DEVANO (Taekook)
•••01•••
Bel tanda berakhirnya waktu belajar mengajar berdering,,
Menyentak kan para siswa dan guru dari kesibukan mereka.
Kegiatan belajar mengajar pun seketika terhenti dengan sendiri nya.
Begitu guru pengajar meninggalkan ruang kelas,,
Para siswa pun dengan suara riuh berebut untuk saling mendahului agar bisa keluar dari dalam kelas yang telah mengurung mereka.
Devan dan ketiga sahabat nya, Tian,Arkan dan Alvin melangkah bersama dengan santai meninggalkan ruang kelas.
Alvin
Iya.
Apes banget kita hari ini
Arkan
He-eh,,kaki gue jadi pegel
Devan cuman senyum menanggapi ketiga sahabat nya itu.
Tian
Lo seneng ya temen-temen Lo kena hukuman?
Devan
Gue justru prihatin tahu!
Devan
Tapi mau gimana lagi?, enggak mungkin gue nolongin Lo bertiga
Devan
Maka nya kalau ada PR dari pak Sarman, mending Lo bertiga jangan nyepelein
Devan
Begini nih jadi nya kalok Lo pada nyepelein
Arkan
Gue sih sebenernya udah berusaha
Arkan
Tapi kayak Lo pada gak tau aja, gue kurang pinter dalam bidang matematika
Devan
Oke, sebaik nya kita enggak perlu lagi ngebahas masalah tadi
Ketiga teman nya pun kini mengangguk setuju.
Devan
Eh, Ian, Arkan, Vin...sori nih, gue enggak bisa pulang bareng Lo bertiga
Kata Devan begitu mereka tiba di halaman depan gedung sekolah.
Tian
Iya.
Kok keliatan nya buru-buru?
Devan
Tuh, Udah ada yang nungguin
Isyarat Devan menunjuk dengan pandangan mata nya ke arah pintu gerbang gedung sekolah.
Ketiga teman nya pun ikut mengarahkan pandangan mereka ke arah yang di tuju oleh Devan,,
Dan melihat seorang cowok tampak berseragam SMU berdiri di samping dinding pintu gerbang sekolah mereka.
Alvin
Oh,,udah di jemput toh!!
Arkan
Aih, aih...yang Uda janjian
Tian
Ceria banget gitu loh....!
Tian
Sampai-sampai tega nya enggak ngajak-ngajak temen
Devan
Lo bertiga aja kalau ada acara sama gebetan gue enggak pernah di ajak
Alvin
Yaudah deh sana samperin,,nanti keburu di samber cowok lain, baru nyaho Lo....!
Devan
Thanks deh atas pengertian Lo semua
Devan
Oke, gue tinggal dulu ya?
Ketiga temannya mengangguk sambil tersenyum.
Devan pun bergegas mendahului ketiga teman nya,,
melangkah setengah berlari kecil ia menuju ke pintu gerbang sekolah dimana seseorang tampak sedang menunggu.
Weldy
Enggak juga sih, gue juga baru pulang skul
Devan sesaat menengok kebelakang, kearah ketiga teman nya sembari tersenyum, yang membuat ketiga teman nya melotot.
Karna mereka merasa senyuman yang di tunjukan oleh Devan adalah ejekan untuk ketiga teman nya.
Dengan berjalan di sebelah kanan Weldy,,,
Devan pun mengikuti Weldy menyebrangi jalan yang ada di depan komplek Gedung SMA Negeri.
Ruas jalan pertama berhasil mereka seberangi dengan selamat.
Kedua nya kemudian bermaksud menyebrangi ruas jalan kedua.
Pada saat itu, dari arah selatan, sebuah sepeda motor sport di kendarai oleh seorang anak muda berseragam SMU melaju dengan kencang.
Weldy yang melihat laju sepeda motor sport itu sangat kencang, bergegas lari.
Apalagi dia melihat Weldy sudah berlari berusaha segera sampai ke tepi jalan.
Teman-teman Devan berdiri di pintu gerbang SMA itu.
Dengan raut wajah tengang berusaha meneriaki Devan agar segera menepi.
Tian
DEVV... CEPAT MENEPI....!
Entah terkesima atau tegang membuat kedua kaki Devan seakan-akan tak bisa di gerakkan.
