NovelToon NovelToon

Hasrat Cinta Alexander

Cinta Bertepuk Sebelah tangan

"Aku tidak tahu lagi bagaimana cara berterima kasih dan meminta maaf pada Mas Alex." ujar Aina dengan mata berkaca-kaca. Wajahnya begitu mengiba di depan lelaki yang masih mendapat perawatan karena tusukan pisau.

"Aku tidak apa-apa, Aina. Setidaknya kamu baik-baik saja. Terus, kenapa kamu sampai berada di tempat itu?" Alex balik bertanya dengan nada yang cukup rendah.

Sepasang mata yang berada di balik jendela itu pun mengembun. Kirey merasa kecewa, ada yang menyesakkan dada saat senyum Alex tertuju pada gadis berwajah polos yang saat ini menemaninya.

Kirey sengaja mengurungkan niatnya untuk masuk ke dalam ruang rawat inap Alexander, putra mahkota keluarga Hans Satria Jagad. Gadis berkerudung ungu yang kini menangis itu pun menyandarkan tubuhnya yang terasa lemah di dinding.

Apa yang dia lihat baru saja membuatnya menyadari, sekuat apa pun dia mencoba menarik perhatian Alexander tetap saja tidak berpengaruh pada lelaki pendiam itu. Bahkan waktu yang cukup lama masih saja membuat Alexander enggan hanya untuk menatapnya.

"Seharusnya aku tidak heran dengan ini. Seharusnya hatiku berhenti berharap akan cinta lelaki yang tidak pernah menganggapku." Kirey bermonolog pada hatinya. Bibirnya tersenyum sinis menertawakan kebodohannya selama ini. Bertahun-tahun dia mencintai Alexander tapi lelaki itu tidak pernah peduli.

Gadis yang mengusap air dari sudut matanya itu kemudian menghela nafas panjang, seolah ingin melenyapkan rasa sesak di dalam dadanya. Dengan menguatkan hati, Kirey kembali berjalan meninggalkan ruangan yang menjadi niat awal dari tujuannya datang.

Dengan pikiran menerawang dan langkah gontai, Kirey menyusuri koridor rumah sakit yang cukup sepi. Seharusnya dia memupuskan semua harapan atas rasa cintanya pada sosok Alexander sejak dari dulu.

"Hey... " benturan seseorang pada lengannya membuat Kirey tersadar.

"Kak Ale, Tante Zoya." sapa Kirey sambil tersenyum tipis dan kemudian menyalami kedua wanita yang sudah dekat dengannya itu.

"Siapa yang sakit, Key?" tanya Alexa. Ini memang rumah sakit milik Gayatri wanita sepuh itu sudah mengambil alih kepemilikan atas nama menantunya yaitu Alexa Salma Aqilla.

"Teman, Kak. Kebetulan di rawat di sini." jawab Kirey berbohong. Sudah seharusnya dia menutup buku tentang Alexander sejak dulu.

"Maaf Kak, Tante, Key duluan. Soalnya ada janji sama klien." lanjut Kirey, dia berusaha menghindar dari cecaran pertanyaan yang mungkin sulit dia jawab dengan jujur.

"Hati- hati, Sayang." jawab Zoya dengan lembut. Wanita itu memeluk sayang putri temannya itu.

Keduanya, Zoya dan Alexa memandang Kirey yang berlahan menghilang sebelum mereka kembali melangkah menuju ruangan Alex. Zoya sangat khawatir ketika mendengar kabar dari Hanum, jika Alex terkena tusuk di perut karena menolong teman perempuannya.

Ruangan VIP no. 17, Alexa membuka pintunya. Terlihat Alex berbaring nyaman. Lelaki yang mendapatkan perban di bagian perutnya itu berlahan bergerak ketika melihat wanita yang paling dia sayangi datang mendekat.

"Mama, dari mana Mama tahu Alex di sini?" tanya Alex saat dia sudah pada posisi duduk.

