NovelToon NovelToon

Pewaris Kerajaan

Bab 1

Hari yang seharusnya menjadi hari penuh kenangan dan kebahagiaan. Dalam sekejap berubah menjadi kesialan dan memalukan bagi Vianna.

Vianna Savira. Gadis berdarah blasteran Swiss-Asia. Rela meninggalkan negeri kelahiran nya dan memilih hidup di negara yang di juluki Negeri Kanguru itu. Demi mengejar pria tampan, yang membuat nya jatuh cinta pada pandangan pertama, Rendra Khalifano.

Pria yang memiliki umur 30 tahun. Bekerja sebagai CFO keuangan. Di perusahaan The Emerald Food Company. Perusahaan yang bergerak di bidang makanan dan minuman.

Kesialan itu menimpa seorang Vianna di hari Valentine.

Hari yang seharusnya menjadi hari terbaik dan kenangan terbaik dalam hidupnya. Ketenangan, kenyamanan dan kebahagiaan hidupnya selama di kota ini. Berubah seratus derajat Celcius di hari Valentine itu.

Hari yang membuat Vianna selalu menyesali kebodohannya.

Valentine Day.

Jam 21:40 waktu malam.

Waktu di mana para karyawan sudah bersiap pulang dan ada juga yang mengambil waktu lembur.

Beberapa karyawan masih terlihat ada di sana dan salah satunya adalah Vianna.

Dia belum terlihat mau pulang. Terlihat dari aktivitas nya yang sangat fokus pada berkas dan ketikannya pada layar di depannya.

Siapapun yang melihat tentu menyadari keanehan Vianna hari ini. Penampilan dia tidak seperti biasanya.

Hari ini Vianna berpenampilan sangat cantik. Dress bunga dengan desain klasik warna peach, berlengan pendek dan berkerah V. Sedikit terlihat kedua dada Vianna. Rambut Vianna gerai kan dan sedikit Vianna buat bergelombang.

Sangat lain seperti hari biasa. Di mana biasa rambut selalu Vianna ikat rapi di belakang, terkadang Vianna Cepol. Sedang pakaian Vianna selalu baju kaos dan celana jeans.

"Kamu berencana lembur?" Liana, teman baik Vianna di sana.

Dia menyenderkan dagunya di pembatas meja kerja Vianna.

Vianna yang tidak fokus hanya menjawab asal.

"Hm!"

"Serius?"

"Hm!"

Liana melihat ke satu ruangan di sana. Yang di khususkan untuk atasan mereka.

"Tapi pria yang kamu tunggu itu sudah keluar dari tadi."

Tap.

Vianna seketika menghentikan ketikan jarinya dan melompat berdiri, melihat ke ruangan yang Liana lihat tadi.

"Kapan? Sudah lama? kenapa kamu baru mengatakan nya?" Vianna sedikit berteriak panik ke Liana sembari dirinya membereskan pekerjaan nya yang belum selesai di atas meja.

Liana mendesah.

"Kamu benar akan melakukan nya? Tidak mau pikir pikir lagi? Entah kenapa aku mengkhawatirkan mu." Liana membantu Vianna membereskan meja kerja dan mengambil paper bag kecil di sana menyerahkannya ke Vianna.

"Tidak bisa, harus sekarang. Aku sudah memikirkannya berulang kali. Kalau tidak hari ini, aku pasti akan menyesal nanti."

Liana mendesah lelah.

"Hai!" Sapa Kendrick yang baru menyelesaikan pekerjaan nya.

"Hai!" sapa balik Vianna tanpa melihat Kendrick.

Kendrick menurunkan pandangan nya melihat ke paper bag Vianna. Pakaian Vianna? Dia sudah melihatnya sudah jauh hari. Karna Vianna membelinya bersamanya.

"Apa hari ini hari itu?"

"Hari apa? Bicaralah yang jelas,"

"Menyatakan cinta?" Goda Kendrick dengan senyum jail nya.

