak membeli Ikan yang baru saja? Kenapa harus menangis seperti itu? Ternyata dia menceritakan sedikit kalo dia mendapatkan Ikan itu dari almarhum kakeknya sebelum wafat. Aku pun berpikir kenapa tidak membawa dia ketoko serba ikan?

"Hm, ayo ikut gue!" perintah ku sambil menarik lengannya. Dia pun mengikuti sambil menggengam aquarium itu sampai ke tempat toko tersebut.

Toko serba ikan? Membaca tulisan spanduk Yang terpajang di atas dan aku tidak membalas ucapannya dan langsung menarik ke dalam toko.

"Bantulah aku mencari kan Ikan," kata ku kepadanya.

Tetapi dia terdiam sambil memperhatikan ruangan yang dipenuhi aquarium di setiap sudutnya. Tersadar aku sudah tidak ada di depannya dia pun berjala mengikuti ku.

"Mencari Ikan yang seperti apa?" tanya nya membuat ku sedikit berdeham.

"Seperti Ikan kesukaanmu," balas ku.

Ekspresi dia seakan berpikir, aku pun juga bingung harus membelikan ikan yang mana, karena aku tidak tahu jenis Ikan apa yang bagus. Apa aku harus memberikan Ikan yang berbenjol itu? Ah entahlah, bingung juga lebih bingung saat membeli pakaian.

"Loh dia di mana?" ujar ku pelan saat dia sudah tak ada di belakang ku.

Aku menghampirinya ternyata dia sedang melihat Ikan berwarna hitam dan sedikit berwarna di ekornya.

Aku pun berdeham membuat dia tersentak,

"Aku tidak sengaja melihat ini, bagaimana kalo yang ini?" unjuknya yang membuatku sedikit bergeming melihat harganya.

"Ku rasa kau menyukainya," celetuk ku.

Namun dia tidak sengaja mendengar ucapanku pun menyerengit bingung, lalu aku aku pun membawa aquarium tersebut dengan ukuran yang kecil.

"Berapa ini pak?" tanya ku kepada pemilik toko. Ternyata harganya seperti belanja bulanan ku sekitar 5.000, tidak apalah sesekali aku beramal dengan orang.

"Yaudah Pak, saya mau ambil yang ini." pinta ku.

Pemilik toko pun mengangguk dan memproses pembayarannya. Kami pun berjalan keluar yang ditemani aliran angin yang sejuk. Setengah perjalanan dia melirikku yang tengah mengenggam aquarium juga.

"Ternyata kamu suka Ikan juga," Entah itu sebagai pertanyaan atau hanya kalimat biasa membuatku memberhentikan langkah dan menatap cowo tersebut yang ikut langkahnya terhenti.

"Hm. Sepertinya Ikan ini lebih bermanfaat kalo sama lo. Tolong jaga baik-baik Ikan gue ya," tuturku.

Namun yang dibuat bingung olehnya,

"Yaudah kalo gabisa jaga Ikan ini....." belum sempat aku melanjutkan kalimat ku Daniell lebih dahulu menyelaknya dan mengangguk.

"Tentu saja bisa." ujarnya cepat.

Akupun sedikit tersenyum dan memberikan Ikan yang kami beli tadi. Syukurlah dia mau mengambilnya, berarti tak sia-sia aku membelinya.

Daniell pun menaroh kedua aquarium tersebut di tanah membuat ku menyerengit bingung.

"Daniell, is your name?" sapanya sambil mengelurkan tangannya.

"Nayesha Arkhava," balas ku singkat.

Daniell mengangguk kepalanya dan menatap ku.

"Makasih ya, Ava." sambungnya dengan senyum di wajahnya.

****

Daniell yang melihat aku melamun mendekatkan wajahnya ke arahku sambil melambaikan tangannya, Daniell yang kesal langsung memukul pelan kaca helm ku hingga aku tersentak.

"Ada apa?" Aku pun hanya menggeleng sebagai balasan. Namun dia menatap ku penuh mengitimidasi.

"Jangan bilang lamunin gue ya?" pedenya membuat ku merasa mual.

"Minggir! Sebelum gue lindes Shipper lo nanti."