"Hanum tadi menelpon, Mama." jawab Zoya kemudian memeluk putranya dan mencium kening Alex.

Alex mendengus kesal. Dia sudah mengatakan pada Hanum untuk merahasiakan ini dari mamanya. Dia tidak ingin Zoya khawatir dengan keadaannya saat ini.

"Bagaimana ceritanya, Lex? Untung saja orang- orangnya Kak Arkha banyak di daerah sana." gerutu Alexa. Alexa memang mengenal adiknya itu adalah sosok yang pendiam dan tidak suka membuat masalah.

"Teman Alex diganggu preman di sana, Kak. Kebetulan Alex lewat sana." jawab Alex. Dia memang tidak bisa terlalu terbuka.

"Hati-hati, Nak. Mama tidak bisa, jika terjadi sesuatu sama kamu." timpal Zoya dengan wajah cemas yang tidak bisa disembunyikan. Wanita itu memang begitu posesif jika menyangkut anak- anak.

"Alex, sudah lebih baik, Ma. kata dokter besok bisa langsung pulang." lanjut Alex.

Zoya menatap putranya yang begitu tampan. Rasanya, Alexander begitu cepat tumbuh menjadi sosok pemuda dewasa. Secara fisik, lelaki pendiam itu begitu mirip dengan papanya, Hans Satria Jagad.

"Oh ya, tadi Kakak bertemu Kirey di lorong ini. Tidak menyangka, gadis manja itu berubah menjadi wanita yang begitu dewasa dan lebih kalem." lanjut Alexa menceritakan pertemuannya pada gadis yang sudah banyak berubah itu.

Cukup lama Alexa dan Zoya menemani Alexander. Hingga akhirnya, Alexa harus pulang karena A'arav mulai rewel dan menanyakan dirinya terus.

###

Alex tertegun menatap keluar jendela. Hari ini dia boleh pulang tapi harus menunggu Hans untuk menjemputnya.

Hans sempat menelpon agar Alex menunggunya sejenak karena dirinya masih ada urusan. Di sela-sela waktunya, ponsel Alexander berdering. Nama Aina tertera pada layar.

"Halo, Assalamu'alaikum, Na." ujar Alex saat mengangkat panggilan Aina.

"Bagaimana keadaan, Mas Alex?" tanya Aina. Gadis itu masih merasa bersalah pada Alexander.

"Aku sudah baikan. Hari ini aku sudah diperbolehkan pulang." jawab Alexander.

"Syukurlah kalau begitu, Aina ikut lega mendengarnya." ujar Aina. Sesaat kemudian mengakhiri panggilannya.

Alexander memasukkan ponselnya ke dalam saku. Dia melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya menunjukkan pukul empat sore.

"Assalamu'alaikum." Suara bariton itu terdengar bersamaan pintu ruangan terbuka.

Terlihat Hans dengan kharisma berjalan masuk menghampiri putranya.

"Bagaimana?" tanya Hans.

"Pulang sekarang saja, Pa." sambut Alexander dengan beranjak dari duduknya.

"Papa terlambat karena ada urusan bersama Key." lanjut Hans saat mereka berjalan keluar ruangan.

"Gadis itu begitu ngotot ingin membuka kasus pemerko*aan yang suah lama di tutup." Hans sedikit bercerita, agar tidak terjadi kesunyian diantara mereka. Sebagai seorang lawyer senior, Hans menjadi penasehat Kirey yang baru saja meniti karir.

Alexander putranya yang paling tertutup dari keluarga, hanya Zoya yang begitu telaten memancing putranya untuk bisa bercerita tentang dirinya.

"Papa keberatan?" sambung Alexander membuat Hans menoleh ke arah putranya. Dia tidak menyangka Alex akan menyahut ceritanya.

"Menurut Papa kasusnya sangat sulit, apalagi kita belum mengetahui siapa pelakunya. Ini kasus kriminal. Dan, Key seorang gadis." lanjut Hans.

