NovelToon NovelToon

Dinikahi Sahabat Calon Suamiku

PROLOG

❤Assalamu'alaikum semuanya❤

💞Bismillahirrahmanirrahim💞

🥰Happy Reading🥰

Di keluarga Rajendra. . . .

Hari ini adalah hari berbahagia bagi gadis cantik yang saat ini sedang dirias oleh orang dari KUA karena hari ini adalah hari pernikahannya dengan Azka Ramadhan lelaki yang akan menjadi imannya nanti.

Mereka telah menjalani hubungan pacaran selama 6 tahun dan itu bukanlah waktu yang sebentar, banyak rintangan yang harus keduanya hadapi hingga sampai ke titik sekarang.

"Masya Allah cantiknya anak bunda." Ucap Bunda Rosanna Saputri, bunda Zia.

"Makasih bunda, bunda juga terlihat cantik hari ini."

"Bisa aja putri bunda ini."

Sementara Zia dan Bunda Rosanna berbincang dikamar sang putri, diluar telah dipadati oleh tamu undangan dari berbagai kalangan.

Dari rekan bisnis, keluarga terdekat dari kedua mempelai, tetangga serta sahabat dari kedua mempelai turut hadir untuk menyaksikan acara sakral tersebut yang tak lama lagi akan berlangsung serta memberikan ucapan selamat kepada kedua mempelai pengantin.

Ahmad Hermawan Rajendra menyambut satu persatu tamu-tamu yang datang ke acara pernikahan putri semata wayangnya.

Jam saat ini telah menunjukkan pukul 08.45 dan acara pernikahan dilaksanakan pada pukul 09.00 sampai sekarang mempelai pria belum datang padahal tinggal 15 menit lagi acara pernikahan akan berlangsung.

Semua orang gelisah dan membicarakan mempelai pria yang datang terlambat saat hari pernikahannya, termasuk kedua orang tua Zia serta Zia.

"Kenapa acaranya belum dimulai ya?"

"Padahal sudah jam segini tapi mempelai pria masih belum datang juga."

"Kenapa mempelai pria belum datang ya padahal tinggal 15 menit lagi acara dimulai."

"Iya apa mungkin mempelai pria membatalkan pernikahan ini tanpa sepengetahuan keluarga mempelai wanita."

"Masa sih."

"Atau ada masalah ya."

"Mungkin terjadi sesuatu terhadap pengantin prianya."

Bisik-bisik tamu undangan yang hadir dalam acara pernikahan tersebut membuat telinga ayah Hermawan panas mendengarnya, ayah Hermawan bangkit dari duduknya melangkah pergi menuju dan masuk ke dalam kamar putrinya mempertanyakan kapan Azka dan keluarganya datang.

"Assalamu'alaikum."

"Waalaikumsalam."

"Zia tolong hubungi Azka dia sudah sampai dimana?"

"Baik ayah."

Zia mengambil handphone miliknya yang terletak di atas nakas dan mencari nomor sang kekasih untuk mempertanyakan keberadaan nya saat ini.

Setelah menemukan nomor yang ia cari, Zia langsung menghubungi nomor tersebut meskipun tidak diangkat oleh si empu hingga panggilan ke-enam akhirnya panggilan tersebut diangkat oleh Azka.

"Assalamu'alaikum,kak Azka sudah dimana? Apa masih jauh lagi?"

"Waalaikumsalam dek Zia,maaf dek Zia kakak terjebak macet karena itu kakak sedikit terlambat datang mungkin sekitar 20 menit kakak sampai.Kakak tinggal melewati persimpangan didepan aja."

"Baik kak Azka, Zia tunggu kakak. Kakak hati-hati ya."

"Iya,kalau gitu kakak tutup ya telponnya. Assalamu'alaikum."

"Iya kak, waalaikumsalam."

Panggilan pun terputus dan Zia meletakkan kembali handphone miliknya diatas nakas, orang tuanya mendekati Zia dan bertanya keberadaan Azka.

"Gimana sayang, Azka sudah sampai dimana?"Tanya Bunda Rosanna.

"Iya, apa masih jauh lagi?"Tanya Ayah Hermawan.

"Kak Azka terjebak macet dijalan Ayah Bunda dan tinggal melewati persimpangan mereka akan sampai sekitar 20 menit kak Azka sampai."

"20 menit?! Tapi acara akan dimulai 10 menit lagi."

"Sabar ayah, kan tadi kata putri kita Azka terjebak macet kita tunggu saja dengan sabar ya. Semoga Azka cepat sampai."