Melihat Daniell sudah menyingkir aku pun bergegas untuk masuk ke dalam dan mengunci pagar secepatnya.

Shipper? Oh iya Simon gue!!! gumam nya sambil berlari menuju ke rumahnya.

Shipper adalah kucing jantan peliharaannya, enggak segan-segan Shipper sering kepergok mendekati aquariumnya. Pernah sekali melihat Daniell berdebat dengan Shipper, gara-gara shipper ingin memakan Ikan miliknya. Kasian si Shipper selalu terniscayakan hahah.

****

Ke esokan harinya Pak Hendra menyuruh khusus siswa-siswi Xll pun untuk datang kesekolah untuk membahas acara perpisahan untuk minggu depan. Akupun bergegas datang ke sekolah, ternyata aku melihat Tania baru sampai menggunakan ojol. Tania pun menghampiriku dan kita berdua langsung masuk ke kelas bersama, rupanya di kelas cuman siswi nya saja yang baru datang, apa emang sudah tradisi kalo cewe selalu datang pertama namun cowo malah sebaliknya?

"Sha. Gue ke toilet dulu ya," Aku pun hanya mengangguk dan merebahkan kepalaku di meja.

Berapa menit kemudian Pak Hendra datang bersama Pak Omar, lalu menanyakan apakah muridnya sudah lengkap atau belum. Avira selaku ketua kelas di perintahkan untuk menelpon teman-temannya yang belum datang.

"Yesha. Tolong hubungi Daniell ya," pinta nya sambil mengeluarkan pupe eyes nya.

Akupun membuka ponselku dan mencari kotak tersebut dan langsung mengirimkan pesan kepadanya, namun tidak ada balasan olehnya.

"Loh Pak Omar dan Pak Hendra sudah datang dari stadi, Sha?" bisik Tania yang baru datang di sampingku. Aku pun mengangguk sambil fokus ke arah ponsel. Berapa detik kemudian para siswa yang baru datang dengan segerombolan namun aku tidak melihat Daniell dan teman-temannya di sana.

"Udah semua ini?" tanya Pak Omar.

Avira menyebutkan kalo Daniell dkk belum datang, apa dia tidak datang ya? batinku.

"Yasudah kita mulai saja, nanti teman-teman kamu yang belum datang di informasikan saja," jelas Pak Omar.

Saat ingin memulai, ada suara berat seseorang dari luar datang dengan mengetuk pintu.

"Maaf Pak kami telat," ungkapnya.

Yang membuat semua menengok ke arah sumber suara ternyata Daniell, Diffran, Pandu dan Nick. Lalu mereka duduk di bangku masing-masing. Pak Omar langsung menjelaskan mengenai keberangkatan dan acaranya di sana.

"Oke! Yang belum mengikuti ujian nasional dan ujian lainnya tidak boleh ikut tour Xll."

Membuat siswa-siswi pada saling pandang,

"Nah lo Zik, Gaboleh ikut lo." ledek pemuda yang ada di sampingnya membuat Rizik tak terima.

"Enak aja lo bilang, gue udah selesai duluan kaleh," ungkapnya pede.

Pak Hendra yang melihat pada heboh langsung mengebrak meja membuat satu kelas kembali tenang.

"Sudah-sudah apa kalian paham apa yang tadi saya jelaskan tentang perjalananya?" tanya nya tegas.

Siswa-siswi pun menjawabnya dengan kompak, "Sudah!"

Lalu Pak Hendra berbisik kepada Pak Omar, "Apa ada yang mau di sampaikan lagi?"

Pak Omar menggeleng yang membuat Pak Hendra mengangguk.

"Oke baiklah. Jangan lupa kalian mempersiapkan apa yang harus di persiapkan, dan juga mental. Saya tutup sampai di sini kalian boleh pulang." tuturnya sambil melenggang keluar ruangan.

Selepas kepergian Pak Omar dan Pak Hendra, aku tidak sengaja melihat Daniell yang sedang fokus bermain game di ponselnya. Berapa menit kemudian dia berjalan keluar sambil mengambil jaket miliknya. Saat aku hendak ingin pulang seseorang menepuk pundak ku.

"Yesha! Mau ikut makan-makan bareng kita?" tanya Garvita Freya.

