NovelToon NovelToon

Our Love Story

One

Sebuah mobil mewah masuk ke pelataran sebuah kampus ternama. Diikuti mobil mewah lainnya di belakangnya, namun dengan tipe berbeda. Dari kedua mobil tersebut turun seorang laki-laki dan perempuan dengan paras yang tampan dan cantik rupawan.

Kedatangannya sontak menyihir semua mata yang ada di sana. Mereka bak karya seni luar biasa indah yang sangat sayang untuk dilewatkan. Decak kagum terdengar bersahut-sahutan. Kedua laki-laki dan perempuan itu bukan hanya memiliki paras rupawan yang di atas rata-rata atau nyaris sempurna, tapi juga terkenal karena identitas mereka yang luar biasa.

"Sky, Earth," pekik Vanilla sambil berlarian mendekat ke arah Sky dan Earth.

Ya, kedua laki-laki dan perempuan itu adalah saudara kembar yang merupakan putra dan putri kebanggaan keluarga Sanches. Sementara Vanilla adalah putri kesayangan Axton dan Gladys.

"Hai Vanilla," sahut Earth ramah.

Namun berbeda dengan Sky yang memang sejak kecil selalu bersikap dingin dengan siapapun. Ia bagaikan duplikat dari Rainero sebelum bertemu Shenina. Tanpa membalas sapaan, Sky melenggang begitu saja menuju kelasnya.

Saat berjalan, beberapa teman sekelas Sky pun yang memang memiliki kedekatan dengannya segera merapat.

Vanilla yang merasa selalu diabaikan pun berdecak kesal. Earth yang tahu Vanilla kesal dengan sikap jutek bin cuek saudara kembarnya pun terkekeh.

"Ih, malah ketawa! Aku heran sama kalian berdua, padahal kembar, tapi kok sikap kalian seperti langit dan bumi sih? Yang satu ramah, yang satu lagi ih, bikin kesel tau tidak," omel Vanilla.

Earth pun merangkul pundak Vanilla, "namanya juga manusia, La. Meskipun kami tumbuh di rahim yang sama, malah tumbuh bersama-sama selama 9 bulan di perut Mommy, ya namanya sifat manusia tidak bisa disamakan. Mungkin sifatku menurun dari mommy, sementara Sky dari Daddy. Memang mommy pernah cerita sifat daddy dulu sebelum bertemu daddy ya seperti itu, dingin, datar, cuek, masa bodoh, pemarah juga. Baru deh setelah bersama mommy, daddy berubah. Bukan bertemu ya, soalnya sewaktu mommy kerja jadi sekretaris daddy, daddy masih cuek gitu ke mommy. Mungkin Sky baru akan berubah setelah bertemu dengan cintanya alias pasangannya," papar Earth.

Vanilla mencebikkan bibirnya lalu menghela nafas panjang. Ia hanya bisa menatap punggung Sky yang kian menjauh dengan tatapan nanar.

***

"Vanilla," panggil seorang anak laki-laki. Dia adalah teman sekampus Vanilla juga, namun berbeda jurusan. Sedangkan Earth dan Sky 2 tingkat di atas Vanilla.

"Eh, hai Jefrey!" balas Vanilla yang baru saja keluar dari kelasnya.

"Mau kemana?" tanya Jefrey yang memilih berkuliah di negara A. Ia menyewa flat di dekat kampus agar lebih mudah menjangkaunya.

"Ke kantin, kenapa?"

"Aku juga mau ke kantin, bareng boleh?"

"Ayo! Let's go!" seru Vanilla.

"Vanilla, kenapa ninggalin aku sih?" omel teman Vanilla membuat gadis itu terkekeh.

"Sorry, aku pikir kamu masih mau mengobrol dengan para laki-laki itu."

"Ck, kamu itu, sudah tahu kalau mereka dekatin aku cuma biar bisa dekatin kamu, eh malah aku kamu tinggalin. Dasar, menyebalkan."

Jefrey jadi ikut terkekeh.

"Hai Jef, mau makan siang juga?" tanya perempuan bernama Windsay itu.

"Ya," jawabnya singkat membuat Windsay berdecak karena jawaban Jefrey yang terlalu singkat.

