NovelToon NovelToon

Terjerat Dosen Galak

TDG Bab 1 - Sialand

"Yes! akhirnya skripsi ku acc," bangga Nora, bicara dengan haru dan melompat-lompat kegirangan.

"Aaa, kita wisuda sama-sama," balas Sella pula, Kedua wanita ini saling memeluk erat, lalu tertawa bersamaan saking bahagianya.

Tawa mereka reda ketika ingat jika di sini tidak hanya ada mereka berdua, tapi juga seorang wanita cantik yang tengah duduk di kursi tunggu sendirian.

Siapa lagi jika bukan Aylin Carter, wanita yang digadang-gadang paling pintar seangkatan, seorang nona muda yang sempurna. Tapi nyatanya kini hanya Aylin satu-satunya mahasiswa yang Skripsinya belum acc oleh sang dosen pembimbing. Jika sampai Minggu depan skripsi Aylin tidak acc juga maka sudah dipastikan Aylin tidak akan wisuda tahun ini.

Menyadari akan hal itu Nora dan Sella langsung tersenyum miring, karena untuk pertama kalinya akhirnya mereka bisa mengalahkan Most Wanted kampus ini.

"Apa lihat-lihat?!" tanya Aylin dengan ketus.

Nora dan Sella sampai kaget saat mendengar suara tersebut, lupa jika Aylin juga adalah gadis yang bar-bar. Terlebih Aylin memiliki latar belakang keluarga yang berpengaruh membuat siapapun tak ada yang berani melawannya.

Tapi sekarang Nora memberanikan diri untuk mendekati wanita itu. "Tidak usah berusaha terlalu keras Ay, lagipula kan kamu wisudanya tahun depan," ejek Nora, Sella terkekeh untuk mendukung sang sahabat.

"Jika aku wisuda tahun ini kalian harus mencium pantat ku," tantang Aylin.

"Iih jorrok!" kesal Nora dan Sella, sampai bicara secara bersamaan dan bergidik jijjik.

Sementara Aylin tersenyum miring, senang saja jika membuat kedua musuhnya ini bergidik seperti itu. Aylin sebenarnya bicara asal, tentang skripsinya dia pun belum bisa memastikan. Semuanya masih terasa abu-abu.

Diantara hidupnya yang sempurna, ada satu kesialan yang tak mampu Aylin tolak, yaitu mendapatkan dosen pembimbing yang menyebalkan. Semua usaha terbaik telah Aylin lakukan, segala jenis revisi yang diminta telah dia kerjakan, namun hingga detik ini skripsinya belum juga di tanda tangani lulus.

"Jika kamu tidak wisuda, kamu harus mencium bibir William!" balas Nora dengan kesal, William adalah teman paling culun diangkatan mereka.

"Setuju!" sahut Sella lalu terkekeh.

Aylin belum sempat menjawab apapun, namun dua wanita itu langsung pergi meninggalkannya sendirian di sini.

Jadi hanya mampu membuang nafasnya kasar, setelah dua orang itu pergi kini tubuh Aylin sendiri yang bergidik ngeri. Mencium William tak pernah ada dalam rencana hidupnya yang telah tersusun rapi.

Tindakan seperti itu hanya akan mencoreng nama baiknya sendiri. Dengan tubuh lesu akhirnya Aylin kembali duduk di kursi tunggu tersebut, menatap skripsinya di atas pangkuan dengan tatapan nanar.

Kemarin Aylin juga bimbingan dengan sang dosen, namun malah berakhir dia tertidur di dalam mobil pria itu. Aylin lantas memukuli kepalanya sendiri, membodohi diri berulang kali, malu dan kesal tiap ingat kejadian tersebut.

'Sebelum membahas tentang laporan akhir mu, bersihkan dulu mobilku.' Kalimat ini adalah pesan yang dikirim oleh sang dosen padanya, dosen bernama pak Aland.

