NovelToon NovelToon

Mengubah Cinta Masa Lalu

1

Namaku Dinda, aku dilamar oleh pacarku dengan istimewa di depan sahabatku terkasih. Mereka diam-diam merencanakan sebuah lamaran di restoran yang sangat terkenal. Lex, pacarku telah menyiapkan sebuah kalung berlian sebagai hadiah dari lamarannya yang katanya dipilih oleh Alice sahabatku.

" Makasihh Lex, aku suka sekali hadiah ini. Kamu memang pintar memilih barang."

" Ummm.... Itu sebenarnya bukan aku yang memilih. Tapi Alice lah yang memilih nya. Aku meminta sarannya karena aku tidak tahu apa-apa dengan selera wanita." Kata Lex.

"Benarkah itu Alice. Pilihan sahabatku ini memang yang terbaik. Aku sangat menyukainya." Kataku sambil memeluk tubuh Alice yang sedikit kikuk.

"Aku ikut senang mendengarnya. Aku memilihnya sambil memikirkan dirimu jadi aku yakin kamu menyukainya 100 persen." Alice membalas pelukanku.

Malam ini aku merasakan kebahagiaan karena pada akhirnya harapan ku pada Lex tidak sia-sia. Hubungan kami selama 5 tahun akhirnya menjadi jelas. Kami berpacaran dari bangku SMA jadi sudah sangat lama. Besoknya Lex dan kedua orangtuanya datang ke rumah untuk meminta izin secara resmi ke keluarga ku. Ayah dan ibu ku sangat akrab dengan Lex karena mereka sudah tahu sifat Lex sejak kami masih SMA. Perbincangan yang sangat serius dan lama itu berakhir dengan lancar. Mereka membicarakan tentang penetapan tanggal pernikahan karena pertunangan kami dilaksanakan hari itu juga dengan sederhana.

Ayahku dan ayah Lex sama-sama berasal dari keluarga konglomerat. Lex sendiri sudah bekerja di perusahaan ayahnya karena Lex merupakan pewaris satu-satunya. Jadi untuk persiapan pesta pernikahan ditanggung oleh keluarga kedua mempelai.

Tiba saatnya dimana resepsi pernikahan dilaksanakan. Teman-teman sekolahku juga diundang ke pernikahan kami. Tamu yang hadir dalam acara pernikahan sekitar 5 ribu lebih jiwa. Pestanya juga sangat meriah. Selama acara pernikahan berlangsung aku terus menatap wajah Lex yang begitu tampan. Dan saat wajah kami bertemu Lex melemparkan senyum manisnya padaku. Aku tidak tahu apa yang dipikirkan dirinya dengan penampilanku saat ini yang pasti sangat cantik. Aku merasa senang memikirkan reaksi dari Lex sendiri. Alice juga hadir dalam pesta pernikahan ku. Dandannya sangat cantik sehingga banyak pria yang melihat ke arahnya. Dari SMA alice memang sangat pintar berdandan, banyak pria tampan yang berusaha mendekatinya, namun entah kenapa Alice selalu menolak mereka.

Upacara pernikahan berjalan lancar. Bokongku terasa sakit karena harus duduk berjam-jam. Tanganku juga sangat pegal karena berjabatan tangan dengan tamu undangan. Aku dan Lex akhirnya tidur sekamar. Bukan hanya pasangan yang didandani dengan cantik tapi kamar pengantin kami dihias dengan sangat rapi dan indah.

Namun saat kami berdua memasuki kamar tidak ada sepatah katapun dari Lex. Ia langsung mengambil posisi tidur tepat disampingku. Mungkin Lex sangat lelah. Aku berbaring menatap punggung Lex yang membelakangi ku. Namun dalam sekejap diriku juga terlena oleh rasa kantuk yang tak bisa dibendung lagi.

Esoknya aku bangun dengan gaun pengantin yang masih melekat di tubuh. Sepertinya aku sangat lelah sehingga lupa mengganti gaun ini. Aku menatap Lex yang juga masih tidur. Entah apa yang dia mimpikan karena tanpa sengaja aku melihat bibirnya mengukir senyum tipis. Aku mencium keningnya perlahan dan dengan sangat hati-hati agar dia tidak bangun. Rupanya aku kepagian bangunnya soalnya saat kulihat jam di dinding masih menunjukkan pukul 5:15 pagi.

