NovelToon NovelToon

Mendadak Jadi Istri Kedua

Bab 1

"Ara cepatlah!"

Gadis yang tengah menarik dua koper dengan satu tas di bahu, segera berjalan cepat karena takut terkena amukan sang kakak. Ia terus berjalan tanpa menyadari dari arah samping ada seorang pria yang menghampiri kakaknya, hingga tanpa sengaja menabrak bahu pria tersebut.

"Maaf..." lirihnya sembari menatap pada pria yang ditabraknya.

Seorang pria tampan dengan garis tegas, alias mata tebal, dan hidung mancung itu hanya menatapnya sekilas sembari mengusap pakaian yang tersentuh olehnya. Lalu berjalan kembali menghampiri kakaknya yang bernama Vivian.

Apakah Ara tersinggung dengan perlakuan pria itu yang seolah menganggapnya kuman yang kotor? Tentu saja tidak, karena Ara sudah tahu persis bagaimana watak pria yang menjadi calon suami Vivian.

Pria yang bernama Dewa Arbeto memang terkenal dengan pembawaannya yang tegas, dingin, tak banyak bicara, dan yang paling utama sangat membenci orang miskin seperti dirinya.

Ya, miskin. Walaupun Ara adik dari Vivian, tapi dia hanyalah seorang adik angkat. Keluarga besar Wisnu mengambilnya dari panti asuhan hanya agar keluarga itu dipandang sebagai keluarga kaya yang murah hati. Selebihnya Ara hanya dijadikan pembantu pribadi Vivian sejak ia masih kecil.

Meskipun usianya lebih muda dua tahun dari Vivian, tapi semua kebutuhan wanita itu selalu Ara yang menyiapkannya. Bahkan ia bersekolah ditempat yang sama dengan Vivian hanya agar wanita itu bisa dengan mudah menyuruhnya ini dan itu.

Sungguh tragis bukan nasib seorang Ara. Namun ia tidak pernah mengeluh karena menurut Ara hidupnya kini jauh lebih beruntung dari pada ia tetap berada di panti asuhan. Setidaknya di keluarga Wisnu, Ara bisa mengenyam pendidikan ditempat yang terbilang sangat bagus, meskipun harus mengorbankan masa remajanya yang dihabiskan menjadi seorang pelayan dari seorang Vivian.

"Ck, sudah aku katakan biar supir yang membawa kopernya, Ra!" ucap Vivian dengan tersenyum manis pada sang adik yang baru saja tiba disampingnya.

Lihatlah wanita dengan wajah cantik sempurna, lemah lembut, dengan tubuh semampai bagaikan seorang model itu terlihat begitu baik hati bukan? Berbeda sekali dengan perlakuan yang sebenarnya, karena jelas-jelas Vivian yang menyuruhnya membawa semua barang dan melarang supir membantunya.

"Tidak apa-apa, kak. Aku masih bisa membawanya," ucap Ara dengan tersenyum pula.

Ia sempat menatap pada calon suami kakaknya yang tampak acuh, lalu kembali menatap Vivian karena tidak mau sampai wanita itu marah hanya karena ia melihat Dewa Arbeto.

"Ayo, masuk!" ucap Dewa pada calon istrinya.

Vivian terlihat merangkul lengan Dewa Arbeto, keduanya berjalan memasuki hotel tempat dimana pasangan itu akan menikah. Ya, hari ini tepatnya pukul empat sore pernikahan Dewa dan Vivian akan berlangsung. Itu sebabnya sejak pagi Ara begitu repot mengurus semua keperluan Vivian, sementara kedua orang tua angkatnya sudah lebih dulu berada di hotel yang diketahuinya milik keluarga besar Arbeto.

"Mau aku bantu?"

Ara yang hendak berjalan menyusul Vivian, menatap pada pria yang ia ketahui bernama Edward. Pria yang bekerja sebagai asisten pribadi Dewa Arbeto.

"Terima kasih, tapi aku masih bisa membawanya sendiri." Ia pun bergegas masuk kedalam hotel karena takut Vivian akan meninggalkannya.

Sementara itu Edward hanya diam berdiri menatap punggung Ara dengan menghela napas kasar. Ia tahu betul bagaimana keluarga Wisnu terutama Vivian memperlakukan Ara, memperlakukan gadis berlesung pipi itu layaknya sebagai pelayan.

Edward mengetahui itu semua tidak sengaja, ketika ia hendak menjemput kekasih tuannya itu. Di rumah mewah tersebut Edward melihat dengan mata kepalanya sendiri saat Vivian memarahi Ara hanya karena terlalu lama mengambilkan tas wanita tersebut.

"Seandainya Tuan Dewa mencari seorang wanita yang baik, maka Ara sangat cocok. Tapi sayang Tuan Dewa mencari wanita sempurna dengan kecantikan dan status sosial yang tinggi," gumam Edward sembari berjalan menyusul ketiga orang tersebut.