Seakan tahu jawaban ku mereka semua langsung menyeretku keluar menuju kantin tidak lupa aku juga ikut menyeret Tania.

"Kalian tunggu di sini, biar gue aja yang beli bersama Dira," Saat mereka berdua sudah pergi, aku dan Tania duduk bersama di mana ada Giana, Julita, Tari dan Avira.

Berapa jam kemudian Vita dan Dira datang dengan 2 bungkus plastik besar dan menaruhnya di atas meja.

"Nah baru juga di omongin," lontar Giana sambil membuka minuman yang sudah ada di meja.

"Widih pada omongin apa neh?" sahut Dira kepo.

"Omongin kapan lo jadi janda hahaha." jawabnya sambil tertawa. Vita yang geram langsung memukul kepala bulatnya si Julita.

"Oke. Mari kita nikmatin makanan nya guys!" seru Avira.

Membuat kita Langsung menyerbu makanan sebelum dingin.

Selepas acara makan di kantin tadi, aku langsung menuju parkiran, saat hendak memakai helm aku melihat Daniell sedang berlari seperti orang kesetanan.

"Woi Yesha! Hosh.... Hosh... Hosh" Sambil mengatur nafasnya dalam-dalam.

Aku pun langsung menyerengit, "Kenapa?"

Daniell tidak menjawab melainkan dirinya bergumam pelan, "Padahal kakinya kecil kalo jalan cepat juga."

Aku pun sedikit mendengarnya langsung melotot atas apa yang dia ucapkan.

"Apa lo bilang?" sahutku yang membuat sang empu meringis pelan.

"Enggak. Cuman menyapa aja," Aku pun langsung melongo mendengarnya.

Ya allah nih orang ngapainsih kurang kerjaan apa? Batinku.

Aku pun langsung melajukan motor ku, persetan tidak mempedulikan Daniell sedang memperhatikan ku dengan mata yang begitu menyipit.

Kenapa buru-buru sekali? Padahal ingin mengatakan sesuatu tapi aku mengurungkan niat untuk mengatakannya.

Daniell yang keluar dari ruangan kelas, untuk menghampiri Pandu yang mengajaknya bermain voli, Daniell berpikir sudah lama dirinya tidak mengasah kemampuannya.

Selepas bermain voli dengan Pandu, Daniell mengelap keringatnya, tak berselang lama ada 4 siswi cantik datang menghampiriku untuk meminta foto.

Daniell bingung harus membalasnya bagaimana, memang diriku sering menggoda banyak cewe tapi itu sebagai hiburan. Hiburan bukan berarti memakai cuman senang menjaili apalagi bikin mereka salting.

Daniell pun hanya bisa tersenyum simpul menanggapi namun diriku melihat seseorang perempuan sedang berjalan memakai aerphone sambil tertawa bersama temannya, padahal dulu tidak ada yang mau mendekatinya.

Flashback 2

~ Ragaku baik namun batinku tidak.

Selepas latihan voli kami memutuskan untuk istirahat, saat Daniell ingin berjalan untuk mencuci muka, melihat ada seorang perempuan duduk sendirian dipinggir lapangan sambil menutup matanya.

Daniell pun langsung ikut duduk di sampingnya dan berdeham namun dia tidak mendengar karena tersumbat oleh aerphone. Mencoba untuk berdeham lebih keras benar saja dia membuka kelopak matanya dan terkejut melihat kehadiranku.

Astaga! apa dia melihatku menangis? batinku. Dengan buru-buru membuang wajahku ke samping untuk menormalkan ekspresiku.

"Aku tidak melihatnya," imbuhnya yang membuat ku terdiam membeku.

"Kenapa ke sini?" tanya ku singkat.

Dia pun sedikit berdeham dan mengatakan kalo tidak ada alasan untuk menemui ku.

Akupun mengangguk sebagai balasan,

"Kadang hidup memang tak sesuai apa yang kita inginkan," ucapnya serius.

Daniell pun langsung melanjutkan perkataanya, "Kalo seseorang ingin melihat keberadaan kita, carilah orang yang tepat."

Saat sedang memikirkan apa yang dia ucapkan, teringat dimana aku tidak di perlakukan tidak baik, sejak masih sd.