Sehingga Devan pun hanya bisa berdiri mematung di tengah jalan sambil memandang ke arah sepeda motor sport yang semakin dekat ke arah nya.
Semua orang yang melihat adegan itu termasuk Weldy dan teman-teman sekolah Devan serta para guru dan penjaga sekolah,,,
Hanya bisa berteriak tanpa seorang pun berusaha untuk menolong.
Melihat Devan yang masih terpaku di tengah jalan,
Si pengemudi sepeda motor sport itu pun ikut tegang.
Apalagi jarak mereka semakin lama semakin bertambah dekat.
Dan...begitu sepeda motor yang di kendarai nya sangat dekat dengan Devan,,
Si pengemudi pun berusaha untuk membelokkan sepeda motor nya.
Namun karna tegang, membuat aksi nya tak berjalan mulus.
Stang kiri nya menyenggol tubuh Devan.
Dan karna laju sepeda motor nya sangat kencang, senggolan nya pun cukup lumayan kuat.
Tubuh Devan terdorong kedepan dengan keras,
Lalu wajah nya membentur pohon di tepi jalan.
Devan menjerit,sebelum akhir nya jatuh ke tanah pingsan dengan kepala mengeluarkan darah.
••• 02•••
Telepon di ruang keluarga rumah Devan berbunyi.
Kebetulan mama nya Devan sedang duduk-duduk di ruang keluarga.
Sehingga dia sendiri yang langsung mengangkat pesawat telepon itu.
Friska (Mama Devan)
📞Hallo....
Friska (Mama Devan)
📞Ya, siapa ini?
Friska (Mama Devan)
📞Eh, kamu vin. Ada apa?
Friska (Mama Devan)
📞Ada apa dengan Dev?
Alvin
📞Dev mengalami kecelakaan, Tan
Friska (Mama Devan)
📞Ya tuhan....apa yang terjadi dengan nya, Vin?
Alvin
📞Devan terserempet sepeda motor, Tante
Friska (Mama Devan)
📞 Bagaimana keadaannya?
Alvin
📞Lumayan parah. Kening nya terluka karena membentur pohon, sehingga mengeluarkan cukup banyak darah,,
Alvin
📞Kini oleh para guru Devan di bawa ke rumah sakit
Friska (Mama Devan)
📞Rumah sakit mana?
Alvin
📞Harapan bunda, Tante
Friska (Mama Devan)
📞Baik...baik, Tante akan segera kesana
Alvin
📞Ya,Tante. udahan dulu
Friska (Mama Devan)
📞 Makasih Alvin
Dengan wajah tegang dan agak cemas, mama Devan pun menghubungi nomor ponsel suami nya.
Hendak memberitahukan musibah yang terjadi pada Devan.
Setelah panggilan selesai.
Wanita berumur sekitar tiga puluh lima tahunan itu yang masih tampak muda dan cantik itu pun masuk ke dalam kamarnya untuk ganti pakaian,,
Dan sekaligus mempersiapkan segala sesuatu keperluan yang akan dia bawa ke rumah sakit.
Tak lupa juga ia mempersiapkan sejumlah uang kes selain membawa kartu kredit dan kartu ATM yang ada.
Setelah nya mama nya Devan pun bergegas meninggalkan rumah nya untuk melihat bagaimana keadaan putra tunggal nya.
Setelah menempuh perjalanan hampir setengah jam,,,
Akhir nya mama Devan pun tiba di rumah sakit.
Dengan wajah masih menggambarkan kecemasan dan kekhawatiran,,,,,
Wanita separoh baya itu bergegas menuju kebagian informasi untuk mencari tau dimana letak ruang perawatan VIP Mawar I.
Setelah mendapatkan keterangan di mana letak ruang Mawar I, mama Devan pun bergegas menuju arah yang di tuju.
Di ruangan itu, selain dokter dan suster, juga masih ada beberapa orang guru dan ketiga teman sekelas Devan serta Weldy.
Friska (Mama Devan)
Dokter apa yang terjadi dengan anak saya?
Dr.Sauqy
Secara ilmiah,putra anda tak mengalami masalah serius, tetapi.....
Sampai di situ dokter tak meneruskan ucapannya.
Friska (Mama Devan)
Tetapi apa, Dok?
Dr.Sauqy
Mungkin akibat benturan keras di wajah nya, putra anda akan mengalami kebutaan
Friska (Mama Devan)
Apa?! Bu.... buta, Dokter?
