NovelToon NovelToon

Menikahi Suami Cacat

Bab 1

Di sebuah rumah yang cukup besar di tengah kota.

"Apa? Aku harus menikah dengan laki-laki cac*t, Pa?" tanya Shiren tak percaya dengan apa yang baru saja di dengarnya. Manik matanya menangkap sesosok pria separuh baya yang masih terduduk dengan wajah penuh tekanan.

"Papa tidak punya pilihan selain melakukan ini, Shiren. Kau harus menikah dengan Tuan Arthur karena perusahaan Papa sedang diambang kebangkrutan. Dan Papa sudah menawarkanmu pada kakeknya karena hanya itulah jalan satu-satunya agar kakeknya mau menganggap lunas semua hutang Papa," ucap Robby, yang merupakan ayah dari Shiren.

"Apa? Jadi Papa menjualku?" Shiren menatap tak percaya pada sang ayah yang dengan tega menjualnya pada seorang pengusaha yang cac*t itu.

"Maafkan Papa, Shiren, Papa tidak punya pilihan lain. Kebetulan, kakeknya hanya tertarik padamu."

"Apa yang menarik dariku, Pa? Aku hanyalah seorang wanita yang bahkan tidak mengenal make up! Aku hanya seorang…." Shiren tak bisa berkata-kata lagi. Dia hanya menunjukkan pakaian kerja yang masih dipakainya karena hendak pergi bekerja.

Ya, dia hanyalah seorang pekerja di apotek. Dia tidak kuliah, sehingga tidak berkesempatan memiliki pekerjaan yang lebih bagus.

Dan bekerja di perusahaan ayahnya adalah hal yang tak mungkin karena larangan dari ibu tirinya yang tak sudi jika dia menginjakkan kakinya di sana.

"Papa tidak tahu, tapi sepertinya kakeknya ingin agar cucunya menikah agar ada yang merawatnya karena dia semakin menua dan sakit-sakitan."

"Tapi mengapa denganku?"

"Ya karena kau yang paling pantas bersamanya. Mana mungkin aku?" Tiba-tiba seorang gadis cantik dan berpakaian rapi datang dan menemui mereka.

Dia adalah Dara, anak dari pernikahan pertama ayah Shiren. Mereka memang memiliki perbedaan kasih sayang di sini. Mungkin karena Shiren adalah anak dari selingkuhan Robby yang telah lama meninggal.

"Kak, tapi aku berhak menentukan jalan hidupku," ucap Shiren menatap sang kakak dengan mata berkaca-kaca.

"Jalan hidup apa yang ingin dilalui anak seorang pelakor?" Dara menaikkan alisnya, menatap Shiren dengan tatapan mengejek.

"Dara benar, untuk ukuran anak pelakor seperti dirimu, sepertinya kau memang yang harus mengorbankan dirimu. Tebuslah kesalahan ibumu di masa lalu dengan ini. Mungkin saja sekarang dia bisa tenang setelah mengalami siksaan pedih akibat menghancurkan rumah tangga orang lain!"

Seorang wanita separuh baya pun datang dan menimbrung. Dia adalah Diana, istri dari Robby, ibu kandung Dara, dan ibu tiri Shiren. Sedangkan ibunya Shiren bernama Rindi. Wanita itu meninggal setelah melahirkan Shiren.

Diana pun menarik Dara agar pergi meninggalkan Robby dan Shiren yang sedang berdebat.

Shiren tak mampu berkata apapun lagi setelah mendengar kalimat pedas dari sang ibu. Ayahnya tak mampu lagi membelanya karena tak memiliki kuasa.

"Nak, Papa mohon, menikahlah dengan Tuan Arthur dan selamatkan perusahaan kita." Robby mendatangi Shiren dan berlutut di hadapannya.

Shiren yang terkejut langsung meraih ayahnya agar segera berdiri kembali. Rasanya tak pantas jika seorang ayah berlutut di depan anaknya sendiri.

"Pa, jangan seperti ini, ku mohon."

"Kalau begitu turutilah permintaan Papa," ucap Robby sambil menangkupkan kedua tangannya.

Shiren menarik nafas panjang, lalu mengeluarkannya secara perlahan. "Baiklah, Pa, aku mau."

Mendengar ucapan Shiren, Robby pun langsung tersenyum senang. Setidaknya kini dia bisa tenang karena hutangnya akan segera lunas. Ya, meskipun dia merasa sangat aneh karena kakek Arthur malah memilih Shiren yang jauh di bawah kakaknya. Jika Dara adalah wanita karir yang sangat cantik dan dipuja banyak lelaki, lain halnya dengan Shiren yang sama sekali tidak berpenampilan menarik dan hanya seorang penjaga apotek.

Lunas

Seorang pria tua sedang menyeruput tehnya sambil mengangkat salah satu kakinya ke atas kaki yang satunya.