"Baik bunda, ya udah ayah keluar dulu untuk memberikan pengertian terhadap tamu-tamu yang datang."

"Assalamu'alaikum."

"Iya yah, waalaikumsalam."

Ayah Hermawan keluar dari dalam kamar putrinya menuju ke ruang tamu rumahnya di mana acara pernikahan dilangsungkan, Ayah Hermawan berdiri di podium memberitahukan alasan keterlambatan mempelai pria datang.

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh, selamat siang semuanya pertama-tama saya meminta maaf atas ketidaknyamanan para hadirin yang menunggu kedatangan mempelai pria, mempelai pria terjebak macet itulah mengapa mempelai pria terlambat datang dan sekitar 20 menit mempelai pria akan datang. Silahkan nikmati acara hiburan yang disajikan sampai kedatangan mempelai pria dan sekali lagi maaf atas ketidaknyamanannya semuanya.Silakan menikmati persembahan yang kami siapkan.Waalaikumsalam."Ayah Hermawan menjelaskan panjang lebar.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Sedangkan orang yang ditunggu-tunggu oleh semua orang termasuk keluarga Zia dan orang tuanya, saat ini sedang gelisah ditempatnya karena dirinya sudah sangat terlambat sebentar lagi acara pernikahan nya akan dimulai dan ia sebagai mempelai pria belum datang juga dia caranya sendiri.

"Pa, apa tidak bisa lebih cepat lagi.Kita sudah terlambat ini." Ucap Azka dengan gelisah.

"Tidak bisa lebih cepat dari ini Azka kita akan kecelakaan jika menambahkan kecepatan dijalan menanjak seperti ini."Ucap Papanya Azka sembari fokus menyetir.

"Tenanglah Azka, biar lambat asalkan kita selamat dan meski terlambat asalkan kita sampai. Jangan terburu-buru."Ucap mamanya Azka menenangkan putranya yang nampak gelisah dan tidak tenang ditempatnya.

"Baiklah ma."

Azka menarik nafas panjang dan menghembuskannya secara perlahan,Azka menghubungi sahabatnya untuk membantu mengulurkan waktu untuk dirinya.

Azka mengambil handphone miliknya disaku bajunya dan menggulir kontak HP tersebut mencari nomor sahabatnya dengan nama 'Patung es' setelah menemukannya,Azka segera menghubungi sahabatnya itu.

"Assalamu'alaikum El."

"Waalaikumsalam,sekarang lo dimana?"

"Gue sudah dijalan bisakah lo membantuku mengulurkan waktu sampai gue tiba."

"Kenapa harus gue?"

"Ayolah kumohon, gue tidak tau lagi harus meminta tolong sama siapa selain lo. Please, kumohon ya ya ya."

"Hufft baiklah karena ini adalah hari pernikahan lo kali ini gue turuti besok-besok jangan harap."

"Sip El, makasih ya."

"Sama-sama."

"Awas pa." Teriak seorang wanita paru baya disebrang sana.

Disisi Azka, saat sedang asik berbincang dengan El disebrang telpon dari arah persimpangan muncul sebuah truk yang hilang kendali sepertinya rem truk blong hingga membuat papanya Azka banting setir guna menghindari truk tersebut dan membuat mobil yang ditumpangi oleh keluarga itu berguling-guling hingga akhirnya menabrak pembatas jalan dengan sangat kencang.

Membuat bagian mobil itu rengsek dan bentuk mobil tersebut tak terbentuk lagi, sangat tipis kemungkinan nya orang yang selamat dari kecelakaan tersebut.

Kedua orang tua Azka tak sadarkan diri dengan luka dikepala mereka yang mengeluarkan darah,handphone Azka masih tersambung dengan El membuat disebrang telpon gelisah mendengar suara-suara yang seperti kecelakaan itu.

Para warga yang melihat kecelakaan tersebut langsung menghampiri dan mengecek kondisi korban dalam kecelakaan tersebut, mereka juga segera menghubungi mobil ambulance dan polisi untuk membawa korban kecelakaan tersebut kerumah sakit dan menyelidiki kecelakaan tersebut.

Karena jarak kecelakaan tersebut yang cukup jauh membutuhkan waktu yang cukup lama untuk ambulance dan mobil polisi datang.

Salah satu warga mendekati mobil yang ditumpangi oleh keluarga Azka dan mengecek nafas orang tua Azka yang ternyata tidak bernafas yang menandakan bahwa orang tua Azka meninggal di tempat.