Dr.Sauqy
Ya. Tapi itu baru sekedar analisa sementara,,
Dr.Sauqy
Masih menunggu waktu untuk membuktikan kebenaran analisa kami....
Friska (Mama Devan)
Kenapa bisa begitu, Dok?
Dr.Sauqy
Menurut hasil pemeriksaan sementara,,,
Dr.Sauqy
Akibat benturan keras yang di alami nya, syaraf yang menuju ke kornea mata putra anda mengalami kerusakan
Friska (Mama Devan)
Ya Tuhan....
Mama Devan menangis sembari memandangi putra nya yang masih pingsan.
Kemudian dengan lembut, tangan nya membelai-belai rambut Devan.
Friska (Mama Devan)
Kenapa kamu harus mengalami hal seperti ini, sayang....
Dari luar, masuk papa nya Devan.
Sambut mama Devan sembari memeluk suami nya.
Toni (Papa Devan)
Bagaimana keadaan nya, Ma?
Mama Devan tak bisa menjawab.
Wanita separoh baya itu masih menangis sembari menggelengkan kepalanya.
Sehingga akhir nya dokter dan wali kelas Devan yang berusaha menenangkan perasaan papa nya Devan,,,
Lalu menjelaskan kemungkinan yang akan di alami oleh Devan.
Toni (Papa Devan)
Tidak! Dia tak boleh mengalami hal itu.
Toni (Papa Devan)
Lakukan sesuatu, Dok. Lakukan...!
Dr.Sauqy
Kami akan berusaha semaksimal mungkin, Tuan.
Dr.Sauqy
Namun segalanya kembali kami serahkan pada yang kuasa.
Dr.Sauqy
Lagi pula, apa yang kami tutur kan masih bersifat analisa.
Dr.Sauqy
Untuk membuktikan kebenaran analisa kami, maka di butuhkan waktu dan saat yang tepat,,,
Dr.Sauqy
Dimana kondisi fisik dan mental putra anda sudah stabil.
Dr.Sauqy
Kami berharap analisa kami salah, sehingga putra anda tetap bisa melihat seperti sebelum nya.
Toni (Papa Devan)
Jika benar putra ku mengalami kebutaan, apakah tidak bisa di sembuh kan, Dok?
Dr.Sauqy
Bisa. Tetapi perlu donor
Toni (Papa Devan)
Ohhh....
Dr.Sauqy
Tenang dan sabar serta berdoa lah, Tuan.
Dr.Sauqy
Semoga saja tuhan akan membantu, sehingga analisa kami salah.
Tutur Dokter berusaha menenangkan perasaan papa dan mama Devan.
Toni (Papa Devan)
Kalau boleh saya tau, apa yang sebenarnya terjadi?
Tanya papa Devan pada para guru dan ketiga teman Devan serta Weldy, yang dia ketahui merupakan teman dekat putra nya.
Alvin dan Tian serta Arkan di bantu oleh Weldy dan wali kelas Devan, bergantian menceritakan apa yang terjadi.
Toni (Papa Devan)
Dimana pengendara sepeda motor itu?
Toni (Papa Devan)
Apa tak ada yang tau nomor plat sepeda motor yang di kendarai nya?
Weldy
Kami panik saat melihat Devan tergeletak, sehingga kami tak sempat memperhatikan nomor plat sepeda motor itu.
Toni (Papa Devan)
Brengsek..
Friska (Mama Devan)
Sudah lah, Pa. Jangan marah-marah begitu...
Friska (Mama Devan)
Percuma saja papa marah-marah, toh pelaku nya tak ada di sini.
Friska (Mama Devan)
Dan pula, tak seorang pun yang tau siapa dia, pa.
Friska (Mama Devan)
Lebih baik kita pikirkan anak kita...
Papa Devan pun menurut diam.
Dia melangkah menghampiri ranjang di mana putra nya masih terbaring pingsan.
Dengan lembut, penuh kasih sayang di belai-belai nya rambut Devan.
Toni (Papa Devan)
Sayang...kenapa kamu jadi menderita seperti ini?
•••03•••
Kebutaan yang di alami nya, benar-benar membuat Devan merasa terasing.
Apalagi teman-teman nya dan Weldy yang selama ini selalu baik dan dekat dengan nya, kini seakan sengaja menjauh dari nya.