Tubuhku terasa lengket karena hasil keringat kemarin. Aku ke kamar mandi untuk membersihkan tubuh. Air yang begitu segar menyentuh kulit ku. Dengan sehelai handuk yang menutup tubuhku aku keluar untuk memakai pakaian. Rupanya Lex masih tidur jadi aku aman, aku merasa malu jika Lex melihat tubuhku yang seperti ini. Aku masuk ke dalam ruang ganti. Tak membutuhkan waktu yang lama, aku telah selesai bersiap. Aku keluar dari kamar. Sebenarnya kami masih berada di rumahku karena rumah baru kami berdua masih dibersihkan. Mungkin besok kami akan pindah ke rumah baru. Hanya kami berdua. Memikirkan nya saja aku sudah deg degan. Aku turun ke dapur melihat para pelayan. Sepertinya mereka masih sibuk bersih-bersih. Mama juga ada di sana karena harus mengontrol pekerjaan para pelayan. Mama tersenyum ke arahku saat aku mendekatinya.

"Kok pengantin baru sudah bangun jam segini? " Tanya mama menggoda diriku.

"Mama ini, aku lapar jadi aku turun duluan."

" Lalu suamimu? "

" Dia belum bangun ma, mungkin dia kecapean. "

Aku bisa membaca dari reaksi mama yang saat ini terlihat mengintimidasi diriku.

"Bukan itu maksudku ma. Lex kecapean karena acara kemarin lagian kami belum melakukan apa-apa kok. " Aku mencerna kembali kata-kataku dan pipiku terasa panas dan memerah karena malu.

2

Aku kembali ke kamar untuk menghindari ibuku yang terus mengejek. Rasa lapar terpaksa ku tunda dulu karena di bawah orang-orang masih sibuk. Lex sepertinya sedang mandi karena yang kudengar suara gemercik air yang berjatuhan dari shower. Apa yang aku lakukan kalau-kalau Lex keluar. Aku memutuskan merapikan tempat tidur yang berantakan. Hiasan kelopak bunga mawar yang sebelumnya sangat cantik kini telah kering dan layu. Sebenarnya aku tidak perlu untuk membersihkan kamar kami karena ada pelayan di rumah tapi karena ini adalah kamar pengantin yang di siapkan buat kami berdua aku memutuskan untuk membersihkannya. Pintu kamar mandi terbuka perlahan. Lex membaluti tubuhnya dari pinggang kebawah dengan handuk sedangkan bagian atas dadanya terbuka. Aku bisa melihat bentuk abs milik Lex yang indah. Tanpa sengaja mataku bertemu dengan mata Lex. Aku segera berpura-pura menyibukkan diri dengan ranjang yang ku bersihkan karena malu jika ketahuan Lex kalau aku sedang memperhatikan dirinya. Lex langsung ke kamar ganti melewati diriku.

Huh syukurlah Lex pergi, aku seolah-olah akan pingsan karena tak kuat menahan malu. Lex keluar setelah beberapa lama berada di ruang ganti. Aku juga sudah selesai membereskan kamar. Lex berjalan keluar dari kamar tanpa menegurku. Aku kira biasanya pasangan yang baru menikah pasti mendapatkan salam ataupun kecupan hangat. Mungkin Lex masih malu dan belum terbiasa dengan hubungan baru kami yang kini berstatus suami istri. Aku menyusul Lex dari belakang. Lex sempat berbicara dengan mama setelah itu dia berpamitan keluar rumah. Aku kurang jelas mendengar apa yang mereka bicarakan. Aku mendekati mama untuk menanyakannya.

"Ma, Lex kemana? "

"Katanya ada urusan di luar sebentar. Emangnya dia tidak memberitahu kamu? "

"Nggak ma, setelah selesai ganti pakaian dia langsung keluar dari kamar. Emangnya apa yang kalian bicarakan ma? Bukannya kami harus bersiap-siap ke rumah baru? "

"Katanya kamu disuruh duluan saja. Nanti dia menyusul. "

"Kalau itu yang dia bilang ya sudah nanti aku suruh pak Ruben mengantarku saja. "

Entah kenapa hatiku terasa sedih, aku mendambakan hal-hal romantis dari Lex. Apalagi ini adalah hari pertama kami sebagai suami istri.

Aku, mama, papa makan bersama sebagai hari terakhir ku di rumah ini, meskipun tanpa kehadiran Lex sebagai suamiku.

Sorenya aku berpamitan pada mama dan papa.

"Jaga dirimu ya sayang. Kalau ada apa-apa bilang sama mama dan papa kami akan selalu ada untukmu. " Aku hanya menangis di pelukan mama.