Ketika membaca situasi kasus, Hans merasa kasus yang ingin ditangani Kirey cukup rumit, tanpa mengetahui secara jelas siapa pelakunya, kasus ini akan cukup untuk dipecahkan

Alexander terdiam, dia tahu terkadang seorang lawyer bisa saja menjadi sasaran dari kasus yang sedang tangani. Saat Alex menghela nafas panjang, Hans kembali menoleh dan menatap putranya.

"Kamu mengkhawatirkannya?" tanya Hans begitu antusias. Alexander memang sosok yang begitu misterius.

"Tidak. Aku hanya berfikir betapa bodohnya gadis itu." jawab Alex dengan wajah datar. Tetapi, pemuda yang cukup gagah dan tampan itu sedang menetralkan kegusaran hatinya akan gadis yang terus saja mengganggu pikirannya.

Mentari mulai bergeser ke ufuk barat, dua pria berwajah mirip itu pun berjalan di parkiran untuk menghampiri mobil Mercy berwarna hitam.

"Tapi, Papa menyukai gadis itu." ujar Hans sambil tersenyum tipis.

Alex menoleh dan menatap Hans yang menyadari kalimatnya masih terdengar ambigu.

"Maksud Papa, Papa ingin punya putri atau menantu seperti Kirey." jawab Hans sambil terkekeh. Iya, lelaki paruh baya itu melirik putranya yang tanpa ekspresi sama sekali. Rasanya Hans begitu gatal ingin tahu apa yang dipikirkan putra satu-satunya pada gadis yang sedang mereka bicarakan.

Membahas Perjodohan

Zoya dibuat gelisah karena beberapa kali dia mendengar rumor tentang putranya yang tidak menyukai wanita.

Wanita itu tertegun sejenak saat memikirkan kebenaran tentang itu, tapi dia yakin Alexander bukan seperti.

"Zoy..."sapa Hans saat menemukan istrinya melamun di teras samping.

" Ada apa?"tanya Hans saat Zoya menoleh.

"Mas, sebaiknya kita meminta Alex untuk segera menikah." ujar Zoya saat melihat Hans mendudukkan bobotnya di sebelahnya.

"Kenapa ,kamu mencemaskan Alex karena gosip yang beredar?" jawab Hans dengan santai.

"Alex sudah cukup umur untuk menikah, Mas." jelas Zoya dengan sedikit mendesak Hans agar bersikap tegas pada putranya.

" Menikah bukan hal main-main, Zoy. Kita nggak tahu apa dia sudah punya pacar apa belum." jelas Hans dengan menampilkan wajah serius.

" Kita jodohkan saja, Mas." jawab Zoya.

"Dengan siapa?"

"Key..."sela Zoya dengan cepat. Hingga membuat Hans mengernyitkan kedua alisnya. Ternyata, tanpa dijelaskan pemikiran mereka sama.

"Aku lihat Key tidak punya pacar, kata Hanum,Key sudah lama menyukai Alex dan kita sudah mengenal keluarganya "jelas Zoya membuat Hans tersenyum. Dia jadi teringat awal hubungan mereka karena sebuah perjodohan juga.

" Aku juga menyukai gadis itu. Key, adalah gadis yang baik."sambung Hans. Rasanya dia tidak sabar mempunyai menantu Kirey.

Obrolan mereka terhenti kala keduanya melihat sebuah mobil mewah berhenti di halaman rumah. Hans sangat mengenal pemilik mobil itu, hingga membuat Zoya dan Hans pun beranjak berdiri untuk menyambut Rey dan Kyara yang keluar dari mobil, tidak lupa Kirey juga ada di belakang mereka.

" Assalamualaikum, Bang." ujar Rey saat bersalaman dengan Hans.

" Waalaikum salam."jawab Hans, disusul dengan mereka yang kemudian berpelukan.

" Kedatangan kami untuk menjenguk Alex. Kami ikut prihatin dengan apa yanh terjadi, Bang." ujar Rey.