Mencoba untuk tidak memikirkan semuanya, namun sebagai manusia ternyata tak mampu membohongi diri.

Dimulut aku bisa sabar dan menerima semuanya, tapi hatiku sedikit tergores atas ucapan mereka.

Jujur aku tidak melakukan apapun tetapi orang -orang melihatku seperti jiji dan mereka tertawa atas penderitaanku. Memang kadang cerita tidak membuat hati tergores kita sembuh, apalagi kalo luka batinnya ditambah setiap harinya.

"Kau benar, tapi semua ini bikin aku muak." keluh ku sambil menatap lurus dengan tatapan kosong.

Lelaki itupun tidak tahu harus mengatakan apa, karena tidak tahu seberat apa masalahnya dan sedalam apa lukanya.

Namun seseorang datang memanggil dari arah belakang,

"Woi Daniell! ngapain lo berduan sama cewe begitu?" seru pemuda tersebut yang membuat kita berdua menengok ke sumber suara.

Pemuda itu terus Berbicara dengan seenaknya," Yang benar aja lo! Mending lo sama Chalista ketahuan dari segi apapun. Lah kalo dia?" Dengan tertawa mengejek ke arahku.

Aku pun yang mendengar dia mentertawakan ku langsung menatap sengit, memberanikan diri berjalan mendekat ke arah pemuda tersebut sambil tertawa renyah.

"Urusannya dengan lo apa kalo gue deket sama Daniell?" desis ku di kuping nya.

Lelaki itu tak menerima dan langsung mendorong tubuhku kasar.

"He! Gausah banyak gaya. Lo enggak liat muka lo ha? cih mending lo gausah hidup, enggak ada yang mau sama lo. Selain mencicipi tubuh lo doang!" hardiknya.

Aku yang mendengarnya hatiku sedikit berdenyut saat pemuda itu secara terang-terangan merendahkan ku.

Namun aku tersentak melihat Daniell memukul pemuda itu yang membuat mereka saling memukul.

"Gausah lo komentar dia dengan mulut sampah seperti lo!" sengit Daniell.

Daniell yang tidak menyukai perkataan Dera masih memukulinya entah setan apa yang masuk dalam tubuhnya, membuatku menarik lengan Daniell untuk segera berhenti.

Namun Dera berdecih dan mencibir, "Emang benar buktinya orang-orang pada jiji melihatnya." Sambil memegang perutnya yang sakit akibat serangan dari Daniell.

Daniell semakin geram mendengarnya, "Lo! cari mati....."

Belum sempat Daniell melayangkan pukulan, aku langsung berteriak untuk menghentikan perkelahian ini.

Aku menghadap ke arah Dera yang tadi merendahkan ku dengan tatapan sinis. Tak lama Daniell mematung saat aku memberikan pukulan yang seharusnya dia lakukan.

"Dengar ya. gue enggak peduli apa yang lo ucapkan, sekalipun lo ataupun satu dunia bilang gue jiji silahkan. Hina gue sepuas lo! gue tunggu karma suatu saat nanti. Karena karma real bagi orang yang udah sakit hati, gue harap lo salah satunya!"

Selepas mengatakan itu aku langsung pergi dari hadapan 2 pemuda dengan perasaan kacau, Mereka berdua tertegun melihat aksi ku yang berani mengatakan pada Dera.

Namun Daniell yang masih tersalut emosi langsung mencengkram kerah baju Dera dengan kasar.

"Lo enggak berhak mengatakan atas apapun itu, Der!" sarkas Daniell.

Dera tertawa mendengar peruturan dari Daniell,

"Kenapa lo belain dia sampai segitunya, oh apa lo pernah mencicipinya?" ejek Dera sambil tertawa.

Daniell mengepalkan tanganya namun mencoba untuk menahan emosinya.

"Gue dengar lo ketua club voli? Gimana kalo senen depan Lawan basket sama gue?" tantang Dera dengan smirk di wajahnya.

Dera tahu pasti Daniell tak akan mampu menandinginya karena dia tidak jago dalam hal basket.

"Hahaha, keberatan lo. Atau takut kalah sama gue?" ejeknya

Daniell mendengarnya berdecih, "Gausah banyak omong Kita buktikan saja, kalo gue yang menang lo harus menuruti perkataan gue."