Pria tua bangka berusia 32 tahun yang mempersulit hidupnya. Menurut gosip yang beredar pak Aland memiliki kekasih yang masih kuliah. Namun kabar tersebut masih simpang siur belum pasti kebenarannya. Jika bagi Aylin kabar tersebut justru hanya hoax saja, sebab mana ada wanita yang betah memiliki hubungan dengan pria galak seperti pak Aland.

Menunggu sekitar 15 menit, akhirnya seseorang yang Aylin tunggu-tunggu mulai menampakkan diri. Pak Aland berjalan menuju ruang kerjanya, sementara Aylin duduk di kursi tunggu yang tak jauh dari ruang tersebut.

Melihat sang dosen datang Aylin langsung bangkit.

"Pagi Pak," sapa Aylin dengan kepala yang menunduk.

Aland menghentikan langkahnya, kebetulan di lantai dua gedung ini tidak ada siapapun selain mereka berdua. Jam 9 pagi begini semua orang tengah sibuk-sibuknya dengan urusan masing-masing. Sayup-sayup mereka hanya mendengar pembicaraan di lantai 1, ruang TU yang selalu ramai dengan mahasiswa yang datang.

"Maafkan saya Pak, kemarin saya tidak sengaja tidur di mobil Bapak," ucap Aylin lagi, masih dengan kepala yang menunduk.

"Tindakan mu memang sangat tidak sopan, sebagai mahasiswa semester akhir harusnya kamu lebih bisa beretika. Tapi disaat bimbingan, kamu malah tidur dengan enaknya."

"Maafkan saya Pak, saya salah."

"Hari ini aku terpaksa naik taksi karena mobilku bau liurmu, jadi sebelum membahas tentang skripsi, bawa dulu mobilku ke tempat cuci mobil." Aland menyerahkan kunci mobilnya pada Aylin, lalu pergi begitu saja tanpa kata lagi. Dia bahkan menutup pintu ruang kerjanya rapat-rapat, sebuah isyarat bahwa tak ingin diganggu oleh Aylin.

Detik ini juga Aylin merasa dia bukan seorang mahasiswa, tapi pesuruh pria itu.

Sialand. Batin Aylin, julukan yang dia berikan untuk sang dosen.

Tapi sekesal apapun dia pada pria itu, Aylin tak mungkin membantah perintahnya. Di rumah dia adalah seorang nona muda, namun di kampus ini dia tak ada apa-apanya.

Aylin datang sendiri ke apartemen sang dosen, menuju basement dan mengambil mobil milik pak Aland. "Mobil ini masih harum, dimananya bau liurku?!" gerutu Aylin, namun meski begitu dia tetap membawa mobil ini ke tempat cuci mobil.

Aylin mengambil foto sebagai bukti dan langsung menyerahkannya pada sang dosen.

Menjelang jam 12 siang Aylin kembali menghadap pria berwajah dingin tersebut, menyerahkan kunci mobilnya dan juga minta bimbingan ulang karena yang lalu dia tak sempat dengar dan memahaminya.

"Aylin, mahasiswa bimbingan ku bukan hanya kamu saja. Urusanku juga bukan hanya berkutat untuk hidupmu saja, jadi mengertilah. Hari ini kita tidak bisa bimbingan," ucap Aland.

"Tapi Pak, waktu untuk pendaftaran wisuda sebentar lagi habis. Saya harus wisuda tahun ini juga," mohon Aylin, sampai nyaris menangis saat dia mengucapkan hal ini.

Aylin tidak bisa membayangkan andai dia gagal untuk wisuda tahun ini, bukan hanya mengecewakan harapan kedua orang tuanya, namun Aylin pun merasa harga dirinya hancur di hadapan teman-temannya seangkatannya.

Tidak, bagaimana pun caranya Aylin harus wisuda tahun ini. Lagipula permasalahannya skripsinya tidak terlalu berat lagi, hanya butuh penyempurnaan dari pak Aland. Inilah yang dipikirkan oleh Aylin.