"Dia sudah membaik, Rey. Ayo, kita masuk!" ajak Hans.

Setelah saling sapa, Zoya mempersilahkan Keluarga Rey untuk masuk ke dalam. Bahkan mereka langsung membawa tamunya untuk naik ke atas menuju kamar Alexander.

"Kak, ini ada Om Rey berkunjung."ujar Zoya setelah mengetuk pintu kamar dan berlahan membukanya. Ternyata Alexander sedang duduk di sofa dengan laptop di depannya.

"Silahkan masuk!" jawab Alex dengan menutup laptopnya.

Terlihat Rey masuk bersama Kyara dan Kirey. Tatapan mata Aexander kini tertuju pada gadis yang kini meletakkan sebuah parcel di meja yang ada di dekatnya berdiri.

"Bagaimana keadaanmu, Lex? Maaf Om baru bisa menjenguk sekarang."ujar Rey.

"Nggak apa-apa ,Om. Aku juga sudah membaik, hanya luka kecil." sambut Alexander.

Kirey pun menatap Alex yang sesekali mencuri pandang ke arahnya. Gadis itu hanya ingin memastikan jika keadaan lelaki yang menempati hatinya itu benar-benar baik baik saja. Dia sangat mencemaskan Alexander.

" Iya sepertinya sudah jauh lebih baik, Rey." ujar Hans.

Saat suaminya sedang ber bicara, Zoya pun memberi kode dengan tatapannya tentang pembahasan perjodohan tadi.

"Key, tolong temani Alex sebentar. Kami akan berbincang di luar karena sudah lama tidak bertemu!" ujar Hans membuat Kirey yang semula hanya terdiam itu pun mendadak salah tingkah.

" Iya, Key. Tolong kupasin buah untuk Alex."lanjut Zoya membuat Kirey hanya mendongak ke arah Alex yang sudah melayangkan tatapan tajam ke arahnya. Lelaki itu memang terlihat tidak menyukai ide itu.

" Iya, Tante."jawab Zoya. Kali ini , dia serba salah, dia tahu Alex tidak suka jika berdekatan dengannya karena alasan dirinya yang masih kekanak-kanakan. Tapi di sisi lain, dia tidak bisa menolak permintaan Zoya.

Akhirnya mereka meninggalkan Kirey dan Alex berdua. Mereka ingin sekali membahas perjodohan diantara mereka.

"Kenapa tidak menolaknya? Dirimu bisa membuatku sakit kepala."ujar Alexander membuat Kirey menghela nafas lemah. Mulut pedas akan selalu beraksi jika bersamanya.

"Aku hanya tidak ingin mengecewakan Tante Zoya." ujar Kirey. Hatinya merasa kesal saat mendengar kata-kata menyebalkan dari Alexander. Tapi dia tetap saja mengupaskan buah apel seperti titah Zoya.

Suasana kembali membisu , Alexander kembali pada laptopnya. Sesekali gadis itu melirik Alexander, merenungkan alasan yang membuat lelaki tampan itu tidak menyukainya, padahal segala hal sudah dia lakukan untuk tidak memancing emosi lelaki berhidung mancung itu.

" Aughhh..."pekik Kirey saat tangannya hampir terkena pisau.

Seketika Alexander langsung beranjak dari duduknya, dia melihat sekilas apa yang terjadi, " Kamu memang sangat ceroboh!" ketus Alex saat membawa sebuah kotak obat.

Alex pun menarik jari tangan Key dan membersihkannya sebelum membalutnya dengan plaster.

"Hentikan kasus pemerkosaan itu! Kasus kriminal sangat berbahaya!"lirih Alexander dengan penuh penekanan. Tatapan mata keduanya saling tertaut dan itu sempat membuat jantung Kirey berdetak tak karuan.

" Maksud, Kak Alex?" tanya Key berharap lelaki didepannya mencemaskan dirinya.

"Aku tidak ingin kamu merepotkan Papa! Jadi kamu jangan salah faham!" ujar Alex kemudian beranjak dan mengembalikan kotak obat pada tempatnya semua.