"Oh, jadi anakmu bersedia menikah dengan cucku?" tanya Abraham yang merupakan kakek Arthur sambil melihat seorang pria yang sedang berdiri di depannya dengan tubuh gemetar.

"I-iya, Tuan, anak saya bersedia," ucap Robby dengan suara yang terbata-bata.

"Bagus! Segera urus tanggal pernikahannya sesegera mungkin! Aku akan membuat pesta yang mewah untuk pernikahan ini." Abraham tersenyum senang.

"Maaf, Tuan, bolehkah saya bertanya." Robby memberanikan diri untuk bertanya.

"Ya, apa yang ingin kau tanyakan?"

"Me-mengapa anda memilih anak saya? Maksud saya, saya memiliki dua putri dan…"

"Dan putrimu yang satunya lebih cantik?"

Robby terdiam mendengar ucapan Abraham.

"Maafkan saya, Tuan, saya hanya ingin bertanya saja."

"Kalau kau sangat penasaran, aku beritahu satu hal. Aku menikahi anak keduamu karena dia sama sekali tidak memiliki nilai jual. Dia tidak menarik dari segi penampilan maupun pekerjaan. Sedangkan anakmu yang satunya, aku tidak suka cucuku memiliki istri yang setara dengannya dari segi penampilan ataupun kecerdasan. Karena yang akan menjadi istrinya, dialah orang yang harus menuruti semua perintahnya!" Abraham tersenyum sinis.

"Apakah setelah mereka menikah, anda tetap akan berken…"

Robby menghentikan ucapannya setelah menerima lirikan tajam dari Abraham. Dia tahu bahwa saat ini Abraham terlihat tidak suka dengan pertanyaannya.

"Ini, ambillah dan pergi dari hadapanku!" Abraham melemparkan berkas pelunasan hutang yang telah ditandatangani sebelumnya.

Ya, memang, kedatangan Robby kesana adalah untuk meminta tanda tangan pelunasan hutangnya di perusahaan Abraham karena sang anak telah setuju menikah dengannya.

Robby pun pulang dengan hati berbunga-bunga setelah hutangnya lunas. Dia juga memberitahu sang anak sulung perihal hutang yang sudah lunas itu.

"Dara, kau bisa kembali bekerja di perusahaan. Hutang kita sudah lunas. Dan, Bolehkah Papa meminta sesuatu padamu?" tanya Robby ragu-ragu.

"Apa, Pa?" tanya Dara yang sedang sibuk dengan laptopnya.

"Bisakah kau menyayangi adikmu?"

"Maksud Papa aku harus menyayangi anak dari pelakor itu?" Dara menatap sinis pada sang ayah.

"Sayang, perusahaan kita tidak jadi gulung tikar itu karena jasa Shiren. Dia merelakan masa depannya dengan menikahi Tuan Arthur. Apakah itu belum cukup?"

"Tidak, Pa! Meskipun dia mengorbankan nyawanya untukku, kesalahan ibunya tidak akan pernah terhapuskan dalam hidupku. Tahukah Papa kedatangan wanita itu cukup membuat mama syok? Dia datang dalam keadaan hamil besar dan mengaku sebagai istrimu! Dia menghancurkan perasaan mamaku. Bahkan ketika mama bercerita tentangnya, air matanya tak berhenti menetes!" Dara menatap tajam pria yang tak pernah terlihat hebat di matanya. Baginya, pria itu hanyalah penghianat Cinta yang telah membuat ibunya sengsara. Meskipun dia hanya mendengar cerita itu dari sang ibu, tapi dia bisa merasakan bagaimana perasaan hancur ibunya waktu itu.

"Dara, maafkan Papa. Maafkan kesalahan Papa yang dulu. Tapi, semua itu bukan salah Shiren. Dia hanyalah anak yang tak berdosa. Dia lahir dari kesalahan Papa." Robby berusaha meyakinkan Dara agar tidak terus-menerus menyalahkan Shiren.

"Sudahlah, Pa, aku sedang sibuk. Aku harus bertemu dengan Demian."

"Demian? Jadi kau belum putus dengannya? Dia itu tidak baik untukmu, Nak. Papa tahu betul seperti apa ayahnya dulu. Papa hanya takut kau bernasib sama seperti para wanita yang dulu pernah disakiti oleh ayahnya."

"Papa kira dia sama seperti Papa? Tidak, Pa. Dia itu pria yang setia. Tidak seperti Papa yang telah menghianati kepercayaan mama. Lagipula, apa bagusnya menceritakan orang yang sudah meninggal?"

"Dara, bisakah kau sedikit saja menghargai Papa?"

"Tidak, Pa, selama anak haram itu masih jadi saudaraku, maka aku tidak akan pernah memaafkan Papa. Buang dia, coret dia dari daftar keluarga, baru aku akan menganggap Papa sebagai papaku!"