Setibanya di kantin, mereka pun segera memesan makanan dan minuman lalu menyantapnya bersama. Saat sedang bersantap bersama sambil berbincang, tiba-tiba sekelompok laki-laki menghampiri meja Vanilla.

"Hai Vanilla, boleh kami ikut bergabung di sini?"

Laia Vanila terangkat, "silahkan!" Vanilla pikir ini merupakan tempat umum jadi siapapun berhak duduk di sana.

Sekelompok laki-laki yang terdiri atas tiga orang itupun tersenyum girang.

"Terima kasih. Oh iya, perkenalkan, aku Jhonny," ujar salah seorang dari mereka sambil mengulurkan tangan. Namun bukannya Vanilla yang menyambut tangan itu, melainkan Jefrey.

"Aku teman Vanilla. Dia sedang makan, harap tidak mengganggunya," ujar Jefrey membuat laki-laki tadi mendengkus. Ia melepas kasar tangan Jefrey lalu meliriknya tajam.

Laki-laki itu jelas sekali memiliki ketertarikan dengan Vanilla. Ia terus-menerus mencoba mendekati Vanilla dengan mengajaknya berbincang membuat Vanilla risih. Jefrey yang bisa melihat itupun segera mengajak Vanilla pergi. Melihat itu, laki-laki itupun marah dan mencengkeram erat kerah kemeja Jefrey. Namun Jefrey justru meraih tangan laki-laki itu, menariknya lalu dengan sekali gerakan ia membanting tubuh laki-laki itu membuat mata semua orang terbelalak.

Teman-teman laki-laki tadi pun ikut terkejut. Ia pun segera membantu temannya untuk kembali berdiri.

"Jangan coba-coba mengganggu Vanilla kalau kalian tak mau berurusan denganku!" desis Jefrey.

Sontak saja para laki-laki itu memilih mundur. Mereka tak mau mati konyol hanya karena berusaha mendekati Vanilla.

Semua yang terjadi di sana ternyata yak luput dari tatapan Sky.

"Wow, laki-laki itu hebat juga! Sky, apa kau mengenal laki-laki yang ada bersama Vanilla? Padahal aku baru mau mengubah mendekatinya, tapi melihat bodyguard di sampingnya, aku jadi mikir," seloroh teman Sky.

Sky tidak menanggapi perkataan temannya sama sekali. Ia justru membalikkan badannya dan segera pergi dari sana.

...***...

"Hallo Aunty Cantik, Earth ada?"

"Mau mencari Earth atau ... " goda Shenina pada Vanilla.

Vanilla tersipu malu, "aku cari Earth kok, Aunty. Memangnya mau cari siapa lagi? Masa' aku mau cari manusia kutub itu, buat apa," sahut Vanilla membuat Shenina terkekeh.

Sudah menjadi rahasia umum Vanilla selalu berusaha mendekati Sky, tapi Sky tak pernah menanggapi. Akibatnya, Vanilla pun menyandangkan gelar manusia kutub pada Sky yang dingin dan kaku.

"Earth tidak ada. Dia sedang pergi dengan teman-temannya."

"Aunty mau apa? Mau buat kue ya?"

"Hmm, kenapa? Mau membantu?"

"Vanilla sih ingin sekali membantu, tapi apalah daya Vanilla hanya bisa membantu makan," seloroh Vanilla sambil garuk-garuk kepala.

Shenina tak dapat menahan tawanya. Memang ia sudah tahu dari Gladys kalau putrinya ini tidak memiliki bakat memasak sama sekali. Instingnya dalam hal perdapuran benar-benar nol besar. Seandainya wadah gula dan garam tidak diberi label pun mungkin ia akan selalu salah dalam menggunakannya. Pernah Vanilla diminta Axton membuatkannya kopi, tapi Vanilla justru memasukkan garam ke dalamnya, bukannya gula.

"Mom," panggil Sky yang entah sejak kapan berada di dapur.

"Ya, ada apa Sky?"

"Hai Sky, kau membutuhkan sesuatu? Atau mau aku buatkan kopi?" tawar Vanilla.

"Aku tidak mau berakhir hipertensi karena meminum kopi buatanmu," jawab Sky datar.

Vanilla mencebik, "kau tak perlu khawatir, kalau kau benar-benar mengalami hipertensi, ada aku yang bersedia menjadi perawatmu. Gratis!"