Mereka kembali terdiam. Setelah meletakkan buah yang sudah dikupas, Kirey membuka layar ponselnya sedangkan Alex kembali pada laptopnya. Tidak ada obrolan diantara mereka hingga panggilan Kyara membuat kirey beranjak dan keluar dari kamar lelaki itu.

###

"Key, kami sudah sepakat untuk menjodohkan kamu dengan Alex!"ujar Kyara setelah mereka masuk rumah. Perbincangan mereka memang tentang rencana perjodohan itu.

" Key belum ingin menikah sekarang, Ma." ujar Kirey beralasan. Padahal, dia tahu Alexander sangat membencinya, jadi tidak mungkin dia akan menerima perjodohan itu.

"Kenapa?"tanya Kyara.

" Key ingin fokus pasa kasusnya Nita, Ma."jawab kirey. Dia sebenarnya malas berdebat dengan mamanya

" Terus kapan kamu menikah, Key? Lihatlah Hanum hampir punya dua anak, tapi kamu pacar saja tidak punya." Kyara terus saja mengomeli putri tunggalnya. Dia sering kesal saat teman- temannya menanyakan kapan ngunduh mantu.

Kirey tidak menjawab omelan mamanya karena hal itu sudah biasa dia dengar. Gadis itu hanya mengangkat pandangannya ke arah mamanya.

" Key, dengarkan Mama! Kita sudah sudah sepakat. Tanya saja pada Papa." ujar Kyara jika perjodohan itu sudah diperjelas.

"Ma, Key besok akan pergi ke rumah Nita." ucap Kirey membuat Kyara melotot ke arah putrinya. Dia bertambah kesal setiap kali membahas pernikahan, Kirey selalu saja menghindar.

"Key, kamu tidak perlu bekerja! Kamu tidak akan kekurangan apapun." teriak Kyara saat melihat putrinya menaiki tangga.

"Ma, sudahlah, Key sudah cukup besar untuk menentukan pilihannya. Jangan terus menekannya." ucap Rey mencoba menenangkan istrinya. Tidak sering bertemu, Reyhan hanya ingin memanfaatkan waktu untuk saling bercengkerama bukan berdebat.

"Pa, aku takut dia nggak mau menikah." jawab Kyara dengan meletakkan kepalanya di dada suaminya.

"Emang Mama tidak ingat dikejar- kejar terus sama Papa untuk cepat menikah? Coba berada di posisi Key, Ma." ucap Reyhan mencoba memberi pengertian pada Kyara.

"Mama sudah cocok dengan keluarga Bang Hans. Alex dan Key juga sangat cocok, Papa." lanjut Kyara.

Reyhan hanya menghela nafas panjang. Dia juga tidak mau memaksa putrinya sebelum tahu alasan Kirey yang belum memutuskan untuk menikah.

Keberadaan Aina

"Kita makan malam di belakang saja, ya? kursinya tidak cukup jika semua berkumpul seperti ini." ujar Zoya setelah menyiapkan makan malam dan memanggil anak cucunya yang berkunjung untuk segera ke gazebo belakang.

"Ting... tong... " Suara bel membuat Zoya yang masih berada di bawah tangga pun berjalan untuk membukakan pintu.

Terlihat sosok gadis manis dengan lesung pipit menghias saat menampilkan senyumnya. Aina kini tengah berdiri di depan pintu.

"Selamat malam, Tante. Mas Alex-nya ada?" tanya Aina ketika Zoya menatapnya penuh tanya.

"Oh, temannya Alex. Mari, masuk! Aku panggilkan Alex dulu."

Zoya pun mempersilahkan gadis itu untuk menunggu. Wanita anggun dengan tampilan sederhana itu pun berjalan ke belakang mencari Alex yang masih menyelesaikan makan malam bersama.

"Kak Alex, ada yang nyari." ucap Zoya membuat Alex mengernyitkan kedua keningnya kemudian dia meletakkan kembali sendok dan garpunya dengan sopan.