"Innalillahi wa innalillahi rojiun." Ucap warga tersebut.

"Hallo, hallo, Azka kau disana. Azka jawab." Ucap El yang berada di sebrang telpon.

Azka yang tak sadarkan diri mulai tersadar saat mendengar suara sahabatnya yang berada di sebrang telpon,Azka mengumpulkan kesadarannya dan menjawab panggilan sahabatnya itu.

"Hallo Azka, jawab Azka kalau lo masih hidup. Gue mohon jawab Azka."

"El, gue mohon tolong sampaikan permintaan maaf gue ke Zia karena tidak bisa datang tepat waktu." Ucapnya dengan suara pelan dan terbata-bata.

"Apa yang lo ucapkan, sampaikan sendiri padanya gue gak akan menyampaikan hal itu padanya."

"Gue gak bisa El, waktu gue gak banyak lagi dan gue minta tolong terakhir sama lo. Anggap ini permintaan terakhir dari sahabat lo uhuk.... uhuk.... uhuk..... "

Azka terbatuk dan mengeluarkan darah dari mulutnya.

"Lo jangan banyak bicara lagi."

"Tolong dengarkan gue El, tolong gantikan gue untuk melindungi dan menjaga Zia dengan cara menikahinya gue mohon sama lo. Gue gak bisa percaya sama siapapun lagi selain lo, anggap aja ini permintaan terakhir gue."

"Uhuk.... uhuk.... uhuk...."

"Baiklah gue akan melakukannya."

"Makasih El dan selamat tinggal."

"Azka, Azka. Hallo Azka jangan bercanda Azka, jangan main-main sama gue."

"Hey sialan!" Teriak El sangat marah.

Tut... tut... tut...

Sambungan telpon pun terputus membuat El hampir jatuh karena lututnya seketika lemes saat tau Azka sahabatnya telah meninggal dunia.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Sementara dikediaman keluarga Rajendra.

Zia yang merasa haus meraih gelas yang ada di dekat nakas tapi karena pegangannya yang tidak kuat membuat gelas tersebut jatuh dan pecah membuat perasaan Zia seketika menjadi tidak tenang.

Praang

Zia seketika jadi teringat tentang Azka yang sampai sekarang belum datang juga padahal sudah lewat 20 menit.

"Kak Azka? Kenapa Zia tiba-tiba khawatir dengan keadaan Kak Azka."

"Bunda kenapa acaranya belum dimulai juga? Apa kak Azka masih belum datang? Zia khawatir bunda."

"Tenanglah nak, semua akan baik-baik saja dan semuanya berjalan dengan lancar."

Sampai akhirnya Zia mendengar ayahnya dan seorang pria mengucapkan ijab kabul menggunakan mic serta suara Sah yang menggema diruang tamu sampai terdengar di kamarnya.

Zia dan Bunda Rosanna merasa lega sekaligus terharu karena sekarang putrinya telah resmi menjadi istri orang, sedangkan Zia tanpa sadari meneteskan air mata saat suara Sah tersebut menggema dan ia resmi menjadi istri dari orang yang dicintainya.

"Bunda." Panggil Zia dengan air mata yang jatuh ke pipinya serta dengan suara parau nya.

"Kok nangis sih, nanti make up nya luntur loh. Jangan nangis, anak bunda harus senyum di hari bahagianya bukannya malah sedih."

Bunda Rosanna menghapus air mata Zia yang luruh kebawah dan memeluk anak kesayangannya itu.

"Sekarang putri kecil dan kesayangan Ayah Bunda telah resmi menjadi istri orang, Zia harus menjalani kewajiban Zia sebagai istri dengan baik dan harus patuh terhadap perintah suami selama itu tidak termasuk dalam larangan Allah."

Tok... tok... tok...

"Assalamu'alaikum bu, mempelai wanita diminta untuk turun ke bawah oleh Bapak."

"Waalaikumsalam, bilang kami akan segera turun ke bawah."

"Baik bu, kalau gitu saya pamit beritahu Bapak, assalamu'alaikum."

"Waalaikumsalam."

"Mari turun ke bawah nak, kita temui suamimu." Ajak bunda Rosanna kepada sang putri.

"Baik Bunda."

Next ....

BAB 1 DSCS. TENTANG EL

❤Assalamu'alaikum, semuanya ❤

💞Bismillahirrahmanirrahim 💞

            🥰 Happy Reading 🥰

Setelah telpon terputus El tak langsung masuk ke dalam dan memberitahu yang sebenarnya terhadap keluarga Zia, justru ia termenung memikirkan langkah selanjutnya yang akan dirinya ambil.