"Iya sayang. Apa yang mama kamu bilang itu benar. Jika ada sesuatu cerita sama kami berdua. Jangan lupa untuk selalu mampir ke sini jika kamu punya waktu. "

"Iya ma, pa aku pasti ke sini. Aku berangkat dulu ya. " Sebelum pergi tidak lupa aku mencium tangan kedua orang tuaku sebagai bentuk penghormatan. Mobil yang ku tumpangi meninggalkan perkarangan rumah kami. Tidak lupa aku melambaikan tangan kepada mama, papa dan di balas dengan hangat oleh mereka.

Sekitar satu setengah jam aku berada di dalam mobil akhirnya kami tiba di rumah baru yang akan aku dan Lex tempati. Rumahnya juga sangat luas tidak kalah besarnya dengan rumah orangtuaku dan orangtua Lex. Aku turun dari dalam mobil mencoba untuk masuk duluan sedangkan pak Ruben masih menurunkan barang-barangku dari dalam mobil.

"Eh pintunya kok nggak dikunci? Para pelayan kan baru masuk besok? " Aku hanya mencoba memutar gagang pintunya dan langsung terbuka. Aku masuk ke dalam untuk memastikan sesuatu yang sebenarnya tak kuharapkan. Kalau aku memanggil pak Ruben pasti pencurinya mendengar suaraku dan kabur lewat pintu lain. Keadaan di dalam agak gelap karena tirai-tirai tertutup dan tidak mengizinkan sedikitpun cahaya matahari untuk masuk. Aku mencari tombol saklar untuk menghidupkan lampu. Dan tiba-tiba saja slungggg....

Aku ditimpa ribuan kelopak mawar merah yang cantik, berjatuhan bagai bulir-bulir hujan tapi ini hujan kelopak mawar. Kini lantai keramik yang ku pijaki berubah menjadi lantai kelopak bunga mawar.

Karena keasyikan menikmati kelopak mawar tanpa kusadari ada seseorang yang telah memelukku dari belakang.

"Aku menunggumu dari tadi. Kamu kenapa lama? "

Itu suara Lex. Aku merasakan degub jantungku yang berubah dengan cepat. Aku harap Lex tidak mendengarnya.

Lex mengubah posisi tubuhku menghadapnya. Dan tubuhku hanya mengikuti. Aku tak berani menatap wajahnya karena aku tau, jika aku menatapnya maka hatiku akan makin bedetak kencang. Lex mengangkat daguku agar dia bisa melihatku lebih jelas, tanpa ku sadari dia sudah mencium kening ku tanpa aba-aba. Tetapi saat bibir kami semakin dekat, pak Ruben masuk membawa koper. Kami segera menghentikan aksi tersebut. Dan berharap semoga pak Ruben tidak melihatnya.

3

"Ada apa nona? Kenapa muka kalian tegang begitu? " Pak Ruben bertanya saat melihat wajah kami. Ia juga sempat melihat kelopak mawar di lantai dan tersenyum.

"Nggak kok pak. Bapak bisa lanjut bawa tasnya ke atas." Pak Ruben memikul koper berisi pakaianku menaiki anak tangga.

" Apa kamu suka sama kejutanku. Aku menyiapkan ini semua. "

Hatiku tersentuh oleh perlakuan dari Lex. Dia bisa romantis juga.

"Kamu menyiapkan ini semua? "

"Nggak sih. Aku dibantuin Alice. "

"Alice? " Senyuman ku kini berkerut. Aku tidak menunjukkan rasa ketidaksukaan ku di depan Lex. Apapun yang dilakukannya pasti selalu Alice. Alice ini lah, Alice itulah. Dan berakhir dengan pujian pada Alice. Aku lebih senang dia tidak melakukan apapun sehingga Alice tidak terlibat. Siapapun pasti akan cemburu kalau suaminya dekat dengan wanita lain.

"Emangnya Alice tadi ada di sini? "

"Iya dia tadi ke sini. Ide buat ngasih kamu kejutan juga dari dirinya. "

"Benarkah... Alice memang sahabat yang paling pengertian yah. "

"Iya dia adalah wanita yang pintar dan cantik. " Kini Lex terang-terangan memujinya di depanku.

"Kita jalan-jalan gimana. Aku ingin menunjukkan suatu tempat sama kamu."