Bukannya menanggapi, Sky justru melewatinya begitu saja setelah mengambil bakso krispi kesukaannya.

Ingin sekali rasanya Vanilla mencakar-cakar wajah menyebalkan Sky, tapi tiba-tiba ia merasa tidak rela sendiri. Wajah itu terlalu tampan untuk dihiasi dengan noda cakarannya.

"Untung saja tampan, coba kalau tidak, pasti sudah aku cakar-cakar mukanya," geram Vanilla.

Bukan sekali dua kali Vanilla diperlakukan dingin seperti itu. Tapi Vanilla seakan tak pernah jera untuk mendekatinya.

"Hai Sky! Wah, akhirnya kau mau memakai kemeja pemberianku. Aku senang sekali melihatnya," seru Vanilla senang saat melihat Sky datang ke kampus mengenakan kemeja yang ia hadiahkan saat laki-laki itu berulang tahun.

Dahi Sky berkerut, "ini darimu!"

"Iya. Itu kemeja rancanganku sendiri. Lihat saja kabelnya, V Clothes." Vanilla yang memiliki bakat di bidang desain memilih menjadi seorang desainer. Meskipun ia belum lulus kuliah, tapi ia sudah memiliki butik sendiri. Barang-barang yang dijual pun merupakan hasil desainnya sendiri.

Tiba-tiba raut wajah Sky berubah dingin. Tiba-tiba Sky melepaskan kancingnya satu persatu membuat Vanilla bingung. Namun kebingungannya berakhir dengan tatapan nanar saat melihat Sky melepaskan kemejanya dan melemparkannya ke arah Vanilla, menyisakan kaosnya saja. Lalu Sky kembali masuk ke dalam mobil, meninggalkan Vanilla yang mematung di tempatnya.

"Vanilla," panggil Earth yang khawatir melihat apa yang sudah dilakukan saudara kembarnya pada Vanilla.

Dengan tersenyum terpaksa, Vanilla menoleh ke arah Earth.

"No, problem. I'm okay. Ya, i'm okay not to be okay."

Meskipun dengan hati yang sakit, Vanilla tetap berusaha tersenyum. Menyembunyikan sakit hatinya dari saudara kembar laki-laki yang ia suka sejak kecil itu.

...***...

...HAPPY READING 🥰🥰🥰...

Two

Untuk pertama kalinya saat berpapasan dengan Vanilla, Sky diabaikan. Matanya sampai memicing tajam. Vanilla yang tanpa sengaja tiba berbarengan dengannya melengos begitu saja setelah berpapasan dengannya. Ia justru langsung menyapa Earth kemudian berpisah sebab selain mereka berbeda jurusan dan tingkatan, gedung kampus mereka pun berbeda. Gedung kampus Earth ada di sayap kanan atau lebih sering disebut gedung B, sementara kelas Vanilla ada di sayap kiri atau yang lebih sering disebut gedung C. Sedangkan kelas Sky ada di gedung ujung, posisinya berada di antara gedung B dan C. Merupakan gedung terbesar di wilayah kampus tersebut atau yang lebih sering disebut gedung A.

Ternyata sikap cuek Vanilla bukan hanya berlangsung saat pagi itu saja, menjelang siang, lagi-lagi Vanilla berpapasan dengan Sky. Namun Vanilla kembali melengos. Ia justru sibuk tertawa bersama Jefrey.

"Hai Kak Sky," sapa Jefrey saat melihat Sky.

Sky yang memang pelit bicara hanya mengangguk saja sebagai respon. Jefrey tidak begitu mempermasalahkannya sebab memang sikap Sky seperti itu sejak kecil. Namun sebenarnya laki-laki itu sangat baik. Ia tak akan sungkan-sungkan saat ingin menolong.

Pernah saat itu Jefrey hendak menonton kompetisi motocross yang diikuti sang adik, Jennie. Namun saat akhir lomba, tepatnya saat mereka hendak pulang, tiba-tiba segerombolan orang dewasa mengendarai motor trailnya menghadang mereka. Mereka menggeber-geber motornya menantang sambil mengelilingi motornya dan Jennie. Ternyata pemimpin gerombolan tersebut merupakan seorang pembalap yang berhasil Jennie kalahkan. Ia tidak terima jadi ia hendak memberikan pelajaran pada Jennie hingga akhirnya terjadilah keributan. Saling tendang, berusaha saling menjatuhkan, hingga akhirnya Jennie pun terjatuh. Sky jelas saja marah dan langsung turun dari motornya hendak menghajar orang-orang tersebut dengan membabi buta.