Bab 2

Setelah meletakkan semua barang milik Vivian. Ara segera keluar dari dalam kamar hotel yang disiapkan khusus untuk kedua mempelai. Meninggalkan Dewa dan Kakak angkatnya yang sebentar lagi akan menjadi pasangan halal, karena tidak ingin mengganggu pembicaraan keduanya.

Ara pun berjalan masuk ke kamarnya yang berada tepat di samping kamar pasangan calon pengantin itu. Kamar yang sudah disiapkan khusus untuknya agar Vivian bisa dengan mudah menyuruhnya tanpa menunggu lama.

Lucu sekali bukan wanita itu. Vivian masih membutuhkan bantuannya padahal jelas-jelas wanita itu akan menikah dan pastinya akan menghabiskan waktu menikmati malam pertama bersama Dewa Arbeto. Jadi apa yang perlu dibantu? Tidak mungkin bukan ia membantu wanita itu dengan menemani mereka melakukan malam pertama.

"Menggelikan..." gumam Ara sembari menutup pintu kamar.

Namun belum juga pintu itu tertutup, sebuah tangan menahannya. Tampak seorang wanita anggun yang masih cantik di usianya yang tak lagi muda, tengah menatapnya dengan kesal.

"Ibu...."

"Panggil aku Nyonya, aku bukan ibumu." Ketus Mary sembari menarik tangan Ara. "Kau tidak boleh istirahat! Masih banyak pekerjaan yang harus kau urus."

Mary tidak akan membiarkan Ara beristirahat, karena jika gadis itu sampai tertidur maka akan sangat susah untuk dibangunkan. Ya, Ara memiliki kebiasaan buruk jika sudah tertidur maka akan seperti mayat hidup.

"Tapi Nyonya, Nona Vivian sedang bersama Tuan Dewa dan tidak mau diganggu," jelas Ara dengan harapan Ibu Mary mau melepaskannya.

Karena Jujur Ara merasa sangat lelah karena sejak pagi mengerjakan semua perintah Vivian. Bahkan sampai detik ini ia belum sempat sarapan sama sekali, karena terus dikejar waktu.

"Memangnya tugasmu itu hanya membantu putriku?" sahut Mary semakin ketus. "Sekarang kau harus ambil sepatu suamiku yang tertinggal di rumah. Cepat!" ucapnya sambil mendorong Ara kearah lift dengan kasar.

"Ba-baik Nyonya."

Meskipun dengan terpaksa, mau tidak mau Ara pun masuk kedalam lift untuk menjalankan perintah dari ibu angkatnya sembari mengumpat dalam hati. Ia yang merasa kesal karena harus kembali ke rumah keluarga Wisnu yang jaraknya lumayan jauh dari hotel, terus berjalan tanpa melihat ke depan setelah pintu lift terbuka. Hingga tanpa sengaja tubuhnya menabrak sosok yang berjalan berlawanan arah dengannya.

Aw...

Ara mengusap keningnya yang menabrak tubuh tersebut.

"Nona, hati-hatilah jika berjalan."

Ara yang kesal karena disalahkan mengangkat kepalanya hendak mengumpat orang tersebut. Namun bibirnya terasa kelu tak dapat terucap saat melihat ketampanan pria yang berdiri dihadapannya. Makian dan umpatan yang hendak dilontarkan justru berganti dengan permohonan maaf.

"Ma-maaf, aku tidak sengaja. Aku tadi—"

Ara kembali terdiam dan terkejut saat tiba-tiba saja pria itu menyentuh tangannya. Bahkan pria dengan wajah yang tak kalah tampan dari Dewa Arbeto itu kini tengah mengecup punggung tangannya dengan sangat lembut.

"Kau cantik sekali Nona, siapa namamu?"

Ara yang masih terkejut hanya terdiam dengan kedua mata yang mengedip berulang kali.

"Nona, boleh aku tahu namamu?" tanya Ryu kembali dengan tersenyum menggoda.

Ya, pria tampan itu adalah Ryu Arbeto. Adik kedua dari Dewa Arbeto yang terkenal sebagai pemain wanita alias seorang playboy kelas kakap. Ryu tentu tidak akan menyia-nyiakan kesempatan saat bertemu wanita cantik, wanita yang akan ia jadikan kekasihnya yang ketiga puluh.

"Na-namaku...."

"Lepaskan dia, Ryu!"

Secara bersamaan Ara dan Ryu menatap pada sosok yang kini berdiri diantara mereka. Sosok tegap dengan raut datar itu kini menatap tajam pada keduanya.

"Dewa..." Ucap Ara dan Ryu bersamaan.

Bab 3

Baik Ryu maupun Ara terkejut saat melihat keberadaan Dewa. Terutama Ara karena ia pikir pria itu ada di dalam kamar bersama Vivian.