"Pilihan kamu atau Alice? "

"Alice? Nggak lah, ini tempat rahasiaku. " Syukurlah, senggaknya kali ini bukan tempat pilihan Alice karena setiap kami berdua berkencan pasti dia akan mengatakan itu rekomendasi dari Alice. Aku memutuskan untuk mengikuti dirinya. Aku juga butuh udara luar sekaligus merefreshkan pikiran ku yang sempat terbakar.

Kami tiba di sebuah bukit yang merupakan tempat yang paling pas melihat keindahan malam kota Jakarta. Di tempat ini sangat sepi hanya kami berdua. Lampu-lampu di setiap gedung terang benderang dengan cantiknya. Begitupun di sekitar perumahan. Rasanya cahaya-cahaya dan keindahan itu pas masuk ke dalam mata.

"Ini adalah tempat yang selalu aku tuju, saat aku bosan, merasa sedih dan untuk menenangkan diri."

Tempat yang pas untuk Lex. Diajak oleh Lex ke tempat favoritnya membuat hatiku senang. Tapi semoga saja hanya aku yang tahu tempat ini.

"Kamu adalah satu-satunya orang yang aku ajak ke sini." Lex seakan-akan mendengar isi hatiku.

Kami duduk di sebuah bangku sambil bertukar cerita. Hari ini kami seperti sedang melakukan kencan buta. Kami kembali ke rumah sekitar pukul 11pm. Cukup lama kami berada di tempat itu.

Paginya aku terbangun dan Lex tepat di sebelahku. Seingatku semalam saat di dalam mobil Lex menceritakan banyak hal. Hanya saja rasa kantuk ku mengalahkan diriku. Aku tertidur dan setelah itu aku tidak tahu apa yang terjadi. Apa Lex yang menggendong diriku? Itu pasti karena sekarang dia di sebelah ku. Aku mencoba bangun dengan perlahan agar tidak mengganggu tidur Lex. Tapi tiba-tiba saja telepon Lex berbunyi. Aku ingin mengangkatnya namun Lex lebih dulu terbangun dan mengambil teleponnya.

"Halo... Hmm... Iya... Aku baru bangun... Ada di sampingku.... Apa? Hari ini? Aku akan bicara dengannya... Iya... juga" Kira-kira seperti itulah percakapan Lex namun aku tidak tahu apa yang dikatakan oleh orang di seberang telepon. Aku jadi sedikit penasaran.

"Siapa? "

"Mama bunga. " Ternyata ibu mertua yang menelpon kayaknya ada urusan.

"Mama menyuruh kita ke rumah untuk makan malam bersama. " Jelas Lex.

"Baiklah... Jam berapa kita berangkat? "

"Nanti sore saja. " Kata Lex sambil bangun dari tempat tidurnya dan berjalan ke arah sofa dengan memegang laptop. Sepertinya dia melanjutkan kerjaannya yang tertunda.

"Mau ku buatkan kopi? " Tawarku.

"Boleh." Jawab Lex dengan santai. Aku turun ke bawah menuju arah dapur. Aku memanaskan air di teko, membuat takaran kopi pada cangkir. Airnya cepat mendidih karena aku mengukur pas dengan cangkir Lex. Aku segera memasukkan air ke dalam cangkir, mencobanya sedikit setelah itu membawa cangkir kopi menaiki tangga. Aku meletakkan cangkir kopi tersebut di atas meja dekat Lex.

"Makasih." Itulah kata yang bisa Lex bilang.

Karena merasa lengket pada tubuhku, aku memutuskan untuk mandi lebih dulu. Akhirnya segar juga tubuhku. Aku keluar dengan memakai handuk menutupi tubuh. Diriku sempat terkejut karena Lex berdiri di depan pintu.

"Eh ada apa Lex?" Tanyaku sedikit gugup dan bercampur malu sembari mengencangkan pegangan handuk ku.

"Aku pengen buang air kecil. Maaf kalau mengejutkanmu. "

"Nggak kok. " Aku mempersilahkan Lex masuk. Aku segera ke ruang ganti untuk mengenakan pakaian. Saat keluar kulihat Lex sudah kembali sibuk dengan urusannya. Bunyi bel pintu terdengar dari halaman rumah, kira-kira siapa ya yang datang.

"Kayaknya sudah sampai." Kata Lex membuatku bingung.

"Siapa memangnya? "

"Itu saat kamu mandi aku memesan makanan, lagian sore nanti baru pelayan kita datang. Kamu juga lapar kan. Nggak mungkin kita nggak makan. " Benar juga perkataan Lex, aku nggak kepikiran sama sekali. Kami nggak mungkin menunggu sampai sebentar malam di rumah ayah dan ibu mertua.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!