Sky yang saat itu hendak menemani Earth menonton kompetisi yang Jennie ikuti, tapi sayangnya terlambat pun melihat keributan itu. Sky pun segera turun dari motornya dan ikut membantu melawan gerombolan yang jumlahnya cukup banyak tersebut. Meskipun kewalahan dan berakhir sekujur tubuh mereka babak belur, tapi akhirnya mereka berhasil mengalahkan gerombolan itu. Bahkan Sky sampai harus dirawat di rumah sakit karena tulang pahanya retak setelah dihantam balok.

Jefrey yang sangat menghormati keluarga Rainero setelah mengetahui kebaikan keluarga tersebut pada sang ayah, jadi kian hormat dan mengagumi keluarga tersebut khususnya Sky. Oleh sebab itu, setiap berpapasan dengan Sky, Jefrey pasti selalu berusaha menyapanya dengan ramah.

Jefrey pun sejak kecil sangat tahu bagaimana sikap Vanilla yang selalu berusaha dekat-dekat dengan Sky. Namun hari itu ia merasa aneh, mengapa Vanilla tiba-tiba acuh tak acuh pada Sky?

"Vanilla, are you okay?"

"Yes, i'm okay. Kenapa? Apa ada yang terlihat aneh?"

Jefrey mengangguk ragu.

Dahi Vanilla mengernyit, "apa?"

"Itu ... kamu tadi kok cuek-cuek saja dengan Kak Sky? Aneh. Kamu tidak sedang kesurupan kan?"

"Gila!" desis Vanilla mengabaikan pertanyaan Jefrey.

Menjelang sore, lagi-lagi Vanilla dipertemukan dengan Sky. Vanilla sampai bingung, apakah dunia memang sesempit itu? Mengapa sejak ia baru datang, saat ingin makan siang di kantin, bahkan saat hendak pulang pun ia kembali berpapasan dengan Sky?

"Apa dunia memang sesempit ini? Kenapa lagi-lagi aku harus berpapasan dengan manusia kutub itu? Menyebalkan," omelnya misuh-misuh.

Saat hendak menjalankan mobilnya, tiba-tiba ia merasakan sesuatu yang aneh. Vanilla pun segera keluar dari dalam mobil untuk memeriksa sesuatu.

Vanilla mengumpat. Ia yakin ada yang mengerjainya. Lihat saja, bagaimana mungkin ban mobil Koenigsegg CCXR Trevita miliknya bisa kempes? Ia sangat yakin ada yang sengaja mengempeskannya.

"Dasar sialan! Siapa yang berani-beraninya ngempesin ban mobilku? Awas saja kalau aku menemukanmu, aku pasti akan memberimu pelajaran," gumam Vanilla kesal.

"Ada apa?" tiba-tiba ada sebuah suara mendekat ke arahnya. Suara itu begitu familiar, tapi ia tidak akan percaya begitu saja kalau suara itu benar-benar orang yang ia kenal. Vanilla lantas berbalik, dan benar saja suara itu berasal dari dia-si manusia kutub.

"Bukan urusanmu," ketus Vanilla.

Sky sempat terkejut dengan respon Vanilla.

"Ayo naik, aku antar pulang!" ujar Sky, tapi Vanilla tidak mengindahkannya sama sekali membuat Sky keheranan.

"Dasar menyebalkan!" umpat Sky kesal karena kebaikannya justru diabaikan.

"Ya, memang aku menyebalkan, kenapa, hah?" balas Vanilla seraya mendengkus.

"Dasar, perempuan manja!"

"Dan kau manusia kutub," desis Vanilla jengkel.

Vanilla lantas meninggalkan mobilnya begitu saja dan lebih memilih menaiki taksi. Sky mendengkus, dengan wajah acuh tak acuh ia pun ikut meninggalkan kampus.

***

"Mom, dad, Minggu depan aku akan mengikuti pertukaran mahasiswa. Aku akan ke negara F selama 3 bulan."