Aland belum sempat mejawab, namun pintu ruang kerjanya sudah lebih dulu diketuk oleh seseorang. Mahasiswa lain siap menghadap sesuai janji temu yang telah dibuat.

"Silahkan keluar, Aylin," titah pak Aland.

Sumpah, hati Aylin sakit sekali. Sebegitu sulitnya untuk mendapatkan tanda tangan acc pria ini.

Aylin terpaksa keluar, namun dia tidak pergi kemanapun. Lagi-lagi duduk di kursi tunggu dan menunggu.

Jam 2 siang pak Aland mengajar dan Aylin masih menunggu, selesai jam 4 dan Aylin masih menunggu lagi. Dia tak bisa masuk karena pak Aland memiliki janji temu dengan mahasiswa yang lain. Jam 5 sore jadwal pak Aland pulang, namun Aylin langsung masuk ke ruang kerja sang dosen.

"Maaf Pak, tapi kita harus bimbingan sekarang juga. Terserah bapak mau dimana, di sini atau di apartemen Bapak," ucap Aylin, dia tak punya pilihan lain. Etika dan sopan santun dia kesampingkan semuanya.

Apapun yang terjadi dia harus mendapatkan tanda tangan pria itu.

Aland tidak langsung menjawab, dia hanya menatap sejenak lalu kembali membereskan barang-barangnya di atas meja. "Malam ini aku ada pertemuan keluarga, kamu mau ikut?" tanya pak Aland.

TDG Bab 2 - Diam-diam Menangis

Aylin langsung menodongkan sebuah pisttol di kepala sang dosen. Hawa di ruangan ini seketika berubah jadi mencekam.

"Cepat tanda tangan! Jika tidak aku akan membunnuhmu sekarang juga! CEPAT!" ancam Aylin dengan penuh intimidasi, dia menekan pisttol tersebut tepat di atas kepala Aland yang telah berada di atas meja.

Aylin kini menyerupai seorang nona muda keturunan mafia.

"Ba-baik Aylin, aku akan menandatanganinya sekarang juga," balas Aland dengan gagap, keringat dingin tanda ketakutan mulai muncul di dahinya, tangan kanannya bergerak cepat untuk menandatangani skripsi Aylin tanda acc.

Karena benci begitu menggebu, setelah sang dosen menandatangani skripsinya Aylin pun langsung mennembak kepala pak Aland.

DOR!! Tapi sayangnya semua itu hanya ada di dalam khayalan Aylin saja.

Hingga detik ini pak Aland masih saja terus menguji kesabarannya. Dia telah rela untuk bimbingan dimanapun, di sini atau di apartemen. Tapi pak Aland lagi-lagi menolak dengan cara yang menyebalkan, 'Malam ini aku ada pertemuan keluarga, kamu mau ikut?'

Tawaran macam apa itu?! Arght! Kesal Aylin di dalam hati, tangan dan kakinya gatal sekali ingin memukul dan menenddang kepala pria tua ini.

Sialand, kepparat, eek kucing! Geramnya lagi, selalu mengumpat di dalam hati.

"Kenapa diam? tidak mau ikut? berarti kita tunda dulu bimbingannya," ucap Aland, dia telah selesai membereskan meja, siap untuk pulang. Tapi sekarang langkahnya masih terjeda, karena harus lebih dulu menghadapi salah satu mahasiswanya yang bar-bar.

Bukannya Aland tidak ingin menandatangani skripsi Aylin, bukannya dia menunda-nunda, namun memang skripsi Aylin belum sempurna.

Kemarin disaat mereka bimbingan Aylin malah tertidur, jadi ini semua murni kesalahan Aylin. Bukan dia yang menunda. Dan sekarang urusan Aland bukan hanya tentang Aylin saja, dia pun memiliki urusannya sendiri.

"Mana bisa saya ikut Pak? mau jadi apa saya di acara keluarga Bapak?" tanya Aylin, sampai memelas nada bicaranya, bingung harus bicara seperti apalagi agar sang dosen mengerti, bahwa waktunya nyaris habis. 6 hari lagi bukanlah waktu yang sebentar, jika terlewat maka hancurlah masa depannya sendiri.