Lelaki yang irit bicara itu pun beranjak tanpa bicara lagi. Langkah panjangnya kini tertuju pada ruang depan di mana Aina menunggu.

Gadis yang sudah membawa parcel itu terlihat sedikit gugup dan duduk dengan gelisah sambil memainkan jari- jari tangannya yang terasa dingin.

"Aina, kamu dengan siapa, malam- malam begini?" tanya Alex begitu mencemaskan Aina. Alex tidak ingin kejadian buruk seperti kemarin akan terulang lagi.

"Sendiri, Mas. Aku tadi sempat ke rumah sakit tapi ternyata Mas Alex sudah pulang. Jadi aku memutuskan untuk datang ke sini saja." jelas Aina.

"Aku sudah sehat. Kamu jangan khawatir!" jawab Alex dengan singkat. Dia memang sudah mengganggap lukanya sudah sembuh benar.

Sejenak mereka terdiam. Aina, gadis yang terlihat polos itu beberapa kali mengubah posisi duduknya. Dia tidak menyangka, lelaki yang pernah jadi kakak tingkatnya saat masih kuliah itu ternyata dari keluarga konglomerat.

"Baiklah kalau begitu, aku pamit saja, Mas. Aku hanya ingin memastikan keadaan Mas Alex." ucap Aina kemudian beranjak dari duduknya dia merasa sangat bersalah pada lelaki yang sudah mati- matian menolongnya itu.

"Assalamu'alaikum..." Belum sempat Aina beranjak, suara yang berasal dari pintu utama membuat keduanya menoleh.

"Waalaikum salam..." jawab keduanya hampir bersamaan. Alex menatap Kirey dengan rasa terkejut. Dia tidak menyangka gadis yang kini banyak berubah itu berdiri di depannya dengan mendekap sebuah map tebal.

Sedangkan dalam hati, Kirey tersentak kaget saat melihat Alex bersama dengan seorang gadis. Dia Masih hafal, gadis itulah yang menemani Alex saat di rawat.

Bagaimana bisa kedua orang tuanya berfikir untuj menjodohkannya dengan Alex. Sementara, lelaki itu sudah dekat dengan gadia lain.

"Ehm... Om Hans ada?" tanya Kirey terlihat canggung. Gadis itu tidak mampu menatap mata tajam lelaki yang masih melihat lekat dirinya.

"Ada di belakang." jawab Alex dengan kalimat simplenya.

Kirey memaksakan langkahnya yang terasa berat. Gadis itu mati- matian menenangkan perasaannya yang sudah sangat kacau.

"Sebaiknya, kamu diantar sopir. Aku tidak ingin hal buruk terulang lagi, Na." Kalimat yang keluar dari bibir Alex untuk Aina masih terdengar jelas di telinga Kirey, meskipun langkahnya mulai meninggalkan mereka.

Gadis yang merasa sedih itu hanya bisa menghela nafas panjang. Hatinya masih sama, meskipun dia mulai menepis semua rasa yang pernah ada untuk lelaki yang selalu abai padanya.

Entah, kenapa sedikit pun Alex tidak pernah memberi celah dan menganggap keberadaannya. Bahkan, secara terang- terangan dia mengatakan tidak menyukai gadis manja seperti dirinya.

Tapi anehnya, rasa kecewa yang ditorehkan hingga bertubi-tubi oleh cowok pendiam itu tidak juga bisa memupuskan perasaan cinta yang selama ini tersimpan untuknya.

"Aunty.... " pekik Kanaya saat melihat gadis yang mengenakan kerudung coklat yang senada dengan rok plisket itu sedang berjalan. Kanaya langsung berlari menghampiri Kirey yang muncul dari pintu belakang. Kirey memang sudah dekat dangan putri sulung Hanum.

"Opa ada, Sayang?" tanya Kirey sambil mencubit pipi bulat Kanaya. Kemudian memeluk dan menciumi bocah kecil yang selalu membuat heboh itu.