"Aku lagi buru buru, jangan bercanda."

Ting.

Pintu lift terbuka. Vianna segera masuk di ikuti Kendrick.

"Kamu mau kemana?" tanya Vianna yang mulai curiga sesuatu.

"Mengikuti mu! Siapa tahu kamu membutuhkan bantuan bicara. Aku bisa,"

"Lupakan, pergilah. Aku bisa sendiri,"

Kendrick melihat ke no lift yang terus berganti. Dan dia pun tahu, Vianna mau ke tempat parkir mengejar Rendra.

"Bagaimana jika kamu menundanya hari ini?"

Vianna berbalik melihat Kendrick. Dengan pertanyaan. 'Apa kau gila? Aku sudah menantikan hari ini. Setelah hari Valentine tahun kemarin gagal'.

"Tidak, maksudku... Mungkin saja Rendra lagi terburu buru dan tentu saja tidak akan sempat mendengar kan curahan isi hatimu."

Vianna mengerutkan kening. Menatap curiga ke sahabat nya. Saat mulutnya mau terbuka dan bertanya, pintu lift yang dari tadi ia tunggu terbuka.

"Aku pergi," Vianna berlalu di hadapan Kendrick mengacuhkan sahabatnya tersebut. Pria yang rela ikut dengannya ke negara ini. Dengan alasan demi keamanannya.

💙💙💙

Manik mata hitam sekelam malam. Dengan manik mata biru sedalam lautan. Keduanya saling beradu tatap. Tidak ada yang mau kalah atau mengalah.

Itu sudah berlalu selama 15 menit.

"Keluar kan keberatan mu dan kakek harap kali ini kamu tidak sedang mengelabui ku." Suara bas itu memecah kesunyian suasana di ruangan itu.

Ruangan yang di domisili warna hitam. Dua pria yang berbeda umur dan memiliki DNA yang sama. Masih saling beradu tatap.

"Baiklah_aku tidak mau. Jadi berhenti lah melakukan itu."

Ya, dia adalah Reyyan Zeki Ferdinand. Cucu pertama dari Presdir Ferdinand dan CEO dari Flederick Group.

Auranya yang dingin dan kejam. Tidak luput dari ketampanan nya. Tampan tapi mengerikan. Dua kata itu mendominasi dirinya.

Tidak perlu melihat dua kali untuk menilai ketampanan nya.

Wajahnya yang tampan, bentuk rahang yang tegas, memiliki manik mata biru, Alis tajam bak pedang, hidung panjang layaknya pria timur tengah. Sorot mata tajam dan dalam, sedalam lautan Atlantik.

"Berapa kali sudah kakek bilang padamu! Aku menginginkan cicitku. Keturunan ku harus tetap berlanjut. Kakek janji tidak akan menggangu kehidupan mu. Jika kamu memberikan Kakek cicit, jika bisa dua sekaligus. Jadi segera menikah lah dan berikan aku cicit."

Reyyan mendesah panjang. Dia benar benar sudah lelah.

"Berapa kali saya bilang Pak Presdir Ferdinand yang terhormat. Aku tidak akan melakukan itu. Jangan pernah memaksaku lagi."

"... Kalau begitu aku akan terus mengganggu mu. Seperti hari ini, setiap hari aku akan datang ke perusahaan. Sampai kamu memberikan aku cicit."

"..." Reyyan diam melihat kakeknya. Dia kehilangan kata kata.

Tidak ada yang bisa menghentikan pria tua ini.

_Hah

Reyyan mendesah lelah.

Bab 2

"Kakek dengar kamu berangkat pagi ini. Padahal kamu bisa santai sedikit bekerja."

Reyyan melihat kakeknya.

"Ada yang mau kakek titip?" Reyyan berkata dengan acuh tak acuh.

Ferdinand melempar kertas berukuran kecil Persegi panjang ke hadapan Reyyan. Lalu dirinya melangkah ke sofa dan menduduki bokongnya di sana.