Di satu sisi El ingin pergi ke tempat terjadinya kecelakaan tersebut dan melihat serta memastikan keadaan Azka yang sesungguhnya, meski ia pun sudah bisa menebaknya tapi ia hanya ingin melihat secara langsung keadaan sahabatnya.

Tapi disisi lain, El tidak bisa pergi begitu saja meninggalkan keluarga mempelai wanita yang menanggung malu karena keterlambatan mempelai pria terlebih lagi ia ingat dengan janjinya terhadap Azka untuk menyampaikan permintaan maaf darinya serta keinginannya agar El menikahi Zia agar dapat melindungi dan menjaga Zia.

El meraup wajahnya kasar dengan kedua tangannya setelahnya menarik nafas dalam dan menghembuskannya secara perlahan guna menetralisir perasaannya yang bercampur aduk.

Setelah merasa tenang El masuk kedalam karena saat ini El berada di teras rumah.

"Pak kapan acara nikahnya dilaksanakan?"

"Benar, kami sudah menunggu sangat lama tapi mempelai pria nya belum datang juga?"

"Ini sudah lewat dari waktu yang telah ditentukan dan tertera di kartu undangan?"

"Ini sudah siang dan saya belum masak."

"Saya harus antar anak saya les."

"Saya juga harus pulang, antar suami kerja."

"Berapa lama lagi kami semua harus menunggu?"

"Apa jangan-jangan mempelai pria nya membatalkan pernikahan secara sepihak?"

"Atau mempelai pria kabur lagi?"

Ayah Hermawan berusaha menenangkan dan menjelaskan terhadap para tamu undangan yang hadir dan tampak mulai tak kondusif serta mulai ricuh kembali, tapi seberapa besar Ayah Hermawan menenangkan dan menjelaskan terhadap para tamu undangan yang hadir tapi tidak digubris atau mendengarkan.

"Maaf sebelumnya pak Hermawan, apa mempelai pria masih lama lagi untuk datang? Karena saya juga harus pergi ke daerah sebelah untuk menikahkan putra-putri mereka yang berlangsung hari ini juga dan ini sudah sangat terlambat dari waktu yang ditentukan sebelumnya." Ucap pak penghulu kearah Ayah Hermawan yang tampak sibuk menenangkan dan menjelaskan.

"Tunggu sebentar lagi pak, sebentar lagi pasti mempelai pria nya akan datang. Kumohon berilah waktu sebentar lagi."

"Baiklah saya akan memberikan waktu 5 menit, jika dalam waktu 5 menit mempelai pria masih belum datang juga maka pernikahan ini terpaksa harus dibatalkan."

Itulah segala pertanyaan dan protesan dari para tamu undangan yang hadir dalam acara tersebut, yang diarahkan kepada Ayah Hermawan.

El yang mendengar hal tersebut pun tidak bisa diam saja, El langsung masuk dan menghampiri dimana Ayah Hermawan berdiri.

El berdiri di depan Ayah Hermawan dan menatap kearah para tamu undangan yang tadi mengajukan pertanyaan dan protesan kepada Ayah Hermawan.

"Sebelumnya saya minta maaf kepada para tamu undangan yang hadir di acara ini karena membuat kalian semua menunggu terlalu lama dan menghambat berlangsung nya acara ini atas keterlambatan saya."

El membungkukkan badannya dan meminta maaf kepada para tamu undangan yang hadir dalam acara ini karena telah membuat mereka semua menunggu terlalu lama dan menghambat berlangsungnya acara tersebut.

Sedangkan Ayah Hermawan terkejut dengan kehadiran sosok pemuda yang tiba-tiba berdiri di hadapannya dan meminta maaf kepada para tamu undangan yang hadir atas keterlambatan nya.

Seakan-akan dirinyalah mempelai pria tersebut nyatanya bukan, Ayah Hermawan bertanya-tanya kenapa pemuda dihadapannya ini berbohong? Kenapa Azka belum datang dan justru pemuda ini yang datang?

Begitu banyak tanda tanya dalam benak Ayah Hermawan tentang sosok pemuda dihadapannya terlebih lagi saat mendengarkan ucapannya selajutnya.

Ayah Hermawan langsung menarik tangan pemuda tersebut untuk berbicara empat mata dan menanyakan apa maksud dari perkataan sebelumnya, tanpa memperdulikan orang-orang yang melihat mereka berdua.