"Jadi apa? Tentu saja mahasiswa ku, jika ada kamu aku punya alasan untuk pergi lebih cepat," balas Aland, jadi terpikir tentang hal ini. Makan malam keluarga adalah sesuatu yang dia hindari, jika ada Aylin bersamanya dia bisa memanfaatkan wanita ini. Beralasan tak bisa berlama-lama karena ada mahasiswa yang selalu mengikutinya untuk bimbingan.

Aylin menggeleng pelan, meski semua hal akan dia lakukan, tapi Aylin tidak sampai senekat itu. Sampai masuk ke dalam acara keluarga sang dosen. Sebagai seorang nona muda Aylin memiliki batasan-batasannya sendiri.

Terlebih kedua orang tuanya selalu memberi batas jam 9 malam harus di rumah. Jika dia ikut pak Aland entah bagaimana perjalanan waktunya, bisa saja semuanya terjadi diluar kendali.

Sementara Aylin tak ingin kedua orang tuanya tahu bahwa skripsinya masih banyak hambatan, dia telah sesumbar mengatakan bahwa pasti wisuda tahun ini.

"Besok pagi saja Pak, besok pagi saya akan kembali menghadap Bapak untuk bimbingan," ucap Aylin kemudian, akhirnya dia kembali megambil keputusan. Memecah satu balon nyawanya sebelum hari H.

"Besok aku tidak datang ke kampus," balas Aland dengan entengnya.

PLAK!! Aylin langsung menampar wajah pria ini, Tidak! Aksi ini pun hanya ada dalam bayangannya.

"Kenapa? Aku akan menemui Bapak di manapun."

"Datang ke kantorku jam 10 pagi, lewat dari itu jadwal bimbinganmu mundur lagi," putus Aland, dia mengambil dompetnya di saku celana dan menyerahkan sebuah kartu nama. Disana tertulis jelas nama dan jabatan pria itu di sebuah perusahaan ternama.

Aland Stewart, CEO Diamond Group. Aylin tahu perusahaan ini bergerak di bidang properti, tiap bangunan yang diciptakan oleh Diamon Group selalu menggunakan lambang Berlian yang begitu mewah. Tiap bangunan dengan lambang Berlian bisa dipastikan milik keluarga Stewart, mulai dari apartemen, Mall, hotel dan gedung teater dan masih banyak lagi.

Aylin tahu banyak karena perusahaan keluarga Stewart sejalan dengan perusahaan keluarganya, Perusahaan Carter Kingdom yang juga bergerak di bidang yang sama.

Selain dosen ternyata pak Aland juga seorang CEO, pantaslah pria ini paling sibuk dibandingkan dosen-dosen yang lain. Dan sialnya Aylin mendapatkan dosen pembimbing pria paling sibuk tersebut.

Setelah menyerahkan kartu namanya Aland pun mulai melangkah pergi, tapi dengan cepat Aylin tahan dengan kata-katanya.

"Saya akan datang Pak, saya pastikan tidak akan terlambat," ucap Aylin.

"Hem, ayo keluar. Ruangan ini ingin aku kunci."

"Baik," balas Aylin dengan cepat, dia bahkan nyaris berlari untuk keluar dari ruangan tersebut. Sementara Aland tetap berjalan seperti biasa. Karena Aylin tak ingin ikut, maka malam ini dia benar-benar menghadapi seluruh keluarganya seorang diri.

Sore itu suasana kampus mulai berangsur sepi, gedung program studi ini pun nyaris ditutup oleh penjaga keamanannya. Aylin Bakan pulang paling akhir, dia masih sempat melihat mobil pak Aland yang meninggalkan area kampus.

Hampir jam 6 sore akhirnya Aylin tiba di rumah, biasanya dia langsung berteriak memanggil sang mommy, biasanya dia adalah yang paling berisik di rumah utama keluarga Carter ini.