Meninggalkan nya seorang diri dalam kegelapan.
Buktinya, meski dia sudah di rumah selama tiga hari,,,
Namun sampai kini tak seorang pun dari ketiga teman nya maupun Weldy yang menghubungi, apa lagi datang menjenguk nya.
Mungkin merasa jenuh karena berada di dalam kamar terus,,,
Sore itu Devan meminta pada Bi Inah untuk membawa nya keluar kamar.
Devan
Antar saya keluar, Bi
Devan
Keluar kamar dong, Bi
Bi Inah
Siap, Den. Mari...!
Bi Inah pun membimbing Devan turun dari ranjang nya.
Kemudian mengajak nya keluar dari dalam kamar.
Bi Inah
Den mau duduk di mana?
Devan
Aku mau duduk di teras rumah, Bi
Bi Inah
Baik, akan bibi antar
Pada saat itu mama Devan muncul.
Friska (Mama Devan)
Sayang, kamu mau kemana?
Bi Inah
Den Devan minta keluar, Bu
Friska (Mama Devan)
Keluar kemana?
Devan
Devan pengin duduk-duduk di teras, Ma
Friska (Mama Devan)
Ooo...
Devan
Ayo bi, antar Devan ke teras
Bi Inah pun kembali membimbing Devan melangkah menuju ke ruang depan rumah,,,
Lalu membawa Devan keluar rumah menuju ke teras.
Bi Inah
Nah, kita sudah sampai di teras, Den
Bi Inah
Ayo, bibi bimbing Den duduk...
Dengan di bimbing bi Inah, Devan pun duduk di kursi teras.
Devan
Cuaca sore ini bagaimana?
Devan
Ya, rasa nya memang begitu. Angin yang berhembus pun terasa sejuk
Devan
Ya sudah, biarkan aku di sini dulu, Bi.
Devan
Aku ingin menikmati udara sore.
Devan
Bibi masuk aja dulu, nanti kalau aku butuh sesuatu, baru aku akan memanggil
Bi Inah
Aden tidak ingin bibi temani?
Devan
Aku ingin seorang diri, Bi
Bi Inah
Baiklah kalau begitu. Bibi tinggal dulu ya, Den?
Bi Inah pun bergegas pergi meninggalkan teras di mana Devan duduk.
Setelah kepergian Bi Inah, devan pun duduk sambil termenung.
Dia kembali memikirkan nasib nya, memikirkan kemalangan nya.
Semenjak dia mengalami kebutaan, tak seorang pun dari mereka yang mau datang berkunjung menemuinya.
Apalagi memberikan dorongan semangat dan menghibur hati nya.
Ingat akan semua itu, Devan menghela nafas panjang.
Devan
Heh, mikir apa Lo Dev?, miris bener hidup Lo...!
Devan
Memang nya masih ada yang mau temenan sama cowok buta kayak gue?
Devan merutuki diri nya, nada suara nya yang benar-benar terdengar sedih.
Devan yang tak menyangka ada orang di dekat nya, dibuat terkejut.
Terlebih dia belum mengenal pemilik suara itu.
Tanya Devan dengan menunjukan wajah keterkejutan,,
sebab dia tadi tak mendengar suara langkah kaki, tapi kini tiba-tiba di dekat nya sudah hadir seseorang.
Vano
Namaku Vano. Jika kamu tak keberatan, ijinkan aku menjadi teman mu
Devan
Ta.. tapi... bagaimana kamu bisa tau nama ku?
Vano
Aku tinggal di sebelah
Devan
Ting...tinggal di sebelah?
Devan
Bu...bukan kah rumah itu kosong?
Vano
Benar. Semula rumah itu kosong, tetapi beberapa hari yang lalu aku yang menempatinya
Vano
Jika kamu tak keberatan, Bolehkah aku jadi teman mu?
Devan mencoba tersenyum, walau yang tampak justru seulas senyum pahit.
Devan
Papa...atau mama ku yang menyuruh mu?
Tanya Vano dengan kening mengerut tak mengerti akan maksud dari pertanyaan yang diajukan oleh Devan.
Devan
Di bayar berapa kamu oleh papa atau mama ku?
Vano
Aku...aku tak mengerti akan maksud ucapan mu, Dev.
Vano
Kamu pikir, aku ingin menjadi teman mu karena di suruh seseorang?
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!