Reyyan melihat ke kertas itu dan menyatukan alisnya sebelum bertanya ke kakeknya.

"Apa ini?"

"Karna kamu sudah di sana. Nanti hadirlah ke acara itu."

Reyyan meraih kertas kecil itu dan membolak balik nya.

"Kuda?"

"Pembukaan Klub kuda. Kakek sudah mendaftarkan atas namamu. Kakek harap ini bukan permintaan yang sulit untuk kamu penuhi." Ferdinand berbicara dengan lembut dan sedikit membujuk.

Bukan Reyyan Zeki Ferdinand namanya kalau dia tidak tahu niat dan siasat kakeknya ini.

Siasat menjodohkan, lagi. Pria tua ini tidak akan pernah berhenti dan dengan segala, caranya.

"Kakek sangat tahu. Aku tidak suka berkuda." Reyyan menjawab dengan tenang tidak peduli. Dia sedang melihat meneliti berkas di depannya. Sedangkan secarik kertas tadi, Reyyan campakkan begitu saja di sana.

Ferdinand mendesah. Dia tidak akan mundur.

"Sekali kali kamu butuh refreshing. Salah satunya berkuda.

Reyyan menyungging senyum geli. Dia diam tidak mengatakan apapun, hanya mendengar kan kakeknya.

"Mereka salah satu klien kita yang juga, baru baru ini menjalin kerja sama dengan perusahaan Mami mu. Kamu benar benar tidak akan mengabaikan nya bukan?" Ferdinand masih berusaha membujuk Reyyan.

Mendengar pemberitahuan kakeknya. Seketika membuat Reyyan tertarik.

Dia kembali meraih secarik kertas tadi dan melihat nama yang tertera di sana.

"Aku dengar mereka juga memiliki tempat golf. Mereka selalu mau ada di atas kita. Apa benar yang aku pikirkan?" Reyyan melihat kakeknya yang duduk di sofa.

Tuk.

Reyyan melempar kertas tadi kembali ke meja.

"Aku tidak percaya mereka memiliki ini juga." Reyyan kembali bergelut dengan pekerjaan nya.

"Putri mereka suka berkuda."

Reyyan mengalihkan pandangan nya dari berkas di depannya ke kakeknya.

Mengerti tatapan cucunya. Ferdinand mendesah.

"Zeky?... Untuk kekayaan dan kecantikan. Dia adalah tipe mu. Kakek sudah melihat nya. Dan dia juga gadis yang baik."

"Tentu saja. Adakah yang tidak baik yang kakek atur selama ini? Dan juga... Mereka semua cantik. Jawaban ku sudah jelas kek? Aku belum tertarik untuk menikah. Jadi hentikan lah." Ujar Reyyan sembari fokus pada pekerjaan nya.

Banyak yang harus dia selesaikan sebelum dia berangkat.

"Setelah bertemu mungkin kamu akan menyukai nya. Tidak ada salahnya untuk mengenal dulu."

"Jatuh cinta maksud kakek?_ Adakah yang lebih menggelikan dari itu kek? Aku merinding sendiri." Reyyan menggeleng tidak percaya.

Sikapnya selalu acuh tak acuh dan dingin di saat bersamaan jika membahas masalah cinta.

Reyyan Zeki Ferdinand. Dia adalah pria yang tidak mau jatuh cinta.

Reyyan bangkit berdiri dari duduknya, merapikan semua berkas di hadapannya dan melangkah ke pintu.

Dia harus memimpin rapat pagi dulu.

"Aku akan di sana sebentar saja. Aku rasa ini memenuhi keinginan Kakek." Reyyan berhenti sejenak melihat kakeknya, yang kini ikut berdiri dan berjalan ke arahnya.

Ferdinand mendesah.

"Aku khawatir, aku akan mati sebelum melihat cicitku." Ferdinand melangkah melewati Reyyan.