"Sekarang saya telah datang dan acara ijab kabul nya dapat dilaksanakan . . . . "

"Apa maksud dari ucapanmu sebelumnya? Siapa kamu? Dimana Azka? Kenapa dia belum datang juga dan malah kamu yang datang?" Pertanyaan beruntun langsung diberikan kepada El oleh ayah Hermawan, sesaat setelah mereka berada cukup jauh dari tempat kerumunan tadi.

"Saya Aviel Brian Wilson Ramon sahabat Azka Ramadhan yang merupakan mempelai pria, saya akan menjelaskan secara singkat kenapa saya yang muncul dan bukannya Azka. Azka mengalami kecelakaan dalam perjalanan kesini dan meninggal ditempat."

El menjeda ucapannya untuk melihat reaksi dari ayah Hermawan dan ayah Hermawan hanya mengucapkan tarji.

"Innalillahi wa innalillahi rojiun."

"Dan alasan saya berada di sini karena atas permintaan terakhir Azka kepada saya yaitu untuk menikahi putri Anda, Zia dan menyampaikan permintaan maaf nya terhadap Zia yang tidak bisa hadir tepat waktu."

Saat ayah Hermawan hendak bertanya kembali kepada El, suara interupsi dari pak penghulu mengurungkan niatnya untuk bertanya lebih lanjut lagi.

"Pak Hermawan, kapan acara ijab kabul nya dilaksanakan? Kita harus segera melaksanakan nya dan jangan menunda-nunda lebih lama lagi."

"Baiklah, sebutkan nama ayahmu?"

"Erland Ganesha Ramon."

"Baiklah, apa yang kamu miliki untuk dijadikan mas kawin untuk menikahi putri ku?"

El merogoh saku celana mengambil sebuah kotak yang berisikan sebuah kalung dengan permata kecil warna biru berbentuk hati,sebenarnya kalung itu untuk hadiah pernikahan Azka dengan Zia tapi justru sekarang dijadikan sebagai mas kawin untuk menikahi Zia.

"Ini, sebuah kalung dengan berat 3 gram hanya itu saja yang bisa kujadikan sebagai mahar."

"Tidak papa, kalau gitu kita mulai acara nya."

Ayah Hermawan dan El melangkah menuju ke arah meja berbentuk persegi yang terletak di tengah-tengah ruang tamu tersebut setelah sampai keduanya aduduk berhadapan dimeja tersebut dengan saling berjabat tangan.

"Pak Hermawan dan Nak. . .?"Pak penghulu menjeda ucapannya karena tidak tau siapa nama pemuda yang akan dinikahinya.

" El, Aviel Brian Wilson Ramon pak."

"Baiklah Nak El apakah sudah siap."

El menganggukkan kepalanya menjawab pertanyaan dari pak penghulu.

Ayah Hermawan dan El saling berjabat tangan dan acara ijab kabul nya pun dimulai.

"Saya nikahkan dan kawinkan engkau ananda Aviel Brian Wilson Ramon Bin Erland Ganesha Ramon dengan putri saya Letizia Izora Emilia Rajendra Binti Ahmad Hermawan Rajendra dengan mas kawin kalung permata seberat 3 gram dibayar tunai."

"Saya terima nikah dan kawinnya Letizia Izora Emilia Rajendra Binti Ahmad Hermawan Rajendra dengan mas kawin tersebut dibayar tunai." El mengucapkannya dengan lantang dan tarikan satu nafas.

"Bagaimana para saksi sah?"

"SAH!"

"Alhamdulillah."

"Panggilkan mempelai wanita nya untuk turun ke bawah." Ucap pak penghulu kepada Ayah Hermawan.

Ayah Hermawan memanggil pelayan dan menyuruhnya untuk memanggil Zia turun ke bawah.

Pelayan tersebut pamit undur diri untuk memanggil Zia dan Bunda Rosanna agar segera turun ke bawah, sementara El saat mendengarkan kata sah dan Alhamdulillah yang menggema diruangan tersebut membuat perasaan yang campur aduk.

Antara gugup, gelisah,serta tak percaya jika sekarang ia telah menikah dan menjadi suami, tak berselang lama Zia datang didampingi oleh ibunya disampingnya berjalan menuju ke meja dimana El dan ayah Hermawan berada.