"Ada, Aunty Key. Ayo aku anterin." Kanaya langsung menarik tangan Kirey menuju tempat di mana opanya yang masih duduk bersama Oma Zoya.

"Om Hans, ada yang ingin Kirey tanyakan." ucap Kirey langsung ke intinya karena dia takut akan kemalaman jika harus berbasa basi.

Kirey memutuskan mendatangi Hans karena dia enggan berurusan dengan mamanya. Padahal Mama Kyara juga mempunyai kemampuan yang patut diacungi jempol dalam menangani suatu kasus.

Akhirnya Zoya pun pamit dengan membawa Kanaya agar tidak mengganggu urusan Opa dan aunty-nya. Wanita yang sudah menemani suaminya selama bertahun-tahun itu sudah faham dalam menempatkan posisinya.

Hampir satu jam mereka berbincang. Sempat juga Hans menyarankan agar tidak melanjutkan kasus yang mana si korban saja enggan untuk membukanya. Tapi, Kirey masih bersikeras. Bukan sekedar uang atau pamor. Tapi bagi gadis cantik itu, semua tentang hidup dan harga diri seorang wanita.

"Aku sungguh mengkhawatirkanmu, Key." ucap Hans dengan serius, dia seolah sedang berfikir dan mempertimbangkan banyak hal.

"Aku akan baik - baik saja, Om. Aku hanya tidak rela orang yang berkelakuan bejat itu masih berkeliaran dengan santainya. Sementara seorang gadis sudah hancur masa depannya dan menyembunyikan diri karena rasa takut dan malu." ucap Kirey. Dia pun membereskan barang yang sempat dia bawa dari rumah.

"Key pamit, Om." Kirey pun mengambil tangan Hans dan mencium punggung tangan besar itu dengan takzim. Dia sudah menganggap Hans seperti papanya sendiri, karena sebelum kuliah di luar negeri, dia biasa tidur di rumah besar Hans bersama Hanum.

Saat kirey mencari keberadaan Zoya, asisten rumah tangga memberi tahu jika Zoya sedang menidurkan Kanaya sehingga membuat Kirey memutuskan langsung pulang.

Gadis itu pun menghampiri mobilnya yang terparkir di dekat gerbang. Dia pun masuk ke dalam mobil dan mencoba untuk memundurkan mobilnya keluar halaman.

Tapi gadis itu menghentikan mobilnya yang masih berada di pinggir jalan, tepatnya di depan rumah Hans karena mobil berwarna putih itu terasa aneh.

Kirey berniat keluar dan melihat kondisi bannya dan ternyata, ban depan sebelah kiri sudah kempes.

"Astagfirullah, mungkin ini namanya kualat." Kirey merogoh ponselnya dan akan memesan taksi online. Sebelum berangkat kerumah Hans, dia memang sempat ribut dengan mamanya.

Tapi baru saja menghidupkan ponselnya, cowok yang selalu saja membuatnya terluka itu menghampiri.

"Kenapa?" tanya Alex.

"Bannya kempes." jawaban Kirey pun ikut terdengar dingin. Dia tidak akan melukai harga dirinya sendiri karena mengharap sikap manis dari Alex.

"Aku akan mengantarmu." ucap Alex langsung meninggalkan Kirey yang belum sempat mengatakan penolakan.

Mobil Pajero sport itu keluar dari garasi dan berhenti di depannya. Sejenak, dia terdiam mempertimbangkan banyak hal hingga akhirnya suara klakson menyadarkannya.

"Cepat!" titah Alex saat menurunkan kaca jendela mobil.

Kirey pun membuka pintu mobil. Gadis itu akhirnya pulang diantar Alex dan meninggalkan mobilnya di sana.

Di dalam mobil suasana menjadi hening. Tak ada satu pun kata yang keluar. Padahal Kirey masih mengkhawatirkan keadaan Alex yang dia yakin belum pulih benar.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!