"Jika soal itu, Kakek bisa menikahi Flederick duluan. Aku tidak masalah..."

Plak,

"Aw... Kek! Sss," Ringis Reyyan sembari memegang kepalanya yang di geplak menggunakan tongkat legend kakeknya.

Ferdinand mendecak kesal.

"Apa kamu tahu? Mami dan papi mu sudah menyerah mencari pasangan untukmu." Ferdinand menaikkan nada suaranya.

Reyyan cengengesan sembari mengelus kepalanya yang sakit.

"Aku berharap kakek juga melakukan it..."

Plak,

"Aw... Sakit kek!" Reyyan memundurkan tubuhnya sembari melindungi kepalanya.

Ferdinand berbalik kembali melangkah ke pintu.

"Ujung ujung nya kamu juga akan tetap menikah Zeky. Ini hanya masalah waktu saja." ucapnya tidak peduli.

"Itu benar dan sekarang aku sedang tidak memikirkan itu." Reyyan mengikuti kakeknya dari belakang.

"..." Ferdinand terdiam.

Reyyan menyungging senyum tipis penuh makna sebelum berucap.

"Setelah di pikir pikir, mungkin sebaiknya aku mengikuti Kakek."

"Kakek harap kamu tidak serius."

"Tentu saja tidak, jika seseorang tidak meminta keturunan nya dengan cepat." Reyyan menjawab cepat.

Plak.

Ah...

Dan satu pukulan lagi mendarat di punggung Reyyan.

"Kamu benar benar cucuk laknat."

"Apa itu pujian?"

Reyyan menyungging senyum tipis sembari membuka pintu ruangan kerjanya menuntun kakeknya keluar dan juga dirinya ikut keluar.

Ferdinand hanya bisa menggeram kesal.

Reyyan terkekeh geli.

Kedua nya melangkah perlahan menuju lift.

"Bagaimana jika kakek menghalangi rencana mu itu? Kamu tentu tahu. Selama ini kakek belum keras saja. Kakek masih mau berkompromi dengan mu."

Keduanya masuk ke dalam lift dan Reyyan menekan tombol menuju ke lobby.

Kedua nya kini berekspresi wajah serius. Tidak seperti tadi.

"Kakek akan tahu hasilnya. Tidak ada siapapun yang bisa mengatur hidupku. Apalagi mengenai pasangan. Tidak ada kek!"

Ting.

Pintu lift terbuka dan hamparan lobby yang cukup luas segera terlihat.

Ferdinand kembali mendesah.

"Kamu benar. Tidak ada yang tahu jika tidak mencoba."

Mendengar ucapan kakeknya.

Reyyan segera beralih melihat kakeknya dan bulu kuduknya seketika bergidik ngeri. Dia menghentikan langkahnya melihat punggung kakeknya yang perlahan berlalu dan sudah di kawal oleh para bodyguard.

Reyyan mengejar langkah Ferdinand.

"Kakek tidak... Maksud ku... Begitu aku terbangun di pagi hari... Akan ada gadis itu di sampingku. Kakek tidak akan melakukan itu bukan?" Kali ini Reyyan bertanya takut takut ke kakeknya. Lebih ke merinding jika itu terjadi.

'Jangan katakan ya.' Reyyan menatap kakeknya dan sangat berharap...

"Haruskah kakek mencoba?"

Reyyan segera bernafas lega.

"Setelahnya, satu klien setia kakek selama ini akan hilang."

Ferdinand menatap lama Reyyan sebelum kemudian lagi lagi dia mendesah.

'Memang, aku tidak akan pernah bisa kejam dan keras padanya.'

Ferdinand mengangguk entah untuk apa.

"Kakek masih menunggu seseorang yang bisa membuka hatimu itu."

Reyyan mengedipkan bahunya acuh.

"Percaya lah kek! Tidak akan pernah ada. Hatiku? Hanya milikku sendiri."

Itu lah kata kata Reyyan, selalu.

"Tidak ada yang tahu masa depan Zeky?"