Zia berjalan dengan anggun sembari menundukkan kepalanya, jadi ia tidak tahu jika yang berada di hadapannya adalah El dan bukannya Azka sementara itu Bunda Rosanna yang melihat sosok pemuda yang tak ia kenal berada di hadapan suaminya bertanya-tanya dalam benaknya Siapakah pemuda tampan tersebut? Kenapa ia malah duduk di sana dan bukannya Azka? Lalu dimana Azka kenapa batang hidungnya tak terlihat sama sekali?.

Bunda Rosanna melirik ke arah suaminya dengan tatapan penuh tanya kearah suaminya, Ayah Hermawan yang mengetahui tatapan istrinya yang penuh dengan tanda tanya memberikan kode agar diam dan meminta agar Bunda Rosanna mengantarkan Zia menuju El yang sudah sah menjadi suaminya.

Ia akan jelaskan semuanya setelah acara ini berakhir, Bunda Rosanna telah sampai dan menuntun Zia agar duduk di samping suaminya dengan kepala yang masih menunduk.

"Salim tangan suamimu dengan takzim sayang."

"Baik bunda."

Zia meraih tangan suaminya dan menciumnya dengan takzim, aroma yang ia cium saat mencium tangan suaminya berbeda dengan aroma sebelumnya begitupun dengan tangan yang tampak besar berbeda dari sebelumnya yang tampak sedang.

"Kenapa harum tubuhnya berbeda dari sebelumnya, lebih harum ini serta tangannya yang nampak lebih besar dari sebelumnya.Sudahlah mungkin saja kak Azka ganti parfum dan tangannya besar mungkin karena rajin olahraga." Batin Zia.

Sementara El diam saja dan membiarkan Zia mencium tangannya dan saat bibir tipis Zia menyentuh permukaan tangannya ada desiran aneh dalam tubuhnya serta perasaan yang tak bisa ia jelaskan dengan kata-kata saat Zia mencium tangan nya.

Setelahnya giliran El yang membaca doa di ubun-ubun Zia lalu mencium kening Zia dan Zia reflek menutup matanya merasakan bibir tebal itu mencium kening nya dan membuat Zia mengalami desiran aneh dalam dirinya seperti yang dialami oleh El.

"Kok bibir kak Azka kayak tebal ya bukannya bibir kak Azka itu tipis."

El sebenarnya bingung dan heran melihat Zia yang sejak datang hanya menundukkan kepalanya saja,

Bunda Rosanna menegur Zia dan memintanya untuk mengangkat kepalanya.

"Zia angkat kepalamu, wajah suamimu tidak dibawah tapi disampingmu."

Zia mengangkat kepalanya secara perlahan tapi malah menutup matanya, Zia merasa sangat gugup itulah mengapa sejak tadi ia hanya menundukkan kepalanya saja dan saat mengangkat kepalanya justru menutup kedua matanya.

"Zia bukalah matamu, apa wajah suamimu buruk rupa atau hantu sehingga kamu begitu takut untuk melihat wajah dari suamimu."

"Bukalah matamu sayang jangan malah menutupnya,dosa loh jika tidak ingin melihat wajah suami"Bohong Bunda Rosanna kepada Zia, karena merasa geregetan melihat tingkah sang putri.

El yang melihat tindakan Zia tanpa sadar menyunggingkan sebuah senyuman indah yang sangat jarang diperlihatkan oleh El.

"Menggemaskan." Batinnya.

Zia membuka matanya secara perlahan setelah mendengar ucapan sangat Bunda yang mengatakan dosa apabila tak ingin melihat wajah suami.

Dan saat matanya terbuka sepenuhnya, Zia merasa terkejut melihat El dihadapannya dan bukannya Azka, berarti sejak awal yang duduk di sampingnya adalah El dan bukannya Azka.

Lalu dimana Azka dan kenapa malah El yang berada di sini?

Next . . . .

BAB 2 DSCS. BERUSAHA IKHLAS

❤Assalamu'alaikum, semuanya ❤

💞Bismillahirrahmanirrahim 💞

             🥰 Happy Reading 🥰

Setiap manusia akan menghadapi yang namanya masalah,tak ada satupun manusia yang tidak menghadapi masalah bahkan orang kaya pun akan menghadapinya.

Pengangguran yang sulit mendapatkan pekerjaan, Orang kaya yang kesulitan dalam menghadapi perusahaan maupun harta benda, pengemis atau pun pengamen yang kesulitan mendapatkan makanan atau pundi-pundi uang untuk mengisi perut yang kosong.

Rencana Allah tak ada yang tahu akan seperti apa begitupun dengan takdir yang telah ditentukan oleh Allah saat kita berada dalam kandungan sang Ibu.