Tapi hari ini Aylin merasa begitu lelah, bukan hanya pikirannya yang penuh tekanan, tapi juga hatinya juga begitu penat. Segala sesuatu yang dia kita akan berjalan dengan baik nyatanya berujung acak-acakan begini.

Sayup-sayup Aylin mendengar pembicaraan mommy dan Daddy nya di ruang tengah.

"Sepertinya Aylin tidak akan wisuda tahun ini, Dad," ucap mommy Aresha.

"Kenapa? Bukankah dia masih berusaha untuk menyelesaikan skripsinya." balas Daddy Rayden.

"Tapi satu minggu lagi waktu pendaftaran wisuda habis. Jadi mommy tidak ingin kita menaruh harapan besar pada Aylin, tidak apa-apa jika dia harus wisuda tahun depan, serentak dengan Kiara," jelas mommy Aresha lagi.

Kiara adalah adik Aylin, jarak mereka adalah 2 tahun. Tapi Kiara yang cerdas berhasil mengambil kelas percepatan, jadi kuliahnya pun bisa selesai dengan cepat.

Aylin turut bahagia juga atas nasib baik yang dialami oleh sang adik, namun dia benar-benar merasa terpuruk untuk hidupnya sendiri. Tak ada pembicaraan yang menyakitkan diantara kedua orang tuanya tersebut, tapi entah kenap hati Aylin sesak sekali.

Entah kapan dia bisa jadi anak yang membanggakan.

"Mom," panggil Aylin, menghampiri seolah tidak terjadi apa-apa. Seolah tidak mendengar apapun pembicaraan kedua orang tuanya tersebut.

"Ay, kamu sudah pulang," sahut kak Naina yang tiba-tiba muncul dari arah dapur. Kak Naina adalah kakak ipar Aylin.

"Iya Kak, aku akan langsung naik ke atas," ucap Aylin, lalu tersenyum hambar.

Kak Naina, mommy Aresha dan daddy Rayden sampai heran melihat sikap Aylin sore ini. "Aylin pasti tertekan karena dosennya itu, lebih baik kita jangan ganggu dulu Mom, Dad," ucap Naina dan kedua mertuanya mengangguk setuju.

Masuk ke dalam kamarnya Aylin langsung menutup pintu, gadis yang selama ini terlihat ceria kini diam-diam menangis di dalam kamarnya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Terima kasih untuk semua pembaca yang sudah menemani cerita ini. Selamat membaca, jangan lupa like dan komen ya, hadiah dan vote juga.

I Love You semuanya.

TDG Bab 3 - Apa Dia Kekasihmu?

Malam pun bergulir dan pagi akhirnya menyapa. Janji temu Aylin dan pak Aland adalah jam 10 pagi, tapi sejak jam 9 pagi Aylin telah mendatangi perusahaan Diamond Group.

"Permisi Kak, aku adalah Aylin Carter, mahasiswinya pak Aland. Hari ini beliau meminta ku datang ke sini untuk bimbingan skripsi," ucap Aylin, dia bicara dengan begitu sopan. Seraya menyerahkan kartu nama milik pak Aland yang telah diberikan oleh pria itu kemarin..

"Boleh lihat kartu tanda pengenal mu?" tanya karyawan wanita tersebut, karena Aylin adalah gadis yang sopan maka dia pun memperlakukannya dengan baik.

"Ini Kak."

"Janji temunya jam 10 ya? Sekarang pak Aland masih memiliki tamu, jadi kamu silahkan tunggu dulu. Nanti saat pertemuan pak Aland selesai aku akan memanggilmu," jelas sang karyawan, dia juga menunjuk kursi tunggu di ujung sana.

"Baik Kak, terima kasih sebelumnya," balas Aylin.

Karyawan tersebut hanya mengangguk dan tersenyum hangat. Sementara Aylin segera menuju kursi tunggu di sebelah sana, banyak sofa yang tersedia dan dia bisa memilih di manapun ingin duduk.