Reyyan mengangguk menyetujui.

"Benar, tidak ada yang tahu masa depan. Tapi masa sekarang, aku belum memikirkan soal pernikahan."

"Atau jangan jangan diam diam kamu sudah mempunyai seorang wanita di sisi mu dan kamu tidak mengenalkannya padaku?" Ferdinand menghentikan langkahnya, berbalik melihat Reyyan.

"Maksud Kakek wanita penghangat ranjangku?" Reyyan menjawab dengan acuh.

"Lupakan. Jangan pernah membawanya ke hadapan ku."

Reyyan mengedipkan bahunya. Keduanya sudah sampai di depan lobby dan mobil dengan merek Rolls-Royce phantom warna hitam sudah ada di sana.

Seorang pria berjas hitam membuka pintu mobil dan mempersilahkan Ferdinand masuk ke dalam dengan sopan.

Ferdinand menarik nafas.

Reyyan menuntun kakeknya masuk ke dalam mobil.

"Hati hati kek? Jaga kesehatan mu dengan baik. Jangan khawatir kan apapun."

"Kakek masih berharap. Semoga suatu saat akan ada wanita yang bisa membuat mu tergila gila mencintainya."

Reyyan menggeleng geli dengan ucapan Kakek nya.

"Sebelum dia melakukan itu. Maka dia sudah jatuh cinta duluan padaku." Jawab Reyyan dengan penuh percaya diri.

"Kakek juga berharap... Hatinya terbuat dari besi."

Reyyan menggeleng dengan senyum percaya dirinya.

"Itu tidak mungkin terjadi. Ugh," Suara tercekat Reyyan saat mendapatkan tatapan tajam Kakek nya.

Ferdinand menghela nafas dan segera masuk ke dalam mobil.

Klam...

"Hati hati kek!" ucap Reyyan setelah menutup pintu mobil dan mobil segera berlalu dari sana.

Reyyan meraih handphone nya. Menghubungi seseorang di sana.

Reyyan menghubungi pihak penerbangan untuk mengundur jadwal keberangkatannya.

Karna kakek sudah tahu. Maka ia hanya harus berjaga jaga. Entah kenapa, aku merasakan firasat buruk.

Di tambah, aku harus mampir ke Turkey dulu sebelum ke sana. Tentu saja mau melihat Beyza dan dua anak nya yang imut menggemaskan.

Hadiah dan mainan yang di inginkan Zenia, anak Beyza sudah berada di dalam pesawat pribadinya.

Reyyan menyungging senyum bahagia. Seperti tidak ada sedikit pun tekanan dari kakeknya tadi.

Reyyan mengingat memikirkan. Bagaimana reaksi wajah gadis imut dan cantik itu. Saat dia memberikan mainan kesukaannya dan oleh oleh ini.

Reyyan tidak berhenti tersenyum. Di saat langkah nya membawanya masuk ke lift.

Dua dari anak Ayla. Zenia lah yang paling manja dan akrab dengannya. Sedangkan Derya, dia sama sangat menyebalkan seperti daddy-nya. Deniz Selim Al-khaled.

Bab 3

Mengikuti.

Itulah yang seorang Vianna lakukan sekarang. Mengikuti mobil pujaan hatinya.

Hingga sekarang mobilnya sudah terparkir indah di depan sebuah cafe yang cukup terkenal di kota itu.

Ia tidak mau kehilangan kesempatan lagi seperti tahun kemarin. Hal itu membuatnya tidak baik baik saja.

Ketakutan Rendra di miliki oleh wanita lain dan untung nya sampai sekarang Rendra masih sendiri.

Marah dan kesal jika ada wanita yang dekat dekat dengan Rendra. Bahkan sahabatnya sekalipun, Liana ia tidak suka.

Vianna sangat antusias ingin mengungkapkan perasaan nya. Dia tidak berpikir dia akan di tolak oleh Rendra atau Rendra sudah memiliki kekasih hatinya.