Manusia hanya bisa berencana jauh-jauh hari tapi yang menentukannya tetaplah Allah dan yang namanya kematian tak ada yang tahu kapan akan menghampiri kita bisa hari ini,besok,atau lusa sama halnya seperti yang dialami oleh Zia dan Azka.

Azka dan Zia sudah merencanakan pernikahan ini sudah sebulan lamanya tapi justru Allah berencana lain,saat hari H nya Allah menyanyangi Azka karena itulah Allah mengambilnya dan membuat Zia menikah dengan Azka.

Ikhlas dan sabar serta keimanan kita terhadap Tuhan adalah kunci utama untuk menghadapi setiap masalah yang akan dihadapi, tapi itu lebih mudah tuk dikatakan daripada dilakukan.

El dan Zia beserta kedua orang tuanya saat ini berada di sebuah rumah sakit terbesar di ibu kota Jakarta, lebih tepatnya mereka semua berada didepan sebuah ruang yang didalamnya berada Azka beserta kedua orang tuanya yang sedang dibersihkan sebelum akhirnya akan dikebumikan oleh pihak rumah sakit.

Dengan kesedihan mendalam yang dirasakan oleh Zia bahkan saat dirinya mengetahui yang sebenarnya dari El saat dirumah sebelumnya sampai ia berada di rumah sakit, air matanya sama sekali tidak bisa berhenti meskipun ia sudah menghapus dan berusaha untuk mengikhlaskan apapun yang saat ini sedang terjadi pada dirinya.

kedua orang tua Zia duduk di kanan kiri Zia dan mengengam tangan putri mereka sedangkan El berdiri sambil bersedekap dada disamping pintu ruangan tersebut sementara Zia duduk termenung di kursi disamping ruangan tempatnya berada sekarang memikirkan kejadian beberapa saat lalu saat dikediaman Rajendra.

Sebelumnya di kediaman Rajendra.

Para tamu undangan telah pamit pulang ke rumah masing-masing begitu acara ijab kabul dan serangkaian kegiatan dalam pernikahan tersebut selesai.

Kini tinggallah El, Zia beserta kedua orang tuanya yang berada dalam ruang tamu tersebut, Zia langsung menghadap ke arah El dan bertanya kepadanya.

"Kenapa Bang El yang melaksanakan ijab kabul nya dan bukannya kak Azka? Lalu Dimana kak Azka sekarang? Katakan yang sebenarnya Bang, apa yang terjadi kepada kak Azka? Karena sedari tadi perasaan Zia tidak enak dan terus menerus memikirkan tentang kak Azka.Zia mohon tolong beritahukan kepada Zia yang sebenarnya?" Zia langsung mencerca El dengan berbagai pertanyaan dengan nada menggebu-gebu dan pelan seiring Zia berucap.

Dengan tatapan memelas menanti jawaban El atas setiap pertanyaannya menghadap kearah El.

El yang melihat tatapan memelas yang diperlihatkan oleh Zia merasa tidak tega, setelah menarik nafas dalam dan menghembuskan nya secara perlahan El memberitahukan semuanya yang terjadi kepada Azka.

"Innalillahi wainnailaihi rojiun." Ucap Ayah Hermawan dan Bunda Rosanna bersamaan setelah mendengarkan cerita dari El.

"Kak Azka!! Tidak kak Azka tidak mungkin meninggalkan Zia baru sejaman yang lalu kami saling berbincang! Bang El katakan jika ini semua bohong."

Histeris Zia saat mendengarkan keseluruhan cerita yang disampaikan oleh El.

Seketika juga air mata yang sudah ditahan Zia sejak awal mendengarkan cerita dari El langsung luruh ke pipinya dan suara Isakkan terdengar dari bibir mungilnya, Bunda Rosanna berusaha untuk menenangkan Zia dengan memeluknya dan mengusap punggungnya.

"Ayo kita kerumah sakit sekarang! Zia akan percaya begitu melihat mayat kak Azka dan kedua orang tuanya." Ucapnya sembari berdiri dan menghapus kasar air mata nya.

"Ayo bang El, kita berangkat sekarang."

El menganggukkan kepalanya dan berjalan menuju ke garasi dimana mobilnya berada di ikuti oleh ketiga orang lainnya dari belakang dan mereka berempat pun pergi kerumah sakit dengan satu mobil dengan perasaan yang berkecamuk terutama Zia,air matanya terus saja jatuh meski ia sudah menghapus nya beberapa kali.