"Dia tidak layak untuk kau ajak berkenalan!" ucap Dewa dengan tegas lalu menatap pada gadis yang diketahuinya sebagai adik angkat calon istrinya. "Masih banyak wanita diluar sana yang lebih pantas untuk dijadikan koleksimu."

Perkataan penuh hinaan itu tentu saja membuat Ara marah, tapi ia sadar diri tidak pantas untuk marah karena semua yang dikatakan Dewa memang benar. Ia tidak pantas untuk pria manapun apalagi pada pria tampan yang masih memegang tangannya.

"Dengar Tuan Dewa Arbeto!" Ara melepaskan pegangan ditangannya dengan kasar untuk menunjuk pria angkuh dihadapannya.

Ryu yang melihat bagaimana gadis itu menunjuk wajah Dewa, tentu saja merasa terkagum-kagum. Karena tidak ada satu orang pun yang berani berbuat seperti itu pada kakaknya.

Dewa sendiri hanya menatap dengan datar gadis miskin itu, meskipun terkejut dengan perbuatan calon adik iparnya tersebut.

"Terimakasih atas pujiannya, minggir!"

Ara berjalan menerobos diantara Dewa dan pria yang belum ia ketahui siapa namanya.

Sementara Dewa dan Ryu terbelalak dengan apa yang dikatakan gadis itu, yang kini pergi begitu saja setelah menabrak mereka dengan sengaja. Tadinya mereka pikir gadis itu akan marah dengan memaki, tapi yang terjadi sungguh diluar dugaan. Karena gadis itu justru berterima dan menganggap hinaan yang dilontarkan Dewa sebagai pujian.

"Dasar aneh!" umpat Dewa.

"Tapi dia sangat cantik dan menggemaskan," sahut Ryu sembari terus menatap kepergian gadis tersebut.

"Ck, seleramu memang murahan."

Dewa pun berlalu dari tempat tersebut, karena harus menemui beberapa tamu rekan bisnisnya yang datang lebih awal untuk menghadiri acara pernikahannya.

"Tunggu, Wa!" Ryu mengikuti langkah kakaknya.

"Namaku Dewa!"

"Ya.., ya. Tapi katakan kenapa aku tidak boleh mendekati gadis tadi? Memangnya dia siapa?" tanya Ryu dengan penasaran.

"Dia anak yang diangkat dari panti asuhan di keluarga Wisnu, gadis miskin yang tidak jelas asal usulnya. Jadi jauhi dia!" perintah Dewa dengan tegas.

"Hei, dari dulu aku tidak pernah melihat seorang wanita dari status sosialnya. Yang penting bagiku hanya dua, dia wanita tulen dan cantik." Seloroh Ryu sembari tertawa.

Namun tawa itu langsung menghilang saat Dewa menghentikan langkah dan menatapnya dengan tajam.

"Aku bicara serius, meskipun wanita itu hanya untuk dijadikan koleksimu tetap dia tidak pantas bagi keluarga Arbeto."

Ryu terdiam, membiarkan Dewa yang berlalu pergi.

"Mulutmu itu sangat tajam, jangan sampai yang kau anggap tidak pantas justru yang akan mendampingimu!" sumpah serapah Ryu, meskipun ia merasa tidak mungkin terjadi.

Karena mana mungkin seorang Dewa mau berdampingan dengan gadis yang memiliki background status sosial tidak jelas. Terlebih lagi sebentar lagi kakaknya itu akan menikah dengan Vivian, dengan wanita cantik yang memiliki banyak keunggulan.

*

*

Suasana di dalam ballroom luas itu tampak ramai oleh para tamu undangan yang hadir. Para tamu undangan yang tentunya orang penting dari dalam maupun luar negeri. Karena sang pemilik acara yang merupakan keluarga terpandang dan paling disegani di seluruh Asia.

Sementara itu disalah satu sudut ballroom, tampak seorang gadis cantik dengan dress berwarna putih yang merupakan dress code keluarga dari mempelai perempuan. Gadis itu terlihat sedang menikmati berbagai hidangan tanpa mempedulikan sekitarnya, karena sejak tadi perutnya sangat lapar.

Bayangkan saja dari pagi perutnya baru terisi roti, itu pun saat Ara kembali ke rumah untuk mengambil sepatu ayah angkatnya. Dan sekarang dengan bebas ia bisa menikmati aneka hidangan tanpa takut dimarahi oleh Vivian, atau pun kedua orang tua angkatnya yang tengah sibuk dengan para tamu undangan.

"Hei, kita bertemu kembali," sapa Ryu dengan tersenyum.

Ara yang tengah menikmati sepotong kue, langsung tersedak saat melihat siapa yang menyapanya. Untung saja pria itu dengan cepat memberinya minuman yang entah mengapa rasanya begitu pahit dan panas di tenggorokan.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!