Bagi Vianna, menyatakan perasaan nya sekarang adalah waktu yang tepat.

Karna selama ini, Vianna berpikir.

Bagaimana jika kedekatan mereka hancur karna sikap egoisnya. Bagaimana jika Rendra membencinya dan tidak mau bertemu lagi. Bagaimana juga, jika Rendra menjauhi Liana dan Kendrick karna kebodohan nya.

Pikiran pikiran seperti itu terus terlintas di kepalanya. Karna itu selama ini ia memendamnya dan enggan untuk mengungkapkan nya. Ia takut, kehilangan Rendra.

Tapi... Melihat akhir akhir ini. Wanita rubah itu sangat centil bersikap manja ke Rendra. Ia tidak bisa membiarkan ini terus berlarut. Ia akan mengatakannya dan konsekuensinya. Ia akan memikirkan nya nanti.

Seperti satu kata pernah ia dengar.

'Mengungkapkan akan lebih baik, daripada penyesalan datang.'

Itu yang membuatnya semakin ingin menyatakan nya dan ia sudah siap dengan jawaban Rendra.

Namun, itu hanya lah kata dari seorang wanita untuk menghindari dari kesakitan di hatinya. Nyatanya sekarang,

Dang...

Seperti di sambar petir di siang bolong dan di tengah terik matahari. Itulah deskripsi dan kondisi Vianna sekarang. Ketika kedua matanya melebar melihat ke depan dan di sertai tubuhnya yang terdiam mematung.

Dia sangat berharap, ini adalah mimpi dan ia akan segera terbangun.

Pemandangan di depannya. Pemandangan yang tidak mau ia lihat dalam hidup nya dan juga. Pemandangan yang sama sekali tidak pernah terbayang kan dan terpikirkan olehnya.

Vianna berdiri diam mematung di sana. Tepat di tengah keramaian. Di mana kanan kiri nya para pengunjung kafe itu dan sedang menikmati kopi dan makanan mereka. Lalu di sudut sisi kafe dekat jendela.

Seorang wanita yang sangat dikenali Vianna. Sedang bergelayut manja di sebelah pria, yang selama ini mengisi ruang hati Vianna.

Siapapun yang melihat, tentu akan langsung mengetahui. Mereka sepasang kekasih, yang sedang menikmati hari valentine.

Rendra, pria yang selama ini selalu menjadi tujuan hidupnya. Bertahun tahun mengaguminya, hingga datang ke negara ini. Berharap, suatu hari mereka bisa menjadi sepasang kekasih dan bersama selamanya dalam ikatan pernikahan.

Ternyata, itu hanya mimpi dan angan angannya belaka.

Kenyataannya... Pria idamannya telah memiliki kekasih. Melihat kedekatan mereka. Vianna bisa menebak. Mereka sudah berhubungan sudah sejak lama.

Vianna menunduk memejamkan kedua matanya. Berharap sedikit bisa menyembuhkan perih dan sesak di hatinya.

Dia kembali diam diam melihat pasangan di depannya dan tanpa Vianna sadari. Setitik air mata jatuh di kulit pipi nya yang lembut.

Vianna menyekanya sembari membuang pandangan nya ke samping. Dia memejamkan kedua matanya, sehingga semakin banyak air mata jatuh di sana.

Vianna cepat cepat menyekanya menggunakan kedua telapak tangannya. Dia harus kembali sekarang, sebelum Rendra dan Calia melihat nya.

Ya, dia adalah Calia.

Musuh bebuyutan sekaligus saingannya di kantor dan kehidupan. Lebih tepatnya, wanita itu selalu suka mencari masalah dengannya.

"Vianna?!"

Suara panggilan itu menyentak Vianna. Dia segera menaikkan pandangan nya melihat wanita yang begitu cantik dan seksi di depannya, Calia.