Getaran ponsel di dalam tas membuat perhatian Aylin teralihkan, dia segera merogoh dan mengambil ponsel tersebut. Melihat banyak pesan yang telah masuk di grup WhatsApp kelasnya.

'Kapan kita buat foto satu kelas, tahun ini kita wisuda bersamaan,' tulis Nora, sengaja mengirim pesan seperti ini untuk semakin memojokkan Aylin yang nasibnya belum jelas.

'Nanti saja, kita tunggu kabar dari Aylin. Mungkin dia bisa wisuda bersama kita juga,' balas yang lain.

'Terlalu lama jika menunggu Aylin, lebih baik kita foto saja dulu. Siapa yang mau langsung buat list namanya ya.'

Aylin tak mau membaca lagi semua pesan di sana, jadi dia langsung membisukan notifikasi grup tersebut, lalu mematikan layar ponselnya.

"Huh! awas kamu Nonor, ku pastikan kamu akan mencium pantat ku!"

"Tapi bagaimana jika malah berakhir aku yang mencium bibir William, huwek! Akh!" kesal Aylin, langsung terbayang pula wajah William yang culun. Sungguh, Aylin bukannya pilih-pilih teman, tapi William teman satu kelasnya itu memang sudah tak bisa diselamatkan lagi. Bukan hanya culun, tapi sering sekali sakit flu.

Sedikit-sedikit ingusan, sedikit-sedikit ingusan, semua orang menggunakan William sebagai bahan olok-olokan.

Saking kesalnya Aylin jadi berulang kali menghentak-hentakkan kakinya di lantai. Sering pula menjambak-jambak rambutnya sendiri.

Jika dilihat-lihat Aylin sudah seperti orang gila, hanya saja masih terlihat cantik dan modis. Aura nona muda dari Aylin memang begitu kuat.

"Nona, pertemuan tuan Aland sudah selesai. Mari saya antar ke ruangan beliau," ucap seorang karyawan yang tiba-tiba menghampiri Aylin, dilihat-lihat oleh Aylin ternyata karyawan tersebut yang tadi dia temui di meja resepsionis.

"Iya Kak, maaf jadi merepotkan," balas Aylin pula.

"Tidak apa-apa Nona, sekretaris tuan Aland juga sudah menginformasikan pada saya bahwa beliau memang menunggu Anda," jelas sang Karyawan. Pembicaraan diantara mereka berdua berjalan dengan baik.

Naik menggunakan lift sampai tiba di lantai 10 gedung ini. Sang karyawan masih terus mendampingi Aylin sampai tiba tepat di depan pintu sang CEO. Dia juga mengetuk pintu tersebut dan mempersilahkan Aylin masuk. "Silahkan masuk, Nona."

"Terima kasih, Kak," balas Aylin, dia masuk ke ruangan tersebut dan merasakan hawa yang berbeda. Seperti bukan hendak menemui sang dosen, melainkan datang untuk mengajukan proposal kerja sama.

Beberapa langkah Aylin ambil sampai akhirnya dia bisa melihat sang dosen duduk di sana, duduk di kursi kebesaran pria itu.

Kali ini pak Aland nampak berbeda karena menggunakan setelan jas lengkap, biasanya yang Aylin lihat hanyalah menggunakan kemana-kemeja formal.

"Duduklah," titah Aland, menunjuk kursi yang ada di hadapannya.

"Baik Pak," jawab Aylin patuh, kali ini dia sudah membulatkan tekad untuk menjadi mahasiswi yang penurut, sebisa mungkin tidak memancing amarah Pak Aland agar skripsinya segera di acc.

"Saya sudah merubah beberapa narasi yang Bapak garis bawahi, silahkan bapak periksa," ucap Aylin, dia mendekatkan laporan tebal miliknya. Skripsi sebagai pelengkap tugas akhir.

Aland menerima dan mulai membacanya dengan rinci, Aland bahkan mengambil kaca matanya dan makin fokus terhadap laporan tersebut.