"Apa? Mengapa kau memberitahu mendadak seperti ini?" protes Axton kesal karena Vanilla memberitahunya secara mendadak. Bukan tanpa alasan, Axton tak pernah berjauhan dengan Vanilla, anak perempuannya itu. Apalagi Vanilla merupakan putri semata wayangnya. Axton tidak memiliki anak lain selain Vanilla. Saat Vanilla kecil, Gladys memang sempat hamil kembali, tapi karena kecelakaan yang menimpanya membuatnya bukan hanya keguguran, tapi kesulitan untuk hamil kembali. Oleh sebab itu, Axton begitu memanjakan Vanilla.

Bukannya merasa bersalah, Vanilla justru tersenyum lebar.

"Maaf, Vanilla lupa."

Axton berdecak kesal, ingin melarang, tapi ia tahu Vanilla orangnya cukup keras kepala. Ia bukanlah perempuan yang mudah dibujuk. Mungkin itu karena ia selalu memanjakan Vanilla, membuat anak perempuannya itu memiliki watak yang keras sekali.

Hingga tibalah hari keberangkatan Vanilla. Axton begitu sedih, tapi ia harus melepaskan Vanilla melakukan apa yang ia inginkan. Selagi itu baik untuknya, Axton dan Gladys tidak akan melarang.

***

Sudah beberapa hari Sky tidak melihat keberadaan Vanilla. Sky sampai heran sendiri, kemana perempuan manja itu pikirnya. Kedua orang tua Sky maupun Vanilla memang merahasiakan kepergian Vanilla dari Sky. Tujuannya tentu saja ingin melihat reaksi Sky saat menyadari Vanilla yang tiba-tiba menghilang. Seperti harapan Axton, ia ingin sekali Vanilla berjodoh dengan Sky. Tapi melihat sikap Sky yang begitu dingin dengan Vanilla jelas saja membuat Axton sebagai seorang ayah khawatir. Ia memang tidak memaksakan untuk menjodohkan keduanya. Tapi minimal mereka bisa menjalin hubungan baik ke depannya.

Hari berganti Minggu, tapi Sky tak kunjung melihat batang hidung Vanilla juga. Tiba-tiba rasa khawatir menyeruak. Ingin bertanya pada Jefrey, tapi ia malu. Ingin bertanya pada Earth, ia pun gengsi.

Jadilah Sky hanya bisa uring-uringan. Bahkan saat melewati kelas Vanilla, Sky akan curi-curi pandang ke dalam kelas berharap bisa melihat keberadaan Vanilla. Namun nyatanya, ia tidak menemukan keberadaan Vanilla sama sekali.

"Kau sebenarnya kemana?" gumam Sky yang mulai frustasi karena sudah satu bulan kehilangan jejak Vanilla.

...***...

...HAPPY READING 🥰🥰🥰...

Three

Sky tampak uring-uringan di kamarnya. Sejak pulang kuliah, ia hanya uring-uringan saja di kamarnya. Kepalanya berisik sekali dengan pertanyaan dimana Vanilla?

Plakkk ...

"Berisik!" Sky menggeplak kepalanya sendiri sebab merasa kesal dengan isi kepalanya yang begitu berisik mempertanyakan dimana Vanilla berada. Mengapa ia tiba-tiba saja menghilang. Bahkan bukan sekedar satu dua hari ia menghilang, tapi hari ini sudah tepat satu bulan ia menghilang tanpa kabar.

Sebenarnya bukan tanpa kabar, hanya saja, ia memang tidak pernah memedulikan keberadaan gadis berisik itu. Ia terlalu berisik untuk Sky yang menyukai ketenangan. Apalagi Vanilla sering sekali merecokinya dengan tingkah lakunya itu.

Bukan sekali dua kali atau tiga kali Vanilla merecoki hari-hari tenangnya, tapi berkali-kali.

Pernah hari itu Vanilla memaksanya mengantar ke toko buku. Padahal ia bisa pergi dengan teman-temannya atau minta diantar sopir, tapi Vanilla justru memaksa dirinya. Dia hanya ingin pergi dengan dirinya. Sky sudah menolak, tapi gadis berisik itu justru merajuk. Alhasil, ibunya yang tidak tega lantas memintanya menemani Vanilla ke toko buku. Sky yang begitu menyayangi ibunya tentu saja tak bisa menolak ataupun membantah.