Calia memiliki tubuh yang indah, juga seksi. Kecantikan nya patut aku, apalagi keindahan tubuhnya. Sungguh itu idaman setiap wanita, terutama Vianna. Siapapun pria yang melihat dia. Tentu memiliki rasa ingin memiliki.

Calia tidak tinggi, ketinggian nya normal untuk ukuran seorang wanita. Akan tetapi, tubuhnya yang indah di sertai wajahnya yang cantik. Itulah daya tariknya. Siapa pun pria itu, pasti bergetar dan menegang ketika melihat wanita ini. Jadi tidak aneh jika Rendra jatuh cinta pada wanita ini.

Dia wanita yang di idam idamkan dan di sanjung sanjung kan oleh setiap pria di perusahaan mereka.

Dia... Kylie *** versi di sini.

Kedua matanya membulat menyadari siapa yang memanggil nya.

'Sejak kapan_dia sudah di depanku?' Vianna masih menunduk melihat ke bawah.

Vianna diam diam mencengkram buku tangannya dan perlahan dengan wajah senyum yang dibuat buat. Vianna menaikkan pandangan nya melihat wanita di depannya.

Calia, dia adalah Calia. Musuh bebuyutan ku sekaligus sainganku di kehidupan dan juga, kantor.

"Oh_hai!... Calia." balas Vianna dengan tersenyum di buat buat, menyapa Calia.

Vianna dalam waktu itu, segera memutar otak mencari cara untuk keluar dari sana. Kedua matanya yang jeli, menangkap sosok pria yang sangat sangat dia kenali.

Dan itu, tepat di sebelah kirinya.

Seorang pria dengan jas mahalnya. Yang memiliki warna biru navy dan sedang duduk sendirian menikmati kopinya.

Pria itu tidak melihat Vianna. Itu melegakan bagi Vianna. Atau... Dia salah.

Dalam waktu itu, Vianna bisa merasakan virasat buruk tentang dirinya sendiri.

Entah kenapa, ia bisa merasakan. Hari ini akan menjadi hari yang sial dan hari memalukan untuk nya.

Dua hal sekaligus, menghantam nya.

Calia melihat meneliti penampilan Vianna di depannya. Lalu pandangan nya berhenti tepat di paper bag.

"Kamu... Apa itu? Apa hadiah untuk kekasih mu? Siapa dia? Apa dia sudah di sini?" Kepala Calia celingak-celinguk saat bertanya itu ke Vianna.

Calia bukan tidak tahu. Kalau Vianna sangat menyukai Rendra. Dia sangat tahu betul.

"Calia!... Ayo kita kembali ke kantor. Banyak pekerjaan yang harus aku kerja... Vianna?!"

Vianna melebarkan kedua matanya saat mendengar suara yang sangat dia kenali itu dan sekarang berada tepat di hadapan nya.

Dia segera menyadari. Dia sudah terlambat untuk bisa melarikan diri.

Vianna masih menunduk tidak mau melihat wajah Rendra.

Kesialan dan memalukan. Dua hal itu menyerangnya sekaligus.

Vianna memejamkan merapatkan kedua matanya.

Ini benar benar sangat memalukan. Kenapa harus ada dia sih.

Rendra yang pembawaan nya selalu diam dan dingin ke Vianna. Hanya melihat menatap Vianna di depannya dengan ekspresi wajah yang rumit.

Vianna bisa merasakan tatapan Rendra padanya. Hal itu membuat jantung nya berdegup tidak karuan.

'Apa yang harus aku lakukan?' Batin Vianna menjerit sendiri.

'Bagaimana aku keluar dari situasi ini?'

"Vianna? Kamu belum menjawab ku. Kamu belum lupa dengan pertanyaan ku tadi bukan?" Calia tersenyum lembut melihat Vianna.

Vianna kembali melihat Calia dan memaksa senyum. Dia sudah bertekad bulat.

Ia akan memanfaatkan pria menyebalkan ini.