Zia tersadar dari lamunannya saat pintu ruangan terbuka dan keluar beberapa perawat dan dokter dengan mendorong 3 brangkar dengan kain yang menutupi seluruh tubuh mereka.

"Berhenti! Saya ingin melihatnya!"

Zia langsung menghampiri perawat tersebut dan membuka salah satu kain yang dirinya yakinin adalah Azka, tangan Zia bergetar saat akan membuka kain yang menutupi tubuh tersebut perlahan tapi pasti kain tersebut mulai terbuka dan tampaklah wajah pucat serta tubuh dingin Azka yang terpampang dengan jelas.

"Kak Azka?!"Lirih Zia sambil membelai lembut pipi Azka yang terasa dingin ditangannya.

"Kak Azka! Bangun kak! Buka matamu, katakan jika ini semua bohong!! Katakan jika ini semua hanya mimpi! Kakak tidak mungkin ninggalin Zia begitu saja, tidak mungkin!!!"Zia teriak histeris sembari mengguncang tubuh kaku Azka yang terbaring tak bernyawa diatas brangkar tersebut dengan air mata yang berlinang deras.

" Zia tenanglah!! Tenangkanlah dirimu!!! Jangan seperti ini, kamu justru akan menyakiti Azka!! Azka akan sedih jika melihatmu seperti ini, tenanglah. Kamu harus bisa mengikhlaskan kepergian Azka agar ia merasa tenang diatas sana.Kamu harus melepaskannya dengan ikhlas jangan seperti ini."

El menghentikan tindakan Zia yang menguncang tubuh Azka dengan langsung memeluknya dari belakang hingga membuat lutut Zia lemas dan tak bertenaga yang akhirnya ia jatuh terduduk diikuti oleh El yang memeluknya serta menenangkannya dengan kata-kata penenang dan lembut.

Sementara perawat serta dokter tersebut

mendorong kembali ketiga brangkar tersebut menuju kemobil ambulance untuk diantarkan ke pengistrahatan terakhir.

Zia yang merasakan kenyamanan dan ketenangan dalam pelukan El melampiaskan semua perasaan sesak didadanya dan menangis histeris mewakilkan semua perasaan yang ia rasakan, siapapun yang mendengarkan tangisan Zia akan merasakan sesak didadanya dan dapat merasakan apa yang dirasakan oleh Zia begitupun dengan El dan kedua orang tua Zia.

El membiarkan Zia melampiaskan dan menangis sepuasnya dalam pelukannya serta mengusap punggung Zia agar merasa lebih baik dan tenang, hingga beberapa menit kemudian tangisan Zia berhenti hanya menyisakan sesegukan saja dan suara dengkuran halus yang terdengar dari bibir mungilnya dan saat El menundukkan kepalanya guna melihat wajah Zia yang ternyata Zia tertidur dalam pelukan nyaman El mungkin karena lelah menangis dan begitu banyak kejadian hari ini yang harus Zia terima.

El merapikan anak rambut Zia yang menutupi wajah cantik Zia dan menghapus sisa-sisa air mata Zia di pipi nya menggunakan ibu jarinya lalu tersenyum serta bertekad dan berjanji didalam hatinya jika hari ini adalah hari terakhir ia menangis dan tak akan membiarkan Zia menangis lagi.

"Ini adalah hari terakhir dirimu menangis seperti ini dan aku berjanji tak akan membiarkanmu menangis seperti ini lagi karena melihatmu yang seperti ini entah mengapa membuat dadaku sesak serta sakit saat melihat dan mendengar dirimu menangis histeris seperti itu."

Semua perlakuan El terhadap Zia tak luput dari perhatian kedua orang tua Zia, keduanya mereka merasa senang dan bahagia melihat El yang begitu menyayangi Zia.

Bunda Rosanna berada di dalam pelukan sang suami saat melihat putri kesayangannya begitu terpuruk dan melihat interaksi antara keduanya.

"Yah, bunda berharap kebahagiaan akan selalu menyertai pernikahan mereka berdua .Bunda yakin meski pernikahan ini bisa dibilang mendadak tapi El dan Zia akan bisa mempertahankan nya dan seiring berjalannya waktu mereka berdua akan saling mencintai." Ucap Bunda Rosanna saat melihat keduanya.

"Ayah juga berharap seperti itu, Bun.Semoga saja mereka berdua bisa saling mencintai sebab cinta datang karena terbiasa."

Next....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!