Pernah juga Vanilla memaksanya menemani ke pesta ulang tahun temannya. Sky yang malas berkerumun dengan orang-orang tak dikenal tentu saja menolak dan lagi-lagi ia terpaksa menemani atas permintaan Shenina.

Ada lagi yang lebih parah. Saat itu Vanilla baru saja pulang dari ikut kursus merias wajah. Ia pun datang ke kediaman orang tua Sky. Vanilla yang sangat ingin menunjukkan keahlian yang baru saja dipelajarinya pun memaksa Sky menjadi model untuk dirias.

Mengingat hal itu membuat sudut bibirnya tanpa sadar terangkat. Namun dalam hitungan detik, lengkungan itu surut ke bawah. Lalu ia mengacak rambutnya frustasi, kenapa pikirannya tidak tenang seperti ini?

"Sky ... "

"Sky ... "

"SKY ... " teriak Earth membuat Sky seketika terlonjak dan terduduk dengan jantung berdegup kencang.

"Kamu kenapa sih, Earth? Mengagetkanku saja," dengkus Sky sambil mengusap dadanya yang masih berdegup kencang.

"Kamu tuh yang kenapa? Aku sudah memanggilmu sejak tadi, tapi kupingmu seolah tuli. Apalagi tingkahmu sudah seperti orang gila. Uring-uringan tidak jelas. Kamu mikirin apa sih?" cecar Earth sambil berkacak pinggang.

Sky tertegun. Benarkah ia seperti itu tadi. Reflek Sky menggaruk tengkuknya yang tak gatal sama sekali.

"Aku ... tidak kenapa-kenapa kok. Aku cuma mikir besok ada ujian dengan Mr. Ramses. Kau tahu sendiri kan bagaimana sifatnya?"

Earth tersenyum sinis. Ia tak yakin dengan jawaban Sky.

"Kau pikir aku percaya dengan kata-katamu, Sky? Apa kau lupa, aku ini saudara kembarmu? Kita tumbuh bersama sejak di dalam rahim mommy hingga sebesar ini. Jadi aku sangat tahu kalau kau itu berbohong. Tapi ya terserah kalau kau tak mau cerita lebih baik aku ... "

Tring tring tring ...

Senyum Earth seketika merekah. Ia pun segera menekan tombol berlogo telepon berwarna hijau ke atas hingga akhirnya layar ponselnya menampakkan seorang wanita cantik.

"Hai Earth ... "

"Hai Vanilla ... Apa kabar? I Miss you so much," pekik Earth yang reflek membuat Sky menegakkan punggung.

"Vanilla," gumam Sky pelan.

"I Miss you too, Earth."

"Wow, kau sangat cantik hari ini, Vanilla! Kau sedang dimana?"

"Jadi aku hanya tampak cantik hari ini saja, Earth? Jadi sebelum-sebelumnya aku tidak cantik, hm?"

"Kau selalu cantik, Vanilla. Kau tahu, selama kau pergi, hampir semua teman-temanku menayangkan keberadaan mu. Bahkan tak sedikit teman teman kelasmu menghampiriku untuk menanyakan kabarmu."

"Ck, kau bisa saja."

"Oh ya, kau sedang berada dimana?"

"Aku sedang jalan-jalan bersama teman-teman baruku di sini. Look!" Vanilla lantas mengarahkan kameranya ke arah beberapa orang. Mereka terdiri atas 3 laki-laki dan 2 perempuan.

"Wow, pria berbaju hitam itu tampan sekali, siapa dia Earth?"

"Dia Henry. Kau mau berkenalan dengannya?"

"Bolehkan?"

"Tentu saja boleh."

"Ah, tapi tunggu, tunggu, aku mau ke kamarku dulu."

"Oh iya, kau sepertinya sedang tidak di kamarmu?"

"Ya, aku sedang di kamar ... Hei, apa yang kau lakukan ... " Pekik Earth saat Sky tiba-tiba merebut ponselnya. "Kembalikan, Sky!"

"Kau itu berisik, kau tahu!" tukas Sky dengan sorot mata diam-diam melirik ke ponsel di tangannya. Sky berdecak saat ponsel tersebut justru diarahkan ke gerombolan para pria tampan.