"Seperti yang kamu lihat, ini hadiah. Tentu saja bukan untuk diriku sendiri. Bukankah ini Valentine?" Apa yang kamu katakan Vianna.

"Oh benarkah?" Calia menggandeng tangan Rendra dengan sengaja.

"Lalu siapa... pria itu? Bolehkah kamu memperkenalkan nya pada kami?" Calia menyungging senyum geli. Dia semakin mengeratkan gandengan nya.

Vianna membalas dengan senyum lembut yang di buat buat ke Calia. Dia sama sekali tidak melihat Rendra.

Hatinya benar benar tidak kuat melihat wajah Rendra di saat sekarang.

'Ini benar benar hari yang sial dan juga... memalukan.'

Tak_

Vianna meletakkan paper bag sedari tadi setia di tangannya ke atas meja tepat di hadapan pria itu.

Pria itu mengalihkan tatapannya ke Vianna. Ekspresi wajahnya benar benar datar sekaligus ada kemalasan di sana.

Vianna menyungging senyum tipis ke Calia sebelum menduduki bokongnya tepat di samping pria itu dan menggandeng tangannya.

"Apa yang kamu lakukan?" Tanya pria itu dengan suara pelan, yang hanya bisa di dengar oleh Vianna.

Pria itu masih melihat dengan malas ke Vianna.

"Tentu saja. Perkenalkan... Ini kekasihku. Kami sudah mengenal cukup lama dan baru beberapa hari ini kami memutuskan untuk berkencan. Benarkan sayang?" Vianna mengacuhkan pertanyaan pria di samping nya.

Dia menyungging senyum tipis yang lembut mempesona. Tapi sama sekali tidak berpengaruh untuk pria itu.

Tentu saja, itulah yang di lihat Calia dan Rendra.

Sedang di balik senyum lembut mempesona Vianna.

Kedua manik mata Vianna sedang memohon ke pria yang sedang menatapnya dengan jenuh itu untuk membantu nya.

Namun, sikap pria itu terlihat acuh tak acuh tidak peduli. Dia malah melepaskan tangannya dari Vianna dan melihat ke samping sembari berucap.

"Mengejar pria lagi. Kamu memang tidak ada capek capeknya." Itu lah suara sarkas nya, yang hanya bisa di dengar oleh Vianna saja.

Vianna terdiam mematung. Bukan hanya di permalukan_ tidak, aku memang sudah malu. Tapi_ dia mengataiku.

Pria ini_

Vianna tertawa kecil yang di buat buat ke Calia.

"Seperti yang kamu lihat. Kami sedang bertengkar."

Vianna kembali menggandeng tangan pria di samping nya. Kali ini dia bergelayut manja di sana.

"Kau... Bantu aku kali saja_hm!... Akan aku lakukan apapun yang kamu suruh. Tentu saja asal tidak membunuh."

"Aku tidak tertarik." jawabnya cepat tanpa mau melihat Vianna.

"Kau..." Vianna memejamkan kedua matanya sembari merapatkan kedua giginya dan di bawah meja.

Jika tidak ada Calia dan Rendra di sini. Sungguh ia tidak akan pernah melakukan ini, apalagi meminta bantuan.

"Vianna!"

Vianna sontak menoleh melihat Calia. Saat wanita itu memanggil nya.

"Apa dia benar kekasih mu? Yang aku lihat ..."

"Calia!" Rendra memanggil Calia.

Ekspresi wajah Rendra benar benar sangat dingin.

Calia sedikit terkesiap melihat ekspresi wajah Rendra.

"Tunggu aku di mobil... Aku akan segera menyusul." Suara dingin Rendra saat mengatakan itu.

Calia melihat ke Vianna sebentar sebelum menunduk dan menjawab.

"Ya." jawabnya lirih sebelum melangkah berlalu dari sana.

"Vianna ikut aku." Ucap Rendra sebelum berjalan ke arah pintu keluar Kafe.

💙💙💙💙💙

Novel ini sedang dalam tahap revisi perbaikan.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!