"Kepuasan karyawan dengan kepuasan pelanggan mana yang lebih diutamakan?" tanya Aland.

"Keduanya saling berhubungan, kepuasan karyawan akan mempengaruhi kepuasan pelanggan dan tentu saja mempengaruhi arus kas perusahaan," jelas Aylin. Jantungnya berdegup saat mendapatkan pertanyaan, ini seperti masa-masa seperti saat dia mengikuti ujian skripsi beberapa waktu lalu.

"Penjabaran yang kamu tulis di bagian hasil memang sudah benar, tapi yang aku inginkan adalah kamu tulis dengan bahasa mu sendiri. Semua kalimat ini seperti kamu mengambil dari beberapa sumber. Paham kan apa maksudku?"

Aylin terdiam sesaat sebelum akhirnya menjawab paham dan Aylin kembali menyerahkan skripsi itu pada sang pemilik. "Perbaikilah dulu."

"Saya akan langsung kerjakan sekarang, Pak. Saya mohon tunggulah."

"Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik, kamu butuh waktu untuk berpikir tenang, pekerjaan yang dikerjakan terburu-buru justru memiliki resiko kesalahan yang lebih besar, contoh kecilnya salah dalam penulisan."

"Tapi Pak_"

"Pergilah, pertemuan kita hari ini selesai. Dua hari lagi kita bertemu di sini."

"Dua hari? Itu terlalu lama Pak, bagaimana jika masih ada yang salah? saya tidak punya waktu lagi."

"Karena itulah kali ini gunakan kesempatan mu dengan baik, berikan hasil yang sempurna untuk tugas akhir mu," balas Aland, dia melepas kacamata dan meletakkannya di atas meja, tanda bahwa pertemuan mereka telah benar-benar berakhir.

PLAK!! Aylin lagi-lagi membayangkan menampar pria itu dengan kuat. Aylin bersumpah setelah dia lulus kuliah, Aylin tak akan pernah menemui Aland lagi, sampai kapanpun, selama-lamanya.

*

*

Keluar dari ruangan itu Aylin benar-benar menuruti semua ucapan sang dosen, dia pergi ke sebuah cafe yang sepi dan coba menenangkan dirinya sendiri. Secara perlahan membaca bab hasil skripsinya dan coba menulis ulang semua kalimat di sana.

Ternyata memang benar, waktu 1 hari masih kurang, Aylin benar-benar butuh waktu untuk menyelesaikan semua tugas ini.

Di jam yang sama dua hari kemudian Aylin kembali mendatangi perusahaan Diamond Group.

Dengan teliti Aland membaca semua kalimat yang tertulis di sana, sampai akhirnya dia menandatangani skripsi tersebut tanda acc, Aylin bisa wisuda tahun ini.

Melihat pemandangan itu Aylin sampai menangis. Banyak sekali hal yang harus dia lalui hingga berada di titik ini.

"Sudah Pak? Bapak acc skripsi saya?" tanya Aylin dengan air mata yang tak mampu dia cegah.

"Hem, kamu bisa wisuda tahun ini."

Saking senangnya Aylin dia sampai bangkit dari duduknya dan mendekat pada sang dosen, Aylin memeluk pak Aland dengan begitu erat. Erat sekali.

"Terima kasih Pak, terima kasih, aku akan mengabulkan apapun permintaan pak Aland, aku bersumpah," ucap Aylin tanpa sadar.

Saking bahagianya dia terlepas dari semua kesialan Aylin sampai sesumbar seperti ini, sampai mendadak lupa dengan semua kebenciannya pada sang dosen.

Aland tidak menjawab, malah membeku saat melihat pintu ruangan terbuka dan masuklah sang ibu--Mama Berta, melihat semua pemandangan aneh ini.

"Siapa gadis itu? Apa dia kekasihmu?" tanya Mama Berta.

Aylin sontak melepaskan pelukan, namun Aland justru menggenggam tangannya erat.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!