Tampan?

Cuih, aku lebih tampan dari mereka!

"Ya, aku tahu, makanya aku mau kembali ke kamarku," omel Earth.

"Earth, cepatlah!"

"Cepat kembalikan, Sky!"

"Sebentar!" Sky hendak menyerahkan ponsel Earth, di saat bersamaan wajah Vanilla yang tampak begitu cantik muncul di layar ponsel. Sky tiba-tiba bergeming sambil menatap wajah cantik Vanilla. Vanilla yang melihat wajah Sky pun seketika menekuk wajahnya.

"Earth, hubungi aku lagi setelah kau berada di kamar!"

Tut tut tut ...

Panggilan tiba-tiba ditutup membuat Sky melongo seketika.

"Sini kan handphone ku. Semua gara-gara kau, Sky, Vanilla jadi menutup panggilan. Menyebalkan," omel Earth sambil berjalan menghentak-hentakkan kaki.

"Earth," panggil Sky.

Earth pun segera menoleh dengan sorot mata sinis.

"Itu ... Sebenarnya, Vanilla dimana? Mengapa ia tidak ke kampus sebulanan ini?" tanya Sky membuat Earth seketika tersenyum sinis.

"Memangnya apa peduli mu Vanilla berada dimana? Bukankah selama ini kau tidak peduli padanya? Bukan hanya tidak peduli, tapi juga mengabaikan dan sepertinya kau pun membenci dirinya."

"Aku tidak membenci dirinya," jawab Sky cepat yang memang ia tidak pernah merasa membenci Vanilla. Ia hanya sering terganggu saja dengan keberadaannya.

Senyum meremehkan makin tercetak jelas di bibir Earth, "apa peduliku. Yang jelas, sekarang kau tenang saja, Vanilla takkan lagi mengganggumu. Ia sudah sadar. Tidak ada gunanya mencari perhatianmu sebab masih banyak orang-orang yang tulus menyayangi dan memperhatikannya," ucap Earth lantang.

Setelah mengucapkan itu, Earth pun segera keluar dari dalam kamar Sky dan kembali ke kamarnya.

Sekeluarnya Earth dari kamar Sky, Sky masih berdiri mematung mencerna segala kata-kata Earth.

"Vanilla takkan menggangguku lagi? Apa mungkin gadis berisik itu mampu?" tawa meremehkan keluar dari bibir Sky.

Namun seketika Sky mengingat, dulu tak ada hari tanpa gangguan Vanilla di sekelilingnya. Vanilla takkan bisa melewatkan satu hari saja untuk merecokinya. Tapi kini ... untuk pertama kalinya Vanilla menjauh dalam waktu yang tidak sebentar.

Satu bulan terlalu lama bagi Vanilla untuk tidak mengganggunya.

Entah mengapa, ada rasa tak senang saat mengetahui Vanilla takkan mengganggunya lagi.

"Kenapa aku kesal? Kenapa aku seakan tidak terima? Bukankah itu bagus?"

Sky menghembuskan nafas kasar. Ia yang kadung kesal berniat keluar untuk bertemu teman-temannya. Namun saat melewati kamar Earth, seketika langkah Sky berhenti. Pintu kamar yang tidak tertutup rapat membuat Sky bisa mendengar tawa renyah Earth di dalam sana. Ia pun mengintip ke dalam.

"Henry ternyata sangat tampan dan perhatian, Vanilla. Dia tampaknya menyukaimu. Sepertinya kau cocok dengannya."

"Benarkah?"

"Ya."

"Kalau menurutmu begitu, maka akan aku pertimbangkan."

Mendengar percakapan itu, sontak membuat tangan Sky mengepal. Entah mengapa, jantungnya seketika bergejolak. Ada rasa tidak terima saat mengetahui ada laki-laki yang menyukai Vanilla.

"Shittt! Kenapa aku tiba-tiba kesal seperti ini!" gumamnya sambil melangkah lebar menjauhi kamar Earth. Ia tidak bisa lama-lama berdiri di sana. Bisa-bisa emosinya meledak yang entah apa alasannya.

...***...

Hai hai hai, othor kembali! Yang belum baca bonchap pengganti BSC, silahkan dibaca ulang ya, Kak!

...HAPPY READING ❤️❤️❤️...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!