Dara pun mengambil kacamatanya dan memakainya sambil berjalan pergi meninggalkan papanya yang menatap kepergiannya dengan mata berkaca-kaca. Benar kata pepatah, bila sekali saja kepercayaan seseorang dihancurkan, maka tidak akan ada lagi kepercayaan untuknya. Robby menyesali semuanya. Hal yang telah dilakukannya pada istrinya.

Tak suka

Dara baru saja sampai di sebuah apartemen mewah milik kekasihnya, Demian. Wanita berusia dua puluh lima tahun itu langsung menekan password kamar teratas di apartemen itu. Dia memang memiliki akses di unit apartemen itu. Hanya dirinya dan Demian saja.

Setelah dibuka, dia tidak melihat kekasihnya di ruang tengah ataupun kamar. Dia segera pergi ke dapur, barangkali sang kekasih ada di sana. Namun sayang, pria itu tak berada di sana.

Dia pun segera mengambil ponselnya dan menelepon Demian. Terdengar ada nada yang menandakan bahwa telepon itu tersambung.

Namun, setelah beberapa menit, panggilannya tak kunjung diangkat. Hingga dia pun mendengar pintu apartemennya dibuka oleh seseorang.

Dia pun menghampiri pintu tersebut dan mendapati bahwa yang datang adalah Demian.

"Hey, baby, sudah lama?" Demian langsung mendaratkan ciuman di kening Dara dan juga rangkulan hangat sambil membimbingnya masuk ke dalam.

"Tidak terlalu lama. Kenapa kau tidak mengangkat teleponku? Dan kau habis darimana?" Dara sedikit kesal karena tak mendapatkan kabar dari Demian sesampainya di apartemen itu.

"Maaf, baby, tadi aku habis mengurus sesuatu di bawah. Aku tidak mendengar teleponmu karena ponselku sedang dalam mode hening. Dan dia ada di dalam laci nakas." Demian menunjuk kamar dan nakas yang ada di sampingnya.

"Aneh, baru kali ini aku melihatmu meninggalkan ponsel. Biasanya benda itu tak pernah lepas dari pengawasanmu." Dara mendudukkan dirinya ke atas sofa sambil mengambil sebuah apel di atas meja dan memakannya.

"Iya, tadi aku terburu-buru sehingga lupa membawa ponsel. Sudahlah, hal seperti itu tidak perlu diperpanjang. Bagaimana harimu? Dari raut wajah cantikmu ini, sepertinya kau sedang kesal?" Demian mendekatkan tubuhnya ke Dara dan merangkulnya dengan mesra. Sesekali dia menerapkan ciuman di kepala gadis itu.

"Kau tahu? Perusahaan Papa hampir bangkrut dan dia menggunakan Shiren sebagai penebusnya." Dara menghembuskan nafas berat.

"Apa? Penebus?" Demian sedikit kaget dengan kalimat tersebut.

"Ya, Papa memiliki hutang yang sangat banyak pada Tuan Abraham. Dan dia pun menggunakan Shiren sebagai penebus dengan menikahkan gadis payah itu dengan Tuan Arthur." Dara menyandarkan tubuhnya ke sofa. Dirinya merasa sangat lelah dengan hari ini.

"Apa? Jadi Shiren akan menikah dengan Arthur? Pengusaha penuh cac*t itu?" Demian mengernyitkan dahinya.

"Ya, dia akan menikah dengan pria itu." Dara mengangguk pelan. Dia sama sekali tidak berselera menceritakan Shiren serta ayahnya yang sangat dibencinya seumur hidupnya.

"Tapi, mengapa dia memilih Shiren? Maksudku, bukankah kau lebih…."

"Hentikan! Tidak perlu mengatakan itu. Mendengar kalimat itu saja aku sudah muak, apalagi jika aku benar-benar mengalaminya? Bersyukurlah karena dia memilih Shiren, bukan aku! Memangnya kau mau kehilangan aku?" Dara mendengkus kesal karena nyatanya, pergi menemui kekasihnya malah membuat perasaannya semakin kacau.

"Maafkan aku, Baby, aku tidak bermaksud mengatakannya." Demian mengusap pipi Dara sambil mendaratkan ciuman di bibirnya.

Dan tak sampai di situ, yang mereka lakukan selanjutnya adalah seperti yang pembaca pikirkan.

Mereka bersenggama di atas sofa itu. Hal yang memang biasa mereka lakukan sebagai pasangan kekasih.

Demian adalah seorang pengusaha juga sama seperti Abraham dan Arthur. Namun, dirinya tak sebesar Arthur yang memiliki perusahaan bahkan sampai di luar negeri. Makanya, saat perusahaan Dara tertimpa masalah, dia tak banyak membantu. Ya, selain dana yang tak cukup, Robby juga tak menyukai Demian yang merupakan anak dari musuhnya saat muda.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!