"Oke, Kalo lo yang kalah siap-siap cewe itu harus done dari sekolah ini." putus Dera.

Sudah cukup mendengar peruntunan dari Dera, Daniell langsung melayang sebuah pukulan berkali-kali di wajah Dera membuat hidung Dera mengeluarkan banyak darah.

"Itu balasan! Karena lo udah berani bikin gue luka dan Nayesha." desis Daniell tajam dan pergi meninggalkan Dera yang sudah tak berdaya.

****

Daniell datang ke warkop untuk menghilangkan stres, sudah beberapa hari dirinya di skor membuatnya jenuh. Diffran yang sedang tidak sengaja melihat pemuda yang mirip dengan temannya pun langsung mendekat ke arahnya.

"Woi! Daniell?" Kepala Diffran sambil memutar nya ke samping. Apa benar itu temannya yang enggak ada kabar berapa hari? Daniell hanya berdeham melihat Diffran yang sudah duduk di sampingnya.

"Gila! Gue kira lo pindah. Waktu itu gue kerumah lo tapi sepi," tutur Diffran.

"Sementara menginap di rumah sepupu gue," jelas Daniell.

Diffran yang tidak mengerti langsung melontarkan banyak pertanyaan, mendengar Diffran menunding dirinya membuat Daniell membuka suara dan menjelaskan secara the point tentang masalah kemarin.

Diffran menyimak penjelasan dari Daniell yang membuat Diffran mengerutkan dahinya, dirinya tidak salah dengarkan? Apa tadi Dera? Ya Diffran mengenal Dera saat Smp. Dera terkenal club basket sering menang dalam kompetisi, namun siapa sangka dia seorang Kang bullying cuman dia menutupi dengan prestasinya.

Diffran juga tidak menyangka bahwa dia melakukan kepada perempuan juga, sungguh! Kalo gue berada di situ mungkin gue juga mendukung Daniell untuk memberinya pelajaran kepada Dera.

"Tapi Dan... Lo serius mau melawan Dera nanti?" cakap Diffran serius. Karena gue tahu tidak mudah melawan Dera.

Sejenak Daniell menyeruput coffe sebelum membalas pertanyaan Diffran.

"Ya walaupun gue enggak ahli main basket, bukan berarti gue harus menyerahkan diri bukan?" balas Daniell datar.

Diffran mengangguk Benar, emang orang yang ngerasa dirinya sempurna harus memberi pelajaran untuk hidup.

Cukup lama berbincang Daniell pun berpamit pada Diffran karena ada sesuatu yang harus di urus.

"Oke. Kalo ada apa-apa lo telfon gue aja, mungkin gue bisa bantu." pesan Diffran kepada Daniell, yang dibalas tepukan dipunggungnya dan segera melenggang pergi.

Malam hari Daniell sibuk pada layar komputernya tidak terasa kalo ini sudah larut malam, Daniell mengambil ponselnya dan melihat layar ponsel menunjukkan jam 00.00 malam. Daniell berpikir untuk memutuskan keluar untuk mengambil barang-barang keperluannya.

"Mau kemana Dan?" tanya sepupunya yang melihat Daniell yang berjalan tergesa-tergesa.Namun Daniell yang sudah melenggang keluar tidak tidak sempat menjawab pertanyaanya.

Mau kemana tuh anak jam segini? Monolognya pada diri sendiri.

Daniell yang sudah sampai di rumahnya, berjalan masuk kedalam dan menyalakan lampu untuk mengambil barang keperluannya Karena tidak mungkin untuk membelinya lagi.

Saat selesai mengambil barangnya pun bergegas keluar dari rumah, sebelum pergi Daniell melirik rumah Nayesha yang di samping dengan rumahnya. Ingin sekali untuk menemuinya dan memastikan untuk apa dia sudah baik-baik saja? Ah sialnya, aku tidak bisa melakukannya karena aku harus fokus untuk pertandingannya dengan Dera nanti.

Udah 3 hari Daniell bermain basket yang diajari oleh pelatih sepupunya, sepupunya adalah siswa Sma High Internasional. Dulu sepupunya ingin Daniell bersekolah bareng dengannya, namun Daniell menolak karena ingin bersekolah pada umumnya. Sepupunya tidak tahu soal masalah Daniell berantem dengan Dera, Daniell hanya meminta dilatih untuk pertandingan, Zeo pun tersedak air yang dirinya minum apa yang tadi dia katakan? Ah pasti dia sedang bergurau.

Namun Daniell mengatakan bahwa dirinya berbicara serius, tapi sejak kapan dia mau bermain basket? Waktu kecil saja kami berdua sering bertengkar karena sepupunya ini tidak mau bermain bersamanya.

Tapi kalo Daniell menceritakan semuanya Zeo tidak segan-segan untuk menonjok Dera habis-habis an, Zeo Prayoga ketua basket Plus dia pintar dalam akademik sains, yang membuat siswa-siswi di sana pada mengenalnya.

Daniell yang sedang bermain basket sendiri dengan fokus, dirinya tidak mau ada yang dikorbankan saat bola Jatuh menggelinding kebawah dirinya di kejutkan oleh pelatih, sepupunya dan juga teman-temannya Zeo.

Pelatih pun tersenyum menghampiri Daniell,

"Kemampuan yang bagus!" ujar pelatih Chaiden Barnard. Namun Zeo menggeleng tidak setuju.

"Belum bagus kalo belum lawan gue."

Zeo pun memanggil teman-temannya untuk bergabung dengannya. Daniell pun melihat ke arah Zeo yang sudah ada 3 orang di sana.

"Apa kau tidak mampu tamvan?" godannya membuat Daniell mendelitik geli.

"Mari kita lakukan saja tuan Zeo yang terhormat," balas Daniell yang membuat Zeo terkekeh.

Pelatih pun berada di tengah Daniell dan Zeo yang saling memancarkan aura datarnya, saat suara pruit ditiup Zeo dengan sigap merebut bolanya dan melemparkan kepada temannya bernama louis. Louis terus menggerakan badannya untuk menghindar dari lawan namun bola itu diraih oleh Daniell, Lincah sekali tuh bocah, pikir Louis.

Keivin dan Pian menghalangi jalan Daniell kesana kemari, Saat yang lain tidak mengetahui kalo Daniell tersenyum tipis, mengalihkan perhatian saat mereka lengah untuk mendriblle bolanya ke arah bawah hingga bolanya lolos dari pengawasan Keivin dan Pian. Daniell pun melompat membuat pelatih, Zeo dan temannya menganga Daniell seperti terbang dan memasukkan bola ke dalam ring yabg membuatnya mencetak score.

Pelatih meniup pruitnya kembali, Membuat mereka semua tersadar.

"Gile! Sepupu gue udah jago neh," puji Zeo dengan ekspresi meledek. Tentu saja Daniell memberikan sebuah toyoran di kepala Zeo membuatnya tertawa pelan, Demen sekali Zeo meledek sepupunya ini hahaha.

Pelatih pun juga angkat bicara, "Iya kemampuan kamu cukup meningkat, saya harap kamu terus berlatih ya."

Daniell hanya mengangguk kepalanya, apa setiap hari? Oh no!!! Ini saja rasanya aneh beda sekali saat bermain voli, batin Daniell.

"Gimana malam ini kita party?" ajak Zeo semangat.

Teman-temanya setuju, tapi Daniell bergeming berapa saat, "Baiklah."

Zeo pun Menatap pelatihnya dan mengajaknya untuk bergabung juga,

"Sorry I can't. Another Time," ucap pelatih.

Daniell pun mengucapkan terimakasih karena beliau Sudah meluangkan waktunya untuk mengajariku bermain basket. Pelatih Chaiden hanya berpesan kepadaku cara siasat yang benar dalam pertandingan, setelah itu kami berjabat tangan dengan pelatih Chaiden. Namun saat dia di hadapanku pelatih Chaiden memeluk sebentar dan menepuk punggung ku. Pelatih Chaiden Pun melenggang jauh yang sudah tak terlihat oleh kami.

"Oke, mari kita siapkan Party buat sepupu gue yang tamvan!!!" kata Zeo sambil tersenyum merekah di wajahnya.

*Tbc...

#Terimakasih sudah membaca silahkan melanjutkan bab selanjutnya yang akan di publish oleh author

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!